Anda di halaman 1dari 12

EFIKASI DIRI AKADEMIK MAHASISWA TUNANETRA

Meify Bahar, Yolivia Irna Aviani


Program studi Psikologi, Jurusan Bimbingan Konseling,
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang
e-mail: baharmeify@gmail.com

Abstrack: Academic Self-efficacy of blind students. The purpose of this research is to


find out academic self efficacy blindness students. This research is using qualitative
approach with using phenomenology as research design. Subjects are 3 peoples with
criteria: student which study in collage in west sumatera. Result of this research found
blindness students have problems in running study in university, in terms of social,
facilities and infrastructure and accessibility. Subject in this research has differnt sources
of academic self efficacy which come from theirselves or from influence of others who
make subject feel capable and confident to running the course of study until reaching
their goals.

Keywords: academic self efficacy, blindness students, qualitative.

Abstrak: Efikasi Diri Akademik Mahasiswa Tunanetra. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat efikasi diri akademik mahasiswa tunanetra. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan menggunakan desain penelitian fenomenologis. Subjek
berjumlah tiga orang dengan kriteria mahasiswa yang berkuliah aktif di Perguruan tinggi
Sumatera barat. Hasil penelitian ini didapatkan mahasiswa tunanetra memiliki kendala
dalam menjalankan perkuliahan di Perguruan Tinggi, dari segi sosial, sarana dan prasaran
serta aksesibilitas. Subjek dalam penelitian ini, memiliki sumber efikasi diri akademik
yang berbeda-beda baik yang berasal dari diri sendiri, maupun pengaruh dari orang lain
yang membuat subjek merasa mampu dan yakin untuk dapat menjalankan perkuliahan
hingga tujuannya tercapai.

Kata kunci: Efikasi Diri Akademik, Mahasiswa Tunanetra, kualitatif.

PENDAHULUAN
Seorang mahasiswa yang berada di Tinggi menjadi tempat yang akan
lingkungan Perguruan Tinggi sudah harus menentukan intelektual dan pertumbuhan
mampu beradaptasi dan menyesuaikan diri, kepribadian mahasiswa, karena kurikulum
agar bisa bertahan untuk mencapai tujuan yang ditawarkan akan menuntut mahasiswa
melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. untuk berpikir dengan cara baru dan berbeda
Menurut Papalia et al (2008), Perguruan dari mahasiswa lainnya. Dalam menghadapi

169
Bahar, Efikasi Diri Akademik Mahasiswa… | 170

proses pembelajaran yang baru di Perguruan di Sumatra Barat, namun dari pengakuan
Tinggi tersebut, tentu saja didukung oleh salah seorang subjek penelitian, sebenarnya
faktor fisik dan mental yang sehat, cara di PERTUNI Sumatra Barat sendiri telah
berkomunikasi serta financial yang memadai tercatat 10 orang yang menjadi mahasiswa.
(Eko dalam Ely 2010). Perguruan Tinggi di Dalam sebuah penelitian yang
Sumatera Barat juga telah memberikan dilakukan oleh Jhonson (2010), memper-
kesempatan yang sama untuk penyandang lihatkan bahwa seorang mahasiswa dengan
disabilitas dalam mendapatkan pendidikan, kerusakan visual akan selalu mengembang-
diantaranya penyandang tunanetra atau yang kan diri untuk membantu dirinya dalam
memiliki kekurangan dari segi penglihatan. berintegrasi sosial menuju kehidupan
Dari hasil pencarian data awal, ada 2 kampus yang lebih rumit lagi. Penelitian
Perguruan Tinggi yang memiliki mahasiswa yang dilakukan oleh Ely (2011) melihat
tunanetra. Mahasiswa tunanetra adalah adanya hubungan positif yang signifikan
mahasiswa yang memiliki keterbatasan antara konsep diri dengan motivasi belajar
penglihatan, menurut Soemantri (2007) mahasiswa tunanetra Fakultas Tarbiyah dan
tunanetra adalah individu yang indera Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan
penglihatannya tidak berfungsi sebagai Kalijaga Yogyakarta dan hasil penelitian ini
saluran penerima informasi secara visual juga menunjukkan signifikansi pengaruh
dalam kehidupan sehari-hari. Mahasiswa konsep diri terhadap motivasi belajar
tunanetra telah memandang dirinya mampu mahasiswa tersebut.
untuk berkuliah, dan ini artinya sudah ada Rahardja dkk (2010) mengatakan
pandangan positif dari diri mereka sendiri seseorang dikatakan buta apabila memper-
untuk melanjutkan pendidikan. Hal ini gunakan kemampuan perabaan dan
terlihat dari hasil survey Persatuan pendengaran sebagai saluran utama dalam
Tunanetra Indonesia (PERTUNI), bahwa belajar. Mereka mungkin mempunyai sedikit
sudah adanya 250 orang tunanetra yang persepsi cahaya atau bentuk atau sama
menyelesaikan perkuliahan di perguruan sekali tidak dapat melihat (buta total).
tinggi di Indonesia, meskipun jumlah Tunanetra biasanya menggunakan huruf
tunanetra yang ada di Indonesia sudah braille sebagai media membaca dan
mencapai setengah persen dari rakyat memerlukan latihan orientasi dan mobilitas.
Indonesia (Risma, 2013). Schinazy (2007) mengungkapkan bahwa,
Dalam hasil pencarian data awal, hambatan-hambatan pada anak penyandang
peneliti baru menemukan 5 orang mahasiwa tunanetra terutama muncul sebagai akibat
tunanetra di dua perguruan tinggi yang ada langsung maupun tidak langsung dari
171 | Jurnal RAP UNP, Vol. 6, No. 2, November 2015, hlm. 169-180

ketunanetraan. Kurangnya motivasi, melakukan sesuatu, memiliki potensi untuk


ketakutan menghadapi lingkungan sosial mengubah kejadian-kejadian di lingkungan-
yang lebih luas atau baru, perasaan rendah nya dan lebih dekat pada kesuksesan
diri, malu, sikap-sikap masyarakat yang daripada yang memiliki efikasi diri rendah.
seringkali tidak menguntungkan seperti Ketika efikasi diri dikaitkan dengan
penolakan, penghinaan, sikap tak acuh, penyelenggaraan akademik, sehingga efikasi
ketidakjelasan tuntutan sosial, serta diri akademik dapat didefinisikan sebagai
terbatasnya kesempatan bagi anak untuk keyakinan yang dimiliki seseorang tentang
belajar tentang pola-pola tingkah laku yang kemampuan atau kompetensinya untuk
diterima maupun kecenderungan tunanetra mengarahkan motivasi, kemampuan kognisi,
yang dapat mengakibatkan perkembangan dan mengambil tindakan yang diperlukan
sosialnya menjadi terhambat. untuk mengerjakan tugas, mencapai tujuan,
Berkaitan dengan penelitian yang dan mengatasi tantangan akademik.
dilakukan oleh Cristian, dkk (2011) Bandura (dalam Feist & Feist, 2008)
menghubungkan efikasi diri akademik mengemukakan bahwa efikasi diri individu
dengan proses kognitif siswa, dan hasilnya dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu tingkat
adalah banyak implikasi yang dipengaruhi (level), keluasan (generality), kekuatan
oleh efikasi diri akademik tersebut, selain (strength). Selain itu juga dijelaskan bahwa
proses kognitif, tetapi juga faktor emosional, sumber efikasi diri akademik berasal dari
sehingga sejalan dengan penelitian yang pengalaman kesuksesan masa lalu,
dilakukan oleh Dwitantyanov, dkk (2010) pengalaman orang lain, persuasi verbal serta
pada mahasiswa Fakultas Psikologi Undip, keadaan fisiologis dan emosional.
bahwa ada keterkaitan antara berpikiran
positif dengan keyakinan diri seseorang METODE
dalam kemampuan akademiknya. Penelitian ini menggunakan jenis
Setiap individu yang memiliki penelitian kualitatif. Penelitian ini
efikasi diri akademik, akan mampu menggunakan jenis penelitian kualitatif
menunjukkan performa akademik yang yang menampilkan data-data deskripstif
bagus. Bandura (dalam Feist & Feist 2008) yaitu berupa penjabaran atau gambaran
mendefenisikan efikasi diri sebagai keyakin- cerita yang diberikan oleh partisipan tanpa
an manusia pada kemampuan mereka untuk penilaian subjektif yang diberikan oleh
melatih sejumlah ukuran pengendalian peneliti (Poerwandari, 1998). Menurut
terhadap fungsi diri mereka dan kejadian di Poerwandari (1998) penelitian kualitatif
lingkunganya. Individu yang percaya dapat adalah prosedur penelitian yang
Bahar, Efikasi Diri Akademik Mahasiswa… | 172

menghasilkan data deskripstif berupa kata- atau catatan lapangan tersebut. Peneliti
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan memberikan nama untuk masing-masing
perilaku yang di amati. Penelitian ini berkas dengan kode tertentu.
dilakukan untuk mendeskripsikan dan Teknik analisa data yang digunakan
menganalisa secara mendalam mengenai dalam penelitian ini adalah analisis tematik
gambaran efikasi diri akademik mahasiswa dengan melakukan koding terhadap hasil
tunanetra. Pengambilan sampel harus transkrip wawancara yang telah diverbatim.
disesuaikan dengan masalah dan tujuan Koding dimaksudkan untuk dapat
penelitian. Oleh karena itu peneliti mengorganisasi dan mensistematiskan data
menggunakan pengambilan sampel secara lengkap dan mendetail sehingga data
berdasarkan kriteria tertentu. dapat memunculkan gambaran topik yang
Karakteristik subjek yang diteliti dipelajari. Dengan demikian, peneliti akan
oleh peneliti yaitu orang yang mengalami dapat menemukan makna dari data yang
tindakan penipuan dan menimbulkan dikumpulkannya (Poerwandari, 1998).
kerugian. Subjek yang digunakan dalam Untuk meningkatkan kredibilitas
penelitian ini berjumlah 2 orang. Penelitian dalam penelitian ini, peneliti melakukan
ini menggunakan teknik pengumpulan data triangulasi. Triangulasi dilakukan dengan
berupa wawancara mendalam. Wawancara melakukan wawancara dengan informan tau,
adalah percakapan dan tanya jawab yang yaitu orang-orang yang berada dalam
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu lingkungan subjek yang bersangkutan.
(Poerwandari, 1998). Tujuan wawancara Kriteria informan tahu dalam penelitian ini
adalah untuk mengungkap data dan antara lain: Mengenal dekat subjek, tahu
informasi dari sumber langsung yang sifat keseharian subjek dan bersedia menjadi
datanya berhubungan dengan maknamakna informan tahu.
yang berbeda di balik perilaku atau situasi
sosial yang terjadi (Poerwandari, 1998). HASIL DAN PEMBAHASAN
Poerwandari (1998), menyebutkan Hasil
ada tiga langkah analisis data, yaitu: Peneliti Subjek E dan G mengalami
menyusun transkripsi verbatim (kata demi ketunanetraan dari penyebab dari faktor
kata) atau catatan lapangannya sedemikian genetik atau bawaan sejak lahir bahkan
rupa sehingga ada kolom kosong yang semenjak dari dalam kandungan, yang
cukup besar di sebelah kiri transkrip. dialami oleh. Sementara itu, subjek ketiga
Kemudian peneliti secara urut dan kontinyu yaitu R, mengalami ketunanetraan sejak
melakukan penomoran pada baris transkip duduk di kelas 2 SMP, dan hal itu
173 | Jurnal RAP UNP, Vol. 6, No. 2, November 2015, hlm. 169-180

disebabkan oleh faktor eksternal, karena Hal tersebut di ungkapkan juga oleh
penyakit glukoma yang diderita oleh R. salah seorang teman G yang menjadi
Significant person ketiga subjek significant person, bahwa setelah G
membenarkan hal tersebut, bahwa subjek E menjalani pendidikan di SLBA dan sudah
dan G merupakan penyandang tunanetra memiliki kemampuan yang seharusnya
sejak kecil, sedangkan R menurut penuturan dimiliki penyandang tunanetra untuk
significant person dari kecil memang sudah mandiri di kehidupan bermasyarakat serta
mengidap glukoma, dan mata R sering melihat prestasi dan potensi yang dimiliki G,
meradang sehingga akibatnya ketika kelas 2 maka ketika kelas 5 SD G dipindahkan ke
SMP, R kehilangan penglihatannya. SD 02 Pakan Sinayan, Payakumbuh.
Menjadi penyandang tunanetra, tidak Namun, lain halnya dengan R, subjek yang
mematahkan semangat ketiga orang subjek memang tidak ada mengecap pendidikan
dalam menjalani pendidikan hingga saat ini khusus, begitu juga ketika subjek kehilangan
mereka telah berkuliah di Perguruan Tinggi penglihatannya ketika kelas 2 SMP, karena
yang ada di Sumatera Barat. orangtua subjek memperjuangkan agar
Subjek G dan R telah memasuki subjek tetap bersekolah di SMPnya hingga
semester 5 dengan jurusan yang sama yaitu tamat. Orangtua subjek R berusaha
Bimbingan dan Konseling tetapi di membantunya dalam menjalani pendidikan
Perguruan Tinggi yang berbeda, sementara di SMP, bahkan membangkitkan semangat
E merupakan mahasiswi di jurusan Program R kembali karena harus beradaptasi dengan
Khusus semester 3. Sebelum melanjutkan ke diri sendiri dan lingkungan.
Perguruan Tinggi, subjek telah menempuh Subjek yang sempat mengalami
pendidikan di sekolah umum di daerah down pada saat itu kembali bangkit untuk
masing-masing. E baru menempuh pen- berprestasi di SMP karena semangat dan
didikan di sekolah umum ketika sudah motivasi dari adiknya yang menjadi
menempuh pendidikan lanjutan atas di MTI significant person R ketika penelitian.
Payakumbuh. Berbeda dengan E, G dan R Hingga SMA, R melanjutkan ke SMAN dan
dari SD sudah menempuh pendidikan di bukan ke sekolah khusus, begitu juga
sekolah umum, meskipun G sempat dengan G yang tetap melanjutkan
mengecap pendidikan di SLBA pendidikannya hingga Tsanawiyah dan
Payakumbuh, tetapi hingga kelas 4 SD saja MAN, dimana basic sekolah tersebut adalah
karena G direkomendasikan menjadi siswa sekolah umum, sehingga ketiga subjek juga
tunanetra yang sekolah di SD umum untuk mengatakan sudah mantap untuk melanjut-
program inklusi. kan ke Perguruan Tinggi yang umum juga.
Bahar, Efikasi Diri Akademik Mahasiswa… | 174

Dalam menjalani pendidikan dari mengerti dan paham dengan potensi


sekolah umum hingga Perguruan Tinggi, akademik subjek, walaupun tugas yang
subjek di dalam penelitian memiliki dikerjakan berbeda mahasiswa lain.
kesulitan yang hampir sama, tanggapan Sementara itu, dari awal perkuliahan G
remeh dan negatif ketika menjalankan sudah menggunakan komputer dalam
pendidikan sudah biasa mereka dapatkan, menunjang perkuliahan, selain juga meminta
seperti yang diungkapkan oleh E, ketika bantuan kepada orang lain jika ada tugas
pertama kali mendaftar ulang dikampusnya yang diminta harus tulis tangan. Teman G
saat ini, salah satu petugas mengatakan juga menagatakan bahwa sering dimintai
bahwa di kampus tersebut tidak tolong ketika G ada tugas resume yang di
menyediakan fasilitas khusus untuk tulis. Tidak jarang, tugas G juga sudah
tunanetra, dan kakak E yang menjadi dibuatkan juga oleh teman-teman yang lain,
significant person E menyatakan hal yang ketika meminjam bahan atau materi
sama kepada peniliti ketika diwawancarai, perkuliahan kepada subjek, karena G
karena pada saat itu kakak E lah yang mengaku selalu membeli buku yang
menemaninya mendaftar ulang. Sementara berhubungan dengan perkuliahan dan juga
itu pandangan sebelah mata dari dosen yang meminta bahan kuliah kepada senior yang
mengajar didapatkan oleh G dan R ketika dikenal serta menyimpannya di flashdisk
sudah menjalani perkuliahan di kelas. ataupun di komputernya.
E berusaha keras untuk bisa belajar Subjek ke tiga yaitu R, mengakui
dengan lancar di jurusannya, walaupun tidak memang dari SMA mengerjakan tugas yang
memiliki fasilitas yang dibutuhkan. Kakak E ditulis dengan bantuan laptop yang sudah
mengungkapkan, bahwa E mengumpulkan ada sistem JAWSnya. Sehingga waktu kuliah
uang sendiri agar dapat membeli laptop, dan R, juga memanfaatkan keahliannya dalam
bisa menunjang perkuliahannya. Subjek juga mengoperasikan laptop untuk mengerjakan
mengatakan pernah mengerjakan tugas tugas, dan sangat jarang meminta bantuan
dengan tulisan tangan, karena dosen tidak orang lain untuk mengerjakan tugasnya,
menerima alasan subjek untuk mengerjakan karena R berpendapat bahwa dia ingin
tugas dengan cara lain dan membuktikan mengerjakan tugas sesuai dengan
bahwa subjek bernai mengambil resiko. kemampuan yang dimiliki, dan juga dengan
Tugas yang dikerjakan tidak dapat hasil pemikirannya sendiri, jika meminta
dibaca, dan subjek menjelaskan dengan lisan bantuan kepada orang lain, R susah untuk
apa yang dibuatnya tersebut, hingga menuangkan pemahamannya agar tugas
akhirnya dosen yang bersangkutan bisa tersebut sesuai dengan yang R pelajari dan
175 | Jurnal RAP UNP, Vol. 6, No. 2, November 2015, hlm. 169-180

pahami. Untuk catatan kuliahan yang harus berjalan lancar. Selain itu untuk
subjek kuasai, biasanya subjek mengguna- memperlancar perkuliahan, G dan R yang
kan metode mendengar dan merekam sudah memasuki semester 5, sudah banyak
catatan temannya dalam bentuk suara, dan berkomunikasi dan selalu berkonsultasi
hal tersebut dibantu oleh keluarganya. Adik dengan dosen bersangkutan yang mengajar
R mengatakan bahwa R lebih sering agar bisa mendapatkan dispensasi atau
meminta bantuan mamanya, karena dari toleransi atas keterbatasan yang mereka
SMP memang mamanya yang lebih sering miliki.
mendampingi R dalam belajar. Seperti halnya G, meskipun harus
Di perkuliahan E, memang ekstra cerewet untuk selalu konsultasi
mengalami perasaan sedih dan terkadang dengan dosen yang bersangkutan tentang
kesal dengan sikap dosen yang tidak bisa cara belajar dan ujian yang bisa diikuti,
menerima subjek untuk mandiri tanpa sehingga dosen bisa menerima cara yang
adanya pendamping. Ketika E mengikuti ditawarkan G. Teman G memang mengata-
pertemuan mahasiswa tunanetra se- kan bahwa G adalah orang yang cerewet dan
Indonesia di Jakarta, subjek juga mendapat- gigih untuk berkomunikasi dengan dosen
kan semangat yang lebih lagi agar tetap untuk menjelaskan dan mengkonsultasikan
berusaha kerasa dalam menjalani proses akademik yang dia jalani. Sementara
perkuliahan dengan membuktikan kepada R lebih membuktikan pemahaman atas
dosen dan mahasiswa yang normal bahwa E perkuliahan yang diberikan dosen dengan
memiliki kemampuan dan potensi yang mendengarkan. R tidak begitu banyak bicara
sama berkuliah di jurusan tersebut. Hal untuk membuktikan kemampuan dan
tersebut juga diungkapkan oleh kakak E, potensi yang dia miliki, karena R percaya
yang memang selalu mendukungnya dalam kemampuannya bisa langsung dia ungkap-
menjalankan perkuliahan agar tetap kan ketika dosen meragukan pemahamannya
semangat walaupun kesulitannya yang di kelas.
dihadapi banyak. Saat ujian, R lebih memilih untuk
Subjek G dan R memiliki keluarga menemui dosen langsung dan meminta ujian
yang berkecukupan, selalu bisa menunjang lisan, walaupun dosen tersebut menolak, R
kebutuhan yang diperlukan untuk memper- tetap membuktikan bahwa dia paham
lancar perkuliahan, seperti buku bahkan dengan meyakinkan dosen yang bersangkut-
laptop atau komputer. Sementara E, harus an. Subjek E yang selalu mendapatkan
berusaha sendiri untuk mencukupi kebutuh- tanggapan-tanggapan negatif ketika
an sarana yang diperlukan agar perkuliahan
Bahar, Efikasi Diri Akademik Mahasiswa… | 176

menjalankan pendidikan dan merasa tidak yang dimiliki G, menurut temannya bisa
begitu mempedulikan tanggapan tersebut. mendukung performa G dalam menunjuk-
Ketika mereka memulai kehidupan kan kemampuannya.
pertama kali dikampus, banyak sekali Pada saat R memulai perkuliahan
pandangan miring dan remeh orang lain lain subjek juga mendapatkan tanggapan negatif
terhadap kemampuan yang mereka miliki. dari dosen, dan anggapan remeh dari
Hal tersebut berpengaruh kepada kondisi mahasiswa lain, apalagi subjek harus diantar
emosional subjek, dimana E yang merasa jemput oleh abangnya yang membuat subjek
sedih namun selalu berusaha untuk bangkit canggung sebelum mendapatkan teman yang
dan tidak terlalu peduli terhadap tanggapan bisa dimintai tolong oleh R, dan sebelum R
tersebut, karena E telah merasa bersemangat mengenal lingkungan kampus, seperti yang
setelah mengikuti seminar mahasiswa juga dijelaskan oleh adik R.
tunanetra se Indonesia. Berdasarkan itu Tingkat kemampuan subjek dalam
jugalah E yakin akan bisa mendapatkan menjalani pendidikan berbeda-beda, E dan
haknya untuk berkuliah lancar di kampusnya G sudah menguasai braille sejak SD karena
saat ini. Kakak E juga mengungkapkan sudah menjalankan pendidikan khusus untuk
keinginan E untuk mewujudkan kampus kemandirian sebagai penyandang tunanetra.
inklusi, bersama rekan-rekan mahasiswa Sementara R mengaku menguasai braille
tunanetra lainnya. Keadaan fisiologis G ketika menjalani perkuliahan, disaat per-
yang dari kecil memang menjadi temuan dengan penyandang tunanetra di
penyandang tunanetra menjadikan G tidak Padang. Ketiga subjek juga menguasai
merasa minder jika harus berinteraksi teknologi yaitu laptop dan komputer untuk
dengan orang lain, karena sifat G yang supel menunjang cara mereka belajar.
dan mudah beradaptasi. Sedangkan subjek G dan R, yang
Dengan prestasi di sekolah dan juga sudah memasuki semester 5 lebih memikir-
luar sekolah yang G miliki, membuat G kan arah penelitian dan mengenai praktek
lebih bisa membanggakan diri dan puas lapangan yang akan mereka lakukan.
bahwa dia tidak tertinggal dari teman- Keduanya ingin mengikuti praktek lapangan
temannya yang normal. Pada saat itu, subjek di sekolah inklusi yang memiliki siswa
bersyukur, karena merasa masih diberikan tunanetra, di daerah masing-masing agar
kelebihan dibalik kekurangan yang dimiliki. tidak terlalu merepotkan orang lain. Karena
Teman subjek G juga mengatakan bahwa G menurut puenuturan subjek, jika melakukan
adalah individu yang mudah berkomunikasi di daerah sendiri, subjek sudah mengetahui
dan beradaptasi dengan orang lain. Prestasi
177 | Jurnal RAP UNP, Vol. 6, No. 2, November 2015, hlm. 169-180

kondisi lapangannya, dan pastinya hanya Pembahasan


keluarga yang akan membantu. Subjek dalam penelitian ini
Untuk menjalankan perkuliahan saat merupakan mahasiswa tunanetra, yang
ini, subjek E memang selalu berusaha keras mengalami ketunanetraan dari penyebab
agar bisa menjalankan perkuliahan dengan yang berbeda, sebagaimana diungkapkan
lancar dan bisa menghadapi kesulitan- Soemantri (2007) penyebab ketunanetraan
kesulitan lainnya yang akan menghadapi tersebut ada dari faktor genetik atau bawaan
subjek saat proses perkuliahan nantinya. sejak lahir bahkan semenjak dari dalam
Dan saat ini, dengan laptop yang sudah E kandungan, yang dialami oleh subjek E dan
miliki, E berharap bisa menjalankan G dan faktor eksternal, karena penyakit
perkuliahan dengan cara lain tanpa harus glukoma yang diderita oleh R.
terhambat dengan tuntutan seperti Hasil penelitian di kemukakan
mahasiswa normal lainnya. Berbeda dengan Waldemar dkk (2006) menemukan bahwa
G dan R yang sudah terlebih dahulu siswa yang mengalami kebutaan dan
menjalani proses perkuliahan dengan bersekolah disekolah umum memiliki
kendala-kendalanya, lebih bisa mencari pandangan luas akan pendidikan di
antisipasi untuk menghadinya dan lebih Universitas dari segi pengetahuan yang akan
bersungguh-sungguh lagi dalam menjalani bertambah dan keterampilan kejuruan,
perkuliahan. E lebih mendapatkan motivasi sebagai bentuk realisasi diri mereka kepada
dari pertemuan mahasiswa tunanetra se lingkungan masyarakat.
Indonesia, sementara G merasa mendapat Meskipun aksesibiltas yang kurang
amanah dari gurunya yang telah meninggal memadai tidak membuat aktivitas akademik
untuk dapat menyelesaikan perkuliahan subjek terhambat, dan hal tersebut bertolak
dalam kurun waktu 4 tahun, berbeda lagi belakang dengan yang diungkapkan Wahana
dengan R yang mendapat tantangan dari (2009) dalam penelitiannya bahwa
salah seorang dosen untuk cepat akasesibilitas yang memadailah yang
menyelesaikan perkuliahan, menyambung membuat tujuan akademik bisa berjalan
S2 dan menjadi dosen di jurusan Bimbingan lancar.
dan Konseling juga. Dengan tujuan yang E bertekad untuk bisa memperjuang-
telah jelas tersebut juga menambah kan hak yang seharusnya didapatkan
keyakinan diri subjek untuk menjalani mahasiswa penyandang dissabilitas sesuai
proses akademik dengan baik, dan dengan undang-undang nomor 19 tahun
menghadapi kendalanya agar bisa mencapai 2011, sehingga E juga telah mengikuti
tujuan akademik yang telah ditetapkan. pertemuan mahasiswa tunanetra se
Bahar, Efikasi Diri Akademik Mahasiswa… | 178

Indonesia, dan hal tersebut memperlihatkan Kesungguhan dan kegigihan subjek


usaha keras dan kesungguh-sungghan E dalam menjalankan pendidikannya di
dalam mencapai tujuan perkuliahannya saat Perguruan Tinggi saat ini, berhubungan juga
ini. dengan kesuksesan yang pernah dicapai
Subjek memdapatkan pandangan subjek di masa lalu, ketika bersekolah di
sebelah mata dari dosen yang mengajar sekolah umum. Konsep diri negatif pada
didapatkan oleh G dan R ketika sudah penyandang tunanetra yang diungkapkan
menjalani perkuliahan di kelas. Mendapat oleh Lopez-Justicia (2006), tidak berlaku
perlakuan seperti itu dari lingkungan dapat ketika individu memiliki prestasi-prestasi
menyebabkan subjek tidak mampu yang membanggkan, sehingga mereka bisa
meyesuaikan diri seperti pendapat Cutsforth mengendalikan perasaan sedih dan kecewa
(dalam Halahan & Kauffman, 1991). Namun ketika ada orang lain yang menganggap
berbeda dengan ketiga orang subjek remeh mereka.
penelitian ini, karena subjek memperlihat- Bandura (1997) menyatakan setiap
kan perlakuan dari orang-orang yang individu mempunyai komitmen tinggi untuk
menganggap remeh mereka tidak membuat mencapai tujuan-tujuannya, dan individu
mereka putus asa dalam menjalankan proses juga akan mengivestasikan tingkat usaha
akademik di kampus. Bahkan hal tersebut yang tinggi dan berfikir strategis untuk
yang membuat ketiga subjek selalu berusaha menghadapi kegagalan. Berkaitan dengan
menyesuaikan diri, sebagaimana E pernyataan Bandura tersebut, E merupakan
mengungkapkan bahwa dia sadar bahwa dia subjek yang saat ini berusaha keras untuk
adalah kaum minoritas sehingga harus dia mewujudkan kampus inklusi agar
yang beradaptasi dengan lingkungan mahasiswa dengan kebutuhan khusus bisa
mayoritasnya. menjalankan perkuliahan dengan lancar, dan
Keyakinan diri akademik ketiga civitas akademika juga bisa lebih
subjek, juga dapat dilihat dari tingkat menghargai keputusan mereka untuk
kesulitan yang mampu dilalui subjek saat mandiri tanpa pendamping, tetapi
menjalani pendidikan, keluasan pengetahuan lingkungan sosialah yang sadar akan
subjek atas perkuliahan yang dijalani serta keberadaan mereka.
kegigihan subjek dalam mencapai tujuan Dalam menghadapi proses
perkuliahan. Hal tersebut juga berkenaan pembelajaran yang baru di Perguruan Tinggi
dengan teori yang diungkapkan oleh tersebut, tentu saja didukung oleh faktor
Bandura (dalam Feist & Feist, 2008). fisik dan mental yang sehat, cara
179 | Jurnal RAP UNP, Vol. 6, No. 2, November 2015, hlm. 169-180

berkomunikasi serta financial yang memadai yang memiliki kebutuhan khusus, dalam
(Eko dalam Ely 2010). hal ini adalah penyandang tunanetra
agar memiliki pandangan positif dan
SIMPULAN DAN SARAN
semangat dlam menjalankan
Simpulan
perkuliahan di Perguruan Tinggi.
Berdasarkan penjelasan yang telah
2. Untuk pengajar dan petugas yang
dipaparkan sebelumnya, maka dapat ditarik
melayani kebutuhan publik, agar
kesimpulan bahwa dalam menjalani
mampu memberikan pelayanan yang
perkuliahan di kampus, subjek mengalami
layak untuk penyandang tunanetra.
kendala dari segi sosial, sarana dan
Terutama untuk lingkungan pendidikan,
prasarana sehingga subjek merasa terhambat
yang harus mampu memberikan
untuk menjalani perkuliahan. Namun,
motivasi serta semangat agar
subjek memiliki sumber yang berpengaruh
penyandang tunanetra bisa menjalankan
dalam pembentukan efikasi diri akademik
pendidikan dengan lancar Pada
mereka yang berasal dari pengalam
penelitian ini terdapat kekurangan yang
kesuksesan masa lalu, seperti prestasi yang
berupa peneliti tidak dapat menggali
mereka raih selama bersekolah di sekolah
bagaimana proses pembentukan efikasi
umum. Selain itu subjek memiliki orang-
diri akademik mahasiswa tunanetra,
orang yang berpengaruh untuk membentuk
yang berfungsi untuk mengetahui apa
efikasi diri akademiknya sehingga bisa
saja yang bisa dilakukan untuk
yakin untuk menjalani perkuliahan dengan
meningkatkan efikasi diri akademik.
baik.
3. Kepada calon mahasiswa yang
Saran
merupakan penyandang tunanetra
1. Untuk mengembangkan ilmu
ataupun dissabilitas lainnya, agar
pengetahuan kajian tentang efikasi diri
termotivasi untuk tetap berusaha agar
yang berorientasi kepada proses
bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang
akademik, agar mahasiswa terutama
yang lebih tinggi.

DAFTAR RUJUKAN

Bandura, A. (1997). Self Efficacy, The students. Procedia Social and


Exercise of Control. New York: Behavioral Sciences 12 478–482.
Freeman.
Dwitantyanov, A., Hidayati, F. & Ratna
Cristian V., Ana, M.M., Florence, M.S., & S.D. (2010). Pengaruh Pelatihan
Daniela, S. (2011). Academic self- Berpikir Positif Pada Efikasi Diri
efficacy and cognitive load in Akademik Mahasiswa (Studi
Bahar, Efikasi Diri Akademik Mahasiswa… | 180

Eksperimen Pada Mahasiswa Poerwandari, E.K, (2001). Pendekatan


Fakultas Psikologi Undip Semarang). kualitatitif dan penelitian psikologi.
Jurnal Psikologi Undip Vol. 8, No.2. Lembaga Pengembangan Sarana
Pengukuran dan Pendidikan.
Ely, M. (2010). Pengaruh Konsep Diri Fakultas Psikologi Universitas
Terhadap Motivasi Belajar Indonesia.
Mahasiswa Tunanetra Fakultas
Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Rahardja, D & Sujarwanto. (2010).
Islam Negeri Sunan Kalijaga Pengantar Pendidikan Luar Biasa.
Yogyakarta. Skripsi. UIN Sunan Surabaya: Unesa.
Kalijaga Yogyakarta. (tidak
diterbitkan) Risma. (2013). “Aksesibilitas Kampus Bagi
Mahasiswa Tunanetra”.
Feist, J. & Feist, G.J. (2008). Theories of Kartunet.com edisi 8 Agusutus 2012.
Personality Edisi Keenam. Dimuat dalam
Yogyakarta : Pustaka Pelajar. (edisi http://www.kartunet.com/aksesibilita
terjemahan) skampus-bagi-mahasiswa-tunanetra-
199. diakses tanggal 30 mei 2013.
Halahan, DP., Kauffman, J.M. (1991).
Exceptional Children: Introduction to Schinazi, Victor Roger. (2007).
Special Education. Fifth Edition. Psychosocial implications of
New Prentice Hall International. Inc. blindness and lowvision. Working
paper series. Centre for Advanced
Jhonson, P.M. (2010). Social Accessibility Spatial Analysis University College
for Students with Visual- London.
Impairments: A Mixed-
Methodological Study of Current Soemantri, T.S. (2007). “Psikologi Anak
Students at a Land- Grant and Luar Biasa”. Karakteristik dan
Regionally-Known. University in Masalah Perkembangan Anak
Western Virginia. Dissertation Tunanetra. Bandung : PT. Refika
submitted to the faculty of the Aditama.
Virginia Polytechnic Institute and
State University. Wahana, Y.H. (2009). Motivasi Belajar
Mahasiswa Tunanetra Fakultas
Lopez-Justicia, M.D., & Cordoba, I. N. Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga
(2006). The Self-Concept of Spanish Yogyakarta. Skripsi Thesis. UIN
Young Adults with Retinitis Sunan Kalijaga. (tidak diterbitkan).
Pigmentosa. Journal of Visual
Impairment and Blindness, 100(6), Waldemar, K., Andrze, S.J., & Brambring
366-370. M. (2006). Academic achievement
and Personality in university students
Papalia, E.D., Old, S.W. & Feldman, R.D. Who are visually impaired.
(2008). Human Development Academic Achievement and
(Psikologi Perkembangan) edisi Personality in University Students
kesembilan. Jakarta : Kencana. Who Are Visually Impaired – JVIB
Volume 100 Number 11.

Anda mungkin juga menyukai