Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PUNISHMENT

”ANALGETIK DAN ANTIPIRETIK”

WAKHIDAH UMI SHOLIKHAH


1.1 ANALGETIK DAN ANTIPIRETIK
1.1.1 Pengertian Analgesik Antipiretik
Antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan panas atau untuk obat
mengurangi suhu tubuh (suhu tubuh yang tinggi). Hanya menurunkan temperatur
tubuh saat panas dan tidak berefektif pada orang normal. Oba golongan ini bekerja
dengan cara menghambat produksi prostaglandin di hipotalamus anterior (yang
meningkat sebagai respon adanya pirogen endogen). Contoh Obat Antipiretik :
Parasetamol, panadol, paracetol, paraco, praxion, primadol, santol, zacoldin, poldan
mig,  acetaminophen, asetosal atau asam salisilat, salisilamida. 
Analgetik adalah adalah obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran. Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu
tubuh yang tinggi. Jadi analgetik-antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri
dan serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Analgetik atau analgesik,
merupakan obat untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit atau obat-obat
penghilang nyeri tanpa menghilangkan kesadaran dan akhirnya akan memberikan rasa
nyaman pada orang yang menderita.
Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala, fungsinya memberi tanda tentang
adanya gangguan-gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau kejang
otot. Rasa nyeri disebabkan rangsang mekanis atau kimiawi, kalor atau listrik, yang
dapat menimbulkan kerusakan jaringan dan melepaskan zat yan disebut mediator
nyeri (pengantara). Zat ini merangsang reseptor nyeri yang letaknya pada ujung syaraf
bebas di kulit, selaput lendir dan jaringan lain. Dari tempat ini rangang dialaihkan
melalui syaraf sensoris ke susunan syaraf pusat (SSP), melalui sumsum tulang
belakang ke talamus (optikus) kemudian ke pusat nyeri dalam otak besar, dimana
rangsang terasa sebagai nyeri.
Cara Pemberantasan Rasa Nyeri:
1. Menghalangi pembentukan rangsang dalam reseptor nyeri perifer oleh analgetik
perifer atau oleh anestetik lokal.
2. Menghalangi penyaluran rangsang nyeri dalam syaraf sensoris, misalnya dengan
anestetik local.
3. Menghalangi pusat nyeri dalam SSP dengan analgesik sentral (narkotik) atau
dengan anestetik umum.
Umumnya cara kerja analgetik-antipiretik adalah dengan menghambat sintesa
neurotransmitter tertentu yang dapat menimbulkan rasa nyeri & demam. Dengan
blokade sintesa neurotransmitter tersebut, maka otak tidak lagi mendapatkan "sinyal"
nyeri,sehingga rasa nyerinya berangsur-angsur menghilang.

1.1.2 Penggolongan Analgesik


Analgesik dibagi menjadi dua, yaitu analgesik narkotik dan analgesik non narkotik.
1. Analgesik Narkotik
Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti fraktur dan
kanker. Nyeri pada kanker umumnya diobati menurut suatu skema bertingkat
empat, yaitu : obat perifer (non Opioid) peroral atau rectal; parasetamol, asetosal,
obat perifer bersama kodein atau tramadol, obat sentral (Opioid) peroral atau
rectal, obat Opioid parenteral. Guna memperkuat analgetik dapat dikombinasikan
dengan co-analgetikum, seperti psikofarmaka (amitriptilin, levopromazin atau
prednisone).
Zat-zat ini memiliki daya menghalangi nyeri yang kuat sekali dengan tingkat
kerja yang terletak di Sistem Saraf Pusat. Umumnya mengurangi kesadaran (sifat
meredakan dan menidurkan) dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia). Dapat
mengakibatkan toleransi dan kebiasaan (habituasi) serta ketergantungan psikis dan
fisik (ketagihan adiksi) dengan gejala-gejala abstinensia bila pengobatan
dihentikan. Semua analgetik narkotik dapat mengurangi nyeri yang hebat, teteapi
potensi. Onzer, dan efek samping yang paling sering adalah mual, muntah,
konstipasi, dan mengantuk. Dosis yang besar dapat menyebabkan hipotansi serta
depresi pernafasan.
Morfin dan petidin merupakan analgetik narkotik yang paling banyak dipakai
untuk nyeri walaupun menimbulkan mual dan muntah. Obat ini di Indonesia
tersedia dalam bentuk injeksi dan masih merupakan standar yang digunakan
sebagai pembanding bagi analgetik narkotika lainnya. Selain menghilangkan
nyeri, morfin dapat menimbulkan euphoria dan ganguan mental.
Berikut adalah contoh analgetik narkotik yang samapi sekarang masih digunakan
di Indonesia :
 Morfin HCL,
 Kodein (tunggal atau kombinasi dengan parasetamol),
 Fentanil HCL,
 Petinidin, dan
 Tramadol.
Khusus untuk tramadol secara kimiawi memeng tergolong narkotika tetapi menurut
undang-undang tidak sebagai narkotik, karena kemungkinan menimbulkan
ketergantungan.

2. Analgesik Non – Narkotik


Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.
Obat- obat inidinamakan juga analgetika perifer, karena tidak mempengaruhi
Sistem Saraf Pusat, tidak menurunkan kesadaran atau mengakibatkan ketagihan.
Semua analgetika perifer juga memiliki kerja antipiretik, yaitu menurunkan suhu
badan pada keadaan demam, maka disebut juga analgetik antipiretik. Khasiatnya
berdasarkan rangsangannya terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, yang
mengakibatkan vasodilatasi perifer (di kulit) dengan bertambahnya pengeluaran
kalor dan disertai keluarnya banyak keringat.
Efek analgetik timbul karena mempengaruhi baik hipotalamus atau di tempat
cedera. Respon terhadap cedera umumnya berupa inflamasi, udem, serta pelepasan
zat aktif seperti brandikinin, PG, dan histamine. PG dan brankinin menstimulasi
ujung staraf perifer dengan membawa implus nyeri ke SSP. AINS dapat
menghambat sintesis PG dan brankinin sehingga menghambat terjadinya
perangsangan reseptor nyeri. Obat-obat yang banyak digunakan sebagai analgetik
dan antipiretik adalah golongan salisilat dan asetaminofen (parasetamol). Aspirin
adalah penghambat sintesis PG paling efektif dari golongan salisilat.
Salisilat merupakan protipe AINS yang sampai sekarang masih digunakan.
Termasuk salisilat adalah Na-salisilat, aspirin (asam asetil salisilat), salisid, dan
meril salisilat bersifat toksik jika tertelan oleh Karen itu, hanya dipakai topical
untuk menghangatkan kulit dan antigatal ( antpruritus). Golongan salisilat dapat
mengiritasi lapisan mukosa lambung. Organ yang peka pada efek ini akan
mengalami mual setelah minum aspirin. Dalam lambung . PG berperan serta
dalam mekanisme perlindungan mukosa dari asam lambung atau gantrin. PG
berfungsi meningkatkan daya tahan membrane mukosa lambung. Aspirin selain
berefek analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi, daalam dosis kecil juga berfungsi
sebagai antitrombosis (antiplatelet). Pada dosis kecil, aspirin dapat menghambat
agreasi trombosit (antikoagulan) mencegah terbentuknya thrombus pada penderita
infark jantung sehingga ddapat mengurangi timbulnya stroke.

2.1 OBAT ANALGETIK DAN ANTIPIRETIK


Berikut contoh obat-obat analgesik antipiretik yang beredar di Indonesia saat ini :
1. Aspirin
Deskripsi:  Aspirin menghambat pengaruh dan biosintesa dari pada zat-zat yang
menimbulkan rasa nyeri dan demam (prostaglandin). Daya kerja antipiretik dan
analgetik dari pada Aspirin diperkuat oleh pengaruh langsung terhadap susunan
saraf pusat.
Farmakokinetika Aspirin
Asam salisilat adalah asam organic sederhana dengan pKa 3,0. Aspirin
mempunyai pKa 3,5. Sodium salisilat dan aspirin adalah obat antiinflamasi yang
sama efektifnya , walaupun aspirin mungkin lebih efektif sebagai analgesik.
Salicylate dengan cepat diserap oleh lambung dan usus kecil bagian atas,
menghasilkan kadar puncak plasma salysilate dalam 1-2 j1m. Aspirin diserap dalam
cara yang sama dan dihidrolisis cepat menjadi acetic acid dan salicylate oleh
esterase-esterase dalam jaringan dan darah.
Indikasi : untuk meringankan rasa sakit, terutama sakit keala dan pusing, sakit gigi
dan nyeri otot serta menurunkan demam.
Kontra indikasi : Penderita tukak lambung dan peka terhadap derivat asam salisilat,
penderita asma, dan alergi. Penderita yang pernahatau sering mengalami
pendarahan bawah kulit, penderita yang sedang terapi dengan antikoagulan,
penderita hemofolia dan trombositopenia
Farmakodinamika
a. Efek-efek anti inflamasi. Aspirin adalah penghambat non-selektif kedua isoform
COX , tetapi salicylate jauh lebih kurang efektif dalam menghambat kedua
isoform. Salicylate yang tidak di asetilasi mungkin bekerja sebagai pemangsa
(scavenger) radikal oksigen. Dari catatan diketahui bahwa berbeda dari
kebanyakan AINS lainnya, aspirin menghambat COX secara irreversible, dan
bahkan dosis rendah bisa efektif dalam keadaan tertentu, misalnya
penghambatan agregasi platelet.
b. Efek-efek analgesik. Aspirin paling efektif untuk mengurangi nyeri dengan
intensitas ringan sampai sedang. Ia bekerja secara perifer melalui efeknya
terhadap inflamasi, tetapi mungkin juga menghambat rangsangan nyeri pada
daerah subkortikal.
c. Efek-efek antipiretik. Aspirin menurunkan suhu yang meningkat, sedangkan
suhu badan normal hanya terpengaruh sedidkit. Efek antipiretik aspirin mungkin
diperantarai oleh hambatan kedua COX dalam sistem saraf pusat dan hambatan
IL-1 (yang dirilis dari makrofag selama episode inflamasi). Turunnya suhu,
dikaitkan dengan meningkatnya panas yang hilang karena vasodilatasi dari
pembuluh darah permukaan (superfisial) dan disertai keluarnya keringat yang
banyak.
Dosis
Dosis analgesik atau antipiretik yang optimal dari aspirin yang secara umum
dipergunakan adalah kurang dari 0,6 gram dosisi oral. Dosis yang lebih besar
mungkin memprpanjang efek. Dosisi biasa tersebut bisa di ulang setiap 4 jam dan
dosisi yang lebih kecil (0,3 g) setiap 3 jam sekali. Dosisi untuk anak-anak adalah
50-75 mg/kg/hari dalam dosisi yang terbagi.
Dosis antiinflamasi rata-rata dapat sampai 4 gram per hari. Untuk anak-anak
50-75 mg/kg/hari. Kadar dalam darah 15-30 mg/dl. Waktu paro 12 jam. Biasanya
dosi terbagi 3 kali/hari, sesudah makan           
2. Neuralgin
Indikasi:
Meringankan rasa nyeri pada sakit kepala, sakit kepala pada migrain, nyeri otot,
sakit gigi dan nyeri haid.
Kontra Indikasi:
Hipersensitif terhadap paracetamol atau ibuprofen dan anti-inflamasi non steroid
(AINS) lainnya serta caffeine.penderita dengan ulkus peptikum (tukak lambung dan
usus 12jari) yang berat dan aktif. Penderita dimana bila menggunakan acetosal atau
obat-obat anti-inflamasi non-steroid lainnya akan timbul gejala asma,
rinitis(selesma) atau urtikana. Wanita pada kehamilan tiga bulan terakhir.
Cara Kerja Obat:
Paracetamol merupakan analgesik-antipiretik dan ibuprofen merupakan obat
analgetik, antipiretik dan anti-inflamasi non-steroid (AINS) yang memiliki efek
analgetik (menghilangkan rasa nyeri), antipiretik (menurunkan demam), dan anti-
inflamasi (mengurangi proses peradangan).
Efek Samping:
Yang paling sering adalah gangguan saluran cerna seperti mual, muntah, nyeri ulu
hati, kemerahan pada kulit, trobositopenia, limfopenia, dll. Dapat terjadi reaksi
hipersensitivitas, terutama pada penderita dengan riwayat asma, atau reaksi alergi
lain terhadap golongan anti-inflamasi nonsteroid (AINS). Penggunaan jangka lama
dan dosis besar dapat menimbulkan krusakan fungsi hati. Penggunaan pada
penderita yang mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko kerusakan fungsi
hati. Penurunan ketajaman penglihatan dan kesulitan membedakan warna dapat
terjadi, tetapi sangat jarang dan akan sembuh bila penggunaan dihentikan.
3. Paracetamol/acetaminophen
Merupakan derivat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai
analgesik, parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena dapat
menimbulkan nefropati analgesik. Jika dosis terapi tidak memberi manfaat,
biasanya dosis lebih besar tidak menolong. Dalam sediaannya sering dikombinasi
dengan cofein yang berfungsi meningkatkan efektivitasnya tanpa perlu
meningkatkan dosisnya.
Indikasi: Nyeri ringan sampai sedang termasuk dysmenorrhea, sakit kepala; pereda
nyeri pada osteoarthritis dan lesi jaringan lunak; demam termasuk demam setelah
imunisasi; serangan migren akut, tension headache
Kontraindikasi : Gangguan fungsi hati berat, hipersensitif terhadap paracetamol
Perhatian : Gangguan hati; gangguan ginjal; ketergantungan alcohol
4.  Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan banyak
negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu
kuat. Efek analgesiknya sama dengan aspirin. Ibuprofen tidak dianjurkan diminum
oleh wanita hamil dan menyusui.
Indikasi: analgesic dan anti inflamasai rheumatoid
Kontra indikasi : asma, tukak lambung, wanita hamil, hiersensivitas.
Efek : mual, muntah, diare, kostipasi, nyeri dan rasa panas di epigastrum
Dosis :
Oral: Dewasa : 1200 – 1800 mg/ hr Dibagi 3 – 4 (maks 2.400 mg/hr
Anak > 30 Kg BB : 20 mg/ kg BB/ hr
Anak < 30 kg BB  : maks 500 mg/ hr
PO                         : Berikan segera sesudah makan
5. Asam mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat sangat kuat
terikat pada protein plasma, sehingga interaksi dengan obat antikoagulan harus
diperhatikan. Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya
dispepsia dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung.
Indikasi : Sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot tulang , nyeri karena luka, nyeri
setelah operasi, nyeri setelah melahirkan, dismenore, nyeri reumatik,
nyeri tulang belakang, demam.
kontra indikasi : Ulserasi sampai inflamasi saluran cerna, peny. ginjal atau hati,
hipersensitif, tukak lambung.
Efek samping : Mual, muntah, diare, iritasi lambung, pusing-using dan
gangguan penglihatan.
6. Tramadol
Tramadol adalah senyawa sintetik yang berefek seperti morfin. Tramadol
digunakan untuk sakit nyeri menengah hingga parah. Sediaan tramadol pelepasan
lambat digunakan untuk menangani nyeri menengah hingga parah yang
memerlukan waktu yang lama. Minumlah tramadol sesuai dosis yang diberikan,
jangan minum dengan dosis lebih besar atau lebih lama dari yang diresepkan
dokter. Jangan minum tramadol lebih dari 300 mg sehari.
Indikasi : Pengobatan nyeri akut dan kronik yang berat, nyeri pasca op.
Ketergantungan obat dan opium, sensitif terhadap tramadol atau opiat, mendapat
terapi MAOI, intoksikasi akut dengan alkohol, hipnotik, analgesik, atau obat yang
mempengaruhi system syaraf pusat dan yang lainya.
Kontra indikasi : tidak dianjurkan pada wanita hami dan menyusui.
Efek samping : pusing, sedasi, lelah, sakit kepala pruritus, berkeringat, kulit
kemerahan, mulut kering, mual, muntah, dyspepsia, obstipas
Dosis : Dewasa & anak > 16 thn 50 mg dosis tunggal, dapat ditingkatkan 50 mg
ssdh selang waktu 4-6 jam. Maks : 400 mg /hr. Diberikan bersama atau tanpa
makanan.
7. Benorylate
Benorylate adalah kombinasi dari parasetamol dan ester aspirin. Obat ini
digunakan sebagai obat antiinflamasi dan antipiretik. Untuk pengobatan demam
pada anak obat ini bekerja lebih baik dibanding dengan parasetamol dan aspirin
dalam penggunaan yang terpisah. Karena obat ini derivat dari aspirin maka obat ini
tidak boleh digunakan untuk anak yang mengidap Sindrom Reye.

8. Fentanyl
Fentanyl termasuk obat golongan analgesik narkotika. Analgesik narkotika
digunakan sebagai penghilang nyeri. Dalam bentuk sediaan injeksi IM
(intramuskular) Fentanyl digunakan untuk menghilangkan sakit yang disebabkan
kanker. Menghilangkan periode sakit pada kanker adalah dengan menghilangkan
rasa sakit secara menyeluruh dengan obat untuk mengontrol rasa sakit yang
persisten/menetap. Obat Fentanyl digunakan hanya untuk pasien yang siap
menggunakan analgesik narkotika. Fentanyl bekerja di dalam sistem syaraf pusat
untuk menghilangkan rasa sakit. Beberapa efek samping juga disebabkan oleh
aksinya di dalam sistem syaraf pusat. Pada pemakaian yang lama dapat
menyebabkan ketergantungan tetapi tidak sering terjadi bila pemakaiannya sesuai
dengan aturan.
Ketergantungan biasa terjadi jika pengobatan dihentikan secara mendadak.
Sehingga untuk mencegah efek samping tersebut perlu dilakukan penurunan dosis
secara bertahap dengan periode tertentu sebelum pengobatan dihentikan.
9.  Naproxen
Naproxen termasuk dalam golongan antiinflamasi nonsteroid. Naproxen bekerja
dengan cara menurunkan hormon yang menyebabkan pembengkakan dan rasa
nyeri di tubuh.
BERIKUT GAMBAR OBAT BEBAS (OTC) ANALGETIK DAN
ANTIPIRETIK
NO. GAMBAR KANDUNGAN HARGA
DAN
KEGUNAAN
1. PANADOL HARGA
mengandung 13.000/STRIP
Paracetamol
(antipiretik dan
analgetik)

2. PRORIS HARGA
mengandung 27.000/BOTOL
Ibuprofen
(antipiretik dan
analgetik)

3. MEFINAL HARGA
mengandung 18.900/STRIP
Asam
Mefenamat
(antipiretik dan
analgetik)
4. SUMAGESIC HARGA
mergandung 3.000/STRIP
Paracetamol
(antipiretik dan
analgetik)
5. NEO HARGA
RHEUMACYL 9.900/STRIP
mengandung
Paracetamol
dan Ibuprofen
(antipiretik dan
analgetik)
6. OSKADON SP HARGA
mengandung 3.000/STRIP
Paracetamol
dan Ibuprofen
(antipiretik dan
Analgetik)
BERIKUT GAMBAR OBAT KERAS ANALGETIK DAN ANTIPIRETIK
NO. GAMBAR KANDUNGAN HARGA
DAN
KEGUNAAN
1. XENIFAR HARGA
mengandung 17.000/STRIP
Naproxen
(analgetik)

2. PROFENID HARGA
mengandung 23.240/PCS
Ketoprofen
(analgetik)

3. ASPILET HARGA
mengandung 8.000/STRIP
Asam
Asetilsalisilat
(analgetik)

4. SINCRONIK HARGA
mergandung 300.000/STRIP
Paracetamol
dan Tramadol
(antipiretik dan
analgetik)
5. MINIASPI HARGA
mengandung 7.000/STRIP
Asam
Asetilsalisilat
(analgetik)

6. ANALTRAM HARGA
mengandung 250.000/STRIP
Paracetamol
dan Tramadol
(antipiretik dan
analgetik)

Daftar Pustaka

 Berman, Audrey., dkk. 2009. Buku Ajar Praktis Keperawatan Klinis. Jakarta : EGC.
 dr. Theodorus. _______. Penuntun Praktis Peresepan Obat. Jakarta : EGC.
 Ganiswara, Silistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi (Basic Therapy
Pharmacology).
Jakarta : Alih Bahasa: Bagian Farmakologi F K U I.
 Katzung. G. Bertram 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik EdisiVIII Bagian ke II.
Jakarta : Salemba Medika.
 Schmitz, Gery, dkk. 2008. Farmakologi dan Toksikologi. Jakarta : EGC.
 Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fak. Kedokteran UNSRI. 2008. Kumpulan
Kuliah
Farmakologi. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai