Anda di halaman 1dari 4

A.

Pengertian

S2
Ontologi Kata ontologi berasal dari perkataan yunani, yaitu Ontos: being, dan Logos:logic.
Jadi, ontologi adalah the theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai
keberadaan) atau ilmu tentang yang ada. Ontologi diartikan sebagai suatu cabang metafisika
yang berhubungan dengan kajian mengenai eksistensi itu sendiri. Ontologi mengkaji sesuai
yang ada, sepanjang sesuatu itu ada.

Clauberg menyebut ontologi sebagai “ilmu pertama,” yaitu studi tentang yang ada sejauh ada.
Studi ini dianggap berlaku untuk semua entitas, termasuk Allah dan semua ciptaan, dan
mendasari teologi serta fisika. Pertanyaan yang berhubungan obyek apa yang dikaji oleh
pengetahuan itu (ontologi), bagaimana cara mengetahui pengetahuan tersebut (epistemologi),
dan apa fungsi pengetahuan tersebut (aksiologi).

S3
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal dari Yunani.
Kajian tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh yunani yang
memiliki pandangan yang bersifat ontologis adalah Thales, Plato, dan Aristoteles. Thales,
misalnya, melalui perenungannya terhadap air yang ada di mana-mana, ia sampai pada
kesimpulan bahwa air merupakan “substansi terdalam” yang merupakan asal mula dari segala
sesuatu. Yang penting bagi kita sesungguhnya bukanlah ajarannya yang mengatakan air
itulah asal mula segala sesuatu, melainkan pendiriannya bahwa “mungkin sekali segala
sesuatu berasal dari satu substansi belaka.”

Menurut The Liang Gie, ontologi adalah bagian dari filsafat dasar yang mengungkap makna
dari sebuah eksistensi yang pembahasannya meliputi persoalan-persoalan berikut: (a) apakah
artinya ada, hal yang ada?; (b) apakah golongan-golongan dari hal yang ada?; (c) apakah sifat
dasar kenyataan dan hal ada?; (d) apakah cara-cara yang berbeda dalam entitas dari kategori-
kategori logis yang berlainan (misalnya objek-objek fisis, pengertian unuiversal, abstraksi
dan bilangan) dapat dikatakan ada?

Kemudian dalam Ensiklopedi Britannica dijelaskan bahwa ontologi adalah teori atau studi
tentang yang ada (being/wujud) seperti karakteristik dasar dari seluruh realitas. Ontologi
sinonim dengan metafisika, yaitu studi filosofis untuk menentukan sifat nyata yang asli (real
nature) dari suatu benda untuk menentukan arti, struktur, dan prinsip benda tersebut.

B. Hubungan Ontologi dengan Filsafat Pendidikan

Telah kita ketahui bersama bahwasanya ontologi ialah suatu kajian keilmuan yang berpusat
pada pembahasan tentang hakikat. Ketika ontologi dikaitkan dengan filsafat pendidikan,
maka akan munculah suatu hubungan mengenai ontologi filsafat pendidikan.

Pendidikan adalah suatu kegiatan yang sadar akan tujuan. Disini bermakna bahwa adanya
pendidikan bermaksud untuk mencapai tujuan, maka dengan ini tujuan menjadi hal penting
dalam penyelenggaraan pendidikan. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan dapat
membawa anak menuju kepada kedewasaan, dewasa baik dari segi jasmani maupun rohani.
S6 Dengan mengetahui makna pendidikan maka makna ontologi dalam pendidikan itu sendiri
merupakan analisis tentang objek materi dari ilmu pengetahuan. Berisi mengenai hal-hal yang
bersifat empiris serta mempelajari mengenai apa yang ingin diketahui manusia dan objek apa
yang diteliti ilmu. Dasar ontologi pendidikan adalah objek materi pendidikan dimana sisi
yang mengatur seluruh kegiatan kependidikan. Jadi hubungan ontologi dengan pendidikan
menempati posisi landasan yang terdasar dari fondasi ilmu dimana disitulah teletak undang-
undang dasarnya dunia ilmu.

Diatas telah disebutkan bahwa pendidikan ditinjau dari sisi ontologi berarti persoalan tentang
hakikat keberadaan pendidikan. Fakta menunjukkan bahwa pendidikan selalu berada dalam
hubungannya dengan eksistensi kehidupan manusia. Tanpa pendidikan, manusia tidak
mungkin bisa menjalankan tugas dan kewajibannya di dalam kehidupan, pendidikan secara
khusus difungsikan untuk menumbuh kembangkan segala potensi kodrat (bawaan) yang ada
dalam diri manusia. Oleh sebab itu, dapat dipahami bahwa ontologi pendidikan berarti
pendidikan dalam hubungannya dengan asal-mula, eksistensi, dan tujuan kehidupan manusia.

Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi
tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki
pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles . Pada
masanya, kebanyakan orang belum membedaan antara penampakan dengan kenyataan. Thales
terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi
terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih penting ialah
pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka
(sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap ada berdiri sendiri).
Hakikat kenyataan atau realitas memang bisa didekati ontologi dengan dua macam sudut
pandang:

1. kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau


jamak?
2. Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut
memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan,
bunga mawar yang berbau harum.
Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau
kenyataan konkret secara kritis.
Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni Monisme, Dualisme, Materialisme, Idealisme,
Agnostisisme
Monisme: aliran yang mempercayai bahwa hakikat dari segala sesuatu yang ada adalah satu
saja, baik yang asa itu berupa materi maupun rohani yang menjadi sumber dominan dari yang
lainnya. Para filosof pra-Socrates seperti Thales, Demokritos, dan Anaximander termasuk dalam
kelompok Monisme, selain juga Plato dan Aristoteles. Sementara filosof Modern seperti I. Kant
dan Hegel adalah penerus kelompok Monisme, terutama pada pandangan Idealisme mereka.
Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan-lapangan penyelidikan filsafat yang paling
kuno. Pertama kali diperkenalkan oleh filosof Yunani bernama Thales atas pernungannya
terhadap air yang terdapat dimana-mana, dan sampai pada kesimpulan bahwa “air merupakan
substansi terdalam yang merupakan asal mula dari segala sesuatu”. Yang penting bagi kita
bukanlah mengenai kesimpulannya tersebut melainkan pendiriannya bahwa mungkin segala
sesuatu berasal dari satu substansi saja.
Dualisme: kelompok ini meyakini sumber asal segala sesuatu terdiri dari dua hakikat, yaitu
materi(jasad) dan jasmani(spiritual). Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas dan berdiri
sendiri, sama-sama abadi dam azali. Perhubungan antara keduanya itulah yang menciptakan
kehidupan dalam alam ini. Contoh yang paling jelas tentang adanya kerja sama kedua hakikat ini
ialah dalam diri manusia.
Descartes adalah contoh filosof Dualis dengan istilah dunia kesadaran (rohani) dan dunia ruang
(kebendaan). Aristoteles menamakan kedua hakikat itu sebagai materi dan forma (bentuk yang
berupa rohani saja). Umumnya manusia dengan mudah menerima prinsip dualisme ini, karena
kenyataan lahir dapat segera ditangkap panca indera kita, sedangkan kenyataan batin dapt
segera diakui adanya dengan akal dan perasaan hidup.
Materialisme: aliran ini menganggap bahwa yang ada hanyalah materi dan bahwa segala
sesuatu yang lainnya yang kita sebut jiwa atau roh tidaklah merupakan suatu kenyataan yang
berdiri sendiri. Menurut pahan materialisme bahwa jiwa atau roh itu hanyalah merupakan proses
gerakan kebendaan dengan salah satu cara tertentu.
Materialisme terkadang disamakan orang dengan naturalisme.Namun sebenarnya terdapat
perbedaan antara keduanya. Naturalisme merupakan aliran filsafat yang menganggap bahwa
alam saja yang ada, yang lainnya di luar alam tidak ada. (Tuhan yang di luar alam tidak ada).
Sedangkan yang dimaksud alam (natural) disana ialah segala-galanya meliputi benda dan roh.
Sebaliknya materialisme menganggap roh adalah kejadian dari benda, jadi tidak sama nilainya
dengan benda.
Filsafat Yunani yang pertama kali muncul juga berdasarkan materialisme, mereka disebut filsafat
alam (natuur filosofie). Mereka menyelidiki asal-usul kejadian alam ini pada unsur-unsur
kebendaan yang pertama. Thales (625-545 s.M) menganggap bahwa unsur asal
itu air. Anaximandros (610-545 s.M) menganggap bahwa unsur asal itu apeiron yakni suatu
unsur yang tak terbatas. Anaximenes (585-528 s.M) menganggap bahwa unsur asal
itu udara. Dan tokoh yang terkenal dari aliran ini adalah Demokritos (460-360 s.M) menggap
bahwa hakikat alam ini merupakan atom-atom yang banyak jumlahnya tak dapat dihitung dan
sangat halus. Atom-atom itulah yang menjadi asal kejadian peristiwa alam. Pada Demokritos
inilah tampak pendapat materialisme klasik yang lebih tegas.
Idealisme: idealisme merupakan lawan dari materialisme yang juga dinamakan spiritualisme.
Aliran menganggap bahwa hakikat kenyataan yang beraneka warna itu semua berasal dari roh
(sukma) atau yang sejenis dengan itu. Intinya sesuatu yang tidak berbentuk dan yang tidak
menempati ruang. Menurut aliran ini materi atau zat itu hanyalah suatu jenis daripada
penjelmaan roh. Alasan yang terpenting dari aliran ini adalah “manusia menganggap roh lebih
berharga, lebih tinggi nilainya dari materi bagi kehidupan manusia. Roh dianggap sebagai
hakikat yang sebenarnya, sehingga materi hanyalah badannya, bayangan atau penjelmaan saja.
Agnostisisme: pada intinya Agnostisisme adalah paham yang mengingkari bahwa manusia
mampu mengetahui hakikat yang ada baik yang berupa materi ataupun yang ruhani. Aliran ini
juga menolak pengetahuan manusia tentang hal yang transenden. Contoh paham Agnostisisme
adalah para filosof Eksistensialisme, seperti Jean Paul Sartre yang juga seorang Ateis. Sartre
menyatakan tidak ada hakikat ada (being) manusia, tetapi yang ada adalah keberadaan (on
being)-nya.

S3
Istilah istilah terpenting yang terkait dengan ontologi adalah:

 yang-ada (being)
 kenyataan/realitas (reality)
 eksistensi (existence)
 esensi (essence)
 substansi (substance)
 perubahan (change)
 tunggal (one)
 jamak (many)
Ontologi ini pantas dipelajari bagi orang yang ingin memahami secara menyeluruh tentang dunia
ini dan berguna bagi studi ilmu-ilmu empiris (misalnya antropologi, sosiologi, ilmu kedokteran,
ilmu budaya, fisika, ilmu teknik dan sebagainya).

Adapun manfaat mempelajari filsafat antologi adalah membantu mengembangkan dan


mengkritisi berbagai bangunan sistem pemikiran yang ada,membantu menyelesaikan masalah
relasi, dapat mengeksplorasi secara mendalam pada masalah.

Fungsi dan manfaat dalam mempelajari ontologi, yaitu berfungsi sebagai refleksi kritisatas
objek atau bidang garapan, konsep-konsep, asumsi-asumsi, dan postulat-postulat ilmu. Di
antara asumsi dasar keilmuan antara lain pertama, dunia ini ada, dan kita dapat mengetahui
bahwa dunia ini benar ada. Kedua, dunia empiris dapat diketahui oleh manusia dengan
pancaindra. Ketiga, fenomena yang terdapat di dunia ini berhubungan satu dengan yang
lainnya secara kausal (Ansari 1987: 80 dalam buku Ihsan 2010)

Anda mungkin juga menyukai