Anda di halaman 1dari 13

TUHAN DALAM WACANA

FILSAFAT MODERN
(ARGUMEN MORAL IMMANUEL
KANT)

Alfreddizzy Azzizy Azzaury, Eka Ananda Sari, Fidyah Qurrotul


Uyun
Biografi Singkat Immanuel Kant

● Immanuel Kant adalah seorang tokoh filsafat di Jerman pada Abad Pencerahan


yang mengandalkan penggunaan akal dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Dalam sejarah filsafat modern, pemikiran Kant sebagian besar mengkritik tentang
metafisika tradisional. Dalam kajian filsafatnya, ia membagi persoalan menjadi
empat, yaitu metafisika, agama, etika dan antropologi.
● Kant memulai fenomenologi sejak menentukan unsur pengetahuan yang berasal
dari akal dan pengalaman. Ia memisahkan pemikiran yang murni dari akal tanpa
adanya pengalaman, serta pemikiran yang murni dari pengalaman dengan adanya 
bukti empiris. Dasar filsafat Kant adalah prinsip transendental. Pemikiran Kant
dikenal sebagai kritisisme atau rasionalisme kritis.
Moral sebagai
01 Petunjuk Menuju
Tuhan
Moral menurut Kant adalah kesesuaian sikap dan suatu perbuatan dengan
norma atau hukum batin, yakni apa yang dipandang sebagai sebuah
kewajiban. Pembuktian akan adanya Tuhan berdasarkan akal budi spekulatif.

Kant menyebut teorinya tentang moral sebagai prinsip imperatif kategoris yang
mana semua orang diperlakukan setara dalam kebebasan. Setiap manusia
memiliki hak untuk diperlakukan setara dan berkewajiban pula untuk
memperlakukan orang lain dengan setara.
Ia menganggap Tuhan sebagai kebaikan tertinggi yang menyediakan kehidupan
dari segi moral. Perbuatan baik dilakukan untuk kebaikan manusia itu sendiri.
Harapan untuk meminta keadilan kepada Tuhan ada di akhirat, ketika kehidupan
di dunia mengalami kesengsaraan sementara kebaikan telah diperbuat. Kant
meyakini bahwa secara moral, setiap tindakan manusia di dunia akan
memperoleh keadilan oleh Tuhan di akhirat.
Filsafat moral bagi Kant pada dasarnya ditujukan memahami moral. Melalui
karyanya menghasilkan pernyataan dari prinsip yang menjadi dasar semua
penilaian moral, Kant mengklaim bahwa sifat rasional atau manusia dan
secara umum setiap makhluk rasional ada sebagai tujuan itu sendiri.

Kant menyebut teorinya tentang moral sebagai prinsip imperatif kategoris.


Kant bergeser dari menghargai niat baik menjadi sekadar menghargai sifat
rasional, seperti pada tiga kritiknya; Kritik Nalar Murni, Kritik atas Akal Budi
Praktis, dan Kritik Kekuatan Penghakiman.
02 Hubungan antara
Moral dan Tuhan
Kesadaran moral mulai dengan kewajiban yang memerintahkan
kita secara mutlak, ada semacam kewajiban yang mengikat, Kant
menyebutnya sebagai “imperatif kategoris” yang hanya mungkin
dibebankan kepada manusia oleh pribadi lain. Pribadi itu tentunya
bukan manusia seperti kita sebab kita adalah makhluk yang terbatas.
Maka kesadaran moral dalam suara hati mengandaikan adanya -Hubungan moral dan Tuhan-
seseorang pribadi yang perintahnya bersifat mutlak, pribadi tersebut
adalah Tuhan.
Suara hati adalah kesadaran yang secara mutlak mengikat
kepada manusia akan kewajibannya sedangkan Tuhan adalah instansi
moral yang memberikan kepada manusia kemutlakan perintah
kewajiban.
Dalam buku Critic der reinen Vernunft, Kant
memunculkan 3 pertanyaan yang menyangkut kegiatan
filosofisnya. Apa yang bisa kuketahui? Apa yang wajib
kulakukan? Apa yang boleh kuharapkan?. Pertanyaan
apa yang boleh kuharapkan mengacuh pada harapan
Kant terhadap pribadi yang tinggi itu (Tuhan), jikalau
aku melakukan kewajiban yang diperintahkan olehnya
lantas aku akan diberi apa olehnya.
Menurut kant dengan mentaati kewajiban kita sebagai
manusia kita pantas untuk bahagia, artinya justru karena kita taat pada hukum moral
kita bisa mempunyai sebuah kepuasan tersendiri yang lebih penuh daripada kalau kita
tidak menjalankan moral tersebut.
Pembuktian Tuhan
03 menurut Immanuel
Kant.
Menurut Kant bukti bukti ontologis, kosmologi, teologi masih
lemah dan tidak bisa membawa keyakinan terhadap Tuhan. Manusia
mempunyai perasaan moral yang tertanam dalam jiwa dan
sanubarinya. Sebagai manusia kita memiliki sebuah kesadaran yang
membawa kita kepada Tuhan. Agama sendiri mempunyai aturan
aturan khusus untuk membatasi akan kebebasan manusia agar tidak
terlalu bebas dalam mengambil suatu tindakan. Agama datang dengan
segala aturan yang ada agar manusia mengerti bahwa sekalipun kita
diberi kebebasan oleh Tuhan, kita masih tetap harus memiliki sebuah
kesadaran bahwa perilaku buruk harus dihindari.
Persoalan baik dan buruk tidak kita peroleh dari pengalaman dunia ini, tetapi
dibawa dari sejak kita baru lahir. Kant sendiri mengakui bahwa dalil bagi
kehidupan oral, dalil tentang sebuah kebebasan, yang kedua tentang imoralias jiwa,
dan yang ketiga tentang eksistensi Tuhan.
Bukti moral dapat ditarik jika manusia dalam dirinya terdapat perintah
mutlak untuk mengerjakan yang baik dan menjauhi yang buruk dan bila perintah
ini diperoleh bukan dari pengalaman tetapi telah terdapat dalam diri manusia,
maka berasal dari zat yang tahu baik maupun buruk yang disebut Tuhan.
Pembuktian moral adanya Tuhan dinyatakan legitim oleh Kant.
Eksistensi Tuhan dalam pandangan Kant berlaku bukan saja sebagai
syarat dari kebahagiaan, melainkan sekaligus juga sebagai syarat dari
daya ikat dari hukum moral. Berarti pembuktian eksistensi Tuhan
melalui keberlakuan hukum moral mempunyai arah dan tujuan yang
sama. Tuhan sebagai Penjamin kebahagiaan, Tuhan sebagai instansi
transenden dan absolut yang memberi hukum moral.
Thank You 

Anda mungkin juga menyukai