Anda di halaman 1dari 32

DAVID HUME:

Perasaan Moral

Materi Kuliah Etika Barat


Prof. Fauzan Saleh, Ph.D.
Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
IAIN Kediri © 2019
1 Etika Barat 8/13/21
Latar belakang
Filsafat modern berkembang dalam dua cabang besar
Rasionalisme, dengan tokoh-tokohnya Descartes, Spinoza, dan
Leibniz,
Empirisme yang berkembang di Inggris, dirintis oleh Francis
Bacon, didukung oleh Thomas Hobbes dan John Locke, serta
George Berkeley.
Empirisme mencapai puncaknya pada pemikiran David
Hume yang telah melepaskan tradisi metafisika Barat
yang telah berlangsung sejak era Herakleitos sampai
Leibniz.
Hume dianggap sebagai pemikir positifistik pertama
karena ia menyangkal segala hal yang melebihi fakta.

2 Etika Barat 8/13/21


Dituduh ateis
Seperti halnya para filosof abad Pencerahan yang lain,
Hume tidak pernah mengajar di universitas, mungkin
karena ia dianggap ateis sehingga ia tidak pernah
diangkat jadi professor. Hume meninggal tahun 1776.
Ia banyak berkeliling Eropa, terutama di Perancis,
tempat ia bisa bertemu dengan para ensiklopedis dan
Rousseau.
Bukunya yang terkenal ialah
Treatise of Human Nature (1739/40),
Enquiry concerning Human Understanding (1748), dan
Enquiry concerning the Principles of Moral (1751).

3 Etika Barat 8/13/21


Skeptisisme
Hume mulai kajiannya tentang pengertian manusia
dengan serangan terhadap metafisika, yang
dianggapnya sebagai kesombongan manusia yang ingin
memahami hal-hal yang tidak terjangkau oleh rasio
atau hanya berdasar takhayul, sehingga usaha itu akan
sia-sia belaka.
Sama dengan Locke, Hume menyangkal anggapan
rasionalisme bahwa ada prinsip-prinsip yang hanya
bisa dibangun berdasarkan akal budi murni, lepas dari
pengamatan inderawi. Semua isi kesadaran manusia
hanya bersumber dari pengalaman inderawi.

4 Etika Barat 8/13/21


Dua macam pengertian
Hume tegaskan hanya ada dua macam pengertain yang
diperoleh manusia:
Pengalaman indrawi, baik yang berasal dari luar maupun dari dalam
batin manusia yang disebut impressions, dan muatan hasil asosiasi
atau penggabungan dari impressions itu, yang disebut ide atau
gagasan.
Yang kedua ialah termasuk prinsip-prinsip geometri, seperti hukum
Pythagoras, juga pikiran tentang Tuhan.
Karena gagasan-gagasan ini hanya berdasarkan asosiasi
antara berbagai impressions tadi maka gagasan-gagasan itu
tidak memiliki eksistensi sendiri. Bahwa jumlah sudut dalam
segitiga adalah 180 derajat, tidak berarti bahwa segitiga itu
mempunyai wujud nyata.

5 Etika Barat 8/13/21


Psikologisme
Pemikiran manusia juga tidak dapat mengetahui apa
pun tentang Tuhan. Gagasan seperti itu, menurut
Hume, hanya mencerminkan proses psikis manusia
dalam menghubungkan dan mengkombinasikan
data-data empiris. Oleh karena itu konsepsi Hume
sering disebut psikologisme.
Dengan demikian Hume menolak semua bentuk
kebenaran mutlak yang pasti. Semua kebenaran
bersifat faktual, berdasarkan adanya kesan indrawi
atau data pengalaman yang terjadi secara kebetulan.

6 Etika Barat 8/13/21


Tidak ada kepastian
Secara objektif tidak ada kepastian bahwa
pengalaman yang sering berulang akan terus
terjadi lagi. Apa yang disebut sebagai hukum alam
bukanlah kepastian objektif, melainkan
berdasarkan kepercayaan semata-mata.
Kepercayaan itu sendiri muncul dari perasaan
setelah melihat berbagai kebiasaan.
Oleh karena itu sebenarnya tidak ada kepastian,
tetapi hanya barangkali, kemungkinan. Di sinilah
Hume disebut sebagai penganut skeptisisme,
karena ia tidak mau menerima adanya kepastian
7
dalam pengetahuan kita.
Etika Barat 8/13/21
Etika
Sesuai dengan sikapnya yang empiristik, Hume menolak
segala sistim etika yang tidak berdasarkan fakta dan
pengamatan empiris. Yang dapat kita ketahui hanyalah
apa yang menjadi pengalaman kita, pengalaman indrawi
dan pengalaman perasaan dalam diri kita.
Hume tidak menerima adanya nilai-nilai mutlak atau
yang berlaku objektif, lepas dari perasaan atau yang
mendahului sikap kita.
Sesuatu itu bernilai karena kita merasa tertarik padanya,
dan bukan sebaliknya kita merasa tertarik pada sesuatu
yang bernilai pada dirinya sendiri.

8 Etika Barat 8/13/21


Cont’d…
Oleh karena itu etika harus dicari dalam diri kita sendiri.
Ini menunjukkan bahwa psikologisme Hume menjadi
penilaian baik-buruk bukan masalah objektif, melainkan
masalah perasaan semata.
Pendekatan empiristik Hume itu membawa implikasi
langsung bahwa tidak ada dasar untuk bicara masalah
keharusan moral. Yang dapat kita alami selalu bersifat
faktual, berupa suatu data, dan bukan suatu keharusan.
Kita dapat melihat sesuatu, kemudian merasa setuju,
senang, atau bahkan benci atau malu. Tetapi semua ini
adalah fakta, data, dan bukan keharusan.

9 Etika Barat 8/13/21


Tidak punya dasar rasional
Bahwa sesuatu yang sangat kita setujui harus kita setujui
atau harus kita usahakan, atau bahwa sesuatu yang kita
benci harus kita tolak atau wajib kita hindari, merupakan
tambahan yang tidak termuat dalam pengalaman empiris.
Jadi tidak masuk akal bicara tentang sebuah kewajiban
objektif atau mempertanyakan norma moral objektif,
kriteria objektif mengenai tindakan mana yang wajib dan
mana yang tidak. Semuanya tidak memiliki dasar rasional
apa pun karena tidak termasuk dalam pengalaman
empiris, sehingga tidak dapat diketahui kebenarannya
secara pasti. Hume menolak etika normatif.

10 Etika Barat 8/13/21


Penilaian moral
Hume tidak menyangkal bahwa manusia sering berikan
penilaian moral bahwa ia merasa berkewajiban: ada yang
kita nilai positif, kita setujui, kita puji; dan ada yang kita
nilai negatif, kita cela dan kita tolak.
Hume bedakan empat kelompok sifat yang positif:
Yang berguna bagi masyarakat: kebaikan hati dan keadilan;
Yang berguna bagi diri sendiri: kehendak yang kuat, hemat, dst.
Yang menyenangkan bagi diri sendiri: watak gembira,
kebesaran jiwa, watak luhur, keberanian, dan
Yang menyenangkan bagi orang lain: sikap tahu diri, tata krama,
sikap humor, dst.

11 Etika Barat 8/13/21


Tidak berdasarkan rasio
Namun menurut Hume semua penilaian itu tidak
berdasarkan rasio atau pertimbangan objektif, tetapi
semata-mata berdasarkan perasaan.
Etika adalah hal perasaan moral. Hume adalah tokoh
moral sentiment theories. Unsur bersama sifat-sifat di
atas ialah nikmat dan kegunaan. Sesuatu dinilai baik jika
berikan rasa nikmat dan kegunaan. Jadi penilaian moral
mengungkapkan perasaan setuju atau tidak setuju.
Dalam hal kegunaan, Hume berpendapat bahwa rasio
dapat mainkan peran, yaitu guna mengetahui mana yang
berguna untuk peroleh rasa nikmat.

12 Etika Barat 8/13/21


Cont’d…
Namun ketentuan apa yang dianggap berguna kemudian
kita puji dan apa yang dianggap tidak berguna kemudian
kita tolak itu bukan urusan rasio.
Menurut Hume, rasio tidak dapat mengendalikan
tindakan dan tidak dapat menggerakkan apa-apa. Yang
dapat menggerakkan tindakan ialah perasaan.
Perasaan kita tertarik pada nikmat atau kesenangan,
sehingga kita terdorong untuk mengusahakan apa yang
diharapkan mendatangkan nikmat dan menghindari
perasaan sakit. Kita juga terdorong untuk usahakan apa
yang dianggap berguna.

13 Etika Barat 8/13/21


Bersikap baik hati
Manusia tidak hanya terdorong untuk usahakan apa
yang berguna bagi diri sendiri supaya bisa merasakan
nikmat, tapi juga berusaha membuat orang lain bisa
merasakan nikmat dan melindunginya dari rasa sakit.
Jadi kita juga terdorong untuk bersikap baik hati: kita
merasakan kebaikan hati (benevolence). Di sini kita
melihat ciri hedonisme Hume yang khas, yaitu tidak
egois, sehingga ia berbeda dengan hedonisme klasik.
Kita gembira jika bisa membuat orang lain bahagia, dan
kita ikut bersedih ketika orang lain tertimpa
kemalangan.
14 Etika Barat 8/13/21
Pertanyaan
Bagaimana Hume menerangkan kenyataan yang memang
sesuai dengan pengalaman kita namun bertolak belakang
dengan anggapan bahwa nikmat adalah nilai dasar?
Hume menjawab: kemampuan untuk ikut merasakan
bersama orang lain berdasarkan simpati merupakan bakat
alami. Secara alami kita adalah makhluk sosial, sehingga
kita punyai perasaan-perasaan sosial: Kita merasa senang
ketika melihat orang lain ikut bergembira bersama kita.
Jadi secara alami manusia memiliki kebaikan hati.
Kegunaan kita minati karena merasa simpati dengan
kebahagiaan umat manusia dan menolak penderitaan.

15 Etika Barat 8/13/21


Rasa keadilan
Dengan cara yang hampir sama Hume jelaskan rasa
keadilan pada diri manusia. Keadilan adalah “sifat
buatan” (artificial quality), dalam arti bahwa keadilan
bukan sifat alami, melainkan baru berkembang
belakangan pada saat manusia berhadapan dengan
sebuah masalah sosial.
Keadilan dimaksudkan sebagai perlindungan terhadap
hak-hak kita. Demi kesejahteraan bersama, hak-hak itu
perlu dijamin dengan mutlak, tidak boleh dilanggar,
misalnya dengan pertimbangan bahwa pelanggaran itu
lebih menguntungkan.

16 Etika Barat 8/13/21


Tanpa pamrih
Jika pelanggaran atas rasa keadilan itu dibenarkan,
masyarakat akan mengalami kekacauan. Manusia
menyepakati tuntutan keadilan. Kesepakatan itu
kemudian diinternalisasikan melalui pembiasaan
sehingga akhirnya secara spontan orang akan
menyetujui keadilan.
Bahwa manusia berpihak pada keadilan, meskipun
bertentangan dengan kepentingan pribadinya, selain
berdasar pembiasaan juga berdasarkan kemampuan
alami manusia, sesuai dengan perasaan simpati
spontan, yang muncul secara alamiah, tanpa pamrih.

17 Etika Barat 8/13/21


Belajar melalui pembiasaan
Mengorbankan kepentingan pribadi tanpa pamrih
demi terwujudnya keadilan merupakan bakat alami,
sebagai implikasi dari dua ciri yang kita miliki, yaitu
simpati spontan yang kita rasakan bagi orang lain dan
kebiasaan untuk mengikuti aturan-aturan.
Manusia belajar melalui pembiasaan. Karena itu ia
bisa mengalihkan perasaan spontan yang mau
mengejar kesenangan semata menjadi persetujuan
untuk hormati aturan-aturan bersama, untuk betul-
betul merasa terlibat dalam keadilan, bahkan merasa
berkewajiban.
18 Etika Barat 8/13/21
Berdasar kemampuan alami
Perasaan berkewajiban itu tumbuh
berdasarkan:
Kemampuan alami untuk bersimpati dan berikan
dukungan tanpa pamrih di satu pihak, dan
Pembiasaan menjalani kehidupan dengan
mematuhi aturan untuk pertahankan keadilan di
lain pihak, sehingga kita merasa wajib
mengusahakan keadilan.
Kesadaran itu pun hanya sebuah perasaan
subjektif, hasil bakat alami dan pembiasaan.
19 Etika Barat 8/13/21
Manusia punyai kebebasan?
Apakah manusia mempunyai kebebasan? Menurut
Hume, kebebasan bukanlah kemampuan kehendak
untuk menentukan diri sendiri menurut pengertian
filsafat klasik. Hume bahkan tidak mengakui
adanya kehendak.
Kebebasan tiada lain dari tiadanya keniscayaan.
Jadi kebebasan itu sama dengan spontanitas.
Orang itu bebas apabila tindakannya ditentukan
oleh keinginan-keinginannya sendiri dan tidak
terkendala oleh faktor-faktor dari luar.
20 Etika Barat 8/13/21
Dampak dan tanggapan
Pemikiran Hume dengan cepat menyebar ke seluruh
Eropa dan berdampak sangat luas hingga hari ini.
Immanuel Kant begitu terkesan dengan kritik Hume
terhadap metafisika sehingga ia mau membuang seluruh
pemikiran metafisika tradisional.
Kant juga sangat terpengaruh oleh etika Hume,
meskipun diutarakan secara negatif.
Berhadapan dengan moral sentiment theory Hume, Kant
menyadari apa yang mau ditolaknya, yaitu segala
identifikasi kesadaran moral dengan perasaan,
kesenderungan, dan instink alami manusia.

21 Etika Barat 8/13/21


Etika kewajiban
Hume memaksa Kant untuk mengembangkan
sebuah etika kewajiban yang murni formal. Kant
menyadari bahwa mengakui unsur perasaan dalam
hakikat moralitas membuat mustahil memikirkan
kewajiban dalam arti yang sebenarnya.
Dampak pemikiran Hume tidak hanya muncul
dalam penolakan Kant. Hume merumuskan
pemikiran filsafatnya secara tajam yang akan
menjadi dasar bagi aliran-aliran filsafat modern
sesudahnya, seperti Utilitarianisme.

22 Etika Barat 8/13/21


The greatest happiness
Dari rumusan Hume tentang “kewajiban” manusia
terhadap orang lain secara utilitaristik, sebagai
kecenderungan untuk mengusahakan the greatest
happiness for the greatest number, moralitas menjadi
perhitungan saldo antara perasaan enak dan tak enak.
Dari Hume, hedonisme juga mendapat dorongan kuat:
Hume ingin menunjukkan bahwa satu-satunya nilai
positif adalah perasaan nikmat, Nilai lain, seperti nilai
kegunaan dapat dikembalikan pada nikmat. Alur berpikir
hedonistik ini sangat kuat pengaruhnya sepanjang abad
ke-19 dan 20, seperti tampak pada diri Freud.

23 Etika Barat 8/13/21


Dampak pada empirisme
Dampak terbesar dari pemikiran Hume tampak pada
empirisme, yang menjadi ciri khas ilmu-ilmu modern,
termasuk filsafat.
Hume merumuskan dengan tajam salah satu prinsip
utama yaitu bahwa dari fakta-fakta tak dapat disimpulkan
menjadi sebuah norma; bahwa dari yang ada (is) tidak
dapat dideduksikan menjadi apa yang harus ada (ought).
Dari pengamatan terhadap manusia, terhadap apa yang
menjadi perhatian dan ketertarikannya, tidak dapat
disimpulkan tentang apa yang wajib dia lakukan atau
yang harus dijauhi.

24 Etika Barat 8/13/21


Kembali pada pengalaman empiris
Inilah yang menjadi prinsip dasar empirisme. Hume
meyakini bahwa satu-satunya pengetahuan yang sah
adalah yang dapat dikaitkan dengan pengalaman empiris.
Bahwa pengalaman hanya bisa menyajikan fakta,
menurut Hume, memang tidak ada sesuatu seperti
keharusan atau kewajiban objektif. Karena itulah maka
Hume membuang etika normatif.
Moralitas itu semata-mata masalah perasaan yang dapat
dianalisa dan dijelaskan, tetapi tidak dapat dinilai, tidak
ada hubungannya dengan benar atau salah. Masalah
perasaan adalah masalah ada atau tidak ada.

25 Etika Barat 8/13/21


Emotivisme
Pendapat tersebut dikenal dengan emotivisme, suatu
aliran yang sangat berpengaruh saat ini dan dianut oleh
sebagian besar etika analitis generasi pertama.
Emotivisme berpendapat bahwa tak ada etika normatif,
bahwa penilaian moral adalah masalah perasaan
subjektif belaka, dan oleh karena itu tak dapat
dikatakan benar atau salah.
Wittgenstein menolak emotivisme dan katakan bahwa
berdasarkan pertimbangan Hume tsb. etika menjadi
tidak mungkin, sehingga kita tak dapat bicara tentang
kewajiban moral.
26 Etika Barat 8/13/21
Apakah Hume benar? Pertanyaan I
Tetapi apakah pendapat Hume itu benar? Apakah
moralitas hanya sekedar masalah struktur motivatif
pada diri manusia? Pandangan Hume masih
dipertanyakan.
Menurut Hume kita menyetujui sesuatu ketika sesuatu
itu berguna atau berikan rasa nikmat yang kemudian
timbulkan rasa simpati. Namun sejauh mana daya
penjelas Hume itu? Hume hanya bisa jelaskan tentang
motivasi manusia untuk menyukai sesuau lalu
mengambil tindakan yang diharapkan bisa
menghasilkan apa yang disukainya itu.
27 Etika Barat 8/13/21
Cont’d…
Jadi Hume bicara tentang motivasi dan tentang
psikologi. Ia mempertanyakan apa yang menjadi
motivasi manusia dalam bertindak.
Namun dengan menjawab pertanyaan psikologis itu
Hume sedikit pun tidak menjawab pertanyaan apakah
kita setujui itu memang pantas kita setujui.Inilah
masalah etika normatif yang sebenarnya.
Etika normatif mempertanyakan tentang apa yang
seharusnya kita setujui atau kita tolak, bukan apa yang
de facto kita senangi. Pertanyya itu sama sekali tidak
disentuh oleh Hume.
28 Etika Barat 8/13/21
Pertanyaan kedua
Apakah nilai-nilai moral bernilai karena kita
menyetujuinya, atau kita setuju karena nilai-nilai itu
memang bernilai? Di sini dipertanyakan psikologisme
Hume. Dia mengira dapat menjawab pertanyaan
mengenai apa yang bernilai bagi manusia dari analisis
terhadap perasaan kita.
Memeriksa perasaan manusia selalu hanya akan
menghasilkan apa yang dirasakan oleh manusia baik
secara positif maupun negatif, sebagai nilai dan sebagai
keburukan. Namun pemeriksaan itu tidak menghasilkan
apa yang secara objektif merupakan nilai dan keburukan.

29 Etika Barat 8/13/21


Pertanyaan ketiga
Pertanyaan ketiga lebih sederhana: Apakah betul bahwa
nikmat adalah satu-satunya nilai yang nyata bagi
manusia?
Hume terlalu tajam pengamatannya untuk menjadi
hedonis dengan cara yang sederhana itu. Ia sadar bahwa
kegunaan juga menimbulkan motivasi moral yang kuat,
dan bahwa kegunaan tidak dapat dikembalikan pada
perasaan nikmat itu sendiri. Oleh karena itu Hume
menerima adanya kecenderungan alami pada manusia
untuk mengidentifikasikan diri dengan rekannya, yaitu
dengan kembangkan perasaan simpati.

30 Etika Barat 8/13/21


Tidak bermakna lagi?
Simpati adalah rasa nikmat yang muncul berdasarkan
kenikmatan yang dirasakan oleh orang lain. Namun
dengan demikian arti kata nikmat sudah tidak pasti lagi.
Kalau segala sesuatu yang kita nilai disebut nikmat,
maka uangkapan “akhirnya kita hanya mencari nikmat
saja” (hedonimse), tidak bermakna lagi.Lalu orang yang
berkorban untuk keselamatan orang lain, bahkan yang
mencari pengetahuan pun hanya demi mencari nikmat.
Hume hanya menghindar dari hedonisme eksplisit. Ia
tidak katakan bahwa nilai satu-satunya ialah nikmat,
karena hal itu bertentangan dengan prinsip empiristik.

31 Etika Barat 8/13/21


Jalan keluar
Jalan keluar bagi Hume ialah mengembalikan moralitas
pada masalah perasaan. Namun apakah betul bahwa
moralitas itu hanya masalah perasaan? Bukankah kita
bisa berbeda pendapat tentang penilaian moral?
Bukankah masalah moral harus dipecahkan secara
objektif, berlaku bagi siapa saja dalam situasi yang
sama?
Analisis Jean Piaget dan Lawrence Kohlberg tunjukkan
bahwa kesadaran moral pertama-tama justru bukan
masalah perasaan tapi masalah kemampuan kognitif
yang secara hakiki merupakan masalah benar atau salah.

32 Etika Barat 8/13/21

Anda mungkin juga menyukai