Anda di halaman 1dari 16

Bahan Kuliah Moral Kristiani

Pentingnya Topik
• Suara hati merupakan pokok bahasan
moral fundamental.
• Sebab suara hati berperan dalam
pengambilan keputusan moral dalam
situasi konkret.
• Orang yang mau bertanggungjawab
secara moral tidak bisa tidak harus tunduk
pada suara hatinya.
Pengertian Suara Hati
“Suara yang selalu menuntun
manusia untuk berbuat baik dan
menghindari yang jahat dalam
situasi konkret, dan dengan
demikian melindungi, menghormati
serta mengaktualisasikan diri
sebagai manusia yang
bermartabat.”
Gaudium et spes 16: Suara Hati
“In the depths of his conscience, man detects a law which he does not impose
upon himself, but which holds him to obedience. Always summoning him to
love good and avoid evil, the voice of conscience when necessary speaks to
his heart: do this, shun that. For man has in his heart a law written by God;
to obey it is the very dignity of man; according to it he will be judged.(9)
Conscience is the most secret core and sanctuary of a man. There he is
alone with God, Whose voice echoes in his depths.(10) In a wonderful
manner conscience reveals that law which is fulfilled by love of God and
neighbor.(11) In fidelity to conscience, Christians are joined with the rest of
men in the search for truth, and for the genuine solution to the numerous
problems which arise in the life of individuals from social relationships.
Hence the more right conscience holds sway, the more persons and groups
turn aside from blind choice and strive to be guided by the objective norms
of morality. Conscience frequently errs from invincible ignorance without
losing its dignity. The same cannot be said for a man who cares but little for
truth and goodness, or for a conscience which by degrees grows practically
sightless as a result of habitual sin.”
Unsur-unsurnya
• Kebenaran moral : hasil proses intelektual
untuk mengerti apa yang terbaik bagi
dirinya. Kebenaran moral menunjuk
kesesuaian pertimbangan dengan
martabat manusia.

• Nilai moral : apa yang menggerakkan


kehendak untuk mengejarnya.
Sebagai “moral faculty”
• Suara hati sebagai kemampuan moral
berarti bahwa suara merupakan
kemampuan yang menentukan nilai moral
terlaksana dalam perbuatan.
• Oleh karena itu, suara hati melibatkan
kemampuan budi untuk mengerti dan
kemampuan kehendak untuk
melaksanakan.
Gaudium et spes 16:
“Di dalam lubuk hatinya, manusia menemukan
hukum yang tidak berasal dari dirinya sendiri,
namun yang menuntut ketaatan. Sambil tetap
membisikkan untuk mencintai kebaikan dan
menghindari kejahatan, jika perlu suara hati bisa
dengan jelas memerintahkan: Lakukan ini!
Jauhilah itu!, sebab manusia memiliki di dalam
hatinya suatu hukum yang ditulis oleh Tuhan.
Menaatinya adalah martabatnya sebagai
manusia; sesuai dengan suara hatinya itulah ia
akan diadili (Rom 2:15-16).”
Asal-usul Suara Hati
• Psikologi: suara hati dibentuk dari luar dirinya;
dengan kata lain, suara hati itu suara orang lain
atau superego. Di sini suara hati lalu dianggap
sebagai suara perasaan yang mengajak untuk
menyesuaikan diri dengan harapan orang lain.
• Sosiologi: suara hati merupakan kompromi
antara kepentingan egoistis dan kepentingan
orang lain dalam konteks suatu masyarakat.
Kata kuncinya di sini adalah “penyesuaian diri”
dengan kepentingan yang lebih besar daripada
kepentingan diri sendiri.
Teologi Moral
• Dalam pandangan moral (Bernard
Haering), suara hati merupakan
kerindunan terdalam manusia untuk
mencapai keutuhan atau integritasnya.
• Karena manusia pada dasarnya diciptakan
utuh (ini yang disebut wholeness) yang
meliputi biologis, psikologis dan spiritual,
maka suara hati merupakan suara dari
keutuhan diri itu.
Tinjauan Biblis
• Syneidesis: dalam Keb 10:17 dipakai istilah
negatif sebagai suara hati yang risau.
• Paulus memakai istilah itu dari lingkungan
filsafat Stoa, yang mengartikan suara hati
sebagai kesadaran diri sebagai yang bersalah
atau yang jahat karena tidak mengikuti
kebenaran.
• Namun Paulus memberikan arti baru sebagai
“hukum ilahi yang tertulis dalam hati” (Rm 2:14-
15)
Teologis
• Synderesis atau synteresis: ini merupakan
kesalahan terjemahan Hieronimus. Dalam
bahasa Latin menjadi “conscientia”. Artinya:
cum+scireproses mental untuk mengambil
keputusan memilih yang baik dan benar serta
menghindari yang jahat.
• Lalu dibedakan antara keduanya. Conscientia:
keputusan teoritis; synteresis: meliputi yang
teoritis dan praktis (atau proses keputusan
teoritis dan praktis yang melibatkan kehendak).
Unsur-unsur Suara Hati
• Suara hati merupakan kemampuan
psikologis, mental dan spiritual yang
melibatkan akal budi dan kehendak.
• Unsur suara hati yang pokok: “intellectus”
dan “voluntas” (pengertian budi dan
kehendak). Ini menghasilkan dua cara
berpikir tentang suara hati: intelektualistik
(Thomas Aquinas) dan voluntaristik
(Agustinus).
Pandangan Intelektualistik
• Secara naluriah manusia mampu mengenali dan
mengerti prinsip moral yang mengikat dirinya,
karena prinsip itu selalu mengajak untuk
melakukan yang baik dan menghindari yang
jahat.
• Akal budi merupakan kemampuan manusia
untuk berpartisipasi dalam rasionalitas ilahi.
Manusia sebagai citra Allah terletak pada
kenyataan bahwa manusia berakal budi ini.
• Kehendak cenderung mengikuti naluri (akal budi
praktis) itu.
Pandangan Voluntaristik
• Suara hati adalah disposisi kehendak yang secara
natural mencintai dan merindukan apa yang
diketahuinya baik. Akal budi praktis mendapatkan
kekuatan dari kehendak ini. Kehendak merupakan
manifestasi jiwa yang mengasihi, dan akal budi yang
lurus merupakan gema dari suara hati.
• Suara hati sebagai disposisi untuk mencintai
memberikan “api” pada kehendak. Kehendak itu sendiri
merupakan disposisi batin yang dijiwai kasih Tuhan
sendiri.
• Maka suara hati merupakan “scintilla animae” (pijar jiwa)
• Oleh karena itu, manusia secitra dengan Allah terletak
dalam kehendaknya untuk mencintai, sebagaimana Allah
juga berkehendak untuk mencintai.
Sintesis
• Sintesis antara kedua pandangan itu:
manusia sebagai citra Allah berarti berakal
budi dan berkehendak bebas.
• Itulah gambaran manusia yang utuh
sebagai citra Allah.
Sumber Bacaan
• Albertus Sujoko, MSC, Belajar Menjadi
Manusia. Berteologi Moral menurut
Bernard Haering, Yogyakarta: Kanisius,
2008.
• Deshi Ramadhani,SJ, Lihatlah Tubuhku,
Yogyakarta: Kanisius, 2009.
• Dr. Al. Purwa hadiwardoyo MSF, Moral
dan Masalahnya, Yogyakarta: Kanisius,
1990.

Anda mungkin juga menyukai