Anda di halaman 1dari 17

Rene Descartes dan David

Hume adalah dua filsuf


penting yang hidup pada
periode yang berbeda dan
mewakili tradisi pemikiran
yang berbeda pula.
Meskipun keduanya
memiliki minat dalam filsafat
epistemologi dan
metafisika, pendekatan dan
kesimpulan mereka sangat
berbeda. Berikut adalah
perbandingan pemikiran
Descartes dan Hume:
1. Metode Filosofis:
- Descartes: Descartes
menganut metode
pemikiran rasionalistik. Ia
berusaha mencari
kebenaran absolut dengan
menggunakan keraguan
metodis sebagai landasan
awal. Pendekatan ini
dikenal sebagai "metode
keraguan" Descartes. Ia
mencari kebenaran yang
pasti melalui penggunaan
penalaran deduktif dan
metode introspeksi,
mengutamakan akal budi
sebagai alat untuk
mencapai pengetahuan
yang benar.
- Hume: Hume, di sisi lain,
menganut metode empiris.
Ia percaya bahwa
pengetahuan manusia
didasarkan pada
pengalaman sensorik dan
pengamatan. Hume
menolak gagasan bahwa
kita dapat mencapai
pengetahuan yang pasti
dan absolut melalui
penalaran rasional semata.
Ia berpendapat bahwa
pengetahuan yang kita
miliki didasarkan pada
kebiasaan dan asosiasi ide-
ide yang terbentuk melalui
pengalaman.

2. Sumber Pengetahuan:
- Descartes: Descartes
meyakini bahwa sumber
pengetahuan yang paling
dapat diandalkan adalah
akal budi. Ia mencoba
mencari kebenaran yang
pasti melalui penalaran
rasional dan penggunaan
metode keraguan.
Descartes mengemukakan
prinsip "cogito ergo sum"
(aku berpikir, maka aku
ada), yang menekankan
keberadaan
manusia sebagai entitas
berpikir.
- Hume: Hume berpendapat
bahwa sumber
pengetahuan utama adalah
pengalaman empiris. Ia
menekankan peran
pengamatan dan asosiasi
ide-ide dalam pembentukan
pengetahuan. Hume
meragukan kemampuan
akal budi untuk memberikan
pengetahuan yang pasti
dan berargumen bahwa
semua keyakinan kita
didasarkan pada kebiasaan
dan asosiasi pikiran yang
terjadi secara berulang.

3. Kausalitas:
- Descartes: Descartes
menganggap kausalitas
sebagai prinsip yang
fundamental dalam
pemahaman
alam semesta. Baginya,
ada hubungan sebab-akibat
yang teratur di alam dan
bahwa Tuhan adalah
sumber kausalitas.
- Hume: Hume
mempertanyakan konsep
kausalitas. Ia berpendapat
bahwa manusia hanya bisa
mengamati hubungan
kejadian-kejadian
berurutan, tetapi tidak bisa
mengamati "keharusan"
atau kausalitas yang
inheren di dalamnya.
Baginya, kepercayaan kita
pada kausalitas hanyalah
kebiasaan mental yang
terbentuk melalui
pengalaman berulang.

4. Keberadaan Tuhan:
Keberadaan Tuhan menurut
Descartes dan David Hume
memiliki pendekatan yang
berbeda. Berikut adalah
pandangan mereka tentang
keberadaan Tuhan:

Descartes:
Descartes adalah seorang
teis yang meyakini bahwa
keberadaan Tuhan dapat
dibuktikan melalui
penalaran rasional. Dalam
bukunya yang terkenal,
"Meditasi Metafisika,"
Descartes menyajikan
argumen ontologis untuk
membuktikan keberadaan
Tuhan. Ia berpendapat
bahwa konsep tentang
Tuhan sebagai entitas yang
sempurna dan tak terbatas
secara inheren
mencakup keberadaan.
Menurutnya, Tuhan adalah
entitas yang lebih sempurna
daripada manusia dan
sebagai entitas yang paling
sempurna, keberadaan-Nya
tidak dapat diragukan.

Hume:
Hume, di sisi lain,
meragukan kemampuan
manusia untuk
membuktikan keberadaan
Tuhan melalui penalaran
rasional. Ia berpendapat
bahwa argumen rasional
yang mencoba
membuktikan keberadaan
Tuhan, seperti argumen
kosmologis atau teleologis,
tidak dapat memberikan
keyakinan yang kuat. Hume
menyoroti bahwa asumsi-
asumsi tentang keberadaan
Tuhan didasarkan pada
pengalaman dan asosiasi
ide-ide yang tidak memiliki
dasar yang kuat. Baginya,
tidak ada pengalaman
langsung atau bukti empiris
yang dapat mengonfirmasi
atau menyangkal
keberadaan Tuhan. Oleh
karena itu, Hume lebih
condong pada sikap
skeptisisme terhadap
keberadaan Tuhan.
Secara keseluruhan,
Descartes berpendapat
bahwa keberadaan Tuhan
dapat dibuktikan melalui
penalaran rasional,
sementara Hume
meragukan kemampuan
penalaran rasional untuk
membuktikan keberadaan
Tuhan dan lebih menerima
pendekatan skeptisisme
terhadap hal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai