Universitas Pancasila Latar Belakang Tumbuhnya dan Perkembangan Aliran Filsafat serta Hubungannya dengan Filsafat Pancasila Latar Belakang Tumbuhnya Pemikiran Filsafat A. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TUMBUHNYA PEMIKIRAN FILSAFAT Ditinjau dari perspektif historis dan sosiokultural, lahirnya suatu gagasan atau pemikiran diawali oleh orang-orang tertentu tentang dirinya sebagai makhluk individu, makhluk sosial budaya tentang asal usul dan tujuan hidupnya dipengaruhi oleh alam (ruang, geografis), riwayat perjalanan hidup (waktu, historis), serta cara kehidupan (masyarakat, budaya) 1. Masa Awal Perkembangan Filsafat Pancasila a. alam mitos Sebagian besar penduduknya yang merupakan pedagang dan nelayan, mereka memiliki kebiasaan hidup di alam, karena itu memengaruhi kepercayaan yang dianutnya, yaitu kepercayaan berdasarkan kekuatan alam. Mereka memiliki anggapan bahwa hubungan manusia dengan causa prima pencipta alam bersifat formalitas. Artinya kedudukan Tuhan terpisah dengan manusia. Pada abad ke-6 SM, bermunculanlah para pemikir yang menimbulkan pergeseran. Tuhan tidak lagi dianggap terpisah dari manusia. Sistem kepercayaan juga berubah dari Natural Religion menjadi Cultural Religion. Dalam Natural Religion manusia terikat oleh tradisi, dalam Culturan Religion manusia bebas mengembangkan potensi dan budaya sekaligus mengembangkan pemikirannya. b. masa teologi Yunani Masa ini diawali dengan lahirnya filsafat eropa. Pemikiran filsafat abad pertengahan didominasi oleh agama. Baru pada abad ke-6 setelah memperoleh dukungan dari Karel Agung, didirikanlah sekolah-sekolah yang memberi pelajaran : gramatika, dialektika, geometri, aritmatika, astronomi, dan musik. Pada abad ke-13 berdirinya universitas-universitas dan ordo- ordo. Di kalangan para ahli pikir islam pada periode filsafat skolastik islam, muncul ahli pikir Al-Kindi, Al-Farobi, Ibnu Sina, Al-Gazali, dsb. Pada masa itu kekhalifaan islam mencapai kejayaan (850-1200). Setelah jatuhnya kekhalifaan muslim digranada, mulailah kekuasaan politik barat menuju ke timur. c. masa renaissance dan humanisme serta reformasi peralihan dari abad pertengahan ke abad modern dalam sejarah filsafat disebut sebagai masa peralihan. Ini mengawali masa abad modern. Disini peran ilmu alam sangat dominan sehingga pemikiran filsafat semakin dianggap sebagai pelayan dan nelayan. 2. Perkembangan Aliran Filsafat Barat a. Filsafat yunani kuno Orang yunani mempunyai kepercayaan bahwa segala sesuatu harus diterima sebagai suatu kebenaran yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng (kebenaran akal pikiran tidak digunakan). Periode ini ditandai dengan munculnya ahli-ahli pikir alam. Setelah abad ke- 6 baru ada ahli pikir yang menentang mitos, mereka ingin jawaban dari akal. Kondisi ini merupakan demitologi, yakni kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal pikiran dan meninggalkan hal-hal yang sifatnya mitos. Pada zaman Yunani, perkembangan filsafat terbagi menjadi dua Periode, Yunani kuno dan Yunani klasik. Periode Yunani kuno diisi oleh Thales, Phytagoras. Sedangkan Yunani klasik diisi Socrates, Plato. 1. Thales (625-545 SM) Thales mengembangkan filsafat alam kosmologi yang mempertanyakan asal mula sifat dasar dan struktur komposisi alam semesta. Menurut pendapatnya, semua berasal dari air sebagai dasar kosmos. Katanya, semua berasal dari air dan semuanya kembali menjadi air. Bahwa bumi terletak di atas air dan bumi sebagai bahan yang muncul dari air dan terapung di atasnya. Dalam sejarah matematika, Thales dianggap sebagai pelopor geometri abstrak yang didasarkan pada petunjuk pengukur banjir yang implementasinya membuktikan dalil-dalil geometri. Salah satunya adalah kedua sudut alas dari suatu segitiga sama kaki itu sama besarnya. 2. Anaximandros (640-656 SM) Ia adalah orang pertama yang memegang suatu traktat dalam kesusastraan Yunani serta berjasa di bidang astronomi dan geografi. Ia juga sebagai orang yang membuat peta bumi, yang dilanjutkan oleh Herakleitos. Ia berhasil memimpin sekelompok orang yang membuat kota baru di Apollonia, Yunani. Dalam menyampaikan pendapat tentang arche, ia tidak menunjuk salah satu unsur yang dapat diamati oleh indra, tetapi juga menunjuk sesuatu yang tidak dapat diamati oleh indra, yaitu apeiron. Alasannya, jika tentang arche tersebut ia menunjuk pada salah satu unsur yang dapat bergerak sesuai dengan sifatnya sehingga tidak ada tempat bagi unsur yang berlawanan. 3. Phytagoras (572-497 SM) Menurut pemikirannya, substansi dari semua benda adalah bilangan dan segala gejala alam merupakan pengungkapan indrawi dari perbandingan matematis. Bilangan merupakan inti sari dan dasar pokok dari sifat benda. Ia juga mengembangkan pokok soal matematika yang termasuk teori bilangan. Umpamanya, dikembangkan susunan bilangan-bilangan yang mempunyai bentuk geometris. Salah seorang penganut phytagoras mengatakan bagwa tuhan adalah bilangan tujuh, jiwa uty bilangan enam, dan badan itu bilangan empat. Pythagoraslah yang mengatakan pertama kali bahwa alam semesta itu merupakan satu keseluruhan yang teratur, sesuatu yang harmonis seperti dalam musik. Menurut phytagoras, keatifan yang sesungguhnya hanya dimiliki oleh Tuhan. Karena, ia tidak mau disebut sebagai orang arif seperti Thales, tetapi menyebut dirinya sebagai philosophos, yaitu pencari kearifan. 4. Xenophanes (570—? SM) Ia lebih tepat dikatakan sebagai penyair ahii pikir (filsuf) hanya karena ia mempunyai daya nalar yang kritis mempelajari pemikiran-pemikiran filsafat pada saat itu. Namanya terkenal karena untuk pertama kali melontarkan anggapan bahwa adanya konflik antara pemikiran filsafat (rasio) terhadap pemikiran mitos. Pendapatnya termuat dalam kritik terhadap Hornet-us dan Herodotus. Ia membantah adanya antropomorfisme Tuhan-Tuhan, yaitu Tuhan digambarkan (seakan- akan) seperti manusia. Karena manusia selalu mempunyai kecenderungan berpikir, Tuhan pun seperti manusia yang bersuara, berpakaian, dan lain-lainnya. Ia juga membantah bahwa Tuhan bersifat kekal dan tidak mempunyai permulaan. la juga menolak anggapan bahwa Tuhan itu banyak dan menekankan keesaan Tuhan. Kritik ini ditujukan pada anggapan-anggapan larna yang berdasarkan mitologi. 5. Heraclitos (535—475 SM) Ia lahir di Ephesus, sebuah kota perantauan di Asia Kecil, dan merupakan kawan dari Pythagoras dan Xenophanes. Akan tetapi, ia lebih tua la mendapat julukan si gelap karena untuk menelusuri gerak pikirannya sangat sulit Hanya dengan melihat ia mernpunyai kesan berhati tinggi dan sombong sehingga ia mudah mencela kebanyakan mengatakan jahat dan bodoh serta mencela orang-orang terkemuka di negeri Yunani. Mengenai pemikiran tentang benda, ia berpendapat bahwa tiap benda terdiri atas hal-hal yang sifatnya berlawanan atau bertentangan, dua ekstrem yang Saling bertolak belakang. Walaupun demikian, hal itu tetap membentuk kesatuan. Yang satu adalah banyak dan yang banyak adalah satu. Hal ini berarti segala hal yang ada mengandung pertentangan dari dirinya sendiri. Akan tetapi, justru pertentangan itulah yang mencipta suatu kesatuan dan keharmonisan. Setiap pertentangan akan mencipta keadilan. seperti musim dingin dan musim panas, Siang dan malam, bangun dan tidur, Cinta dan benci, tua dan muda, dan sebagainya (Brower, 1986: 5—6). Heraclitos mengemukakan pendapat bahwa segala yang ada selalu berubah dan sedang menjadi. Ia percaya bahwa arche (asas yang pertama dari alam semesta) adalah api. Api dianggapnya sebagai lambang perubahan dan kesatuan