Anda di halaman 1dari 6

Penggunaan Metoda Grounded Theory Dibawah Payung Paradigma Postpositivistik…………

PENGGUNAAN METODA GROUNDED THEORY


DIBAWAH PAYUNG PARADIGMA POSTPOSITIVISTIK
PADA PENELITIAN TENTANG FENOMENA SOSIAL PERKOTAAN
Bambang Setioko
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Semarang
Jl. Prof Sudarto SH Tembalang Semarang 50131

Abstrak
Berkembangnya penelitian dibawah payung paradigma post-positivistik tentang fenomena sosial
perkotaan akhir-akhir ini, merupakan pertanda akan munculnya teori teori baru bercirikan local wisdom
(kearifan lokal) mengakhiri kemandekan perkembangan ilmu pengetahuan akibat ketidak tepatan penggunaan
pola pikir eksakta dalam menterjemahkan pengetahuan sosial.
Tidak sebagaimana penelitian dengan menggunakan paradigma positivistik yang diawali dengan
penyusunan hipotesis, proses teorisasi data dengan model grounded theory diawali dengan meng-koding
fenomena diskrit, dilanjutkan dengan membangun konsep sebagai dasar untuk menyusun kategori dan
proposisi, dan berakhir dengan terbangunnya teori substantif. Teori dalam metode grounded theory berperan
sebagai background knowledge (latar pengetahuan) yang akan meningkatkan theoritical sensitivity (kepekaan
teori), namun bukan sebagai frame work (kerangka pikir).
Tulisan ini mengungkap penggunaan metoda grounded theory dalam gugus paradigma post-positivistik,
yang bertujuan untuk mengungkap fenomena sosial perkotaan di Indonesia yang semakin kompleks, yang
tentu saja sulit untuk diungkap dengan metode lain.
Kata Kunci: paradigma post-positivistik, kearifan lokal, latar pengetahuan, teori substantif.

Abstract
The development of research under the post-positivistic paradigm of urban social phenomena lately, a
sign will be the emergence of a new theory is characterized by local wisdom (local knowledge) to end
stagnation due to the development of science Inaccurate use of exact thinking in translating social knowledge.
Unlike research using positivistic paradigm that begins with preparation of hypothetical theorizing
process data with the model of grounded theory beginning with his coding discrete phenomena, followed by
developing the concept as a basis to create categories and propositions, and ended with the establishment of
substantive theory. The theory of the grounded theory method serves as background knowledge (background
knowledge) that will increase the Theoretical sensitivity (sensitivity theory), but not as a frame work
(framework).
This paper reveals the use of grounded theory method in this cluster of post-positivistic paradigm,
which aims to uncover the urban social phenomenon in Indonesia is increasingly complex, which is of course
difficult to reveal with other methods.
Keywords: post-positivistic paradigm, local knowledge, knowledge, substantive theory.

Pendahuluan bahwa teori-teori positivistik sangatlah


menghegemonik pemikiran mereka dan
Paradigma positivistik-empirik yang membuat ilmu pengetahuan menjadi mandek.
dipelopori oleh Auguste Comte, sejak tahun Pandangan positivisme dalam
1960 telah mengalami kemunduran, setelah perkembangannya dibantah oleh munculnya
sempat merasakan abad keemasannya pada paradigma baru yang disebut post-positivisme
beberapa dekade yang lalu. Dalam yang dirasakan lebih etik (Khun, 1962).
perkembangannya positivisme mengalami Menurut Leon (1994) paradigma positivistik
banyak sekali pertentangan diantaranya dari yang hanya berkutat pada angka-angka tidak
tokoh-tokoh pemikir eksakta yang merasa lagi mampu meng-cover problem sosial-
1
ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.11 No.1 Januari 2011

termasuk didalamnya fenomena sosial berasal dari kualitatif (induktif) ataupun


perkotaan yang semakin kompleks. Menurut kuantitatif (deduktif) diperlukan sebagai
Lincoln dan Guba (1990), gugus post- perspektif tambahan yang dapat saling
positivisme lebih mampu mengantarkan pada melengkapi, menuju terbangunnya “body of
tingkat pemahaman yang lebih mendalam knowledge” yang utuh (Newman and Benz,
atas proses-proses sosial yang komplek 1998) (Gambar: 1).
menggantikan pendekatan eksperimental
dalam gugus pemikiran positivisme. Aguste Metoda Grounded Theory Dalam Tradisi
Comte secara tegas mengatakan bahwa Penelitian Kualitatif
sebuah teori haruslah berciri nomothetik, Dalam bukunya yang berjudul The
berdasar pada fakta empirik yang kasat mata, Discovery of Grounded Theory (1967),Barney
terukur dan dapat digeneralisasi, sebagaimana Glaser dan Anselm Strauss menyatakan bahwa
teori teori lain yang telah lama eksis seperti: metode grounded theory dibawah payung
matematika, astronomi, fisika, kimia dan paradigma post-positivistik-naturalistik adalah
biologi. merupakan metode penelitian kualitatif yang
Paradigma post-positivistik ini bertolak menggunakan sejumlah prosedur sistimatis
belakang dengan positivistik. Dapat dikatakan guna membangun teori substantif tentang
bahwa paradigma post-positivistik sebagai suatu fenomena yang disusun secara induktif.
reaksi dan kekecewaan terhadap positivistik, Temuan penelitiannya merupakan rumusan
karena menyamaratakan ilmu manusia teori tentang realitas yang di teliti, bukan
dengan ilmu alam. Manusia bukanlah benda sekedar sejumlah tema yang kurang berkaitan.
mati yang gampang diukur. Menurut Oleh karena itu penelitian ini digolongkan
pandangan post-positivisme teori berciri dalam theory generation research (Sudrajad,
idiografik, yang mampu mengungkap multiple 2009). Teorisasi data berdasar pada fenomena
realities (realitas jamak) dan kompleks. empiris dalam seting alamiah seperti dalam
dunia nyata merupakan ke khasan model
HYPOTHESIS grounded theory. Ada beberapa ciri penelitian
3 kualitatif, yaitu: [1] penelitian kualitatif tidak
4 DATA menggunakan kerangka teoritik sebagai
REVIEW
2
langkah awal persiapan penelitian. Hal ini
ANALYSIS dimaksudkan untuk menghilangkan
THEORY ANALYSIS
1 kekawatiran akan menghasilkan penelitian
artifisial, jauh dari sifat naturalnya, karena
THEORY CONCLUSION tujuan penelitian kualitatif adalah
CONCLUSION
membangun ilmu idiografik, bukan
nomothetik (Muhajir, 2000); [2] penelitian
HYPOTHESIS kualitatif tidak terikat oleh hipotesis yang
muncul mendahului kerangka teoritiknya.
QUANTITATIVE QUALITATIVE
1-2-3-4-5-6 Penelitian kualitatif berangkat dari pikiran
Theory testing Theory Building berciri “open minded” bukan “empty headed”
Deductive Inductive
Begin with theory Ends with theory dalam rangka membangun konsep dan
berlanjut ke proposisi; [3] penelitian kualitatif
tidak menentukan variable, maupun berupaya
Gambar 1: Daur Penelitian Deduktif Induktif untuk mengukurnya, apalagi
Sumber: Newman and Benz, 1998 mengkuantifikasikannya; [4] penelitian
kualitatif menuntut bersatunya subyek
Sedangkan pandangan positivisme melihat peneliti dengan obyek penelitiannya. Peneliti
sebuah ilmu sebagai sesuatu yang mutlak, bukan hanya sebagai teknisi peneliti tetapi
sehingga memang tidak sesuai bila diterapkan juga terlibat dalam meng-konstruksi-kan teori.
dalam ilmu ke-manusia-an. Namun, Sepanjang proses penelitian, peneliti berperan
pandangan positivisme ini tidak sepenuhnya sebagai penyerap, penganalisa dan sintesa
salah. Kontribusi data dan informasi yang informasi,serta sekaligus sebagai penerjemah

2
Penggunaan Metoda Grounded Theory Dibawah Payung Paradigma Postpositivistik…………
Postpositi

informasi (Freilich dalam Nasution,


tion, 2005; dan yang harus dicari di lokus penelitian adalah
ada
Creswell, 1998); [5] dalam penelitian kualitatif, peristiwa atau insiden serta situasi sosial yang
pengumpulan, penganalisaan dan pemaknaan menunjukkan fenomena sebagaimana
data dilakukan secara simultan atau siklus. dimaksudkan dalam fokus penelitian.
Menurut Miles dan Huberman (1994) analisa Dalam penelitian dengan pendekatan
data tidak bisa dilakukan secara linier, akan
a kualitatif secara tradisional dipakai lima
tetapi harus dilakukan secara interaktif; [6] model, bergantung pada karakteristik dasar
penelitian kualitatif lebih mementingkan dan tujuan penelitian yang ingin dicapainya,
proses dari pada hasil. Hal ini terjadi karena yaitu [1] Studi Kasus,Kasus dipakai untuk
hubungan bagian-bagian
bagian yang diteliti akan mendapatkan deskripsi yang jelas dan
jauh lebih jelas terlihat dalam proses mendalam tentang suatu peristiwa yang
penelitiannya. Dalam penelitian kualitatif
kuali yang nuansanya terikat sangat kental dengan
dipentingkan adalah kedalaman materi, bukan tempat dan waktu; [2] Biografi,
Biografi dipakai untuk
luasnya materi; [7] dalam penelitian kualitatif menulis potret sejarah kehidupan
ehidupan seseorang;
pengertian random sampling tidak dikenal [3] Fenomenologi, dipakai untuk menjelaskan
karena yang dipentingkan adalah sampel sebuah konsep esensial tentang sebuah
teoritik, bukan sampel statistik. Semakin fenomena; [4] Etnografi, dipakai untuk
banyak sampel tidak menjamin didapatkannya
di meneliti tentang perilaku dari kultur
kedalaman sampel teoritik (Basrowi dan sekelompok masyarakat; [5] Grounded Theory
Suwandi, 2008). Kata kunci penentuan sampel , dimaksudkan untuk membangun atau
dalam penelitian kualitatif bukanlah menemukan teori substantif
substan (Creswell, 1998)
representasi melainkan “keterwakilan konsep” (Gambar: 2).
dalam beragam bentuk. Dengan demikian

Gambar 2: Lima Tradisi Dalam Penelitian Kualitatif


Sumber: Dikembangkan dari Creswell, 1998.

Tahapan Penelitian Grounded Theory “konotasi”nya (Sudaryono.2009). Tahap awal


Dalam grounded theory analisa data ini kemudian dilanjutkan dengan kegiatan
yang biasa disebut dengan istilah “coding” pemilahan
emilahan mengacu pada perbandingan ciri
berarti membuat deskripsi dan interpretasi.
interpretasi label dengan label yang y lain untuk
Dalam koding terdapat empat kegiatan, yaitu: menentukan pengelompokan berdasar pada
pelabelan, pemilahan,
han, pencatatan dan ciri kombinasi dan urutannya. Kegiatan
pematraan. Secara garis besar proses koding pencatatan
encatatan merupakan produk penulisan
diawali dengan pelabelan fenomena diskrit koding yang masih bersifat terbuka sebagai
sesuai dengan “isi dan makna”nya atau bahan refleksi dan abstraksi. Kegiatan
memberi “notasi” sesuai dengan pematraan
ematraan mengacu pada abstraksi ciri

3
ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.11 No.1 Januari 2011

hubungan dalam satuan label guna menemukan, menamai dan menyusun sampel
memahami dimensi sistimiknya. Tahap ini teoritik berupa situasi sosial di lokus
dinamakan open coding (pengkodean penelitian, berdasar pada sifat dan ukuran
berbuka) yang berarti proses menguraikan, dalam rentang dimensionalnya. Tahapan
memeriksa, membandingkan, koding merupakan tahapan yang paling
mengkonsepkan, dan mengkategorikan data. membosankan, karena menyangkut
Pada tahap berikutnya dilakukan axial coding sedemikian banyak fenomena diskrit yang
(pengkodean berporos) yang mengacu pada ditemui di lapangan, dikaitkan dan
kegiatan mendudukkan dan memetakan data dibandingkan satu dengan yang lain secara
berdasarkan hasil pengkodean berbuka, terus menerus untuk kemudian diabstraksikan
dengan membuat kaitan antar kategori. Dalam dalam bentuk konsep yang padat makna.
melakukan pengkodean berporos dilakukan Prosedur ini sangat membantu memberikan
dengan cara memanfaatkan “paradigma ketepatan dan kekhasan sebuah konsep dalam
koding” (coding-paradigm). Berdasar pada teoritisasi data. Abstraksi aras pertama ini
hasil pengkodean berporos, tahap selanjutnya menghasilkan konsep yang merupakan
adalah selective coding (pengkodean berpilih), komponen utama pembentuk sebuah teori.
yang berarti melakukan proses pemilihan Sebuah konsep muncul karena dibangun
kategori inti, mengkaitkannya terhadap bukan muncul dengan sendirinya. Langkah
kategori lainnya secara sistimik. (Basrowi & berikutnya adalah membangun beberapa
Suwandi, 2008). kategori pada aras abstraksi lebih tinggi, dari
Membangun Teori Melalui Proses Induksi sejumlah konsep yang saling bertautan. Dari
Pada proses Induksi ada empat tahapan beberapa kategori-kategori tentatif terbangun
utama dalam membangun pengetahuan lokal akan dipilih satu untuk dikerucutkan menjadi
dari lapangan, yaitu [1] koding, [2] konsep, [3] sebuah teori substantif (Gambar: 3).
kategori, [4] teori. Koding adalah proses

Back ground knowledge

te o ri

Teori substantif Dialog te o ri te or i


te or i
(Theoretical & pragmatical knowledge)

te o ri

Kategori

Konsep

Koding

membantu unt memaknai data


(bukan sbg framework)

Lokus penelitian
Fenomena diskrit

Place
Actor (Sumber:Dikembangkan dari Strauss & Corbin,1990 & Sudaryono,2004)
Activity
UNIT AMATAN
Gambar 3: Proses Induksi

Seperti telah diuraikan di depan bahwa proses dengan proses penyusunan konsep dan
induktif diawali dengan pengumpulan data berakhir dengan terbangunnya beberapa
dan informasi dari lapangan, dilanjutkan kategori konseptual. Dari beberapa kategori

4
Penggunaan Metoda Grounded Theory Dibawah Payung Paradigma Postpositivistik…………

konseptual tentatif terbangun hanya akan merupakan bahan untuk membentuk teori
dipilih satu kategori saja, untuk kemudian dan membutuhkan konsep sebagai bahan
ditetapkan sebagai core category (kategori bakunya. Suatu proposisi mempunyai makna
inti). Fenomena yang menjadi fokus penelitian teoritis jika ia dibentuk dari konsep-konsep
dapat dianggap sebagai kategori inti. Syarat kunci suatu disiplin ilmu pengetahuan.
sebuah kategori inti adalah label Rangkaian konsep, kategori dan proposisi
konseptualnya cocok dengan alur cerita yang dihasilkan melalui proses interaktif yang
diwakilinya dan cukup luas untuk mencakup bersifat resiprokal, tidak salah satu lebih
berbagai hal terkait dengannya. Selain itu dahulu dihasilkan dan kemudian diuji (Salim,
kategori inti juga harus mampu A, 2001).
menggabungkan kategori-kategori konseptual Pembentukan dan pengembangan
lain, yang pembentukan teorinya memang fenomena diskrit yang berada dalam aras
sedang dibutuhkan dalam rumpun ilmu empiris menjadi konsep, berlanjut menjadi
perencanaan dan perancangan kota. Kategori kategori dan proposisi yang aras abstraksinya
tentatif lain ditetapkan sebagai kategori semakin tinggi merupakan proses yang harus
konseptual subsider (pendukung). Dengan dilakukan dalam penyusunan teori substantif.
telah ditetapkannya kategori inti; kategori Teori substantif merupakan hasil dari
yang akan menjadi sentral dalam studi ini; teoritisasi data melalui proses induktif yang
tahap teorisasi data yang paling krusial telah berasal dari lapangan seharusnyalah sesuai
dilampaui. Supaya proses membangun teori dengan fenomena empiris, karena komponen
lebih efisien, koding pada pernyataan- komponen pembentuknyanya sepenuhnya
pernyataan yang tidak terkait dengan kategori mewakili fenomenon sebagai sumbernya.
inti akan diakhiri. Proses koding dilakukan
hanya pada pernyataan-pernyataan yang Kesimpulan
terkait langsung dengan kategori inti saja. Sebagai metoda dibawah payung
Langkah selanjutnya adalah mengkaitkan paradigma post-positivistik, grounded theory
beberapa kategori lain terhadap kategori inti research samasekali tidak berupaya untuk
dalam sejumlah hubungan dengan memverivikasi hipotesis, namun bertujuan
menggunakan model paradigma. untuk membangun teori substantif berdasar
Ada tiga elemen dasar dalam grounded pada fenomena empiris dalam “natural
theory yang tidak bisa saling dipisahkan, yaitu: setting” yang wajar. Metode berciri induktif
konsep, kategori dan proposisi (Schlegel, kualitatif ini, mampu mengungkap dan
1984, Stern, 1994 dalam Salim, A.2001). Unsur memahami sesuatu dibalik fenomena sosial
ketiga ini berada pada satu aras di bawah teori perkotaan yang sedikitpun belum diketahui
yang pada awalnya oleh Strauss dinamakan dan membuka wawasan tentang sesuatu yang
“hipotesis” (Glaser, B.G & Strauss, A.L. 1967; baru sedikit diketahui, serta memberikan
Gulo, W, 2007; Basrowi dan Suwandi, 2008). rincian yang kompleks tentang fenomena yang
Teori baru dapat dibangun bilamana 3 (tiga) sulit diungkapkan oleh metode lain.
unsur utamanya telah terbentuk. Adapun Hasil penelitian dengan metoda ini tidak
unsur yang dimaksud adalah: [1] konsep; yang saja dapat dipakai untuk “membaca” berbagai
dibentuk dari konsepsualisasi data; dan [2] fenomena sosial perkotaan dengan lebih jelas,
kategori; yang berupa kumpulan yang lebih namun dapat dipakai pula sebagai “alat dan
tinggi dan lebih abstrak dari konsep yang senjata” dalam memecahkan masalah yang
mereka wakili; serta [3] proposisi yang diperkirakan akan muncul.
menunjukkan hubungan-hubungan yang beciri
konsepsual (Moleong. 2007). Proposisi dapat Daftar Pustaka.
diartikan sebagai suatu pernyataan Aulia Firda.2010. Perspektif post positivisme.
berdasarkan hubungan berbagai konsep yang Universitas Sahid. Jakarta.
mengandung diskripsi sistem pemahaman
tertentu (Salim, A, 2006). Proposisi

5
ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.11 No.1 Januari 2011

Bambang Setioko.2010. Integrasi Ruang Muhadjir, Noeng.2000. Methode Penelitian


Perkotaan di Kelurahan Meteseh Kawasan Kualitatif Edisi IV. Rake Sarasin, Yogyakarta.
Pinggiran Kota Semarang. Disertasi Doktor
pada Program Doktor Teknik Arsitektur dan Newman, Isadore and R.Benz, Carolyn. 1998.
Perkotaan, Program Pasca Sarjana-Universitas Qualitative-Quantitative Research
Diponegoro.Semarang. Methodology, Exploring the Interative
Continum. Southern Illinois University Press.
Basrowi & Suwandi. 2008. Memahami
Penelitian Kualitatif. Rineka Cipta. Jakarta. Salim, Agus. 2006. Bangunan Teori -
Metodologi Penelitian untuk Bidang Sosial,
Creswell, John W.2003. 1998. Qualitative Psikologi, dan Pendidikan. Tiara Wacana.
Inquiry and Research Design-Choosing Among Yogyakarta.
Five Traditions. Sage Publication, Inc. USA.
Strauss, Anselm and Corbin, Juliet. 2007.
Glaser, G Barney and Strauss, L Anselm. 1967. Dasar - dasar Penelitian Kualitatif. Tata
The Discovery of Grounded Theory: Strategis langkah dan teknik teknik teorisasi data.
for Qualitative Research. Aldine Publishing Pustaka Pelajar.Yogyakarta.
Company. New-York.
Sudaryono. 2009. Penelitian sebagai Proses
Miles, Matthew B., Huberman, Michael A. Belajar: Makalah Seminar Nasional, Magister
Qualitative Data Analysis. Sage Publications, Teknik Arsitektur, Universitas Diponegoro.
Inc.USA.
Sudradjat, Iwan. 2009. Peran dan Fungsi Teori
Moleong, Lexy J.2007. Metodologi Penelitian dalam Penelitian Arsitektur. Makalah Seminar
Kualitatif. Edisi Revisi. Rosdakarya. Bandung. Nasional, Magister Teknik Arsitektur,
Universitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai