Anda di halaman 1dari 4

RANGKUMAN FILSAFAT PANCASILA

Mata Kuliah Filsafat Pancasila

Disusun oleh :

Bagus Ammar K
4118210025

Semester V

Fakultas teknik prodi arsitektur


Universitas Pancasila
Latar Belakang Tumbuhnya dan Perkembangan Aliran
Filsafat serta Hubungannya dengan Filsafat Pancasila
Latar Belakang Tumbuhnya Pemikiran Filsafat
A. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TUMBUHNYA
PEMIKIRAN FILSAFAT
Ditinjau dari perspektif historis dan sosiokultural, lahirnya suatu gagasan atau
pemikiran diawali oleh orang-orang tertentu tentang dirinya sebagai makhluk individu,
makhluk sosial budaya tentang asal usul dan tujuan hidupnya dipengaruhi oleh alam (ruang,
geografis), riwayat perjalanan hidup (waktu, historis), serta cara kehidupan (masyarakat,
budaya)
1. Masa Awal Perkembangan Filsafat Pancasila
a. alam mitos
Sebagian besar penduduknya yang merupakan pedagang dan nelayan, mereka memiliki
kebiasaan hidup di alam, karena itu memengaruhi kepercayaan yang dianutnya, yaitu
kepercayaan berdasarkan kekuatan alam. Mereka memiliki anggapan bahwa hubungan
manusia dengan causa prima pencipta alam bersifat formalitas. Artinya kedudukan Tuhan
terpisah dengan manusia.
Pada abad ke-6 SM, bermunculanlah para pemikir yang menimbulkan pergeseran.
Tuhan tidak lagi dianggap terpisah dari manusia. Sistem kepercayaan juga berubah dari Natural
Religion menjadi Cultural Religion. Dalam Natural Religion manusia terikat oleh tradisi,
dalam Culturan Religion manusia bebas mengembangkan potensi dan budaya sekaligus
mengembangkan pemikirannya.
b. masa teologi Yunani
Masa ini diawali dengan lahirnya filsafat eropa. Pemikiran filsafat abad pertengahan
didominasi oleh agama. Baru pada abad ke-6 setelah memperoleh dukungan dari Karel Agung,
didirikanlah sekolah-sekolah yang memberi pelajaran : gramatika, dialektika, geometri,
aritmatika, astronomi, dan musik. Pada abad ke-13 berdirinya universitas-universitas dan ordo-
ordo.
Di kalangan para ahli pikir islam pada periode filsafat skolastik islam, muncul ahli pikir
Al-Kindi, Al-Farobi, Ibnu Sina, Al-Gazali, dsb. Pada masa itu kekhalifaan islam mencapai
kejayaan (850-1200). Setelah jatuhnya kekhalifaan muslim digranada, mulailah kekuasaan
politik barat menuju ke timur.
c. masa renaissance dan humanisme serta reformasi
peralihan dari abad pertengahan ke abad modern dalam sejarah filsafat disebut sebagai
masa peralihan. Ini mengawali masa abad modern. Disini peran ilmu alam sangat dominan
sehingga pemikiran filsafat semakin dianggap sebagai pelayan dan nelayan.
2. Perkembangan Aliran Filsafat Barat
a. Filsafat yunani kuno
Orang yunani mempunyai kepercayaan bahwa segala sesuatu harus diterima sebagai
suatu kebenaran yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng (kebenaran akal pikiran
tidak digunakan). Periode ini ditandai dengan munculnya ahli-ahli pikir alam. Setelah abad ke-
6 baru ada ahli pikir yang menentang mitos, mereka ingin jawaban dari akal. Kondisi ini
merupakan demitologi, yakni kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal pikiran dan
meninggalkan hal-hal yang sifatnya mitos.
Pada zaman Yunani, perkembangan filsafat terbagi menjadi dua Periode, Yunani kuno
dan Yunani klasik. Periode Yunani kuno diisi oleh Thales, Phytagoras. Sedangkan Yunani
klasik diisi Socrates, Plato.
1. Thales (625-545 SM)
Thales mengembangkan filsafat alam kosmologi yang mempertanyakan asal mula sifat
dasar dan struktur komposisi alam semesta. Menurut pendapatnya, semua berasal dari air
sebagai dasar kosmos. Katanya, semua berasal dari air dan semuanya kembali menjadi air.
Bahwa bumi terletak di atas air dan bumi sebagai bahan yang muncul dari air dan terapung di
atasnya.
Dalam sejarah matematika, Thales dianggap sebagai pelopor geometri abstrak yang
didasarkan pada petunjuk pengukur banjir yang implementasinya membuktikan dalil-dalil geometri.
Salah satunya adalah kedua sudut alas dari suatu segitiga sama kaki itu sama besarnya.
2. Anaximandros (640-656 SM)
Ia adalah orang pertama yang memegang suatu traktat dalam kesusastraan Yunani serta
berjasa di bidang astronomi dan geografi. Ia juga sebagai orang yang membuat peta bumi, yang
dilanjutkan oleh Herakleitos. Ia berhasil memimpin sekelompok orang yang membuat kota baru di
Apollonia, Yunani.
Dalam menyampaikan pendapat tentang arche, ia tidak menunjuk salah satu unsur yang dapat
diamati oleh indra, tetapi juga menunjuk sesuatu yang tidak dapat diamati oleh indra, yaitu apeiron.
Alasannya, jika tentang arche tersebut ia menunjuk pada salah satu unsur yang dapat bergerak sesuai
dengan sifatnya sehingga tidak ada tempat bagi unsur yang berlawanan.
3. Phytagoras (572-497 SM)
Menurut pemikirannya, substansi dari semua benda adalah bilangan dan segala gejala alam
merupakan pengungkapan indrawi dari perbandingan matematis. Bilangan merupakan inti sari dan
dasar pokok dari sifat benda. Ia juga mengembangkan pokok soal matematika yang termasuk teori
bilangan. Umpamanya, dikembangkan susunan bilangan-bilangan yang mempunyai bentuk geometris.
Salah seorang penganut phytagoras mengatakan bagwa tuhan adalah bilangan tujuh, jiwa uty
bilangan enam, dan badan itu bilangan empat. Pythagoraslah yang mengatakan pertama kali bahwa
alam semesta itu merupakan satu keseluruhan yang teratur, sesuatu yang harmonis seperti dalam musik.
Menurut phytagoras, keatifan yang sesungguhnya hanya dimiliki oleh Tuhan. Karena, ia tidak
mau disebut sebagai orang arif seperti Thales, tetapi menyebut dirinya sebagai philosophos, yaitu
pencari kearifan.
4. Xenophanes (570—? SM)
Ia lebih tepat dikatakan sebagai penyair ahii pikir (filsuf) hanya karena ia
mempunyai daya nalar yang kritis mempelajari pemikiran-pemikiran filsafat pada saat itu.
Namanya terkenal karena untuk pertama kali melontarkan anggapan bahwa adanya konflik
antara pemikiran filsafat (rasio) terhadap pemikiran mitos.
Pendapatnya termuat dalam kritik terhadap Hornet-us dan Herodotus. Ia
membantah adanya antropomorfisme Tuhan-Tuhan, yaitu Tuhan digambarkan (seakan-
akan) seperti manusia. Karena manusia selalu mempunyai kecenderungan berpikir, Tuhan
pun seperti manusia yang bersuara, berpakaian, dan lain-lainnya. Ia juga membantah
bahwa Tuhan bersifat kekal dan tidak mempunyai permulaan. la juga menolak anggapan
bahwa Tuhan itu banyak dan menekankan keesaan Tuhan. Kritik ini ditujukan pada
anggapan-anggapan larna yang berdasarkan mitologi.
5. Heraclitos (535—475 SM)
Ia lahir di Ephesus, sebuah kota perantauan di Asia Kecil, dan merupakan kawan
dari Pythagoras dan Xenophanes. Akan tetapi, ia lebih tua la mendapat julukan si gelap
karena untuk menelusuri gerak pikirannya sangat sulit Hanya dengan melihat ia
mernpunyai kesan berhati tinggi dan sombong sehingga ia mudah mencela kebanyakan
mengatakan jahat dan bodoh serta mencela orang-orang terkemuka di negeri Yunani.
Mengenai pemikiran tentang benda, ia berpendapat bahwa tiap benda terdiri atas
hal-hal yang sifatnya berlawanan atau bertentangan, dua ekstrem yang Saling bertolak
belakang. Walaupun demikian, hal itu tetap membentuk kesatuan. Yang satu adalah
banyak dan yang banyak adalah satu. Hal ini berarti segala hal yang ada mengandung
pertentangan dari dirinya sendiri. Akan tetapi, justru pertentangan itulah yang mencipta
suatu kesatuan dan keharmonisan. Setiap pertentangan akan mencipta keadilan. seperti
musim dingin dan musim panas, Siang dan malam, bangun dan tidur, Cinta dan benci, tua
dan muda, dan sebagainya (Brower, 1986: 5—6).
Heraclitos mengemukakan pendapat bahwa segala yang ada selalu berubah dan
sedang menjadi. Ia percaya bahwa arche (asas yang pertama dari alam semesta) adalah api.
Api dianggapnya sebagai lambang perubahan dan kesatuan

Anda mungkin juga menyukai