Anda di halaman 1dari 11

Epistemologi Filsafat IPA

            Epistemologi berasal dari bahasa Yunani yaitu episteme, yang berarti pengetahuan
(knowledge) dan logos yang berarti ilmu. Menurut arti katanya, epistemologi ialah ilmu yang
membahas masalah-masalah pengetahuan. Di dalam Webster New International Dictionary,
epistemologi diberi definisi sebagai berikut: Epistimology is the theory or science the method
and grounds of knowledge, especially with reference to its limits and validity, yang artinya
Epistemologi adalah teori atau ilmu pengetahuan tentang metode dan dasar-dasar pengetahuan,
khususnya yang berhubungan dengan batas-batas pengetahuan dan validitas atau berlakunya
sebuah pengetahuan (Darwis. A. Soelaiman, 2007).

            Istilah Epistemologi banyak dipakai di negeri Anglo Saxon (Amerika) dan jarang dipakai
di negeri continental (Eropa). Ahli-ahli filsafat Jerman menyebutnya Wessenchaftslehre.
Sekalipun lingkungan ilmu yang membicarakan masalah-masalah pengetahuan itu meliputi teori
pengetahuan, teori kebenaran dan logika, tetapi pada umumnya epistemologi hanya
membicarakan tentang teori pengetahuan dan kebenaran. Dimana kebenaran tersebut terbatas
pada empiris dan rasional akal manusia.

            Epistemologi atau filsafat pengetahuan merupakan salah satu cabang filsafat yang
mempersoalkan masalah hakikat pengetahuan. Apabila kita berbicara mengenai filsafat
pengetahuan, yang dimaksud dalam hal ini adalah ilmu pengetahuan kefilsafatan yang secara
khusus hendak memperoleh pengetahuan tentang hakikat pengetahuan.

            J.A Niels Mulder menuturkan, epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari
tentang watak, batas-batas dan berlakunya dari ilmu pengetahuan. Sedangkan Jacques Veuger
berpendapat bahwa epistemologi adalah pengetahuan tentang pengetahuan serta pengetahuan
yang kita miliki tentang pengetahuan orang lain. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa
epistemologi adalah bagian dari filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan,
sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode, dan keshahihan
pengetahuan. Jadi objek material dari epistemologi adalah pengetahuan dan objek formalnya
adalah hakikat pengetahuan. Abbas Hammami Mintarejo, memberikan pendapat bahwa
epistemologi adalah bagian filsafat atau cabang filsafat yang membicarakan tentang terjadinya
pengetahuan dan mengadakan penilaian atau pembenaran dari pengetahuan yang telah terjadi.
(Surajiyo, 2008).

Fisika sebagai bagian dari IPA juga mempelajari epistemology Fisika. Fisika dinamakan ilmu
“thabi’ah” (watak) yaitu Pendekatan ilmu dan pemahaman akal manusia untuk mempelajari
watak keteraturan alam. Fisika dikembangkan berdasarkan fakta dan data, dari fakta dan data
tersebut ditemukan rumus-rumus empiris fisika. Bahasa dalam mengungkap watak keteraturan
alam tersebut dinamakan rumus empiris fisika (Letmi Dwiridal, 2017, Hikmah mekanika
gravitasi, Prosiding SEMINAR NASIONAL Bidang Fisika ISBN : 978-602-50593-08).
Pengetahuan tentang watak keteraturan alam inilah yang dikenal Epistemologi Pengetahuan
Alam.

            Epistemologi atau teori pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu
pengetahuan, pengandaian, dasar-dasar serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai
pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui
akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif,

.    Pengertian IPA
IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso (1998:23)
merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-
hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode
dan berlaku secara universal”
Menurut kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan”.
Ilmu adalah pengetahuan yang ilmiah.Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui
manusia.Dari dua pengertian tersebut dapat digabungkan yaitu IPA sebagai ilmu yang
mempelajari tentang sebab dan akibat kejadian-kejadian yang ada di alam ini.( Soekarno,
1973;1).
IPA adalah body knowledge. IPA adalah suatu cabang pengetahuan yang mengangkat
fakta-fakta yang tersusun secara sistematis dan menunjukkan berlakunya hukum-hukum umum.
IPA merupakan pengetahuan yang didapat dengan jalan study dan praktik. IPA juga dapat
diartikan sebagai suatu cabang study yang bersangkut-paut dengan observasi dan klasifikasi
fakta-fakta terutama dengan disusunnya hukum umum dengan induksi dan
hipotesis. (Subiyanto,1998:
2).Definisi lain tentang IPA yang lengkap diberikan oleh Collete (1994:30), science should be
viewed as a way of thinking in the pursuit of understanding nature, asa way of investigating
claims about phenomenon and as body of knowledge that has resulted from inquiry. (Ilmu
Pengetahuan Alam harus dipandang secara berfikir dalam pencarian tentang pengertian rahasia
alam dan sebagai batang tubuh pengetahuan yang dihasilkan dari inquiry )
Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan sekumpulan
pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan
penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan
menggunakan metode ilmiah. Definisi ini memberi pengertian bahwa IPA merupakan cabang
pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun
dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi
penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala-gejala alam. Dengan demikian, pada
hakikatnya IPA meliputi tiga cakupan yaitu IPA sebagai produk, IPA sebagai proses dan IPA
sebagai sarana pengembangan sikap ilmiah.
o    Hakikat IPA sebagai produk meliputi konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan
teori-teori di dalam IPA yang merupakan hasil rekaan manusia dalam rangka memahami dan
menjelaskan alam bersama dengan berbagai fenomena yang terjadi di dalamnya. Produk IPA
(konsep, prinsip,hokum dan teori) tidak diperoleh berdasarkan fakta semata, melainkan
berdasar-kan data yang telah teruji melalui serangkaian eksperimen dan penyelidikan.
o    Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih
ketrampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan. yaitu dengan melakukan
observasi, mengukur, memprediksi, mengklasifikasi,membandingkan, menyimpulkan, 
merumuskan hipotesis,  melakukan eksperimen, menganalisis data, dan mengkomunikasikan
hasil penelitian. Dalam pengajaran IPA, aspek proses ini muncul dalam bentuk kegiatan
belajar mengajar. Ada tidaknya aspek proses ini sangat bergantung pada guru.
o    Hakikat sikap ilmiah adalah berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus
dipertahankan oleh seorang ilmuwan khususnya ketika mencari atau mengembangkan
pengetahuan baru. Sikap dapat diklasifikasi ke dalam dua kelompok besar. Pertama,
seperangkat sikap yang bila diikuti akan membantu proses pemecahan masalah; dan kedua,
seperangkat sikap tertentu yang meru-pakan cara memandang dunia serta berguna bagi
pengembangan karir di masayang akan datang (T. Sarkim, 1998:134).

B.    Fungsi Dan Manfaat IPA


Untuk mengenal apa IPA itu,  kita juga dapat menjelaskan melalui segi fungsinya. Dari berbagai
pustaka dapat dirangkum bahwa fungsi IPA itu ada lima, yaitu untuk:
      Membangun pola berpikir
Dapat kita simak dari fakta sejarah, bagaimana IPA terbagun dari pola berpikir manusia yang
berkembang dari zaman ke zaman. Di sisi lain, IPA itu sendiri juga dapat membangun pola
berpikir manusia dengan ciri-ciri khusus.
      Menjelaskan adanya hubungan antara berbagai gejala alam
Dalam menjelaskan sesuatu, IPA mempunyai ciri-ciri yang khusus, yaitu :
§   Analitis, artinya lengkap mendeskripsikan semua bagian dari objekpenelitiannya, serta
hubungan antara satu bagian dengan bagian lainnya.
§   Logis, artinya dapat diterima oleh akal.
§   Sistematis, artinya disusun secara logis dan sistematis sehingga tampak jelas tata urutan serta
hubungan satu dengan yang lain dan jelas pula bahwa tidak ada kebenaran ilmu pengetahuan
yang bertumpang tindih dalam arti berlawanan satu dengan yang lain.
§   Kausatif, maksudnya IPA menjelaskan mengapa segala gejala alam itu terjadi.
§   Kuantitatif, yang meliputi tiga arti:
§   Kesimpulan yang diuji kebenarannya melalui statistika,
§   Penjelasannya disertai dengan angka-angka dengan besaran hasil pengukuran atau dengan
rumusan-rumusan matematika,
§   Kuantitatif dalam artiannya yang tak langsung menyatakan kecermatan pengukuran.
Menurut Carl Hempel ada dua tujuan IPA dalam menjelaskan berbagai gejala alam ini, yaitu:
§  Untuk hal yang bersifat praktis, maksudnya untuk kepentingan kesejahteraan umat manusia.
§  Untuk memenuhi hasrat ingin tahu.

Meramalkan
Peramalan dari IPA ini adalah peramalan yang didasarkan atas adanya konsistensi
atau keteraturan dari gejala-gejala alam. Kunci pokok dari sesuatu yang dapat digunakan untuk
meramalkan itu adalah adanya keteraturan yang konsisten.
Menguasai atau mengontrol alam guna kesejahteraan manusia
Dengan IPA orang bisa mengolah sumber daya alam. Orang juga dapat mendirikan
industri-industri untuk menghasilkan barang-barang bagi kesejahteraan manusia. Dengan IPA
orang dapat mempermudah hubungan komunikasi maupun transportasi. Dengan IPA orang dapat
mencegah atau menghindari malapetaka akibat gejala alam.
Melestarikan berbagai gejala alam
Suatu gejala alam mungkin sekali tak terulang kejadiannya sehingga IPA dalam hal ini
selaku kumpulan pengetahuan yang logis dan sistematis secara tak langsung merekam gejala-
gejala alam, misalnya kehadiran komet, pergeseran benua, perubahan flora dan fauna.
Sedangkan maanfaat IPA sendiri adalah untuk mengembangkan sikap ilmiah antara lain:
Ø  sikap ingin tahu (curiousity)
Ø  sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality)
Ø  sikap kerja sama (cooperation)
Ø  sikap tidak putus asa ( perseverance)
Ø  sikap terbuka untuk menerima (open-mindedness)
Ø  sikap mawas diri/menyadari keterbatasan akal (self critism)
Ø  sikap bertanggung jawab (responsibility)
Ø  sikap berpikir bebas (independence in thinking)
Ø  sikap kedisiplinan diri (self discipline)

3        Nilai-Nilai Ilmu Pengetahuan Alam


«  Nilai-Nilai Sosial dari IPA
1) Nilai etik dan estetika dari IPA
Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai nilai-nilai etik dan estetika yang tinggi. Nilai-nilai itu
terutama terletak pada sistem yang menetapkan ‘kebenaran yang objektif’ pada tempat yang
paling utama. Adapun proses IPA itu sendiri dapat dianggap sebagai suatu latihan mencari,
meresapkan, dan menghayati nilai-nilai luhur.
2) Nilai moral atau humaniora dari IPA
Nilai-nilai moral atau humaniora dari IPA nampaknya mempunyai dua muka yang berlawanan
arah. Muka yang menuju kepada cita-cita kemanusiaan yang luhur sedang muka yang lain
menuju kepada tindak immoral yang tidak saja dapat melenyapkan nilai-nilai luhur namun dapat
melenyapkan eksistensi manusia itu sendiri.
IPA dan teknologi sekedar alat yang sangat tergantung dari manusianya yang berada di belakang
alat itu, untuk apa itu akan digunakan. Dengan kata lain, IPA itu sendiri adalah ‘suci’, yang tidak
suci itu ialah manusianya.
3) Nilai ekonomi dari IPA
Seorang ahli IPA, mungkin ia telah bertahun-tahun melakukan suatu penelitian. Katakanlah ia
menemukan suatu kaidah dari suatu fenomena tertentu. Apakah temuannya itu mempunyai niali
ekonomi? Memang tidak dapat dikatakan dengan tegas karena nilai ekonominya tidak langsung.
Ini baru menjadi kenyataan bila temuan itu dapat digunakan untuk memproduksi sesuatu yang
bermanfaat bagi masyarakat.lain daripada itu, bagi sang penemu, keberhasilannya itu dapat
meningkatkan harga diri atau kepercayaan masyarakat terhadap dirinya. Ini berarti temuannya itu
dapat memberi ‘nilai tambah’ bagi dirinya.
«  Nilai-Nilai Psikologis/Paedagogis IPA
1) Sikap mencintai kebenaran
IPA selalu mendambakan kebenaran yaitu kesesuaiannya pikiran dan kenyataan. Oleh karena itu
mereka yang selalu terlibat dalam proses IPA diharapkan mendapatkan imbas atau dampak
positif berupa sikap ilmiah yang demikian itu.
2) Sikap tidak purbasangka
Kita boleh saja mengadakan dugaan yang masuk akal (hipotesis) asal dugaan itu diuji
kebenarannya sesuai dengan kenyataannya atau tidak, baru menetapkan kesimpulan. Dalam
kehidupan sehari-hari sikap purbasangka sangat sering menimbulkan bencana pertengkaran dan
hidup ini menjadi tidak tenang dan tidak bahagia.
3) Sadar bahwa kebenaran ilmu yang diperoleh manusia itu tidak pernah mutlak
Kesimpulan seorang ilmuwan dapat hanya berlaku untuk sementara atau menyadari bahwa
pengetahuan yang ia dapat itu baru sebagian, maka hal ini akan menjadikan orang itu bersikap
rendah hati dan tidak sombong.
4) Yakin akan adanya tatanan alami yang teratur dalam alam semesta ini
Dengan mempelajari tentang hubungan antar gejala alam dan mendapatkan/menemukan adanya
kaidah-kaidah atau hukum-hukum alam yang ternyata begitu konsisten aturan-aturannya maka
orang akan menyadari bahwa alam semesta ini telah ditata dengan sangat teratur. Hal ini dapat
memberikan pengaruh positif untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT yaitu Tuhan
Yang Maha Esa.
5) Bersikap toleran atau dapat menghargai pendapat orang lain
Menyadari bahwa pengetahuan yang ia miliki bersifat tidak mutlak sempurna maka ia dapat
menghargai pendapat orang lain ternyata lebih mengetahuinya atau lebih sempurna untuk
memperbaiki, melengkapi, maupun untuk meningkatkan pengetahuannya.
6) Bersikap tidak putus asa
Orang-orang yang berkecimpung dalam IPA, mereka menggali atau mencari kebenaran. Mereka
akan bahagia bila mendapatkan kebenaran yang mereka yakini itu. Apalagi bila kebenaran itu
juga dapat membuat orang lain sejahtera dan bahagia dalam hidupnya. Oleh karena itu mereka
tidak pernah putus asa dan selalu berusaha untuk mencari kebenaran itu walaupun seringkali
tidak memperoleh apa-apa.
7) Sikap teliti dan hati-hati
Seorang ilmuwan IPA memiliki sifat teliti dalam melakukan sesuatu serta hati-hati dalam
mengambil kesimpulan ataupun dalam mengelurkan pendapatnya.
8) Sikap ‘curious’ atau ‘ingin tahu’
Para ilmuwan atau mereka yang berkecimpung dalam IPA akan didorong untuk ingin tahu lebih
banyak, karena ilmu pengetahuan itu merupakan sistem yang utuh sehingga pengetahuan yang
satu akan menunjang untuk mudah memahami yang lain, dan pengetahuan yang mereka
dapatkan tentu akan memberikan ‘reinforcement’ untuk mendorong mereka mencari tahu lebih
banyak.
9) Sikap optimis
Ilmuwan IPA selalu optimis, karena mereka sudah terbiasa dengan suatu eksperimentasi yang tak
selalu menghasilkan sesuatu yang mereka harapkan, namun bila berhasil, temuannya itu akan
memberikan imbalan kebahagiaan yang tak ternilai dengan uang. Oleh karena itu ilmuwan IPA
berpendirian bahwa segala sesuatu itu tidak ada yang tidak mungkin dikerjakan.

C. Keterbatasan IPA
1)      IPA tidak menjangkau untuk menguji kebenaran adanya Tuhan (Yang Maha Pencipta alam
semesta), karena IPA sengaja membatasi diri pada alam fisik. Tentang hubungan IPA dengan
adanya Tuhan ini ada suatu pernyataan yag menarik dari A.T. Bawden (1957) dalam bukunya
Man’s Physical Universe, yang mngatakan :
“Otak kita mampu membuat kesimpulan tentang nilai-nilai, tentang adanya tuhan, tentang
adanya kehidupan yangabadi dan sebagainya, namun IPA pada saat ini belummemiliki cara
untuk menguji kebenarannya. Ini tidak berarti bahwa adanya masalh rahasia yang IPA tak berani
menyentuhnya lalumembiarkannya seperti apa adanya,tetap tinggal diluar kawasan IPA untuk
selamanya.ini sebenarnya berarti bahwa bayak kesimpulan penting dariumat manusia harus
diterima atas dasar percaya sampai dinding tebal dari kebodohan dapat terkuakkan.” .Untuk
membuat keyakinan terhadap pendekatan kebenaran IPA maka manusia perlu mempelajari atau
memperhatikan wahyu dari Allah Yang Maha Pencipta . bahkan Einstein juga pernah
mengatakan bahwa ilmu pengetahuan perlu agama (ilmu tanpa agama itu buta).

2)      IPA tidak dapat menjangkau secara sempurna tentang objek pengamatannya


3)      IPA tidak menjangkau masalah etika (tata krama) yang mempermasalahkan tingkah laku
yang baik atau buruk. Juga tak menjangkau masalah estetika yang tersangkut paut dengan
keindahan. Juga tidak mungkin tentang sistem nilai.

Sifat Epistemologi Filsafat IPA Dalam Memperoleh Pengetahuan

1. Bersifat Empirisme

Empirisme adalah suatu cara atau metode dalam filsafat yang mendasarkan cara untuk
memperoleh pengetahuan dengan melalui pengalaman. John Locke, seorang bapak empirisme
Britania mengatakan bahwa pada waktu manusia di lahirkan akalnya merupakan jenis catatan
yang kosong (tabula rasa) dan di dalam buku catatan itulah dicatat pengalaman-pengalaman
inderawi. Menurut Locke, seluruh sisa pengetahuan seseorang diperoleh dengan jalan
menggunakan serta membandingkan ide-ide yang diperoleh dari penginderaan serta refleksi yang
pertama dan sederhana. Ia memandang akal sebagai sejenis tempat penampungan yang secara
pasif menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Hal ini menyatakan bahwa semua pengetahuan
seseorang dapat dilacak kembali sampai kepada pengalaman-pengalaman inderawi yang
pertama, yang dapat diibaratkan sebagai atom-atom yang menyusun objek-objek material. Apa
yang tidak dapat atau tidak perlu di lacak kembali secara demikian itu bukanlah pengetahuan,
atau di anggap bukan pengetahuan mengenai hal-hal yang factual.

Contoh : Gravitasi
2. Bersifat Rasionalisme

Rasionalisme adalah sebuah pikiran manusia, hal ini menimbulkan faham rasionalisme, yang
mempercayai adanya kebenaran dan berpendrian bahwa manusia mungkin mengerti dan alat
pengetahuannya berupa akal. Seseorang yang berpegang pada epistemologi menyatakan bahwa
kebenaran dapat ditemukan sebelum adanya pengalaman. Rasionalisme memiliki sumber
pengetahuan yang terletak pada akal seseorang, bukan karena rasionalisme mengingkari nilai
pengalaman, melainkan pengalaman dipandang sebagai sebuah perangsang bagi akal pikiran.
Para penganut rasionalisme meyakini bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide kita
dan bukannya di dalam diri seseorang. Jika kebenaran mengandung makna atau ide yang sesuai
dengan petunjuk kepada kenyataan, maka kebenaran hanya ada di dalam pikiran seseorang dan
hanya dapat diperoleh dengan akal budi serta dapat melahirkan paham intelektualisme dalam
dunia pendidikan.

Contoh : jika G = 0 maka semuanya bernilai 0 (gravitasi


hilang),berhamburan,berterbangan.
Metode Epistemologi Filsafat IPA Dalam Memperoleh Pengetahuan

1. Metode Induktif

Metode Induksi yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan pernyataan hasil observasi
dalam suatu pernyataan yang lebih umum dan menurut suatu pandangan yang dapat diterima
secara luas. Ilmu empiris ditandai oleh metode induktif, disebut induktif bila bertolak dari
pernyataan tunggal seperti gambaran mengenai hasil pengamatan dan penelitian seseorang
sampai pada pernyataan universal.

Contoh : Hasil Pengukuran Beberapa tempat di permukaan Bumi


Kesimpulannya : Rata-rata percepatan gravitasi bumi 9,8 m/s2

2. Metode Deduktif

Metode deduksi adalah suatu metode yang menyimpan bahwa data-data empiris diolah lebih
lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang harus ada dalam metode deduktif, yaitu adanya
perbandingan logis antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri. Bentuk logis teori bertujuan untuk
apakah teori tersebut mempunyai sifat empiris atau ilmiah serta perbandingan dengan teori-teori
lain dan ada pengujian teori dengan jalan rnenerapkan secara empiris kesimpulan-kesimpulan
yang bisa ditarik dari teori tersebut.

Contoh : Persamaan percepatan gravitasi Bumi

Masukan nilani G= Konstanta gravitasi, M= Massa Bumi dan r = Radius Bumi maka diperoleh
nilai percepatan gravitasi berkisar angka 9,8 m/s2
TUGAS : Epistemologi Filsafat IPA

Tulislah masing-masing contoh Epistemologi filsafat IPA (2 Fisika ,2 Biologi, 2 Kimia)


pada table berikut !

NO Empiris Rasional Induktif Deduktif


1
2
3
4
5
6

Anda mungkin juga menyukai