KELOMPOK 5:
• Aulia Tri Hapsari
• Fayza Hafidzah Dwi Choirunnisa
• Marsya Nur Abidah
• M. Salman Asaduddin
• Salmaa Ayu Kartika
• Yudha Satria Palma
SEJARAH
• Selain di Jawa, Bali, Madura dan Lombok, ada lagi seperangkat gamelan di Indonesia yang lahir di Tatar
Pasundan. Gamelan ini menjadi ciri khas dan merupakan hasil kreativitas masyarakat Sunda yang biasa
disebut Gamelan Degung. Awal perkembangan Degung adalah sekitar akhir abad ke-18/awal abad ke-
19.
• Istilah degung berangkat dari kata “ngadeg” yang berarti berdiri dan “agung” berarti megah atau
“pengagung” yang berarti bangsawan (menak). Jika merujuk pada teori tersebut, kesenian degung ini
digunakan bagi kemegahan atau keagungan martabat kaum bangsawan.
• Sementara itu, ada pendapat lain yang mengatakan istilah Degung berasal dari kalimat “Deg ngadeg ka
nu Agung” yang dimaknai bahwa kita harus senantiasa beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
• Gamelan Degung setidaknya telah tersebar di beberapa tempat di Jawa Barat. Tercatat 5 perangkat ada
di Bandung dan 3 perangkat ada di Sumedang. Sementara itu, masing-masing 1 perangkat ada di
Cianjur, Ciamis, Kasepuhan, Kanoman, Darmaraja, Banjar dan Singaparna.
• Perkembangan Gamelan Degung tidak hanya di Indonesia saja, namun juga di luar negeri. Di luar
Indonesia, degung dikembangkan oleh perguruan tinggi seni dan beberapa musisi. Diantaranya adalah
Lingkung Seni Pusaka Sunda University of California (Santa Cruz, USA), musisi Lou Harrison (US).
ALAT-ALAT GAMELAN DEGUNG
• Saron atau Cempres
• Bonang
• Jengglong
• Suling
• Kendang
• Gong
Saron atau Cempres
• Terdiri dari 14 wilah dan
berderet dari nada mi alit
hingga la rendah. Baik dalam
Kemprangan maupun
Gumekan difungsikan sebagai
lilitan melodi.
Bonang
• Terdiri dari 14 penclon dalam
ancak dan berderet mulai dari
nada mi alit sampai nada la
ageng. Dalam Kemprangan
berfungsi sebagai lilitan
balunganing gending, dalam
Gumekan berfungsi sebagai
pembawa melodi.
Jengglong