Anda di halaman 1dari 12

Karakteristik dan Persoalan Pokok Filsafat Analitik

Makalah:

Diajukan untuk memenuhi Ujian Akhir Semester mata kuliah:

Filsafat Analitik (A2)

Dosen Pengampu :

Drs. Loekisno Choiril Warsito, M. Ag.

Disusun oleh :

Oleh: Chalimatus Zhadhiyah (E91218072)

PROGRAM STUDI AQIDAH FILSAFAT ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Puji syukur atas kehadirat-Nya atas terlimpahnya rahmat, taufik, serta hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas akhir semester mata kuliah filsafat analitik.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada bimbingan kita Nabi Muhammad
SAW.

Kami selaku penulis ingin berterimakasih sebanyak-banyaknya kepada bapak


dosen Drs. Loekisno Choiril Warsito, M. Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah filsafat
analitik atas segala bimbinganya dalam satu semester ini. Kepada teman-teman dan orang
tua juga,yang selalu mendukung kami dalam segala hal.

Terlepas dari itu semua, penyusun menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Maka dari itu, kami memohon kritik dan saran
untuk perbaikan selanjutnya.

Mojokerto, 15 Januari 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

Pendahuluan…………………………………………………………………………..4

BAB II

Fokus Pembahasan

A. Sejarah Timbulnya dan Perkembangan Filsafat Analitik…………………5


B. Karakteristik dan Pokok Pembahasan Filsafat Analitik……………….......7

BAB III

Analisis…………………………………………………………………………………10

BAB IV

Kesimpulan……………………………………………………………………………11

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

Sejarah filsafat selalu memiliki perkembangan dari waktu ke waktu.


Perkembangan pemikirannya selalu dapat apresiasi meskipun memiliki perbedaan satu
sama lain dalam aliran filsafat sendiri. Belajar filsafat, sepertinya memasuki suatu medan
yang luas tiada bertepi, tiada rambu-rambu petunjuk jelas yang dapat menuntun ke jalan
keluar yang paling tepat, sehingga semuanya menjadi serba misteri dan penuh problema.
Belum lagi bahasa-bahasa filsafat yang sulit dipahami, sedikit rancu, dan tak mudah
untuk dijelaskan. Perkembangan terakhir dari filsafat sendiri adalah sampainya filosof
pada penelitian tentang bahasa, dan akan berkelanjutan tanpa berujung. Bahasa filsafat
memiliki banyak arti kekaburan, ketidakterangan, dan ambiguitas.
Sedangkan, bahasa menjadi media ekspresi dalam dunia. Bukan hanya alat
komunikasi, bahasa juga memiliki banyak fungsi dalam kehidupan. Dengan
bahasa kita bisa mengkategorikan, membedakan, dan menciptakan alam semesta.
Akhirnya, kita memandang dunia menurut bahasa kita. Faktanya, secara tidak
langsung bahasa dibangun dalam kebiasaan-kebiasaan kelompok lingkungan.
Kita melihat, mendengar dan sebaliknya mengalami sebagian besar seperti yang
kita lakukan karena kebiasaan bahasa lingkungan sekitar kita mempengaruhi
pilihan interpretasi tertentu.
Melihat betapa pentingnya peranan bahasa dalam kehidupan, sehingga
munculah beberapa filsuf dan melahirkan pemikiran ini guna untuk
menyembuhkan bahasa terutama pada bahasa filsafat yang rancu dan sulit
dipahami.

4
BAB II
Fokus Pembahasan
A. Sejarah Timbulnya dan Perkembangan Filsafat Analitik
Sejarah filsafat analitik ditandai oleh kritik atau pertentangan terhadap
kaum Hegelian pada abad ke XX, yang mana kaum hegelian mengfokuskan
pemikirannya terhadap idealisme. Idealisme sendiri ialah pandangan yang
menyimpulkan bahwa alam merupakan ekspresi dari pikiran, juga mengatakan
bahwa subtansi dari dunia ini adalah dari alam pikiran serta berpandangan bahwa
hal-hal yang bersifat materi dapat dijelaskan melalui jiwa.1 Kritikan terhadaap
kaum idealisme ini awalnya dilontarkan dari filsuf Inggris yang masyhur, yakni
G.E. Moore dan Bertran Russell. Kedua filsuf ini mulanya menjalin petemanan
yang cukup akrab, dan pada permulaan mereka mengenal filsafat di Inggris
dengan diselimuti mode filosofis idealisme. Moore sendiri sangat menyukai
bilamana dapat mengembangkan argumennya dengan detail dan terperinci,
namun dia tidak menghiraukan ilmu pengetahuan. corak berfikir filsafatnya
adalah common sense (akal sehat).2
Ada sedikit keterbalikan dalam metode filsafat pada saat itu jika di
gabungkan dengan karakteristik pemikiran Moore sendiri, ketika aliran idealisme
yang menyelimuti pemikiran filsafat di Inggris dan karakteristik pemikiran Moore
yang lebih mengedepankan common sense . Sehingga Moore menatap ada
keanehan dalam corak berfikir filosofis saat itu. Mulailah ia menciptakan karya
tulisannya yang mana dalam karya tulisan ini terdapat kritikannya terhadap kaum
idealisme. Moore mengemukakan bahwa pemikiran-pemikiran kaum idealisme
ini menyimpang dari akal sehat, seperti yang dikemukakan bahwa “segala sesuatu
itu bersifat spiritual”.
Selanjutnya, mengenai perkembangan filsafat analitik ini sendiri, selain
Moore dan Russell banyak lagi tokoh filsuf lainnya yang menyambut dan ikut
serta dalam perkembangan filsafat analitik ini, dengan pemikiran yang baru dan
tentunya berbeda juga. Adapun beberapa tokoh dalam filsafat analitik ini yang

1
Rusdi, Filsafat Idealisme: Implikasinya dalam Pendidikan, (Jurnal: Dinamika Ilmu, Samarinda, 2013), Vol.
13, No. 2, 237.
2
K.Bertens, Filsafat Barat Kontemporer Imggris-Jerman, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002),
Jilid I, 28.

5
sudah masyhur dalam kalangan filsafat dan literatur-literatur filsafat bahasa yaitu,
setelah Russel kemudian dilanjutkan oleh Wittgenstein, Ayer, Ryle, John
Langshaw Austin.
Dalam perkembangan filsafat analitik ini, memiliki tiga gerakan yang juga
menjadi tiga tahapan perkembangan dalam analitik bahasa. Ke tiga gerakan ini
dikenal dengan nama atomisme logik, positivism logic, dan filsafat bahasa biasa.
Sehubung dengan perkembangannya, ketiga gerakan ini juga memiliki pelopor
pemikirannya masing-masing. Meskipun tujuan mereka sama, namun jalan yang
ditempuh untuk bisa mencapai pada tujuannya bisa jadi berbeda. Disini penulis
akan memaparkan juga tentang jalan-jalan yang diambil para filsuf bahasa pada
pemikirannya.
1. Atomisme Logik
Mulanya aliran ini masyhur dipelopori oleh Russel dalam karya-
karyanya. Russell menekankan metode bahasanya dengan analisis logis
atau bahasa logika. Mulanya pemikiran Russel dengan Moore tidak
memiliki perbedaan yang Nampak. Namun, beriring dengan
perkembangan pemikiran Russel, dia lebih memilih jalan yang berbeda
dengan pemikiran Moore. Menurutnya, bahasa logika itu dapat
menjelaskan struktur bahasa dan realitas.
Setelah pemikiran Russell, selanjutnya pemikiran ini juga dianut
oleh murid sekaligus sahabatnya yaitu Ludwig Wittgenstein. Hal ini dapat
dilihat dari karyanya yang berjudul tractatus logico philosophicus. Setelah
Wittgenstein adapun beberapa filsuf lainnya yang juga masuk dalam
gerakan atomisme logic ini, salah satunya yaitu John Wisdom.
2. Positivisme Logik
Positivisme logic semula juga dikenal sebagai Neo-positivisme
dan empirisme logic. Dalam aliran ini banyak tokoh ahli matematika,
sains, dan logika yang ikut serta dalam aliran ini. Aliran ini juga terdiri
dari kebanyakan filsuf lingkaran wina salah satu tokoh yang terlibat dalam
aliran ini yaitu Alferd Ayer.
3. Filsafat Bahasa Biasa

6
Setelah positivism logik yang sudah berkembang, selanjutnya
Filsafat bahasa biasa (The ordinary language philoshopy) yang dipelopori
oleh beberapa filsuf dari oxford dan satu dari Cambridge yaitu
Wittgenstein II. Setelah pemikiran Wittgenstein II ini, lanjutlah pada
pemikiran Gilbert Ryle dan John Langsaw Austin.
B. Karakteristik dan Persoalan pokok Filsafat Analitik
Setiap cabang ilmu ataupun aliran dalam filsafat memiliki persoalan
pokok sendiri, yang membedakan antara aliran satu dengan yang lainnya. Seperti
yang sudah masyhur dalam kalangan aliran filsafat, aliran filsafat analitik ini
menitik fokuskan pemikirannya terhadap analisa bahasa, metode bahasa, maupun
ruang lingkup yang dibicarakan oleh para filosof pada aliran filsafat analitik ini.
Seperti yang sudah saya sampaikan di bab sebelumnya, dengan melihat sejarah
yang terkandung sangat jelas sekali bahwa persoalan pokok yang sedang kita
bahas ini tertuju pada pembenahan bahasa dalam filsafat yang dianggap kabur,
tidak jelas dan sangat berbelit-belit dalam pengungkapannya. Sehingga, terjadilah
pengkritikan dari Moore, dan terjadilah revolusi baru yang sangat ditekankan pada
analisis bahasa guna memperjelas maksud-maksud dalam bahasa filsafat yang
rancu.
Seperti yang sudah saya paparkan pada pembahasan sejarah filsafat
analitik, bahwa dalam perkembangan filsafat analitik ini memiliki tiga aliran yang
menjadi jalan dari tujuan filsafat analitik ini. Dalam tiga aliran ini, juga akan
membahas tentang pemikiran-pemikiran analisa bahasa.
1. Atomisme Logik
Aliran ini berpandangan bahwa bahasa itu dapat di pecah menjadi
proposisi-proposisi atomic melalui teknik analisa logic maupun bahasa.3
Proposisi atomis adalah proposisi paling elementer yang tidak dapat
dipecah lagi menjadi proposisi yang lebih kecil. Dalam aliran ini corak
berfikirnya menggunakan corak logis. Menurut Russell selaku pelopor
aliran ini dalam dua kalimat yang berstruktur sama, akan memiliki struktur

3
Rizal Mustansyir, Filsafat Analitik, (Jakarta: Rajawali Pers, 1987), 38.

7
logis yang berbeda karena masing-masing kata yang ada dalam kalimat
tersebut memiliki fungsi logis yang berbeda pula.4
2. Positivisme Logik
Positivisme logik sama dengan empirisme logic, dari namanya saja
sudah memiliki kekhasan tersendiri bahwa titik pemikirannya ini di
dasarkan pada pengalaman.
3. Filsafat Bahasa Biasa (The ordinary language philoshopy)
Filsafat bahasa biasa juga dipelopori oleh Wittgenstein dalam
pemikirannya yang kedua, dalam kalangan filsafat biasanya disebut
dengan Wittgenstein II. Pemikirannya ini terletak pada pemikiranya
periode II yang ditulis dalam karyanya yaitu philosophical investigations.
Dalam karyanya ini memiliki pokok-pokok pemikirannya, salah satunya
yaitu permainan bahasa (language games).
Tata permainan bahasa yang dimaksud disini merupakan sebagian
dari suatu kegiatan atau merupakan suatu bentuk kehidupan. Sehingga kita
dapat melihat jamaknya dari kehidupan sehari-hari.5
Selain language games dalam aliran ini juga memiliki pokok
pemikiran lainnya, yaitu kegalatan kategori (category mistake). Pemikiran
ini dipelopori oleh Ryle. Maksud dari kegalatan kategori ini adalah
kekliruan yang terjadi jika seseorang menggambarkan fakta yang
sebenarnya dengan kategori satu dengan menggunakan ciri-ciri logis yang
menandai kategori lainnya.6
Pemikiran selanjutnya dalam aliran ini, speech acts yang
dipelopori oleh John Langsaw Austin. Speech acts memiliki makna
tindakan bahasa. Dalam pemikiran ini mengajarkan pada kehidupan
bahwa suatu bahasa bukan hanya untuk diucapkan, namun selain
mengungkapkannya si pengucap seharusnya juga melakukan apa yang
sudah di utarakan, misalnya dalam suatu pidato agama.

4
Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa: Mengungkap Hakikat Bahasa, Makna dan Tanda, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2006), 50.
5
Fathu Rahman, The Ordinary Language Philoshophy : Filsafat Bahasa Biasa, (Makasar: Humaniora
Tamalanrea, Univ Hasanuddin, 2011), 2.
6
Rizal Mustansyir, Filsafat Analitik,…….96.

8
BAB III
ANALISIS
Sejarah filsafat selalu terekam jejaknya semenjak zaman yunani kuno
hingga saat ini. Seiring berjalanannya waktu dan berkembang pula pemikiran-
pemikiran yang ada. Dalam filsafat pembahasan semula membahas tentang
kosmosentrisme pada zaman yunani kuno, selanjutnya memlalui perkembangan
zaman, pembahasan kosmos berubah menjadi pembahasan antrophosentris,
berkembang lagi pada abad pertengahan yang bercorak theosentrisme yang berada
pada abad kegelapan, hingga mengalami abad pencerahan yang biasa disebut
dengan renaissance, hingga pada abad ke dua puluh corak pemikirannya bersifat
logosentrisme yang melihat bahasa menjadi objek terpenting dalam pemikiran
para filsuf dimasa ini.
Dari sejarah dan beberapa referensi yang saya paparkan dalam tulisan ini
sebelumnya, saya menemukan analisa bahwa terbentuknya filsafat analitik atau
analisa bahasa ini terjadi karena kritikan Moore terhadap kaum idealisme din
Inggris. Moore sendiri memiliki kesenangan dalam merinci suatu masalah dengan
detail. Sebelumnya, dia juga memiliki cara berfkir filsafat dengan common sense
(akal sehat). Sehinga dia menolak ataupun mengkritik kaum idealisme yang corak
berfikirnya bisa dikatakan menyimpang dari akal sehat, contoh pemikiran kaum
idealisme “segala sesuatu bersifat spiritual, dan tidak ada dunia material di luar
kita, waktu itu tidak real”. Menurut Moore, anggapan ini sangat tidak masuk akal,
karena sangat bertentangan dengan akal sehat.
Dalam bukunya K. Bertens juga disebutkan, bahwa Moore sebenarnya
juga dijuluki a philosophers’ philoshoper yang artinya seseorang yang berfilsafat
tentang filsuf-filsuf lain. Dalam julukan ini Moore sangat masyhur atas kritiknya
terhadap filsuf-filsuf lain, terutama pada kaum idealisme. Akal sehat menjadi titik
kebenaran filsafatnya, namun yang dimaksudnya dalam ungkapan ini bukan
berarti akal sehat selalu benar, melainkan akal sehat sering kali mempunyai
anggapan benar dari pada pendapat para filsuf yang berbelit-belit.
Seperti dalam sejarah, perkembangan filsafat analitik ini di tandai dengan tiga
corak berfikir yang berbeda-beda namun memiliki tujuan yang sama guna
membersihkan bahasa filsafat yang rancu.

9
Atomisme logik bercorak pada logika, biasanya disebut dengan bahasa
logika. Penggunaan bahasa logika berarti pemakaian bahasa secara tepat sehingga
setiap bahasa mempunyai fungsi tertentu dan setiap kalimat menunjukkan
keadaan factual saja. Seperti pada teori gambar, yang mana pandangan ini
menunjukkan bahwa adanya hubungan antara bahasa dengan realitas.
Positivisme Logik, aliran ini didirikan oleh tokoh matematika, sains, dan
logika. Sehingga dapat diterawang bagaimana corak berpikir aliran ini. Biasanya
cenderung bercorak pada yang positif dan pasti.
Filsafat Bahasa Biasa (The ordinary language philoshopy) memberikan
kita ruang untuk menyelidiki perbagai masalah yang datang di kehidupan kita
sehari-hari. Seperti pada konsep tindakan bahasa (speech acts) yang membuat kita
secara tidak langsung agar menyelaraskan anatara isi ucapan dengan tindakan.
Agar bisa mencerminkan tanggung jawab si pengucap pada perbuatannya.

10
BAB IV
KESIMPULAN
Bahasa menjadi media ekspresi dalam dunia. Bukan hanya alat
komunikasi, bahasa juga memiliki banyak fungsi dalam kehidupan. Dengan
bahasa kita bisa mengkategorikan, membedakan, dan menciptakan alam semesta.
Akhirnya, kita memandang dunia menurut bahasa kita. Faktanya, secara tidak
langsung bahasa dibangun dalam kebiasaan-kebiasaan kelompok lingkungan.
Kita melihat, mendengar dan sebaliknya mengalami sebagian besar seperti yang
kita lakukan karena kebiasaan bahasa lingkungan sekitar kita mempengaruhi
pilihan interpretasi tertentu. Banyak bahasa filsafat yang mengalami kerancuan
dan ambiguitas. Sehingga memunculkan filsuf yang mengfokuskan pemikiranya
terhadap bahasa dan biasanya di sebut dengan filsafat analitik.
Dalam perkembangan filsafat analitik ini, memiliki tiga gerakan yang juga
menjadi tiga tahapan perkembangan dalam analitik bahasa. Ke tiga gerakan ini
dikenal dengan nama atomisme logik, positivism logic, dan filsafat bahasa biasa.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat. Asep Ahmad. 2006. Filsafat Bahasa: Mengungkap Hakikat Bahasa,


Makna dan Tanda. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

K.Bertens. 2002. Filsafat Barat Kontemporer Inggris-Jerman. Jilid I Jakarta: PT.


Gramedia Pustaka Utama.

Muntasyir. Rizal. 1987. Filsafat Analitik. Jakarta: Rajawali Pers.

Rahman. Fathu. 2011. The Ordinary Language Philoshophy : Filsafat Bahasa


Biasa. Makasar: Humaniora Tamalanrea. Univ Hasanuddin.

Rusdi. 2013. Filsafat Idealisme: Implikasinya dalam Pendidikan. Jurnal:


Dinamika Ilmu, Samarinda. Vol. 13. No. 2.

12

Anda mungkin juga menyukai