Anda di halaman 1dari 4

Filsafat David Hume

Aliran Empirisme dibangun pada abad ke 17 yang muncul setelah lahirnya aliran rasionalisme.
Emperisme adalah doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh
pengetahuan dan mengecilkan peranan akal. Istilah empirisme sendiri diambil dari bahasa
Yunani yaitu Empeiria yang bereati coba – coba atau pengalaman. Tapi aliran empirisme disini
bertolak belakang dengan aliran rasionalisme. Menurut paham Empirisme bahwa pengetahuan
bukan hanya didasarkan pada rasio belaka, di inggris.

Konsep mengenai filsafat Empirisme muncul pada abad modern yang lahir karena adanya upaya
keluar dari kekangan pemikiran kaum agamawan di zaman skolastik. Descartes adalah seorang
yang berjasa dalam membangun landasan pemikiran baru di dunia barat. Descartes menawarkan
sebuah prosedur yang disebut keraguan metodis universal dimana keraguan ini bukan menunjuk
kepada kebingungan yang berkepanjangan , tetapi akan berakhir ketika lahir kesadaran akan
eksistensi diri yang dia katakan dengan cogito ergo sum yang artinya saya berpikir, maka saya
ada.

Teori pengetahuan yang dikembangkan oleh Decartes dikenal dengan rasionalisme karena alur
pemikiran yang dikembangkan Rene Decartes bermuara kepada kekuatan rasio manusia.
Sebagau reaksi dari pemikiran rasionalismeDecartes inilah muncul para filosof yang berkembang
kemudian yang bertolak belakang dengan Decartes yang menganggap bahwa pengetahuan itu
bersumber pada pengalaman atau Empirisme. Para filosof yang disebut sebagai kaum Empirisme
diantaranya yaitu, John Locke, Thomas Hobbes, George Barkeley , dan David Hume. Dalam
makalah ini tidak membahas semua tokoh Empirisme, tetapi akan membahas tentang tokoh
Empirisme David Hume yang dianggap sebagai puncak empirisme yang paling radikal.

A Biografi David Hume

David hume lahir pada tanggal 26 April 1711 di Edinburgh, Skotlandia. Awalnya nama aslinya
David Home namun pada tahun 1734, ia mengubah namanya Hume karena di Inggris kesulitan
mengucapkan Home dengan cara Skotlandia. Hume merupakan putra pasangan Yusuf Chrinside
dan Khaterine Falcorner. Saat usia Hume masih anak – anak, ayahnya meninggal sehingga dia
dibesarkan oleh ibunya.

Dalam masalah pendidikan, Hume mendapatkan pendidikan yang sangat baik. Hume mendaftar
di Universitas Edinberg untuk belajar sastra klasik, tapi Hume tidak puas dengan pendidikannya
itu, kemudian dia memutuskan untuk keluar dari universitas dan memilih pergi ke perancis untuk
menjadi seorang filsuf besar.

Pada tahun 1734, setelah beberapa bulan sibuk dengan perdagangan di Bristol, Hume pergi ke La
fleche di Anjon, Perancis. Disana dia sering wacana dengan Jesuit dari College of La Fleche, saat
itu juga, dia menghabiskan tabungannya untuk menuliskan karyanya yang berjudul A Treatise of
Human Nature, dia menyelesaikan karyanya pada usia 26 tahun.

Setelah karyanya dipublikasikan pada tahun 1744, Hume ditetapkan sebagai ketua Pneumatics
dan moral filsafat dan moral di Universitas Edinburg. Namun posisinya diberikan kepda William
Cleghorn, karena menteri Edinburg mengajukan petisi kepada dewan kota untuk tidak menunjuk
Hume karena ia dituduh sebagai ateis. Hume juga dituduh bid’ah, tapi dia dipertahankan oleh
ulama muda, teman – temannya berpendapat bahwa sebagai ateis, ia berada di luar gereja
yuridiksi. Walaupun adany pembebasan, Hume gagal untuk ,mendapatkan jabatan sebagai ketua
filsafat di universitas Glasgow.

Hume wafat pada usia yang ke 65 pada tahun 1776 di kota kelahirannya Edinburg, Skotlandia.
Sepanjang kehidupannya, Hume tidak pernah menikah.

B Pemikiran David Hume

David Hume merupakan puncak dari aliran Empirisme. Baginya, pengalaman lebih dari rasio
sebagai sumber pengetahuan, baik pengalaman intern maupun ekstern. Menurut Hume, semua
ilmu itu berhubungan dengan hakekat manusia. Dan ilmu inilah yang menjadi satu – satunya
dasar bagi ilmu – ilmu yang lain.

Hume mengatakan bahwa, semua pengetahuan dimulai dari pengalaman indra sebagai dasar.
Impression pada Hume, sama dengan sensasional pada John Lock yaitu basis pengetahuan.
Semua persepsi jiwa manusia terbentuk dari dua alat yang berbeda yaitu impression dan idea.
Dari keduanya, perbedaan terletak pada tingkat kekuatan dan garis menuju kekuatan besar dan
kasar disebut impression, sedangkan idea adalah gambaran kabur tentang persepsi yang masuk
ke dalam pikiran.

Hume tidak menerima substansi, sebab yang dialaminya hanya kesan – kesan saja tentang
beberapa cirri yang selalu ada bersama – sama. Dimulai dari kesan, kemudian muncul gagasan,
dimana kesan merupakan hasilpenginderaan secara langsung, sedangkan gagasan itu sendiri
merupakan ingatan akan kesan – kesan. Kita ambil contoh, ada sebuah benda dengan cirri –ciri
putih, lcin, ringan, tipis. Dengan ciri – ciri tersebut tidak bisa disimpulkan bahwa yang memiliki
ciri – ciri tadi adalah kertas.

Hume tidak mengakui adanya kausalitas atau hukum sebab akibat. Banyak orang berpendapat
bahwa penyimpulan soal – soal yang nyata tampaknya didasarkan atas hubungan sebab akibat.
Sebagai contoh, kita menuangkan air dalam bejana, kemudian di bawah bejana tersebut kita
nyalakan api, setelah beberapa menit, air pun mendidih. Kesan gejala pertama adalah air bejana.
Setelah beberapa waktu pengamatan, mendapat gejala yang kedua yaitu air mendidih. Kesan
akan terus menerus diterima jika ada api diletakkan dibawah bejana yang berisi air yang mana
akan timbul asosiasi tertentu yang menjadikan akal kita cenderung berpendapat seolah api itu
yang menghubungkan air dingin dengan air mendidih. Hubungan ini kita angap sebagai suatu
yang pasti,dimana kepastian disini adalah hanya mengungkapkan harapa kita saja dan tidak
boleh dimengerti lebih dari berpeluang. Maka Hume menolak kausalitas sebab sesuatu mengikuti
yang lain, tidak melakat pada hal – hal itu sendiri, namun hanya dalam gagasan kita. Jika kita
bicara tentang hukum alam atau sebab akibat, sebenarnya kita membicarakan apa yang kita
harapkan, yang merupakan gagasan kita saja, yang lebih didikte leh kebiasaan atau perasaan kita
saja.

David hume menolak membagi persepsi menjadi dua, dimana persepsi sederhana adalah persepsi
yang tidak bisa dibagi seperti ketika melihat merah, bulat dan pesepsi ruwet seperti idea apel
yang memerlukan idea yang susunannya dan asosiasinya harus kompleks. Jadi untuk mengetahui
kebenaran sebuah pengetahuan, maka diuraikan idea yang kompleks menjadi ide- de sederhana
dan kemudian menemukan kesan yang merupakan basis idea tersebut. Oleh karena itu, metode
Hume tidak bisa digunakan untuk persoalan metafisika seperti Tuhan karena tidak memiliki basis
pengalaman dan tidak bisa mempunyai basis berupa hubungan antara idea yang dapat
didemonstrasikan melalui logika sederhana atau pembuktian matematis.

Di dalam etikanya, Hume membuang segala kausalitas, karena akal hanya bisa menunjuk pada
kesesuaian antara suatu perbuatan tertentu dengan defacto. Pada dasarnya, pemikiran Hume
bersifat analisis, kritis dan skeptis. Ia berpangkal pada keyakinan bahwa hanya kesan – kesanlah
yang pasti, jelas dan tidak diragukan, dari situlah dia sampai pada keyakinan bahwa “ aku “
termasuk dunia khayalan. Berarti, dunia terdiri dari kesan – kesan yang terpisah dan dapat
disusun secara obyektif, sistematis, karena tiada hubungan sebab-sebab diantara kesan – kesan
itu.

Kesimpulan

Teori hume ini meruntuhkan teori rasionalisme yang mengatakn bahwa sumber pengetahuan
adalah melalui rasio atau akal. Menurut Hume, pengetahuan itu bersumber dari pengalaman yang
diterima oleh kesan indrawi. Hal demikian mendorong kita, bahwa untuk menemukan suatu
pengetahuan, kita memerlukan pengalaman kita. Dengan demikian, bahwa untuk membuktikan
suatu kebenaran akan pengetahuan itu, memerlukan observasi yang mana dengan cara seperti
itulah merupakan titik tolak dari pengetahuan manusia.

Selanjutnya, ketika Hume menerapkan teori empirismenya dalam mengkaji eksistensi tuhan, dia
mengungkapkan bahwa tuhan yang menurut kaum rasionalisme memang sudah ada dalam alam
bawaan, sebenarnya tidak nyata. Menurut Hume, pengetahuan akan tuhan merupakan suatu hal
yang tidak dapat dibuktikan karena tidak adanya kesan penglaman yang kita rasakan akan tuhan.
Persoalan tuhan merupakan persoalan yang berkaitan dengan metafisika. Pembahasan dalam
metafisika tidak bisa didekati dengan pembuktian menuntut adanya suatu empiris dan nyata.
Jauh dari kritik destruktif terhadap metafisika dan teologi, Hume memberikan analisis yang
kontruktif yang membuka kemungkinan baru sambil membuat kita sadar akan kebutuhan
mendasarkan teori kita pada fakta pengalaman. Hume menawarkan kesempatan dan tantangan
untuk membangun teori sendiri dengan memcoba sedekat mungkin dengan pengalaman.
DAFTAR PUSTAKA

1. Adib, Mohammad. 2010. Filsafat Ilmu Ontologi, Epistemologi, Aksiologi dan Logika
ilmu pengetahuan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

2. Russell, Bertrand. 2002. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

3. Abdul hakim, Atang dan ahmad sebani, beni. 2008. Filsafat umum. Bandung : Pustaka
Setia

Anda mungkin juga menyukai