Anda di halaman 1dari 6

REVIEW BUKU FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu


Dosesn Pengampu:
Prof. Dr. Sapto Haryoko. M.Pd.

Disusun:

Nurul Kholila
230020301005

PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
Filsafat Ilmu Pengetahuan
Hakikat Ilmu Pengetahuan
Kritik Terhadap Visi Positivisme Logis, serta Implikasinya

Penulis : T.M.Soerjanto Poespowardojo &


Alexander Seran
Penerbit : PT Kompas Median Nusantara
Kota Terbit/Tahun : Jakarta/2016
Ket. Halaman : xxiv, +376 hlm.; 15 cm x 23 cm
Ket. Edisi : Cetakan Kedua September 2016
ISBN : 978-979-709-900-8
HASIL REVIEW

A. Komprehensivitas Buku

Ilmu merupakan kegiatan akal budi untuk menjelaskan kenyataan


empiris secara spesifik menurut tiga kriteria utama: rasional, metodis, dan
sistematis. Kelahiran filsafat ilmu pengetahuan merupakan rintisan dan
terobosan manusia sebagai makhluk rasional untuk menjembatani
kedigdayaan iptek sebagai konteks dan daya serap yang memberi peluang
perubahan. Rasionalisme muncul sebagai sistem filsafat yang ingin
membangun metodologi ilmu pengetahuan berdasarkan kekuatan (rasio)
manusia.
Ontologi merupakan salah satu kajian filosofis yang paling kuno oleh
para filsuf Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang
bersifat konkret. Tokoh Yunani yang bersifat ontologis adalah Thales, Plato
dan Aristoteles. Pada masa itu belum banyak orang yang bisa membedakan
antara apa yang tampak dana pa yang sesungguhnya. Thales dikenal
karena ia berpikir sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi
terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu. Artinya, mungkin
segala Sesuatu itu tidak hanya berasal dari satu substansi saja (sehingga
sesuatu itu tidak bisa dianggap berdiri sendiri).
Epitstemologi adalah logos tentang episteme, yakni pengetahuan
tentang pengetahuan yang benar. Epistemologis merupakan teori tentang
hakikat ilmu pengetahuan yang telah teruji dan diterima kebenarannya.
Empirisme merupakan metode yang berbicara tentang sumber
pengertahuan yang benar melalui pancaindra. Artinya, semua konsep
teoritis dapat dilacak sumber atau asal-usulnya, sehingga apa yang tidak
dapat dibuktikan secara empiris berada diluar kategori pengetahuan.

B. Keberuntutan Isi Review Buku


Ilmu pengetahuan yang berbicara tentang kenyataan disebut
ontology. Pertanyaan mengenai apakah kenyataan itu dapat diketahui
dipelajari oleh epistemology. Ilmu pengetahuan yang mempelajari
perbuatan manusia berdasarkan pengetahuanya atas kenyataan disebut
aksiologi. Sebagai ilmu pengetahuan, ontology, espitemologi, dan oksiologi
berusaha untuk menjawab pertanyaan mengenai benar atau salah.
Sedangkan etika mempelajari nilai yang menjadi standar moral bagi
kenyataan yang dapat diketahui benar menurut penilaian baik atau buruk.
Sebagai norma etika berbicara tentang apa yang boleh dan harus dilakukan
dana pa yang dilarang atau tidak boleh dilakukakan. Etika merupakan
cabang filsafat karena berbicara tentang kenyataan dari sudut yang bersifat
empiris. Oleh karena itu lahirlah ilmu pengetahuan dalam perspektif etis.
Dua teori etika yang paling utama yaitu etika teleogis bahwa, suatu
perbuatan adalah baik jika sesuai dengan tujuan kodratnya. Etika
deontology lahir sebagai reaksi terhadap pemikiran etika teleologis yang
dinilai terlalu inklinatif sehingga menghilangkan kehendak bebas manusia
untuk mempertimbangkan sendiri perbuatannya. Dari dua sumber etika
utama ini lahir dan berkembang banyak aliran etika antara lain Marxian,
Kantian, dan Habermasian yang merupakan sintesis dari kedua teori etika
yang dianggap relevan dalam tinjauan mengenai dimensi etis ilmu
pengetahuan.
a. Etika Marxian
Marxisme merupakan sebuah paham yang menjadikan
pemikiran Marx sebagai pijakan analisis terhadap realitas sosial.
Dalam karyanya Zur Judenfrage (Tentang pertanyaan-pertanyaan
mengenai Masalah Yahudi), Marx mengikhtiarkan gagasan awalnya
mengenai teori emansipasi. Konsep teori emansipasi diartikan
sebagai persamaan setiap oang di depan hukum tanpa membeda-
bedakan orang perorang menurut agama, suku dan ras.
b. Etika Kartian
Pemikiran etika Kantian lair di situasi zaman krisis metafisika
dan revolusi ilmu pengetahuan. Karya-karyanya yang
memperlihatkan bahwa moralitas harus merumuskan perilaku etis
menurut standar yang diterima oleh rasionalitas yang dibentuk oleh
ilmu empiris. Etika Kantian dirumuskan dari pengalaman bahwa apa
yang kita kehendaki tidak diperbuat oleh orang lain hendaknya kita
juga tidak melakukan seperti itu. Bagi Kant, hukum moral didasarkan
pada pengalaman objektif, merefleksikan prinsip persamaan yang
secara rasional dapat dibenarkan oleh siapapun. Semua hukum
yang lain harus diturunkan melalui hukum moral. Imperative moral
harus bersifat objektif bahwa apa yang harus mesti bisa dilakukan.
Berikut beberapa prinsip dalam imperative moral:
1) Prinsip kehendak baik
Pengalaman mengajarkan orang bahwa berkehendak
baik merupakan prinsip dasar dari kebebasan manusia
karena setiap manusia menghendaki hal baik agi dirinya dan
demikian seharusnya juga berlaku terhadap orang lain.
2) Hukum moral bersifat formal
Ciri-ciri perintah moral yaitu perintah yang berlaku
tanpa syarat, yang berarti apa yang disadari sebagai
kewajiban moral, maka keyakinan yang disadari harus
dilakukan. Perintah moral berlaku sebagai syarat untuk
menghormati manusia sebagai pribadi dan perintah moral
menyatakan otonomi manusia sebagai subjek yang bertindak
atas kehendak dan bukan tas perintah orang lain.

3) Hati Nurani
Kant berbicara hati nurani sebagai sebuah kesadaran
akan kebaikan yang bersifat mutlak, sehingga mengikuti hati
nurani merupakan pelaksanaan moral sebagai pemenuhan
perintah tanpa syarat. Bertindak sesuai hati nurani
merupakan realisasi kebaikan tertingi.
4) Ilmu pengetahuan
Menurut Kant, ilmu pengetahuan merupakan
pertanyaan mengenai apa yang dapat diketahui manusia. Ada
tiga unsur yang diisyaratkan ilmu pengetahuan yakni
pengalaman, akal budi, dan rasio.
c. Etika habermasian
Habermas mengembangkan etikan Kantian dalam
konteks yang baru yaitu menekankan pada kebebasan manusia
yang dalam etika Kantian menjadi prinsip regulative untuk
bertindak moral.
1) Kebebasan ilmu pengetahuan
2) Paradigma komunikasi
3) Kemandirian professional
4) Etika umum
5) Etika khusus
6) Kode etik profesi
7) Komisi etika
Buku ini berbicara mengenai cara pandang filsafat terhadap
metodologi ilmu pengetahuan dalam perspektif ontologis, epistemologis
dan etis serta terobosan dalam praksis ilmu pengetahuan dewasa ini.
Persoalan ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah persoalan ontologi,
yaitu bagaimana menjelaskan hakikat kenyataan dalam konteks empiris-
positivistik yang menekankan [ada objektivitas pengetahuan. sedangkan,
historis-kontekstua yaitu menekankan pengetahuan sebagai sebuah
penemuan yang tersituasi oleh suatu konteks histori.
Dengan penyatuan metode verifikasi dan intepretasi persoalan ilmu
pengrtahuan sebagai masalah ontologis bergeser dari masalah metodologi
menjadi masalah epistemology. Hal ini dikarenakan bukan lagi hakikat
kenyataan yang dipertanyakan melainkan batas kemungkinan manusia
mengenai kenyataan problem ilmu pengetahuan yang harus dipecahkan.
Empiris diterima sebagai titik tolak pengetahuan. Klaim empiris mengenai
data empiris dapat dibenarkan sejauh rasionalitas menyusunnya secara
kritis menjadi pengetahuan yang rasional.

C. Kesimpulan
Tidak ada jenis imu pengetahuan yang lebih baik dan tidak ada
metode yang lebih unggul. Setiap cabang ilmu memiliki kekhasan dalam
merumuskan pengetahuan ilmiah melalui sebuah metode yang khas. Etika
ilmu pengetahuan membantu membuka wawasan ilmuwan untuk
menghargai dan menerima kebenaran sesungguhnya sebagai nilai
fundamental. Dimensi etis membuka ruang kebebasan ilmu pengetahuan
untuk melaukan terobosan, yaitu penetrasi dan pengembangan. Penetrasi
untuk mengakhiri yang tidak berguna lagi, dan pengembangan cara baru ke
tingkat praksis ilmu pengetahuan. Artinya, membuka ruang emansipasi bagi
siapa saja untuk terlibat dalam tata kehidupan sosial, politik, dan ekonomi
secara bebas dan adil.
Buku ini berhasil menjelaskan secara intensif, ekstensif, dan
komprehensif mengenai pengertian ilmu pengetahuan, filsafat ilmu dan
filsafat ilmu pengetahuan. Penulis menceritakan secara detail pada setiap
bab terhadap perkembangan dari ontologi menuju epistemology lalu dari
epistemology ke etika dan sejarah lahirnya teori dan metode dalam filsafat
ilmu. Pada setiap bagan bab terdapat pendahuluan mengenai isi yang akan
dibahas pada bab tersebut. Akhirnya penulis mengakhiri buku dengan
menuangkan hasil pemikiran ke dalam tulisan pada bab akhir. Penulis juga
melengkapi buku dengan kamus singkat (indeks) yang dapat membantu
pembaca memahami dan mengartikan kata-kata ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai