Anda di halaman 1dari 22

Communication

Philosophy
Filsafat Sebagai
Dialog
Rasional
Kebanyakan pandangan
Plato diturunkan oleh
Tokoh Ak gurunya, Socrates. Namun
Utama al
Plato mengubah kebiasaan
Socrates yang suka
mengajukan pertanyaan
Kebenaran bertubi-tubi menjadi
dialog. Dalam bukunya
dialogues, Plato
Tokoh Ak menempatkan Socrates
Penyerta al sebagai tokoh utama
dalam pembicaraan
dengan satu atau lebih
tokoh penyerta.
Bagian filsafat yang berusaha menjawab pertanyaan di

sekitar hakikat dan asal-usul pengetahuan disebut


Epistemologi. Metafisika dan epistemologi selalu
bergandengan lekat karena pemahaman filsuf tentang “apa”
akan mempengaruhi pandangannya tentang “bagaimana”
Epistemologi Plato didasarkan pada asumsi bahwa

universa/idea/forma merupakan satu-satunya realitas


sejati, sedangkan partikula yaitu bahan/benda merupakan
penampakannya saja.
Plato membangun sistem hierarkis idea/forma yang mana

kebaikan, kebenaran, dan keindahan adalah tiga idea tertinggi.


Kebebalan kita masih ada selama terus membuat kekeliruan

dengan memperlakukan dunia material sebagai realitas


terdalam.
Maka hakikat manusia, menurut Plato bukanlah raganya.

Justru raga itulah yang membelenggu kita. Realitas sejati kita


terletak dalam forma kemanusiaan atau disebut dengan
psyche/soul/jiwa yang abadi.
Jiwa memiliki tiga komponen daya yaitu; Selera; bersesuaian

dengan perut, Akal; bersesuaian dengan kepala, dan Rohani;


bersesuaian dengan hati
Salah satu pertanyaan paling sulit dalam epistemologi;

Bagaimana kita sampai mengetahui segala sesuatu yang


sebelumnya tidak kita ketahui? Menurut Plato semua
pembelajaran di bumi ini merupakan pengingatan kembali apa-
apa yang kita ketahui sebelum kita lahir, karena jiwa tidak
terhambat oleh keterbatasan, namun pengalaman kelahiran
menyebabkan kita lupa.
Filsafat Sebagai
Ilmu Teleologis
 Aristoteles berpendapat bahwa yang nyata itu adalah partikula (atau

dinamainya ousia, namun banyak yang menerjemahkannya menjadi


substansi) yang merupakan benda yang eksis secara individual.
 Realisme Aristoteles ini dikembangkan dengan membedakan antara substansi

primer dan substansi sekunder


 Dalam menerapkan realisme partikula-nya, Aristotle menggunakan metode

teleologis yang menyelidiki maksud dari suatu forma.


 Mengenai hakikat manusia, Aristotle sependapat dengan Plato bahwa psyche

adalah forma dari raga. Namun Aristotle menambahkan bahwa fungsi


utamanya terdiri dari daya penyerap gizi (nutritive), daya penyelera (appetitive),
daya pengindra (sensory), daya penggerak (locomotive), dan daya pemikir
(rational). Namun menurutnya raga bukanlah ilusi, melainkan substansi.
Kehidupan Insani
(Spiritual-Bergerak)

Kehidupan Fauna Kehidupan Flora


(Non-Spiritual- (Non-Spiritual, Tidak
Bergerak) Bergerak)

Kehidupan Ilahi
(Spiritual-Tidak Bergerak)
 Pendapat filsafat Aristoteles yang menarik salah satunya adalah bahan

pergerakan di dunia berasal dari “penggerak pertama” yang disebut


Tuhan. Penggerak pertama ini juga sebagai penyebab terakhir atau tujuan
puncak semua pergerakan. Dengan kata lain, semua perubahan di dunia
ini bergerak menuju titik sandaran terakhir.
 Ide serupa juga dikembangkan oleh Pierre Teilhard de Chardin yang

berpendapat bahwa keseluruhan kosmos bergerak menuju kesatuan


dalam keragaman hakiki yang bernama titik omega. Omega merupakan
huruf terakhir abjad Yunani dan lambang tujuan abadi.
Filsafat Sebagai
Kesangsian
Meditatif
Rene Descartes yakin bahwa kedua filsafat tradisional
yaitu aliran idealis (platonik) dan aliran realis
(aristotelian) menderita cacat yang sama. Descartes
sadar bahwa untuk membangun ilmu pengetahuan yang
kokoh dan permanen diperlukan metode yang tepat.
Menurutnya, metode yang tepat adalah dengan
meditasi menyendiri yang menyangsikan segala
sesuatu. Descartes melakukan enam hari meditasi yang
ditulisnya dalam teks From Meditations on First
Philosophy.
MEDITATION 1

 Dimulai dengan menyadari bahwa semua nilai atau


kepercayaan yang ia terima dari kecil dan dianggap sebagai
kebenaran pantas diragukan. Kalau diragukan maka harus ada
sesuatu yang tidak dapat diragukan.
 Menurutnya, indra memperdayai kita dan sangat bijaksana
jika kita tidak percaya sama sekali pada apa yang sudah
memperdayai kita, maka langkah pertama yang harus
dilakukan adalah skeptisisme terhadap indra manusia
MEDITATION 1
 Sebagai contoh, dapatkah saya meragukan bahwa saya
ada disini, duduk dekat perapian, memakai gaun,
mempunyai kertas di tangan, dan keadaan serupa
lainnya? Karena kadang saya bermimpi bahwa saya
berada di sini, tetapi kenyataannya saya sedang tidur.
 Dengan metode kesangsian, Descartes ingin
menunjukkan bahwa setiap manusia dipengaruh oleh
manusia yang ada sebelumnya atau manusia sejamannya
untuk memperoleh pengetahuan. Oleh karena itu pantas
diragukan. Tapi haruskah segala sesuatu disangsikan?
Adakah yang dapat tidak disangsikan?
MEDITATION 2
 Ketika Descartes berpikir bahwa segala sesuatu itu dapat
keliru dan menyesatkan, ia menemukan bahwa ada
sesuatu yang ternyata tidak dapat disangsikan. Sesuatu
itu adalah objek yang menyangsikan oleh karena itu
subjek itu tak mungkin disangsikan. Siapakah subjek itu?
“Aku”. Aku adalah sesatu yang berpikir, menyangsikan,
meragukan, mengerti, memahami, merasakan, dll.
 Akhirnya bagi Descartes, dasar bagi semua pengetahuan
adalah cogito ergo sum (aku berpikir maka aku ada)
yang menunjukkan bahwa subjek yang sadar itulah inti
dari filsafat/ilmu pengetahuan
MEDITATION 3

 Descartes mendefinisikan Tuhan sebagai sesuatu


yang luar biasa, abadi, maha besar, maha
mengetahui, maha kuasa, dan pencipta segala
sesuatu yang ada di dunia ini.
 Ketika Tuhan menciptakan manusia, Tuhan telah
menempatkan ide tentang eksistensi Tuhan ke
dalam pikiran manusia sebagai tanda bahwa
manusia adalah hasil ciptaan-Nya
MEDITATION 4

Descartes menyadari bahwa semua kebenaran itu


datang dari Tuhan yang memberi pengetahuan
untuk mencapai kebenaran tersebut, dan segala
kekeliruan yang ada adalah akibat dari keinginan
manusia yang banyak serta kebebasan yang ia
miliki melebihi pengetahuannya, karena manusia
itu tidak smepurna dan kurang pengetahuannya
sehingga wajar jika mereka berbuat salah.
MEDITATION 5

 Descartes telah menyadari keberadaan Tuhan dan


mengerti bahwa semua hal bergantung pada-Nya
 Selama ia masih bisa mengingat dengan jelas dan
menyadari dengan nyata tentang sesuatu, maka
tidak ada argumen atau alasan lain yang bisa
membuat ia ragu akan hal tersebut, bahkan ia
memiliki kebenaran dan pengetahuan yang pasti
akan hal itu
MEDITATION 6

Pikiran memiliki alurnya sendiri yang bergerak bebas


untuk menemukan pengetahuan dan membuktikan
kebenaran. Sedangkan tubuh adalah mekanisme yang
bergerak secara alami dan terpisah dari pikiran
walaupun pada dasarnya satu-kesatuan. Tubuh
berfungsi sebagai proyeksi dari pikiran dan
menangkap hal-hal yang kemudian diolah oleh pikiran
untuk menjadi sebuah pengetahuan. Kombinasi dari
tubuh dan pikiran merupakan bukti bahwa Tuhan itu
ada dan manusia adalah masterpiece Tuhan.
MEDITATION 6

Menurut Descartes yang berpaham dualisme, baik


benak/pikiran maupun badan sama-sama dipandang
nyata. Yang pertama merupakan substansi pikir (res
cogitans) dan yang kedua adalah substansi ekstensi
(res extensa)

Pengetahuan kita tentang badan pikir beserta


keseluruhan alam eksistensi tak pernah bisa sepasti
pengetahuan kita tentang alam pikir kita.
Kontroversi benak-badan mencapai puncaknya segera
sesudah pennerbitan karya Descartes tadi. Namun
demikian, ada 5 alternatif yang paling menonjol

Materialisme; Thomas Hobbes menyatakan bahwa


yang sebenarnya eksis itu hanya materi. Benak itu
hanya konfigurasi bahan atau materi otak secara
khusus.
Immaterialisme; George Berkeley menyatakan bahwa
sebenarnya yang eksis itu hanyalah persepsi. Tidak ada
alasan untuk mempercayai bahwa eksistensi materi itu
mandiri di luar benak pencerap
Paralelisme; Nicolas Male Branche menyatakan bahwa sesungguhnya benak dan badan

itu merupakan substansi yang terpisah, walaupun kelihatannya berinteraksi tetapi pada

aktualnya tidak berinteraksi

Teori Aspek Ganda; Benedictus de Spinoza mengatakkan benak dan badan adalah dua

aspek dari suatu realitas dasar yang bisa disebut Tuhan atau Alam, bergantung pada

bagaimana subjek memandangnya

Epifenomenalisme; David Hume berpendapat benak itu bukan apa-apa kecuali

sebundel persepsi yang muncul dari badan. Otak merupakan realitas awal yang

kemudian melahirkan benak sebagai realitas baru yang tersendiri

Anda mungkin juga menyukai