Abstrak
Berkembangnya penelitian dibawah payung paradigma post-positivistik tentang fenomena sosial
perkotaan akhir-akhir ini, merupakan pertanda akan munculnya teori teori baru bercirikan local wisdom
(kearifan lokal) mengakhiri kemandekan perkembangan ilmu pengetahuan akibat ketidak tepatan penggunaan
pola pikir eksakta dalam menterjemahkan pengetahuan sosial.
Tidak sebagaimana penelitian dengan menggunakan paradigma positivistik yang diawali dengan
penyusunan hipotesis, proses teorisasi data dengan model grounded theory diawali dengan meng-koding
fenomena diskrit, dilanjutkan dengan membangun konsep sebagai dasar untuk menyusun kategori dan
proposisi, dan berakhir dengan terbangunnya teori substantif. Teori dalam metode grounded theory berperan
sebagai background knowledge (latar pengetahuan) yang akan meningkatkan theoritical sensitivity (kepekaan
teori), namun bukan sebagai frame work (kerangka pikir).
Tulisan ini mengungkap penggunaan metoda grounded theory dalam gugus paradigma post-positivistik,
yang bertujuan untuk mengungkap fenomena sosial perkotaan di Indonesia yang semakin kompleks, yang
tentu saja sulit untuk diungkap dengan metode lain.
Kata Kunci: paradigma post-positivistik, kearifan lokal, latar pengetahuan, teori substantif.
Abstract
The development of research under the post-positivistic paradigm of urban social phenomena lately, a
sign will be the emergence of a new theory is characterized by local wisdom (local knowledge) to end
stagnation due to the development of science Inaccurate use of exact thinking in translating social knowledge.
Unlike research using positivistic paradigm that begins with preparation of hypothetical theorizing
process data with the model of grounded theory beginning with his coding discrete phenomena, followed by
developing the concept as a basis to create categories and propositions, and ended with the establishment of
substantive theory. The theory of the grounded theory method serves as background knowledge (background
knowledge) that will increase the Theoretical sensitivity (sensitivity theory), but not as a frame work
(framework).
This paper reveals the use of grounded theory method in this cluster of post-positivistic paradigm,
which aims to uncover the urban social phenomenon in Indonesia is increasingly complex, which is of course
difficult to reveal with other methods.
Keywords: post-positivistic paradigm, local knowledge, knowledge, substantive theory.
2
Penggunaan Metoda Grounded Theory Dibawah Payung Paradigma Postpositivistik…………
Postpositi
3
ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.11 No.1 Januari 2011
hubungan dalam satuan label guna menemukan, menamai dan menyusun sampel
memahami dimensi sistimiknya. Tahap ini teoritik berupa situasi sosial di lokus
dinamakan open coding (pengkodean penelitian, berdasar pada sifat dan ukuran
berbuka) yang berarti proses menguraikan, dalam rentang dimensionalnya. Tahapan
memeriksa, membandingkan, koding merupakan tahapan yang paling
mengkonsepkan, dan mengkategorikan data. membosankan, karena menyangkut
Pada tahap berikutnya dilakukan axial coding sedemikian banyak fenomena diskrit yang
(pengkodean berporos) yang mengacu pada ditemui di lapangan, dikaitkan dan
kegiatan mendudukkan dan memetakan data dibandingkan satu dengan yang lain secara
berdasarkan hasil pengkodean berbuka, terus menerus untuk kemudian diabstraksikan
dengan membuat kaitan antar kategori. Dalam dalam bentuk konsep yang padat makna.
melakukan pengkodean berporos dilakukan Prosedur ini sangat membantu memberikan
dengan cara memanfaatkan “paradigma ketepatan dan kekhasan sebuah konsep dalam
koding” (coding-paradigm). Berdasar pada teoritisasi data. Abstraksi aras pertama ini
hasil pengkodean berporos, tahap selanjutnya menghasilkan konsep yang merupakan
adalah selective coding (pengkodean berpilih), komponen utama pembentuk sebuah teori.
yang berarti melakukan proses pemilihan Sebuah konsep muncul karena dibangun
kategori inti, mengkaitkannya terhadap bukan muncul dengan sendirinya. Langkah
kategori lainnya secara sistimik. (Basrowi & berikutnya adalah membangun beberapa
Suwandi, 2008). kategori pada aras abstraksi lebih tinggi, dari
Membangun Teori Melalui Proses Induksi sejumlah konsep yang saling bertautan. Dari
Pada proses Induksi ada empat tahapan beberapa kategori-kategori tentatif terbangun
utama dalam membangun pengetahuan lokal akan dipilih satu untuk dikerucutkan menjadi
dari lapangan, yaitu [1] koding, [2] konsep, [3] sebuah teori substantif (Gambar: 3).
kategori, [4] teori. Koding adalah proses
te o ri
te o ri
Kategori
Konsep
Koding
Lokus penelitian
Fenomena diskrit
Place
Actor (Sumber:Dikembangkan dari Strauss & Corbin,1990 & Sudaryono,2004)
Activity
UNIT AMATAN
Gambar 3: Proses Induksi
Seperti telah diuraikan di depan bahwa proses dengan proses penyusunan konsep dan
induktif diawali dengan pengumpulan data berakhir dengan terbangunnya beberapa
dan informasi dari lapangan, dilanjutkan kategori konseptual. Dari beberapa kategori
4
Penggunaan Metoda Grounded Theory Dibawah Payung Paradigma Postpositivistik…………
konseptual tentatif terbangun hanya akan merupakan bahan untuk membentuk teori
dipilih satu kategori saja, untuk kemudian dan membutuhkan konsep sebagai bahan
ditetapkan sebagai core category (kategori bakunya. Suatu proposisi mempunyai makna
inti). Fenomena yang menjadi fokus penelitian teoritis jika ia dibentuk dari konsep-konsep
dapat dianggap sebagai kategori inti. Syarat kunci suatu disiplin ilmu pengetahuan.
sebuah kategori inti adalah label Rangkaian konsep, kategori dan proposisi
konseptualnya cocok dengan alur cerita yang dihasilkan melalui proses interaktif yang
diwakilinya dan cukup luas untuk mencakup bersifat resiprokal, tidak salah satu lebih
berbagai hal terkait dengannya. Selain itu dahulu dihasilkan dan kemudian diuji (Salim,
kategori inti juga harus mampu A, 2001).
menggabungkan kategori-kategori konseptual Pembentukan dan pengembangan
lain, yang pembentukan teorinya memang fenomena diskrit yang berada dalam aras
sedang dibutuhkan dalam rumpun ilmu empiris menjadi konsep, berlanjut menjadi
perencanaan dan perancangan kota. Kategori kategori dan proposisi yang aras abstraksinya
tentatif lain ditetapkan sebagai kategori semakin tinggi merupakan proses yang harus
konseptual subsider (pendukung). Dengan dilakukan dalam penyusunan teori substantif.
telah ditetapkannya kategori inti; kategori Teori substantif merupakan hasil dari
yang akan menjadi sentral dalam studi ini; teoritisasi data melalui proses induktif yang
tahap teorisasi data yang paling krusial telah berasal dari lapangan seharusnyalah sesuai
dilampaui. Supaya proses membangun teori dengan fenomena empiris, karena komponen
lebih efisien, koding pada pernyataan- komponen pembentuknyanya sepenuhnya
pernyataan yang tidak terkait dengan kategori mewakili fenomenon sebagai sumbernya.
inti akan diakhiri. Proses koding dilakukan
hanya pada pernyataan-pernyataan yang Kesimpulan
terkait langsung dengan kategori inti saja. Sebagai metoda dibawah payung
Langkah selanjutnya adalah mengkaitkan paradigma post-positivistik, grounded theory
beberapa kategori lain terhadap kategori inti research samasekali tidak berupaya untuk
dalam sejumlah hubungan dengan memverivikasi hipotesis, namun bertujuan
menggunakan model paradigma. untuk membangun teori substantif berdasar
Ada tiga elemen dasar dalam grounded pada fenomena empiris dalam “natural
theory yang tidak bisa saling dipisahkan, yaitu: setting” yang wajar. Metode berciri induktif
konsep, kategori dan proposisi (Schlegel, kualitatif ini, mampu mengungkap dan
1984, Stern, 1994 dalam Salim, A.2001). Unsur memahami sesuatu dibalik fenomena sosial
ketiga ini berada pada satu aras di bawah teori perkotaan yang sedikitpun belum diketahui
yang pada awalnya oleh Strauss dinamakan dan membuka wawasan tentang sesuatu yang
“hipotesis” (Glaser, B.G & Strauss, A.L. 1967; baru sedikit diketahui, serta memberikan
Gulo, W, 2007; Basrowi dan Suwandi, 2008). rincian yang kompleks tentang fenomena yang
Teori baru dapat dibangun bilamana 3 (tiga) sulit diungkapkan oleh metode lain.
unsur utamanya telah terbentuk. Adapun Hasil penelitian dengan metoda ini tidak
unsur yang dimaksud adalah: [1] konsep; yang saja dapat dipakai untuk “membaca” berbagai
dibentuk dari konsepsualisasi data; dan [2] fenomena sosial perkotaan dengan lebih jelas,
kategori; yang berupa kumpulan yang lebih namun dapat dipakai pula sebagai “alat dan
tinggi dan lebih abstrak dari konsep yang senjata” dalam memecahkan masalah yang
mereka wakili; serta [3] proposisi yang diperkirakan akan muncul.
menunjukkan hubungan-hubungan yang beciri
konsepsual (Moleong. 2007). Proposisi dapat Daftar Pustaka.
diartikan sebagai suatu pernyataan Aulia Firda.2010. Perspektif post positivisme.
berdasarkan hubungan berbagai konsep yang Universitas Sahid. Jakarta.
mengandung diskripsi sistem pemahaman
tertentu (Salim, A, 2006). Proposisi
5
ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.11 No.1 Januari 2011