OELH:
Jessy Pelesya 2013021016
A. Kompetensi Inti
No Kompetensi Inti
C. Tujuan Pembelajran
dalam pembelajaran Fluida static ini diharapkan siswa terlibat aktif dalam kegiatan
pembelajaran dan bertanggungjawab dalam menyampaikan pendapat, menjawab
pertanyaan, memberi saran dan kritik, serta mampu memahami pengertian fluida,
menganalisis hukum-hukum pada hidrostatis, memahami penerapan hukum pascal dalam
kehidupan sehari-hari, memahami penerapan hukum archimedes dalam kehidupan sehari-
hari dengan rasa rasa ingin tahu, tanggung jawab, displin selama proses pembelajaran,
bersikap jujur, percaya diri dan pantang menyerah, serta memiliki sikap responsif (berpikir
kritis) dan proaktif (kreatif), serta mampu berkomukasi dan bekerjasama dengan baik.
D. Materi Pembelajaran
1. Fakta
• Ikan mengapung di dalam akuarium
• Kapal mengapung di atas laut
2. Konsep
• Fluida statik adalah ilmu yang mempelajari fluida dalam keadaan diam.
• Fluida statik dipakai untuk menjelaskan fenomena-fenomena seperti kenaikan
besar tekanan air terhadap kedalamannya dan perubahan besar tekanan atmosfer
terhadap ketinggian dari permukaan
• Tekanan Hidrostatik adalah tekanan yang diberikan oleh air ke semua arah pada
titik ukur maupun akibat adanya gaya gravitasi.
3. Prinsip
• Hukum Pascal
• Hukum Utama Hidrostatik
4. Prosedur
• Melakukan percobaan penerapan hukum-hukum fluida static
E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : AUSUBEL
2. Model Pembelajaran : Discovery Learning (Pembelajaran Penemuan)
3. Metode : ATM (Amati, Tiru, Modifikasi), Ceramah, Diskusi, Tanya
Jawab, Penugasan
F. Media, Alat dan Bahan Pembelajaran
1. Media LCD projector
2. Laptop
3. Bahan Tayang (Slide Power Point/Video)
4. Whiteboard
5. Spidol
6. Penggaris
G. Sumber Belajar
1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Buku Guru Mata Pelajaran fisika kelas XI
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Buku siswa Mata Pelajaran fisika kelas XI
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
3. Internet
4. Buku teks pelajaran yang relevan
H. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Pertemuan Ke-1 ( 2 x 35 menit ) Waktu
Kegiatan Pendahuluan
Guru :
Orientasi
❖ Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa untuk memulai 10
pembelajaran menit
❖ Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin
❖ Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan
pembelajaran.
1. Pertemuan Ke-1 ( 2 x 35 menit ) Waktu
Apersepsi
❖ Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan
pengalaman peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya
❖ Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya.
❖ Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan
dilakukan.
Motivasi
❖ Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan
dipelajari.
❖ Apabila materi/tema/projek ini kerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh ini
dikuasai dengan baik, maka peserta didik diharapkan dapat menjelaskan
tentang:
➢ Tekanan Hidrostatik
➢ Hukum Pascal
❖ Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung
❖ Mengajukan pertanyaan.
Pemberian Acuan
❖ Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan saat itu.
❖ Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan
KKM pada pertemuan yang berlangsung
❖ Pembagian kelompok belajar
❖ Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran.
Kegiatan Inti
Sintak Kegiatan Pembelajaran
Orientasi peserta Mengamati
didik kepada Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk
masalah memusatkan perhatian pada topik 70
menit
➢ Tekanan Hidrostatik
➢ Hukum Pascal
dengan cara :
❖ Melihat (dengan sebuah video pembelajaran)
1. Pertemuan Ke-1 ( 2 x 35 menit ) Waktu
Peserta didik diminta untuk mengamati penayangan video
yang disajikan oleh guru maupun mengamati gambar yang
terdapat pada buku siswa seperti gambar di bawah ini :
➢ Tekanan Hidrostatik
1. Pertemuan Ke-1 ( 2 x 35 menit ) Waktu
➢ Hukum Pascal
➢ Tekanan Hidrostatik
➢ Hukum Pascal
❖ Mendengar
Peserta didik diminta untuk mendengarkan pemberian
materi oleh guru yang berkaitan dengan:
➢ Tekanan Hidrostatik
➢ Hukum Pascal
❖ Menyimak,
Peserta didik diminta untuk menyimak penjelasan
pengantar kegiatan/materi secara garis besar/global
tentang materi pelajaran mengenai :
➢ Tekanan Hidrostatik
➢ Hukum Pascal
untuk melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi.
Mengorganisasikan Menanya
peserta didik
Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin pertanyaan yang berkaitan
dengan gambar yang disajikan dan akan dijawab melalui
kegiatan belajar, contohnya :
❖ Mengajukan pertanyaan tentang :
➢ Tekanan Hidrostatik
➢ Hukum Pascal
yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan
untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang
diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke
1. Pertemuan Ke-1 ( 2 x 35 menit ) Waktu
pertanyaan yang bersifat hipotetik) untuk mengembangkan
kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan
pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu
untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
Membimbing Mengumpulkan informasi
penyelidikan
Peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan untuk
individu dan
menjawab pertanyan yang telah diidentifikasi melalui
kelompok
kegiatan:
❖ Membaca sumber lain selain buku teks,
mengunjungi laboratorium komputer perpustakaan sekolah
untuk mencari dan membaca artikel tentang
➢ Tekanan Hidrostatik
➢ Hukum Pascal
❖ Mengumpulkan informasi
Mengumpulkan data/informasi melalui diskusi kelompok
atau kegiatan lain guna menemukan solusimasalah terkait
materi pokok yaitu
➢ Tekanan Hidrostatik
➢ Hukum Pascal
❖ Aktivitas
➢ Peserta didik diminta mengerjakan contoh soal berikut
ini
Sikap 1 2 3 4
Tanggung Tidak ikut serta Tidak ikut serta Mengikuti Aktif dalam
jawab dalam diskusi dalam diskusi diskusi hanya kegiatan
dan sebagai diskusi
mengganggu anggota pasif
aktivitas diskusi
Peduli Siswa acuh tak Siswa acuh tak Siswa kurang Siswa peduli
acuh dan acuh tehadap peduli terhadap terhadap
mengganggu kegiatan kegiatan kegiatan
tehadap kegiatan pembelajaraan pembelajaran pembelajaran
pembelajaraan
Semangat Siswa tidak Siswa tidak Siswa kurang Siswa terlihat
belajar terlihat terlihat terlihat semangat saat
tinggi semangat malas semangat saat semangat saat menerima
dalam menerima menerima menerima pembelajaran
pembelajaran pembelajaran pembelajaran
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒌𝒐𝒓
𝑷𝒆𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊𝒂𝒏 = 𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 = 𝒙𝟏𝟎𝟎
𝟐𝟒
A. Teori Belajar Ausubel
David Ausubel (1963) merupakan seorang psikolog pendidikan, melakukan
beberapa penelitian rintisan menarik di waktu yang hampir sama dengan Burner,
Ia sangat tertarik dengan cara mengorganisasikan berbagai ide. Ia menjelaskan
bahwa dalam diri seorang pelajar sudah ada organisasi dan kejalasan tentang
pengetahuan dibidang subjek tertentu. Ia menyebut organisasi ini sebagai struktur
kognitif dan percaya bahwa struktur ini menentukan kemampuan pelajar untuk
menangani berbagai ide dan hubungan baru. Makna dapat muncul dari materi baru
hanya bila materi itu terkait dengan struktur kognitif dari pembelajaran
sebelumnya.
David Ausubel terkenal dengan teori belajar yang dibawanya yaitu teori
belajar bermakna (meaningful learning). Menurut Ausubel belajar bermakna
terjadi jika suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep yang
relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang, selanjutnya bila tidak ada
usaha yang dilakukan untuk mengasimilasikan pengertian baru pada konsep-
konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif, maka akan terjadi
belajar hafalan. Menurut Ausubel ada dua jenis belajar : (1) Belajar bermakna
(meaningful learning) dan (2) belajar menghafal (rote learning).
Belajar bermakna adalah suatu proses belajar di mana informasi baru
dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang
sedang belajar. Sedangkan belajar menghafal adalah siswa berusaha menerima
dan menguasai bahan yang diberikan oleh guru atau yang dibaca tanpa makna.
Ausubel menaruh perhatian besar pada siswa di sekolah, dengan
memperhatikan/memberikan tekanan-tekanan pada unsur kebermaknaan dalam
belajar melalui bahasa (meaningful verbal learning). Kebermaknaan diartikan
sebagai kombinasi dari informasi verbal, konsep, kaidah dan prinsip, bila ditinjau
bersama-sama. Oleh karena itu belajar dengan prestasi hafalan saja tidak dianggap
sebagai belajar bermakna. Maka, menurut Ausubel supaya proses belajar siswa
menghasilkan sesuatu yang bermakna, tidak harus siswa menemukan sendiri
semuanya.
Pemerolehan informasi merupakan tujuan pembelajaran yang penting dan
dalam hal-hal tertentu dapat mengarahkan guru untuk menyampaikan informasi
kepada siswa. Dalam hal ini guru bertanggung jawab untuk mengorganisasikan
dan mempresentasikan apa yang perlu dipelajari oleh siswa, sedangkan peran
siswa di sini adalah menguasai yang disampaikan gurunya. Belajar dikatakan
menjadi bermakna (meaningful learning) yang dikemukakan oleh Ausubel adalah
bila informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan struktur
kognitif yang dimiliki peserta didik itu sehingga peserta didik itu mampu
mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya.
Dua syarat untuk materi yang dipelajari di asimilasikan dan dihubungkan
dengan pengetahuan yang telah dipunyai sebelumnya. \
a. Materi yang secara potensial bermakna dan dipilih oleh guru dan harus
sesuai dengan tingkat perkembangan dan pengetahuan masa lalu peserta
didik.
b. Diberikan dalam situasi belajar yang bermakna, faktor motivasional
memegang peranan penting dalam hal ini, sebab peserta didik tidak akan
mengasimilasikan materi baru tersebut apabila mereka tidak mempunyai
keinginan dan pengetahuan bagaimana melakukannya. Sehingga hal ini
perlu diatur oleh guru, agar materi tidak dipelajari secara hafalan.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut
Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan
dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Seseorang belajar
dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam skema yang telah ia punya.
Dalam prosesnya siswa mengkonstruksi apa yang ia pelajari dan ditekankan
pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam
system pengertian yang telah dipunyainya.
Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi
kognitif siswa melalui proses belajar bermakna. Mereka yang berada pada
tingkat pendidikan dasar, akan lebih bermanfaat jika siswa diajak beraktivitas,
dilibatkan langsung dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan pada tingkat
pendidikan yang lebih tinggi, akan lebih efektif jika menggunakan penjelasan,
peta konsep, demonstrasi, diagram dan ilustrasi.
Empat tipe belajar menurut Ausubel, yaitu.
a. Belajar dengan penemuan yang bermakna, yaitu mengaitkan pengetahuan
yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajarinya atau
siswa menemukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian
pengetahuan baru itu ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.
b. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna, yaitu pelajaran yang
dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang
telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan.
c. Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna, materi pelajaran yang telah
tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir,
kemudia pengetahuan yang baru itu dikaitkan dengan pengetahuan yang ia
miliki.
d. Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna, yaitu materi pelajaran
yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk
akhir, kemudia pengetahuan yang baru itu dihafalkan tanpa mengaitkannya
dengan pengetahuan yang ia miliki.
Berdasarkan uraian di atas maka, belajar bermakna menurut Ausubel adalah
suatu proses belajar di mana peserta didik dapat menghubungkan informasi baru
dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dan agar pembelajaran bermakna,
diperlukan 2 hal yakni pilihan materi yang bermakna sesuai tingkat pemahaman
dan pengetahuan yang dimiliki siswa dan situasi belajar yang bermakna yang
dipengaruhi oleh motivasi.
Dengan demikian kunci keberhasilan belajar terletak pada kebermaknaan
bahan ajar yang diterima atau yang dipelajari oleh siswa. Ausubel tidak setuju
dengan pendapat bahwa kegiatan belajar penemuan (discovery learning) lebih
bermakna daripada kegiatan belajar penerimaan (reception learning). Sehingga
dengan ceramahpun, asalkan informasinya bermakna bagi peserta didik, apalagi
penyajiannya sistematis, akan dihasilkan belajar yang baik
Teori belajar bermakna Ausubel ini sangat dekat dengan inti pokok
konstruktivisme. Keduanya menekankan pentingnya siswa mengasosiasikan
pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang
telah dipunyai. Keduanya menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru
kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai sisw. Keduanya
mengandalkan bahwa dalam pembelajaran itu aktif.
David Ausubel banyak mencurahkan perhatiannya pada pentingnya
mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar bermakna
(meaningful learning) dan belajar verbal yang dikenal dengan expository learning.
Pandangan Ausubel tentang belajar ini sangat bertentangan dengan ahli psikologi
kognitif lainnya, yaitu Bruner dan Piaget. Menurut Ausubel, pada dasarnya orang
memperoleh pengetahuan melalui penerimaan, bukan melalui penemuan. Konsep-
konsep, prinsip, dan ide-ide yang disajikan pada siswa akan diterima oleh siswa.
Dapat juga konsep ini ditemukan sendiri oleh siswa. (Gagne/Berliner, 322). Suatu
konsep mempunyai arti bila sama dengan ide yang telah dimiliki, yang ada dalam
struktur kognitifnya. Agar konsep¬konsep yang diajarkan berarti, harus ada
sesuatu di dalam kesadaran siswa yang bisa disamakan. Sesuatu itu adalah
"struktur kognitif'. Belajar bermakna adalah belajar yang disertai dengan
pengertian. Belajar bermakna akan terjadi apabila informasi yang baru diterima
siswa mempunyai kaitan erat dengan konsep yang sudah ada/diterima sebelumnya
dan tersimpan wan, struktur kognitifnya. Informasi baru ini juga dapat diterima
atau pelajari siswa tanpa menghubungkannya dengan konsep atau pengetahuan
a.ng sudah ada. Cara belajar seperti ini disebut belajar menghapal.
Ausubel mengklasifikasikan makna belajar ke dalam dua dimensi seperti
tampak pada gambar berikut. Dimensi pertama berhubungan dengan cara
bagaimana informasi atau materi pelajaran disajikan kepada siswa, apakah
`melalui penerimaan atau melalui penemuan. Belajar menurut dimensi ini
`diperoleh melalui pemberian informasi dengan cara dikomunikasikan kepada
siswa. dalam bentuk belajar penerimaan dan menyajikan informasi itu dalam
bentuk final, ataupun dalam bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa
untuk menemukan sendiri keseluruhan informasi yang harus diterimanya. Cara
kedua berhubungan dengan bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi yang
diterima dengan struktur kognitif yang sudah dimilikinya. Dalam hal ini siswa
menghubungkan atau mengaitkan informasi yang diterima dengan pengetahuan
yang telah dimilikinya, itulah yang dikatakan belajar bermakna. Siswa dapat juga
mencoba-coba menghapal informasi baru tanpa menghubungkan dengan konsep
yang telah ada dalam struktur kognitifnya. Itu disebut belajar menghapal.
Kedua dimensi itu tidak menunjukkan dikotomi yang sederhana, tetapi lebih
merupakan suatu kontinum, sebagai tampak dalam gambar berikut. Menurutnya,
belajar penerimaan tidak sama dengan belajar hapalan. Belajar penerimaan dapat
dibuat bermakna, yaitu dengan cara menjelaskan hubungan antara konsep-konsep.
3. Belajar Superordinat
Belajar superordinat terjadi, bila konsep-konsep yang telah dipelajari
sebelumnya dikenal sebagai unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas,
lebih inklusif.
5. Consolidation
Guru memberikan suatu konfirmasi yang tujuannya untuk memantapkan
materi yang baru yang telah peserta didik peroleh guna memudahkan peserta
didik dalam mempelajari materi berikutnya.
Skenario Pembelajaran Ausubel Dalam Pembelajaran
SKENARIO PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : FLUIDA STATIS
Materi Pokok : Tekanan Hidrostatis