Anda di halaman 1dari 20

AKAL DAN HATI DI

ZAMAN YUNANI KUNO

OLEH: IS SUSANTO

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam


UIN Raden Intan, Lampung
TA. GAZAL 2022/2023
SEJARAH PERKEMBANGAN PEMIKIRAN
YUNANI KUNO (Dari Mitos ke Logos)

Wilayah Yunani terletak di Asia kecil. Kehidupan


penduduknya sebagai nelayan dan pedagang, sebab
sebagian besar penduduknya tinggal di daerah pantai,
sehingga mereka dapat menguasai jalur perdagangan di
Laut Tengah.

Orang Yunani yang hidup pada abad ke 6 SM mempunyai


sistem kepercayaan bahwa segala sesuatu harus diterima
sebagai suatu kebenaran yang bersumber pada Mitos atau
dongeng-dongeng. Artinya suatu kebenaran lewat akal pikir
(logos) tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran
yang bersumber pada mitos (dongeng-dongeng).
Secara historis, kelahiran dan perkembangan pemikiran
Yunani Kuno (sistem berpikir) tidak dapat dilepaskan dari
keberadaan kelahiran dan perkembangan filsafat, dalam hal
ini adalah sejarah filsafat. Dalam tradisi sejarah filsafat
mengenal 3 (tiga) tradisi besar sejarah, yakni tradisi:
1). Sejarah Filsafat India (sekitar 2000 SM-dewasa ini),
2). Sejarah Filsafat Cina (sekitar 600 SM-dewasa ini),
3). Sejarah Filsafat Barat (sekitar 600 SM-dewasa ini).
Dari ketiga tradisi sejarah tersebut di atas, tradisi Sejarah
Filsafat Barat adalah basis kelahiran dan perkembangan
ilmu (scientiae/science/sain) sebagaimana yang kita kenal
sekarang.
Pada tradisi Sejarah Fisafat India dan Cina, lebih
memperlihatkan perhatiannya yang besar pada masalah-
masalah keagamaan, moral dan cara-cara untuk mencapai
keselamatan hidup manusia di dunia dan sesudah kematian.
Filsafat Barat pada masa itu sudah mulai mempermasalahkan
dan mencari unsur induk asal mula segala sesuatu (semesta
alam) Seperti Thales (air), Anaximenes (udara).
Setelah abad ke 6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang
menentang adanya Mitos. Mereka menginginkan pertanyaan
tentang misteri alam semesta ini yang jawabannya dapat
diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini sebagai
suatu Detimologi, yakni Suatu kebangkitan pemikiran untuk
menggunakan akal-pikir dan meninggalkan hal-hal yang
sifatnya mitologi.
Filsafat Yunani (Kuno maupun Klasik) adalah sebuah filsafat
rasional pertama yang pernah ada dalam sejarah kehidupan
manusia. Dan periode Yunani Kuno lazim disebut periode
filsafat alam. Dikatakan demikian karena periode ini ditandai
dengan munculnya ahli pikir alam, di mana arah dan perhatian
pemikirannya kepada apa yang diamati di sekitarnya.

1. THALES
Thales lahir pada 624 SM (625 SM), di kota kecil Miletus yang
terletak di pantai Barat Asia Kecil, yang sekarang disebut
Turki. Kota ini menjadi sebuah kota yang menjadi pusat
perdagangan. Kapal-kapal pedagang dengan mudah berlayar
ke Nil di Mesir, sedangkan perjalanan darat menuju kota di
Babylon. Meninggal tahun 546 SM di usia 78 tahun.
Thales merupakan perintis matematika dan filsafat Yunani, ia
adalah seorang filsuf yang mengawali sejarah filsafat Barat
pada abad ke-6 SM. Thales mendapat gelar Bapak Filsafat
(The Father of Philosophy) karena dia adalah orang yang
mula-mula berfilsafat, sebelumnya Yunani dikuasai dengan
cara berfikir mitologis terhadap segala sesuatu.
Pemikiran Thales dianggap sebagai kegiatan berfilsafat
pertama karena mencoba menjelaskan dunia dan segala
gejala-gejala yang ada di dalamnya tidak bersandar pada
mitos melainkan pada rasio manusia. Thales mengajukan
pertanyaan yang amat mendasar, yaitu “Apa sebenarnya
bahan alam semesta ini?” dan ia sendiri menjawab “air”.
Pertanyaannya itulah yang mengangkat Thales menjadi filosof
pertama di dunia.
Thales menyatakan bahwa air adalah prinsip dasar segala
sesuatu. Air menjadi pangkal, pokok, dan dasar dari segala-
galanya yang ada di alam semesta. Berkat kekuatan dan daya
kreatifnya sendiri dan tanpa ada sebab-sebab di luar dirinya,
air mampu tampil dalam segala bentuk, bersifat mantap, dan
tak terbinasakan.
Argumentasi Thales terhadap pandangan tersebut adalah
bagaimana bahan makanan semua makhluk hidup
mengandung air dan bagaimana semua makhluk hidup juga
memerlukan air untuk hidup. Karena air adalah sumber
kehidupan, dan tanpa air makhluk hidup pasti akan mati.
Selain itu, air adalah zat yang dapat berubah-ubah bentuk
(padat, cair, dan gas) tanpa menjadi berkurang.
Pemikiran Thales ada pada berbagai tulisan Aristoteles.
2. ANAXIMANDROS
Anaximander (Anaximandros; Bahasa Yunani) lahir di kota
Miletus, dekat Soke, Turki. Kota yang sama pula dengan
Thales. Menurut Theophrastus, ia adalah rekan sejawat
Thales. Ia hidup kira-kira antara tahun 610 SM dan meninggal
pada tahun 546 SM (Sumber lain: 610 SM - 540 SM).

Anaximander merupakan murid dari Thales. Dalam salah satu


karangan kuno menyebutkan bahwa Anaximander memiliki
kekerabatan atau kekeluargaan dengan Thales, yaitu Thales
merupakan paman Anaximander. Dan menurut sejarah, ia
mempunyai jasa-jasa dibidang astronomi dan geografi.
Anaximander merupakan orang yang pertama membuat peta
bumi.
Walaupun Anaximandros murid Thales, tetapi ia tidak setuju
dengan pendapat Thales. Jika arkhe (Unsur Induk) hanya salah
satu anasir alam (air), lalu bagaimana dengan anasir yang lain.
Arkhe menurut Anaximandros haruslah yang lebih dalam lagi,
tidak sekedar unsur alam yang terbatas, Menurutnya, arkhe
alam semesta adalah “to apeiron”, yaitu “yang tak terbatas”,
bersifat illahi, abadi, tak berubah dan meliputi segalanya.
Pemikiran lainnya yaitu bumi berbentuk silinder, yang lebarnya
tiga kali lebih besar dari pada tingginya. Lalu apa sebab bumi
tidak jatuh, jika menurut Thales Bumi terletak di atas air, menurut
Anaximandros, bumi tidak bersandar atas sesuatu apapun. Bumi
tidak jatuh karena kedudukannya persis dalam pusat jagat raya,
dengan jarak yang sama terhadap semua badan lain, jadi tidak
ada alasan yang menyebabkan dia jatuh.
3. ANAXIMENES
Dialah filusuf ketiga dari Miletus, dan lebih muda dari
Anaximander. Tahun kelahiran dan kematiannya tidak diketahui
dengan tepat. Ada yang mengatakan dia lahir tahun 588 dan
meninggal tahun 524 SM, pendapat lain 538 - 480 SM.
Menurut Anaximenes, prinsip dasar segala sesuatu adalah udara.
Kesimpulan ini didasari pada fakta bahwa manusia hanya bisa
hidup kalau bernafas. Jadi udara adalah prinsip kehidupan, udara
adalah prinsip dasar (Urstoff) dari dunia.
Menurut Anaximenes, udara tak dapat dibagi, tapi dapat kelihatan
dalam proses kondensasi dan perenggangan. Ketika udara
menjadi renggang, ia menjadi lebih panas, dan cenderung
terbakar menjadi api. Sebaliknya, kalau terjadi kondensasi, ia
menjadi lebih dingin dan keras.
4. PYTHAGORAS
Pythagoras lahir di Pulau Samos, Ionia. Tanggal dan tahunnya
tidak diketahui secara pasti. Dalam tradisi Yunani diceritakan
bahwa ia banyak bepergian (antara lain ke Mesir). Kira-kira
pada tahun 530 SM ia berpindah ke kota Kroton di Italia
Selatan. Kepergiannya karena ia tidak setuju dengan
pemerintahan Tyranos Polykrates. Dalam kota ini Pythagoras
mendirikan suatu tarekat beragama (Perguruan dan Mazhab).
Perguruan dan mazhab Pythagorean memiliki ajaran yang
bersifat rahasia. Ajaran Pythagoras sebagai guru disampaikan
secara lisan, tidak boleh dicatat dan harus dirahasiakan. Setiap
ada perselisihan antar para murid tentang filsafat selalu dapat
pendapat sang guru dan ditutup dengan pernyataan autos epha
(demikian sabda guru).
Para filsuf Miletos berfilsafat karena keingintahuan ilmiah. Maka
Pythagoras dan pengikutnya bukan hanya keingintahuan ilmiah
saja, tetapi lebih ke arah “a way of life”, yaitu suatu pandangan
hidup yang dengan itu manusia dapat mencapai kebersihan jiwa
dan memutus rangkaian perpindahan jiwa.
Ada 2 ajaran Pythagoras yang cukup berpengaruh, yaitu:
Pertama, ajaran rahasia dengan dasar kepercayaan bahwa jiwa
itu kekal, tidak dapat mati. Kedua, ajaran ilmu pasti mengenai
bilangan yang dijadikan dasar untuk memahami tentang alam.
Menurutnya, jiwa tidak mati, sesudah kematian jiwa manusia
berpindah ke dalam hewan, dan bila hewan itu mati, ia berpindah
lagi, begitu seterusnya. Tetapi dengan menyucikan dirinya, jiwa
bisa diluputkan dari nasib renkarnasi. Penyucian itu dihasilan
melalui berpantang pada makanan, seperti daging dan kacang.
Agar hidup manusia harmonis harus ada keseimbangan antara
jiwa dan raga. Untuk mencapai keseimbangan itu manusia
harus: taat kepada ajaran agama; menghormati orang tua;
menepati janji; dan melepaskan keinginan nafsu.
Bilangan merupakan simbol tangga nada dalam harmoni musik
yang melahirkan keindahan. Alam semesta ini adalah suatu
harmoni yang indah juga. Bilangan adalah segala-galanya yang
mengandung prinsip-prinsip pertentangan, namun tetap dalam
harmoni alam.
Menurut Pythagoras, kearifan yang sesungguhnya hanya
dimiliki oleh Tuhan, dia tidak mau disebut sebagai orang yang
arif seperti Thales, akan tetapi menyebut dirinya sebagai
Philosophos, yaitu pencipta kearifan. Istilah Philosophos ini
kemudian menjadi Philosophia yang berarti cinta kearifan atau
kebijaksanaan.
5. XENOPHANES
Xenophanes lahir di Xolophon di Asia Kecil. Pada usia 25 tahun
ia pergi meninggalkan kota asalnya dan mulai mengembara di
seluruh negeri Yunani. Xenophanes melarikan diri dari
Xolophon ketika kota ini direbut bangsa Parsi pada tahun 545
SM. Sesudah meninggalkan kota asalnya, ia menetap beberapa
waktu di kota-kota Zankle (Mesina) dan Katana di Pulau Sisilia.
Xenophanes lebih tepat dikatakan sebagai penyair dari pada
ahli pikir (filusuf), karena ia tidak mempunyai pandangan yang
sistematis berdasarkan prinsip-prinsip tertentu, hanya saja ia
mempunyai daya nalar yang kritis dan mempelajari pemikiran-
pemikiran filsafat pada saat itu. Kritiknya terutama tampak
dalam bidang agama.
Namanya menjadi masyhur karena untuk pertama kalinya
dalam sejarah Yunani dialah yang mensinyalir konflik yang
sedang berlangsung antara pemikiran filsafat dan tanggapan-
tanggapan mitologis yang tradisional. Atau dengan kata lain
pergumulan antara logos dan mithos dalam pikiran Yunani.
Ia mengkritik paham ketuhanan yang bersifat mitologi, terutama
paham yang menerapkan hal-hal yang secara etis tidak patut
diperbuat oleh Tuhan, misalnya mencuri. Tuhan adalah ideal
dalam bidang etik.
Menurutnya, Tuhan bukan dilahirkan, melainkan azali dan
abadi. Ia menolak konsepsi ketuhanan yang berbau keetnikan.
Ia ingin mengajukan konsepsi universalisme ketuhanan. Ia
menekankan keesaan Tuhan. Akan tetapi keesaan di sini tidak
bisa disamakan dengan konsepsi Islam atau Kristen sekarang.
6. HERACLITOS
Heraclitos merupakan salah satu bangsawan di Ephsus, sebuah
kota perantauan di Asia Kecil. Lahir dikota tersebut pada tahun
540 – 475 SM, dan merupakan teman dari Pythagoras dan
Xenophanes, tetapi lebih tua. Ia seorang yang berperangai
melankholik, suka menyendiri, soliter. Ia memandang rendah
orang-orang kebanyakan, bahkan orang-orang ternama masa
sebelumnya, seperti Homerus, Pythagoras, Xenphanes, Hesiod,
dan tokoh lain tidak dihargainya.
Pemikiran filsafatnya yaitu “filsafat menjadi”. Ia mengemukakan
bahwa segala sesuatu (yang ada itu) sedang menjadi dan selalu
berubah. Ucapannya yang terkenal: Panta rhei kai uden menci
(artinya: segala sesuatunya mengalir bagaikan arus sungai dan
tidak satu orangpun dapat masuk ke sungai yang sama dua kali).
Pemikiran tentang benda ia mengemukakan bahwa tiap benda
terdiri dari hal-hal yang sifatnya berlawanan atau bertentangan,
dua ekstrem yang saling bertolak belakang, walaupun demikian
tetap membentuk kesatuan. Misalnya: Musim dingin dan musim
panas, siang dan malam, bangun dan tidur, dan lainnya. Dengan
kata lain, musim panas ada karena ada musim dingin. Dalam
terminologi modern bahwa segala sesuatu merupakan sintesis
dari hal-hal yang bersifat kontradiktif.
Ia memilih api sebagai hakikat dari segala sesuatu karena
menurut pengalaman observasinya, api hidup dengan cara
memakan, mengkonsumsi dan mengalihkan berbagai benda ke
dalam dirinya sendiri. Ketika api menyala oleh bermacam-
macam benda, ia mengubah benda-benda itu menjadi api.
Tanpa adanya benda-benda itu api pasti mati, tidak lagi eksis.
7. PARMENIDES
Parmenides lahir sekitar tahun 451 – 499 SM, ketika berusia 65
tahun ia bertukar pikiran dengan Socrates muda di kota Athena.
Lahir di Kota Elea, kota perantauan Yunani di Italia Selatan. Ada
berbagai inti ajarannya, yaitu: Being (Menjadi), the One (Yg Satu),
is, and that Becoming (Menjadi), Change (Berubah), is illusion
(Ilusi).
Menurutnya, jika sesuatu itu ada, maka ada dua kemungkinan
asalnya, yakni ia bisa berasal dari ada (being), atau bisa pula
berasal dari tidak ada (not-being). Jika berasal dari ada, maka ia
sudah ada. Jika berasal dari tidak ada, maka ia tidak suatu apa
(nothing), sebab yang tidak ada berasal dari tidak ada. Oleh
sebab itu, menjadi atau perubahan adalah ilusi. Being adalah
ada, dan being adalah satu (one). Sebab itu pluralitas adalah
ilusi.
Secara singkat, yang ada (being) itu ada, yang ada tidak dapat hilang
menjadi tidak ada, dan yang tidak ada tidak mungkin muncul menjadi
ada, yang tidak ada adalah tidak ada, sehingga tidak dapat dipikirkan
yang ada saja, yang tidak ada tidak dapat dipikirkan.
Tentang hakikat dunia, Parmenides mengatakan: It is. It, yang
merupakan realitas, being, ada dan tidak bisa tidak ada. Ia ada, dan
tidak mungkin bahwa ia tidak ada. Ada (being) dapat dibicarakan dan
dapat jadi obyek pikiranku. Apa yang dapat kupikirkan dan bicarakan
dapat ada, sebab ia merupakan hal sama yang dapat dipikirkan dan
yang dapat ada.
Jika it dapat ada, maka ia ada, mengapa, karena seandai-nya ia
dapat ada dan saat ini belum ada, maka ia itu tidak apa-apa. Tidak
apa-apa (nothing) tak dapat menjadi obyek pembicaraan/ pikiran,
sebab berbicara tentang suatu yang tidak ada berarti tidak berbicara.
Wallahu a’lam bish shawab
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai