Anda di halaman 1dari 3

Rasionalisme atau gerakan rasionalis adalah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran

haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta, daripada
melalui iman, dogma, atau ajaran agama. Rasionalisme mempunyai kemiripan dari segi ideologi dan
tujuan dengan humanisme dan atheisme, dalam hal bahwa mereka bertujuan untuk menyediakan
sebuah wahana bagi diskursus sosial dan filsafat di luar kepercayaan keagamaan atau takhayul.
Meskipun begitu, ada perbedaan dengan kedua bentuk tersebut:

Humanisme dipusatkan pada masyarakat manusia dan keberhasilannya. Rasionalisme tidak


mengklaim bahwa manusia lebih penting daripada hewan atau elemen alamiah lainnya. Ada
rasionalis-rasionalis yang dengan tegas menentang filosofi humanisme yang antroposentrik.

Atheisme adalah suatu keadaan tanpa kepercayaan akan adanya Tuhan atau dewa-dewa;
rasionalisme tidak menyatakan pernyataan apapun mengenai adanya dewa-dewi meski ia
menolak kepercayaan apapun yang hanya berdasarkan iman. Meski ada pengaruh atheisme
yang kuat dalam rasionalisme modern, tidak seluruh rasionalis adalah atheis.
Rasionalisme dapat diterapkan secara lebih umum, misalnya kepada masalah-masalah politik atau
sosial. Dalam kasus-kasus seperti ini, yang menjadi ciri-ciri penting dari perpektif para rasionalis
adalah penolakan terhadap perasaan (emosi), adat-istiadat atau kepercayaan yang sedang populer.
Pada pertengahan abad ke-20, ada tradisi kuat rasionalisme yang terencana, yang dipengaruhi
secara besar oleh para pemikir bebas dan kaum intelektual.
Rasionalisme modern hanya mempunyai sedikit kesamaan dengan rasionalisme kontinental yang
diterangkan Ren Descartes. Perbedaan paling jelas terlihat pada ketergantungan rasionalisme
modern terhadap sains yang mengandalkan percobaan dan pengamatan, suatu hal yang ditentang
rasionalisme kontinental sama sekali. (Wikipedia.com)

Rene Descartes

Rene Descartes lahir di kota Perancis pada tanggal 31 Maret 1596, serta
meninggal pada usia 53 tahu di swedia tepatnya pada tanggal 11 Februari
1650. Rene Descartes adalah anak dari Ketua parlemen Inggris dan
memiliki tanah yang luas, beliau merupakan kaum borjuis. Beliau
bersekolah di Universitas Jesuit di La Fleche pada tahun 1604 sampai 1612

Descartes, menginspirasi generasi filsuf kontemporer dan setelahnya,


membentuk apa yang sekarang kita kenal sebagai rasionalisme kontinental,
sebuah posisi filosofikal pada Eropa abad ke-17 dan 18.

Pemikirannya membuat sebuah revolusi falsafi di Eropa karena pendakatan pemikirannya bahwa
semuanya tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa seseorang bisa berfikir. Ini juga
membuktikan keterbatasan manusia dalam berfikir dan mengakui sesuatu yang di luar kemampuan
pemikiran manusia. Karena itu, ia membedakan "fikiran" dan "fisik". Pada akhirnya, kita mengakui
keberadaan kita karena adanya alam fikir.

Meski paling dikenal karena karya-karya filosofinya, dia juga telah terkenal sebagai pencipta sistem
koordinat Kartesius, yang memengaruhi perkembangan kalkulus modern.
Sedikitnya ada lima ide Descartes yang punya pengaruh penting terhadap jalan pikiran Eropa: (a)
pandangan mekanisnya mengenai alam semesta; (b) sikapnya yang positif terhadap penjajakan
ilmiah; (c) tekanan yang, diletakkannya pada penggunaan matematika dalam ilmu pengetahuan; (d)
pembelaannya terhadap dasar awal sikap skeptis; dan (e) penitikpusatan perhatian terhadap
epistemologi.

Berdasarkan pengalaman penulis, pemikiran Descartes merupakan sesuatu yang alami dan bisa dijadikan landasan
dalam memperoleh serta menguji pengetahuan. Seringkali manusia terjebak pada pengetahuan (doktrin) yang
mereka peroleh sejak mereka lahir. Mereka menyangka bahwa pengetahuan itu absolut dan tidak bisa diragukan
kembali. Akan tetapi mereka tidak menyadari bahwa di dunia ini tidak ada yang absolut kecuali Tuhan dan segala
aturan-Nya.

Metode meragukan yang dilakukan oleh Descartes adalah sebuah metode yang bagus dalam menguji pengetahuan,
karena tanpa meragukan sesuatu manusia cenderung puas dengan apa yang ada dan menjadi idealistik terhadap
pengetahuan yang ia miliki. Akan tetapi dibalik itu semua, pengetahuan tidak semua berasal dari pikiran saja. Ada
pengetahuan yang didapatkan dari pengalaman.

Contohnya, untuk menjadi seorang yang perasa, kita harus bisa merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
Untuk itu, manusia harus mengalami sendiri apa yang disebut dengan merasakan, baik itu suka maupun duka,
bahagia maupun menderita. Pengetahuan seperti ini tidak bisa didapatkan hanya dari proses berpikir, tapi juga
melalui pengalaman.

Adapun kelebihan dari pemikiran Descartes ini yang tertangkap dalam pikiran penulis antara lain:

1. Descartes menyampaikan cara berfilosofi baru yang menggunakan pikiran murni untuk

mencapai kebenaran pengetahuan. Pikiran yang juga ia sebut sebagai esensi dirinya adalah

sebuah makhluk yang bebas dan bisa melakukan apa saja dan bisa mengungkap apa saja.

Dalam hal ini Descartes mengungkapkan berbagai macam kelebihan pikiran.

2. Descartes ingin menyampaikan kepada seluruh manusia bahwa pengetahuan tidak boleh

langsung diterima begitu saja. Pengetahuan harus diragukan dulu, kemudian dikaji ulang

hingga ia tidak bisa lagi diragukan.

3. Descartes mengajarkan kita untuk mencapai tingkat kesadaran diatas tingkat kesadaran

manusia kebanyakan. Tingkat kesadaran ini tidak akan bisa dicapai jika kita menerima secara

mutlak sebuah pengetahuan yang disampaikan kepada kita tanpa meragukan kebenarannya.
Disamping itu, dengan kesadaran ini kita menjadi berbeda dan terlepas dari dunia (alam

pemikiran) manusia sehingga kita bisa dengan mudah menghadapi mereka.


Sedangkan kekurangan dari pemikiran Descartes yang bisa dilihat oleh pikiran penulis antara lain:

1. Descartes menganggap pikirannya adalah sumber kehidupan dan keberadaannya di dunia ini.

Hal ini berimplikasi dia tidak mempercayai roh-roh, jin dan makhluk yang tak bisa dijangkau

oleh pikirannya.

2. Descartes terkesan tidak percaya kepada wahyu. Baginya wahyu hanyalah proses imajinasi

dari pikiran sebagai akibat dari pengetahuan yang diberikan Tuhan kepadanya.

3. Descartes terkesan tidak mempercayai keberadaan makhluk yang tidak memiliki pikiran.

Baginya tumbuh-tumbuhan dan hewan adalah benda material yang dijadikan bukti eksisitensi

Tuhan.

4. Descartes mengakui bahwa pikirannya tidak mungkin selalu benar. Ada kalanya ia terjebak

dalam kekeliruan sebagai akibat dari kebebasan memilih dan berkehendak yang diberikan

Tuhan kepadanya, dan juga ia terjebak kepada kekeliruan jika ia berhenti berpikir tentang

Tuhan.

5. Descartes terkesan menganggap tubuh manusia tidak lebih sebagai mekanisme alami yang

bergerak sendiri dan terpisah dari pikirannya. Walaupun dia mengakui bahwa pikiran dan

tubuh itu menyatu, tapi dia tetap membedakan dua hal tersebut.
https://seanochan.wordpress.com/2013/05/08/filsafat-rene-descartes/

Anda mungkin juga menyukai