Anda di halaman 1dari 9

1.

rasa Ingin Tahu Manusia

Manusia mempunyai rasa ingin tahu terhadapa rahasia alam, mencobamenjawab dengan
menggunakan pengamatan dan pengalaman, tetapi seringmencoba menjawab dengan
memuaskan. Pada masa kuno untuk memuaskan merekamenjawab sendiri. Misalnya, kenapa ada
pelangi, dan mereka membuatjawaban, pelangi adalah seendang bidadari atau kenapa gungung
meletus,jawabannya yang berkuasa marah. Dari hal ini timbulnya pengetahuantentang bidadari
dan sesuatu yang berkuasa. Pengetahuan baru itu munculdari kombinasi antara pengalaman dan
kepercayaan yang disebut mitos.Cerita-cerita mitos disebut Legenda. Mitos dapat diterima
karenaketerbatasan penginderaan, penalaran, dan hasrat ingin tahu yang harusdipenuhi.
sehubungan dengan kemajuan zaman, maka
lahirlah ilmu pengetahuan dan metode ilmiah.

Puncak pemikiran mitos adalah pada zaman Babilonia yati kira-kira 700-600 SM. Orang
Babilonia berpendapat bahwa alam semesta itu sebagai ruangan setengah bola dengan bumi yang
datar sebagai lantainya dan langit dan bintang-bintang sebagai atapnya. Namun yang
menakjubkan mereka telah mengenal bidang ekleptika sebagai bidang edar matahari dan
menetapkan perhitungan satu tahun yaitu satu kali matahari beredar ketempat semula, yaitu
365,25 hari. Pengetahuan dan ajaran tentang orang Babilonia setengahnya merupakan dugaan,
imajinasi, kepercayaan atau mitos pengetahuan semacam ini disebut Pseudo science (sains palsu)

Tokoh-tokoh Yunani dan lainnya yang memberikan sumbangan perubahan pemikiran


pada waktu itu adalah :

1. Anaximander, langit yang kita lihat adalah setengah saja, langit dan isinya beredar
mengelilingi bumi ia juga mengajarkan membuat jam dengan tongkat.
2. Anaximenes, (560-520) mengatakan unsur-unsur pembentukan semua benda adalah air,
seperti pendapat Thales. Air merupakan salah satu bentuk benda bila merenggang
menjadi api dan bila memadat menjadi tanah.
3. Herakleitos, (560-470) pengkoreksi pendapat Anaximenes, justru apilah yang
menyebabkan transmutasi, tanpa ada api benda-benda akan seperti apa adanya.
4. Pythagoras (500 SM) mengatakan unsur semua benda adalah empat : yaitu tanah, api,
udara dan air. Ia juga mengungkapkan dalil Pythagoras C2 = A2 + B2, sehubungan
dengan alam semesta ia mengatakan bahwa bumi adalah bulat dan seolah-olah benda lain
mengitari bumi termasuk matahari.
5. Demokritos (460-370) bila benda dibagi terus, maka pada suatu saat akan sampai pada
bagian terkecil yang disebut Atomos atau atom, istilah atom tetap dipakai sampai saat ini
namun ada perubahan konsep.
6. Empedokles (480-430 SM) menyempurnakan pendapat Pythagoras, ia memperkenalkan
tentang tenaga penyekat atau daya tarik-menarik dan data tolak-menolak. Kedua tenaga
ini dapat mempersatukan atau memisahkan unsur-unsur.
7. Plato (427-345) yang mempunyai pemikiran yang berbeda dengan orang sebelumnya, ia
mengatakan bahwa keanekaragaman yang tampak ini sebenarnya hanya suatu duplikat
saja dari semua yang kekal dan immatrial. Seperti serangga yang beranekaragam itu
merupakan duplikat yang tidak sempurna, yang benar adalah idea serangga.
8. Aristoteles merupakan ahli pikir, ia membuat intisari dari ajaran orang sebelumnya ia
membuang ajaran yang tidak masuk akal dan memasukkan pendapatnya sendiri. Ia
mengajarkan unsur dasar alam yang disebut Hule. Zat ini tergantung kondisi sehingga
dapat berwujud tanah, air, udara atau api. Terjadi transmutasi disebabkan oleh kondisi,
dingin, lembah, panas dan kering. Dalam kondisi lembab hule akan berwujud sebagai api,
sedang dalam kondisi kering ia berwujud tanah. Ia juga mengajarkan bahwa tidak ada
ruang yang hampa, jika ruang itu tidak terisi suatu benda maka ruang itu diisi oleh ether.
Aristoteles juga mengajarkan tentang klasifikasi hewan yang ada dimuka bumi ini.
9. Ptolomeus (127-151) SM, mengatakan bahwa bumi adalah pusat tata surya (geosentris),
berbentuk bulat diam seimbang tanpa tiang penyangga.
10. Avicenna (ibn-Shina abad 11), merupakan ahli dibidang kedokteran, selain itu ahli lain
dari dunia Islam yaitu Al-Biruni seorang ahli ilmu pengetahuan asli dan komtemporer.
Pada abab 9-11 ilmu pengetahuan dan filasafat Yunani banyak yang diterjemahkan dan
dikembangkan dalam bahasa Arab. Kebudayaan Arab berkembang menjadi kebudayaan
Internasional.

Periode filsafat Yunani merupakan periode penting sejarah peradaban manusia karena
pada waktu itu terjadi perubahan pola pikir manusia dari mite-mite menjadi yang lebih rasional.
Pola pikir mite-mite adalah pola pikir masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk
menjelaskan fenomena alam, seperti gempa bumi dan pelangi. Gempa bumi tidak dianggap
fenomena alam biasa, tetapi Dewa Bumi yang sedang menggoyangkan kepalanya. Namun, ketika
filsafat diperkenalkan, fenomena alam tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa, tetapi
aktivitas alam yang terjadi secara kausalitas. Perubahan pola pikir tersebut kelihatannya
sederhana, tetapi implikasinya tidak sederhana karena selama ini alam ditakuti dan dijauhi
kemudian didekati bahkan dieksploitasi.
Manusia yang dulunya pasif dalam menghadapi fenomena alam menjadi lebih proaktif
dan kreatif, sehingga alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian. Dari proses ini kemudian
ilmu berkembang dari rahim filsafat, yang akhirnya kita nikmati dalam bentuk teknologi. Karena
itu, periode perkembangan filsafat Yunani merupakan poin untuk memasuki peradaban baru
umat manusia.Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada
masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Yunani
pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena Bangsa Yunani pada masa itu
tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi. Zaman Kuno meliputi zaman filsafat pra-Socrates di
Yunani.
Prothagoras menyatakan bahwa manusia adalah ukuran untuk segala-galanya. Hal ini
ditentang oleh Socrates (469-399 SM) dengan mengatakan bahwa yang benar dan yang baik
harus dipandang sebagai nilai-nilai objektif yang dijunjung tinggi oleh semua orang. Hasil
pemikiran Socrates dapat diketemukan pada muridnya Plato. Dalam filsafatnya Plato
mengatakan: realitas seluruhnya terbagi atas dua dunia yang hanya terbuka bagi pancaindra dan
dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dunia yang pertama adalah dunia jasmani dan yang
kedua dunia ide, sehingga adanya dualisme manusia yaitu dunia fisik dan dan dunia ide.Satu
wilayah dari manusia adalah dunia indera, yang mengenai kita hanya dapat mempunyai
pengetahuan yang tepat dan tidak tepat atau tidak sempurna dengan menggunakan lima indera.
Dunia indera akan selalu berubah-ubah sesuai dengan kondisi yang diserap indera. Wilayah yang
lain adalah “dunia ide” yang mengenainya kita mempunyai ilmu pengetahuan yang bersifat abadi
dan kekal.
Pendapat tersebut dikritik oleh Aristoteles dengan mengatakan bahwa yang ada itu adalah
manusia-manusia yang konkret. “Ide manusia” tidak terdapat dalam kenyataan. Aristoteles
adalah filsuf realis, dan sumbangannya kepada perkembangan ilmu pengetahuan besar sekali.
Sumbangan yang sampai sekarang masih digunakan dalam ilmu pengetahuan adalah mengenai
abstraksi, yakni aktivitas rasional di mana seseorang memperoleh pengetahuan. Menurut
Aristoteles ada tiga macam abstraksi, yakni abstraksi fisis, abstraksi matematis, dan
metafisis.Abstraksi yang ingin menangkap pengertian dengan membuang unsur-unsur individual
untuk mencapai kualitas adalah abstraksi fisis. Sedangkan abstraksi di mana subjek menangkap
unsur kuantitatif dengan menyingkirkan unsur kualitatif disebut abstraksi matematis. Abstraksi
di mana seseorang menangkap unsur-unsur yang hakiki dengan mengesampingkan unsur-unsur
lain disebut abstraksi metafisis.Teori Aristoteles yang cukup terkenal adalah tentang materi dan
bentuk.
Keduanya ini merupakan prinsip--prinsip metafisis, Materi adalah prinsip yaug tidak
ditentukan, sedangkan bentuk adalah prinsip yang menentukan. Teori ini terkenal dengan
sebutan Hylemorfisyme.Hippocrates (460-370 SM) adalah Bapak Ilmu Kedokteran, karena itu
tidak mengherankan kalau dia membahas manusia dari titik tolak konstitusional. Terpengaruh
oleh kosmologi Empedokles, yang menganggap bahwa alam semesta beserta isinya ini tersusun
dari empat unsur dasar yaitu: tanah, air, udara, dan api. Dengan sifat-sifat yang didukungnya
yaitu: kering, basah, dingin, dan panas, maka Hippocrates berpendapat bahwa dalam diri
seseorang terdapat empat macam sifat tersebut yang didukung oleh keadaan konstitusional yang
berupa cairan-cairan yang ada dalam tubuh orang itu, yaitu sifat kering terdapat dalam chole
(empedu kuning), sifat basah terdapat dalam melanchole (empedu hitam), sifat dingin terdapat
dalam phlegma (lendir), sifat panas terdapat dalam sanguis (darah).Keempat cairan tersebut ada
dalam tubuh dalam proporsi tertentu. Apabila cairan-cairan tersebut adanya dalam tubuh dalam
proporsi selaras (normal) orangnya normal (sehat), apabila keselarasan proporsi tersebut
terganggu maka orangnya menyimpang dari keadaan normal (sakit).Galenus menyempurnakan
ajaran Hipocrates tersebut, dan membeda-bedakan kepribadian manusia atas dasar keadaan
proporsi campuran cairan-cairan tersebut.
Galenus sependapat dengan Hipocrates, bahwa di dalam tubuh manusia terdapat empat
macam cairan yaitu : (1) chole; (2) melanchole, (3) plegma, (4) sanguis, dan bahwa cairan-cairan
tersebut adanya dalam tubuh manusia secara teori dalam proporsi tertentu. Kalau suatu cairan
adanya dalam tubuh itu melebihi proporsi yang seharusnya (jadi dominant) maka akan
mengakibatkan adanya sifat-sifat kejiwaan yang khas. Sifat-sifat kejiwaan yang khas ada pada
seseorang sebagai akibat dari dominant-nya salah satu cairan badaniah itu oleh Gelenus
disebutnya temperament. Jadi, dengan dasar fikiran yang telah dikemukakan itu sampailah
Galenus kepada penggolongan manusia menjadi empat tipe temperament, beralas pada dominasi
salah satu cairan badaniahnya.Pengaruh ajaran Hipocrates yang kemudian di sempurnakan oleh
Galenus, itu tahan uji sampai berapa abad, pendapatnya lama sekali diikuti oleh para ahli, hanya
dengan variasi yang berbeda-beda. Bahkan sampai dewasa ini pun pengaruh itu masih sangat
terasa. Lama-kelamaan latar belakang kefilsafatannya, yaitu adanya kesatuan dalam seluruh
kosmos, ditinggalkan, dan sebagai akibatnya terdapat adanya dua garis perkembangan, yaitu: (a)
yang menekankan pentingnya kejasmanian, yaitu teori-teori konstitusional, dan (b) yang
menekankan pentingnya segi kejiwaan, yaitu teori-teori temperament.Pada zaman Alexander
Agung (359-323 SM) sebagai kaisar Romawi dari Macedonia bidang filsafat tetap berkembang,
namun pada saat itu tidak ada filsuf yang sungguh-sungguh besar kecuali Plotinus. Pada masa ini
muncul beberapa aliran:Sinisme, Menurut paham ini jagat raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang
disebut Logos. Oleh karena itu, segala kejadian berlangsung menurut ketetapan yang tidak dapat
dihindari. Aliran Sinisme merupakan pengembangan dari aliran Stoik. Stoik menyatakan
penyangkalannya adanya “Ruh” dan “Materi” aliran ini disebut juga dengan Monoisme dan
menolak pandangan Aristoteles dengan Dualismenya. Epikurime, segala-galanya terdiri atas
atom-atom yang senantiasa bergerak. Manusia akan bahagia jika mau mengakui susunan dunia
ini dan tidak boleh takut pada dewa-dewa. Setiap tindakan harus dipikirkan akan akibatnya.
Aliran ini merupakan pengembangan dari teori atom Democritus sebagai obat mujarab untuk
menghilangkan rasa takut pada takhayul. Neo Platonisme, paham yang ingin menghidupkan
kembali filsafat Plato. Tokohnya adalah Plotinus. Seluruh filsafatnya berkisar pada Allah sebagai
yang satu. Segala sesuatu berasal dari yang satu dan ingin kembali kepadanya.
Tuhan menciptakan dua makhluk, yang satu bersifat anorganis (benda mati) dan yang
lain bersifat organis (makhluk hidup). Benda yang menjadi pengisi bumi tunduk pada hukum
alam (deterministis) dan makhluk hidup tunduk pada hukum kehidupan (biologis), tetapi yang
jelas ciri-ciri kehidupan manusia sebagai makhluk yang tertinggi, lebih sempurna dari hewan
maupun tumbuhan. Dari sekian banyak ciri-ciri manusia sebagai makhluk hidup, akal budi dan
kemauan keras itulah yang merupakan sifat unik manusia.
Rasa ingin tahu, juga merupakan salah satu ciri khas manusia. Ia mempunyai kemampuan
untuk berpikir sehingga rasa keingintahuannya tidak tetap sepanjang zaman. Karena apa? Karena
manusia akan selalu bertanya apa, bagaimana dan mengapa begitu. Manusia juga mampu
menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk dikombinasikan dengan pengetahuan yang
baru sehingga menjadi pengetahuan yang lebih baru.
Ada dua macam perkembangan alam pikiran manusia, yakni perkembangan alam pikiran
manusia sejak dilahirkan sampai akhir hayatnya dan perkembangan alam pikiran manusia, sejak
zaman purba hingga dewasa ini. Sejarah Pengetahuan yang diperoleh Manusia
Manusia selalu merasa ingin tahu maka sesuatu yang belum terjawab dikatakan
wallahualam, artinya Allah yang lebih mengetahui atau wallahualam bissawab yang artinya
Allah mengetahui sebenarnya. Perkembangan lebih lanjut dari rasa ingin tahu manusia ialah
untuk memenuhi kebutuhan nonfisik atau kebutuhan alam pikirannya, untuk itu manusia mereka-
reka sendiri jawabannya.
A. Comte menyatakan bahwa ada tiga tahap sejarah perkembangan manusia, yaitu tahap
teologi (tahap metafisika), tahap filsafat dan tahap positif (tahap ilmu). Mitos termasuk tahap
teologi atau tahap metafisika. Mitologi ialah pengetahuan tentang mitos yang merupakan
kumpulan cerita-cerita mitos. Cerita mitos sendiri ditularkan lewat tari-tarian, nyanyian, wayang
dan lain-lain.
Secara garis besar, mitos dibedakan atas tiga macam, yaitu mitos sebenarnya, cerita
rakyat dan legenda. Mitos timbul akibat keterbatasan pengetahuan, penalaran dan panca indera
manusia serta keingintahuan manusia yang telah dipenuhi walaupun hanya sementara.
Puncak hasil pemikiran mitos terjadi pada zaman Babylonia (700-600 SM) yaitu
horoskop (ramalan bintang), ekliptika (bidang edar Matahari) dan bentuk alam semesta yang
menyerupai ruangan setengah bola dengan bumi datar sebagai lantainya sedangkan langit-langit
dan bintangnya merupakan atap.
Tonggak sejarah pengamatan, pengalaman dan akal sehat manusia ialah Thales (624-546)
seorang astronom, pakar di bidang matematika dan teknik. Ia berpendapat bahwa bintang
mengeluarkan cahaya, bulan hanya memantulkan sinar matahari, dan lain-lain. Setelah itu
muncul tokoh-tokoh perubahan lainnya seperti Anaximander, Anaximenes, Herakleitos,
Pythagoras dan sebagainya.
2. PERKEMBANGAN ALAM PIKIRAN MANUSIA
Manusia memiliki rasa ingin tahu terhadap rahasia alam dengan menggunakan
pengamatan dan penggunaan pengalaman, tetapi sering tidak dapat menjawab masalah dan tidak
memuaskan. Pada manusia kuno, untuk memuaskan diri, mereka mencoba untuk membuat
jawaban sendiri. Misalnya, apakah pelangi itu ? mereka tidak menjawabnya. Maka, mereka
mencoba menjawab dengan mengatakan bahwa selendang bidadari. Selanjutnya, tentang
mengapa gunung meletus ? mereka juga menjawab dengan mengatakan sang kuasa sedang
marah. Dari jawaban itu, muncul – muncul pengetahuan yang disebut Yang Berkuasa. Dengan
menngunakan logika, munculah pengetahuan yang berkuasa kepada lautan, hutann dan
seterusnya. Pengetahuan yang merupakan kombinasi antara pengalaman – pengalaman dan
kepercayaan disebut mitos.
Manusia sebagai makhluk mempunyai ciri-ciri :
1. Memiliki organ tubuh yang kompleks dan sangat khusus terutama otaknya.
2. Mengadakan pertukaran zat, yakni adanya zat yang masuk dan keluar.
3. Memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan dari luar.
4. Memiliki potensi berkembang baik.
5. Berinteraksi dengan lingkungannya.
6. Meninggal / mati.
Manusia sebagai makhluk berfikir dibekali hasrat ingin tahu tentang benda dan peristiwa yang
terjadi disekitarnya, termasuk juga rasa ingin tahu tentang dirinya sendiri. Rasa ingin tahu inilah
yang mendorong untuk memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam, baik alam besar
(makrokosmos) maupun alam kecil (mikrokosmos), serta berusaha memecahkan masalah yang
dihadapi. Dorongan ini menyebabkan manusia dapat mengumpulkan berbagai pengetahuan.
Berlangsungnya perkembangan pengetahuan tersebut lebih dipermudah dengan adanya
kemampuan ini, maka dapat dilakukan tukar menukar informasi mengenai pengalaman dan
pengetahuan yang mereka miliki masing-masing. Perkembangan pengetahuan pada manusia juga
didukung oleh adanya sifat manusia yang ingin maju. Sifat manusia yang selalu tidak puas dan
sifat yang lebih baik. Mereka selalu berusaha mengerti atau memperoleh pengetahuan yang lebih
banyak, dengan demikian, akumulasi pengetahuan akan berlangsung lebih cepat.
Berfikir adalah suatu kegiatan untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Proses
berfikir dalam menarik kesimpulan berupa pengetahuan yang benar disebut penaalaran.
Pengetahuan yang dihasilkan penalaran ini merupakan hasil kegiatan berfikir, bukan hasil
perasaan. Tidak semua kegiatan berfikir merupakan penalaran. Penalaran merupakan kegiatan
berfikir yang mempunyai ciri-ciri tertentu yakni logis dan analistis.
Berdasarkan kriteria ini, maka tidak semua kegiatan berfikir merupakan berfikir logisa
dan analistis. Cara berfikir itu bukan merupakan penalaran. Terdapat berbagai cara untuk
memperoleh kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran, diantaranya adalah:
1. Pengambilan keputusan berdasarkan perasaan. Merasa, merupakan sesuatu cara menarik
kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran.
2. Instuisi. Merupakan kegiatan berfikir yang tidak analistis, tidak berdasarkan pada pola pikir
tertentu.
3. Wahyu. Merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada utusanNya.

A. Mitos, Penalaran dan Berbagai Cara Memperoleh Pengetahuan.


Cerita – cerita mitos disebut legenda. Mitos dapat diterima orang pada saat itu karena
keterbatasan pengindraan dan penalaran serta hasrat ingin tahu yang perlu dipenuhi sehubung
dengan kemajuan zaman, lahirlah ilmu pengetahuan dan metode pemecahan masalah yang
selanjutnya dikenal dengan metode ilmiah (Scientific method).
Mitos ini timbul disebabkan karena keterbatasan alat indra manusia, seperti :
1. Alat pengelihatan. Banyak benda yang bergeak begitu cepat sehingga tak tampak oleh benda.
2. Alat pendengaran. Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi dari 30
sampai 30.000 perdetik.
3. Alat pencium dan pengecap. Bau dan rasa tidak dapat enda yang dapat di cecap maupun yang
diciumnya. Manusia hanya bisa membedakan empat jenis rasa yaiyu manis, masam, asin, pahit.
4. Alat peraba. Alat peraba pada kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin, namun sangat
relatif sehingga tidak bisa dipakai sebagai alat observasi yang tepat. Pengulangan pengamatan
dengan berbagai cara dapat mengurangi kesalahan pengamatan tersebut. Jadi, mitos itu diterima
oleh masyarakat pada masa itu karena :

1. Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan keterbatasan pengindraan baik langsung


maupun dengan alat.
2. Keterbatasan penalaran mausia pada masa itu.
3. Hasrat ingin tahunya terpenuhi. Menurut Auguste Comte (1798-1857 M), dalam
sejaahnya perkembangan jiwa manusia baik sebagai individu maupun sebagai
keseluruhan, berlangsung 3 tahap, yaitu :

1. Tahap teologi atau fiktif


2. Tahap filsafat atau metafisik
3. Tahap positif atau ilmiah real.

Puncak pemikiran mitos adalah zaman balilonia, yaitu kira – kira 700-600 SM. Orang
Babilonia berpendapat bahwa alam semesta itu sebagai ruang setengah bola dengan bumi yang
datar sebagai lantainya dan lagit dan bintang sebagai atapnya. Namun yang menabjubkan mereka
sudah mengenal bidang ekleptika sebagai bidang edar matahari dan menetapkan hitungan satu
tahun, yaitu satu kali matahari beredar ketempat semula, yait 362,25 hari, pengetahuan
perbintangan pada zaman itu memang berkembang dan muncul pengetahuan tentang rasi-rasi
kelompok binatang, yaitu rasi Scorpio, Virgo, Piesces, Leo dan sebagainya. Rasi bintang yang
kita kenal pada saat ini berasal dai zaman balilonia ini. Pengetahuan dan ajaran balilonia tersebut
setengahnya metoakan dugaan, imajinasi, kepercayaan, atau mitos. Pengetahuan semacam ini
disebut Pseudo Science (sains palsu) artinya mirip sains, tapi bukan sains sebenarnya. Sains
palsu juga terkadang masih terdapat pada pola pikir orang Yunani kuno (700-600 SM.
MISALNYA Theles (624-548 SM).
Seorang filosof, astronom, ahli matematika dan ahli tehknik berpendapat bahwa binatang
– binatang mengeluarkan sinar sendiri, sedangkan bulan hanya memantulkan sinar dari matahari.
Dia juga berpendapat bahwa bumi merupakan suatu iring datar yang terapung di atas air. Dia
yang pertama kali mempertanyakan asal-usul semua benda yang ada di alam semesta ini.
Thales berpendapat bahwa keanekaragaman benda di alam ini merupakan gejala alam
saja, sedangkan bahan dasarnya amat sederhana, yaitu air. Bahan dasar itu melalui melalui proses
membentuk keanekaragaman benda, jadi tidak terbentuk begitu saja. Pendapat ini merupakan
pendapat yang sungguh besar dalam alam pikiran manusia pada zaman itu, benda yang benda
yang berkeanekaragaman itu. Karena sebelumnya masih banyak orang berpendapat bahwa benda
yang beranekaragam itu diciptakan oleh dewa-dewa seperti apa adanya itu. Thales berpendapat
semua kehidupan itu berasal dari air.
Kemudian, berdasarkan kemampua berfikir manusia yang semakin maju dan
perlengkapan pengamatan semakin sempurna, maka mitos dengan berbagai legenda makin
ditinggalkan orang dan cenderung menggunakan akal sehat dan rasio.
Berikut ini tokoh – tokoh Yunani lain yang telah memberikan sumbangan perubahan
berfikir pada saat itu.
1. Anaximander, seorang pemikir kontemporer pada masa Thales. Ia berpendapat bahwa langit
yang kita lihat sebenarnya hanya setengah. Langit dan segala isinya itu beredar mengelilingi
bumi, dan pendapat itu dapat bertahan sampai abad pertengahan. Ia juga yang mengajarkan
membuat jam matahari, yaitu tongkat yang tegak lurus di permukaan bumi, bayangan tongkat
yang terbentuk oleh sinar matahari dijadikan petunjuk waktu.
2. Aristoteles (384-322 SM) seorang filosof dan ahliilmu ilmiah, perangkum ajaran ahli-ahli lain,
orang pertama yang berusaha megklasifikasikan hewan berdasarkan anatomi dan pembedahan
langsung.
3. Ptolomius (127-252 SM) ahli astronomi Mesir-Yunani, penyusun sistem tatasurya Geosentris
yang bertahan sampai abad pertengahan.
4. Arkhimades (287-212 SM) seorang ahli matematika dan ahli astronomi penemu hukum
hidrostatis dalam makanika.
5. Aaximenes (560-520 SM) seorang yang berpendapat bahwa unsur-unsur dasar pembentukan
semua benda itu ada.

3. Penalaran
A. logika berfikir manusia
Kemampuan menalar menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan dan
merupakan rahasia kekuasaanNya. Manusia selalu dihadapkan untuk memilih baik dan buruk.
Dalam melakukan pemilihan ini, manusia berpaling dengan pengetahuan. Binatnag juga
mempunyai pengetahuan, namun terbatas untuk survival. Manusia mengembangkan pengetahuan
untuk mengatasi kebutuhan kelangsungan hidupnya.
Manusia mampu mengembangkan pengetahuan karena 2 hal :
1. Punya bahasa yang digunakan untuk mengkomunkasaikan informasi dan pilihan – pilihan yang
melatarbelakangi informasi tersebut.
2. Kemampuan berfikir manusia menurut suatu alur kerangka pikir tertentu, atau penalaran. Instink
binatang lebih peka dari manusia, namun binatang tidak bisa bernalar.
B. Hakikat penalaran
Penalaran merupakan suatu kegiatan berfikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam
menemukan kebenaran. Penalaran merupakan suatu proses berfikir dalam menarik suatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan.
C. Ciri-ciri penalaran
1. Adanya suatu pola berfikir yang secara luas dapat disebut logika.yang merupakan suatu proses
berfikir logis.
2. Sifat analitik dari proses berfikir. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berfikir
berdasarkan langkah-langkah tertentu. Perasaan instuinsi merupakan cara berfikir secara analitik.
Penalaran ilmiah sendiri dibagi 2 yaitu :
1. Deduktif yang berujung pada rasionalisme.
2. Induktif yang berujung pada empirisme.

Kesimpulan
1. Mitologi mungkin akan terus eksis di dalam peradaban ini ketika manusia belum menemukan
suatu jawaban atas sebuah materi. Metologi bisa tertanam ke dalam kepribadian yang paling
prinsip sekalipun. Friksi antara mitologi dan logika akan muncul ketika telah tuntasnya logika
suatu misteri, namun pola fikir masih berdiri pada alas paradigma mitologi.
Pemahaman kita menjadi lebih lengkap mengenai saling keterkaitan atara ide-ide itu. Mitos
menggunakan imajinasi untuk mengungkap keyakinan. Sastra memakai gelora jiwa untuk
mengungkap keindahan. Mitos ini timbul disebabkan antara lain keterbatasan alat indra manusia
seperti :
a. Alat pengelihatan
b. Alat pendengaran
c. Alat pencium
d. Alat peraba
2. Cara untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan yang tidak berdasarkan penalaran,
diantaranya adalah : pengambilan keputusan berdasarkan perasaan, instuisi, wahyu,dll.
3. Dalam sejarah perkembangan jiwa manusia baik sebagai individu maupun sebagai keseluruhan,
berlangsung dalam 3 tahap :
a. Tahap teologi (fiktif)
b. Tahap positif (ilmiah real)
c. Tahap filsafat (metafisik)
angkah-langkah operasionalnya adalah sebagai berikut :

1) Perumusan masalah; yang dimaksud dengan masalah di sini adalah merupakan pernyataan
apa, mengapa, ataupun bagaimana tentang objek yang diteliti. Masalah ini harus jelas batas-
batasnya serta dikenal faktor-faktor yang mempengaruhinya.

2) Penyusunan hipotesis; yang dimaksud dengan hipotesis adalah suatu perny ataan yang
menunjukkan kemungkinan-kemungkinan jawaban untuk memecahkan masalah yang telah
ditetapkan. Dengan kata lain, hipotesis merupakan dugaan yang tentu saja didukung oleh
pengetahuan yang ada. Hipotesis juga dapat dipandang sebagai jawaban sementara dari
permasalahan yang harus diuji kebenarannya dalam suatu observasi atau eksperimentasi.

3) Pengujian hipotesis; yaitu berbagai usaha pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan
hipotesis yang telah diajukan untuk dapat memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang
mendukung hipotesis tersebut atau tidak. Fakta-fakta ini dapat diperoleh melalui pengamatan
langsung dengan mata atau melalui teleskop atau dapat juga melalui uji coba atau
eksperimentasi.

4) Penarikan kesimpulan; penarikan kesimpulan ini didasarkan atas penilaian melalui analisis
dari fakta-fakta (data), untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan itu diterima atau tidak.
Hipotesis itu dapat diterima bila fakta-fakta yang terkumpul itu mendukung pernyataan hipotesis.
Bila fakta-fakta pernyataan hipotesis. Hipotesis yang diterima merupakan suatu pengetahuan
yang kebenarannya telah diuji secara ilmiah, dan merupakan bagian dari ilmu pengetahuan.

Keseluruhan langkah tersebut di atas harus ditempuh melalui urutan yang teratur, di mana
langkah yang satu merupakan landasan bagi langkah berikutnya. Dari keterangan-keterangan
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang
disusun secara sistematis, berlaku umum dan kebenarannya telah diuji secara empiris.

Anda mungkin juga menyukai