Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................6
2.1 Natrium Klorida........................................................................................................................6
2.1.1 Sumber Natrium Klorida...................................................................................................6
2.1.2 Sifat Fisika dan Kimia Natrium Klorida..........................................................................6
2.1.3 Kegunaan Natrium Klorida...............................................................................................7
2.2 Bentuk Sediaan Dasar...............................................................................................................7
2.2.1 Fungsi Infus.........................................................................................................................7
2.2.2 Karakteristik Infus :...........................................................................................................8
2.3 Bentuk Sediaan Yang Dipilih....................................................................................................9
2.4 Komponen Pada Sediaan Infus...............................................................................................10
2.5 Komposisi Bahan.....................................................................................................................10
2.6 Metode Pembuatan Sediaan Infus..........................................................................................11
2.7 Pra Formulasi..........................................................................................................................11
BAB III PEMBAHASAN..................................................................................................................12
3.1 Formulasi.................................................................................................................................13
3.1.1 Permasalahan dan Penyelesaian......................................................................................13
3.1.2 Formula Standar...............................................................................................................14
3.1.3 Pembahasan Formula.......................................................................................................14
3.2 Evaluasi Sediaan......................................................................................................................15
BAB IV PENUTUP............................................................................................................................17
4.1 Kesimpulan..............................................................................................................................17
4.2 Saran.........................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................18

Page | 1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sediaan parental yang diberikan secara penyuntikan intravena, subkutan, dan
intramuscular merupakan rute pemberian obat yang kritis jika dibandingkan dengan
pemberian obat-obatan secara oral. Semakin meningkatnya perkembangan ilmu bioteknologi
telah meningkat pula jumlah yang diproduksi secara bioteknologi seperti obat peptide dan
atau produk gen. pada abad mendatang (sekarang sudah mulai) beberapa obat peptide dan
obat lainnya akan dihasilkan menurut prinsip bioteknologi.
Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari
mikroorganisme hidup. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk
obat terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa
kebagian dalam tubuh. Karena sediaan mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh
yang paling efisien, yakni membran kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari
kontaminasi mikroba dan dari komponen toksik dan harus mempunyai tingkat kemurnian
tinggi dan luar biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam penyediaan produk ini
harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi secara fisik, kimia
atau mikrobiologi.
Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat
yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat
yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven.
Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan,
sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan
atau solvasi (Chang, 2003).

Infus yang digunakan oleh pasien yang terdiri dari campuran garam-garam lainnya.
Cairan garam dapat digunakan secara intravena untuk menyediakan cairan untuk merehidrasi
pasien ataupun menyediakan cairan harian dan kebutuhan garam yang mungkin tidak dapat
dipenuhi secara oral. Cairan infus diberikan pada pasien-pasien yang dehidrasi, mengalami
pendarahan, tidak bisa menalan, atau hendak menjalani operasi. Cairan garam juga dapat
mencuci luka dan menurunkan gejala-gejala demam.

Page | 2
NaCl atau natrium klorida, senyawa ini adalah senyawa penting yang diperlukan oleh
tubuh dan dikenal pula sebagai garam dapur. Meskipun penting, natrium klorida hanya perlu
dikonsumsi dalam jumlah sedikit untuk menyuplai tubuh dengan elektrolit dan membantu
otot-otot agar rileks. Senyawa ini adalah komponen penting dari semua cairan tubuh,
termasuk darah. NaCl 0.9 % juga memiliki fungsi sebagai pengatur keseimbangan cairan
tubuh, mengatur kerja dan fungsi otot jantung, mendukung metabolisme tubuh, dan
merangsang kerja saraf.

Gangguan elektrolit ringan umumnya tidak menunjukkan gejala. Gejala akan mulai
terlihat pada kondisi gangguan yang semakin berat. Bahkan, gangguan elektrolit yang tidak
ditangani bisa menyebabkan kematian. Gangguan elektrolit umumnya disebabkan karena
kehilangan cairan tubuh melalui keringat berlebih, diare atau muntah yang berlangsung lama,
atau karena luka bakar.

Obat-obatan yang dikonsumsi juga bisa menyebabkan seseorang menderita gangguan


elektrolit. Pemberian cairan infus yang mengandung natrium klorida bisa membantu
mengembalikan cairan tubuh dan elektrolit yang hilang akibat diare atau muntah. Selain
melalui infus, dapat diberikan suplemen yang mengandung elektrolit yang dibutuhkan untuk
meningkatkan elektrolit yang rendah. 

Larutan infus Natrium Klorida diindikasikan untuk perawatan darah, kadar natrium yang


rendah, kadar kalium rendah, kadar magnesium yang rendah, tingkat kalsium yang
rendah, darah dan kehilangan cairan. Cairan ini mengandung natrium dan klorida. Cairan
infus ini digunakan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang, mengoreksi
ketidakseimbangan elektrolit, dan menjaga tubuh agar tetap terhidrasi dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik dari larutan NaCl?


2. Apa saja komponen dalam pembuatan sedian larutan NaCl?
3. Bagaimana metode dalam pembuatan sediaan larutan NaCl?
4. Bagaimana evaluasi sediaan larutan NaCl?

Page | 3
1.3 Tujuan

1. Untuk memahami karakteisik dari larutan NaCl.


2. Untuk memahami komponen yang digunakan dalam pembuatan sediaan larutan
NaCl.
3. Untuk memahami metode pembuatan sediaan larutan NaCl.
4. Untuk memahami evaluasi yang dilakukan dalam pembuatan sediaan larutan
NaCl.

Page | 4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Natrium Klorida

Natrium klorida adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion Na dan ion Cl yang
bergabung membentuk NaCl dengan perbandingan 1 : 1. Natrium klorida memiliki massa
molar 58,5 g/mol. NaCl padat berbentuk kristal berwarna putih dengan struktur, setiap ion
Na+ dikelilingi oleh ion enam ion Cl- dalam geometri oktahedral.

2.1.1 Sumber Natrium Klorida

Cara yang paling mudah dan sudah dilakukan orang dalam skala industri untuk
memproduksi natrium klorida adalah dengan menguapkan air laut atau air asin.
Penguapan dibantu dengan cahaya matahari dimana air akan menguap ketika dipanaskan
sedangkan garam NaCl akan mengkristal. Dengan cara ini kita bisa memisahkan natrium
klorida yang terkandung dalam air laut. Selain dari air laut, garam natrium klorida juga
bisa didapatkan dari menambang mineral halite atau garam batu.

2.1.2 Sifat Fisika dan Kimia Natrium Klorida

Natrium klorida merupakan padatan berwarna putih, tidak berbau tetapi


memiliki rasa (asin), dengan kerapatan 2,16 g/mL. Karena merupakan senyawa ion,
ikatan ion antara Na dan Cl-nya sangat kuat sehingga ia ia meleleh dan mendidih pada
suhu yang tinggi. NaCl meleleh pada suhu 800 degC.

NaCl juga merupakan bagian dari larutan elektrolit kuat, yaitu larutan yang
dapat menghantarkan arus listrik karena ketika dalam bentuk lautan ia kembali menjadi
ion-ionnya yang dapat bergerak bebas. Ion yang bergerak bebas inilah yang
menghantarkan arus listrik.

karena merupakan senyawa ion, NaCl juga mudah larut dalam air dan pelarut
polar lainnya. Dalam bentuk padat NaCl bersifat stabil dan hanya terurai ketika
dipanaskan pada suhu yang sangat tinggi menghasilkan asam yang beracun yang terdiri
dari asam klorida (HCl) dan dinatrium oksida (Na2O).

Page | 5
2.1.3 Kegunaan Natrium Klorida

Natrium klorida digunakan untuk memproduksi senyawa-senyawa lainnya


seperti natrium klorida, natrium karbonat, baking soda, asam klorida dan masih banyak
lagi. Slain itu NaCl juga digunakan dalam industri permurnian minyak, industri tekstil,
industri kertas dan bubur kertas, untuk membuat bahan pemadam kebakaran, industri
karet dan konstruksi jalan.

Dinegara-negara yang memiliki musim dingin, NaCl juga digunakan orang


untuk melelehkan es yang terdapat dijalanan. Selain itu, larutan garamjuga digunakan
dalam banyak keperluan medis.

2.2 Bentuk Sediaan Dasar

Infus adalah sediaan dengan cara pemberian sejumlah cairan kedalam tubuh melalui
sebuah jarum, kedalam sebuah pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan
kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.

Prinsip kerja dari cairan infus sama seperti sifat dari air yaitu mengalir dari tempat yang
tinggi ke tempat yang lebih rendah dipengaruhi oleh gaya grafitasi bumi sehingga cairan akan
selalu jatuh kebawah. Pada sistem infus laju aliran infuse diatur melalui klem selang infus,
jika klem digerakan untuk mempersempit jalur aliran pada selang maka laju cairan akan
menjadi lambat ditandai dengan sedikitnya jumlah tetesan infus/menit yang keluar dan
sebaliknya bila klem digerakan untuk memperlebar jalur aliran pada selang infus maka laju
cairan infus akan menjadi cepat ditandai dengan banyaknya jumlah tetesan . (Muslim, 2010,
hal : 3)

2.2.1 Fungsi Infus

Fungsi cairan infus bagi tubuh memiliki beragam manfaat sesuai dengan jenis
cairan infus yang digunakan untuk pasien.

 Dapat membantu dalam memberikan asupan gizi yang diperlukan tubuh


untuk memenuhi kekurangan cairan maupun darah.
 Dapat mengatasi dehidrasi.
 Dapat menambah asam amino pada kekurangan elektrolit dan stress ringan.

Page | 6
 Dapat mengisi sejumlah volume cairan ke dalam pembuluh darah dalam
waktu cepat.
 Mampu mmberikan nutrisi dini untuk pasca operasi.
 Mampu memberikan asupan air dan karbohidrat.
 Dapat meningkatkan produksi urin untuk membuang racun pada tubuh.
 Mampu memberikan asupan darah.
 Dapat mengurangi resiko terjadinya kelebihan cairan.

2.2.2 Karakteristik Infus :

1. Steril Sediaan steril adalah sediaan steril, bebas partikel dan bebas pirogen.
Dalam pengertian absolut, steril berarti bebas dari mikroorganisme baik
dalam bentuk vegetative maupun non vegetatatif. Sterilitas suatu sediaan
steril akan terjamin jika sediaan melalui proses sterilisasi yang valid dan
kemudian dikemas dalam bentuk dan kemasan yang mampu
mempertahankan keadaan steril ini.
2. Bebas partikel Disamping steril, sediaan steril harus bebas partikulat.
Partikulat yang dimaksud adalah partikel bebas maupun substansi yang
tidak larut yang muncul dalam produk parenteral. Sumber partikulat adalah
(1) larutan dan bahan itu sendiri; (2) proses produksi misalnya lingkungan,
peralatan dan personil; (3) komponen wadah untuk mengemas sediaan; (4)
alat yang digunakan untuk penghantaran sediaan; dan (5) proses penyiapan
campuran sediaan steril. Contoh partikulat dapat berupa sellulosa, serat
cotton, gelas, logam dan plastik.
3. Bebas pirogen Syarat lain dari sediaan steril adalah bebas pirogen. Pirogen
atau endotoksin adalah produk metabolisme mikroorganisme hidup,
ataupun mati yang menyebabkan respon piretik sperifik setelah penyuntikan
sediaan steril. Pirogen dapat bersumber dari air sebagai yang digunakan
sebagai pelarut, wadah yang digunakan dalam produksi, pengemasan,
penyimpanan dan penghantaran obat dan zat kimia yang digunakan untuk
membuat larutan.
4. Stabilitas Obat dalam padatan lebih stabil dibandingkan larutan.
Ketidakstabilan sediaan dalam bentuk larutan ditandai dengan timbulnya

Page | 7
endapan atau perubahan warna selama penyimpanan. Dalam hal ini perlu
diperhatikan adalah pemilihan eksipien yang berfusngis untuk
mempertahankan stabilitas sediaan dan kemasan yang digunakan terutama
untuk bahan yang sensitif terhadap cahaya.
5. Tonisitas Tonisitas berhubungan dengan tekanan osmose yang diberikan
oleh suatu larutan dari zat atau zat padat yang terlarut. Jika sel dimasukkan
ke dalam larutan yang hipertonik, cairan di dalam sel akan keluar yang
ditunjukkan dengan pengkerutan sel tersebut. Sebaliknya jika sel diletakkan
di dalam larutan hipotonis maka, cairan akan masuk ke dalam sel dan
menyebabkan sel akan mengembang dan pecah (untuk sel darah merah
disebut dengan hemolisis).
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghitung tonisitas antara
lain:
 Penurunan titik beku
 Equivalen NaCl
 Metode Liso
 Metode White-Vincent
 Metode Sprowls
 Kejernihan
 Mempunyai pH yang sesuai

2.3 Bentuk Sediaan Yang Dipilih

Bentuk : Cair
Definisi Infus : pemasukan suatu cairan atau obat ke dalam tubuh melalui rute
intravena dengan laju konstan selama periode waktu tertentu.

Pesyaratan Sediaan Infus :


 Aman, tiak boleh menyebabkan iritasi jaringan dan efek toksis
 Jernih, berarti tidak ada partikel padat
 Tidak berwarna, kecuali obatnya memang berwarna.
 Sedapat mungkin isohidris, Ph larutan sama dengan darah dan cairan tubuh
lain yakni 7,4

Page | 8
 Sedapat mungkin isotonis, artinya mempunyai tekanan osmosis yang sama
dengan darah atau cairan tubuh yang lain tekanan osmosis cairan tubuh
seperti darah, air mata, cairan lumbai dengan tekanan osmosis larutan NaCl
0,9%.
 Harus steriil, suatu bahan dinyatakan steril bila sama sekali bebas dari
mikroorganisme hidup dan pathogen maupun non pathogen, baik dalam
bentuk vegetative maupun dalam bentuk tidak vegetative (spora
 Bebas pirogen, karena cairan yang mengandung pirogen dapat
menimbulkan demam.

2.4 Komponen Pada Sediaan Infus

Infus terdiri dari beberapa komponen utama yaitu:


1. Botol infus : merupakan wadah cairan infus, biasa dijumpai dalam ukuran
500mL, 1000mL, dan 1500mL.
2. Selang infus : merupakan sarana tempat mengalirnya cairan infus.
3. Klem selang infus : merupakan bagian untuk mengatur laju aliran dari cairan
infus dengan mempersempit atau memperlebar jalur aliran pada selang infus.
4. Jarum infus : sarana masuknya cairan infus dari selang infus menuju
pembuluh vena.

2.5 Komposisi Bahan

No Nama Bahan Jumlah Fungsi


1 NaCl 918 mg setarakan Pengganti ion Na+, Cl-dalam
menjadi 920 mg tubuh
2 Aqua Pro 102 ml Pelarut
Injeksi

Page | 9
2.6 Metode Pembuatan Sediaan Infus

Metode sterilisasi        : Menggunakan metode sterilisasi akhir sebab sediaan stabil


terhadap pemanasan. Sterilisasi akhir menggunkan autoklaf pada suhu 121oC selama 15
menit.
Pembuatan Aquabidest bebas pirogen
Ukur sejumlah aquabidest kemudian tambahkan dengan karbon sebanyak 0,1% dari
volume air dan panaskan diatas api Bunsen pada suhu 60-70°C selama 15 menit sambil
sesekali diaduk.

2.7 Pra Formulasi

Nama Bahan Natrium Klorida

 Rumus Kimia : NaCl

BM : 58,44

 Sifat Fisika
Pemerian:

Warna Tidak berwarna atau putih


Bentuk Hablur heksahedral
Bau Tidak berbau
Rasa Asin
Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air
Kelarutan mendidih dan dalam lebih kurang 10 bagian
gliserol.

Kegunaan Pengganti ion Na+ dan Cl dalam tubuh

OTT (Incompatibilitas) Logan Ag, Hg, Fe

Titik Leleh 801°C

Ph 4,5-7,0

Nama Bahan Aqua pro injeksi ( FI III hal 97)

 Sifat Fisika

Page | 10
Pemerian: Tidak berwarna
Warna
Cairan
Bentuk
Tidak berbau
Bau
Tidak berasa
Rasa
Kegunaan Sebegai pembawa dan pelarut

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Formulasi

3.1.1 Permasalahan dan Penyelesaian

No Permasalahan
Penyelesaian

Page | 11
Sterilisasi infus meliputi meliputi
sterilisasi alat dan sediaan (sterilisasi
1 Sediaan infus harus steril
akhir pada autoklaf pada suhu 1150
Jumlah (%)
selama 30 menit)
Komponen Bahan Karakteristik Bahandepirognasi dengan
Dilakukan
ditambahkan norit yang sudah
Salah satu syarat dari sediaan infus
2 diaktifkan sebanyak 0,1% selagi
adalah harus bebas pirogen
Kristal tidak berbau
hangat tidak
atau dihangatkan bila perlu
berwarna atau serbuk(60-700C).
Bahan Aktif Natrum Klorida 0,92%
kristal putih, tiap 1g setara
Sediaan infus sedapat mungkin dibuat
dengan 17,1 mmol NaCl.
isotonis dan isohidris agar tidak terasa
sakit saat disuntikkan. Ph stabil Isohidris : sediaan dibuat pH 7,
3
sediaan adalah antara 5-7,5 dan mendekati pH fisiologis tubuh (7,4)
sediaan infus harus dibuat pada pH ±
Rumus Kimia : H₂O
7,4 (pH fisiologis tubuh)
Terjadi pemisahan partikel kaca dari BM : 18,02 wadah plastik 1 gelas yang
Digunakan
gelas, jika larutan NaCl dimasukkan Boiling point : 100⁰
cocok sehingga tidak terjadi
Pelarut
4 Untuk
Aqua Pro
dalam wadah Injeksi tertentu
gelas/kaca Pemerianpemisahan
: Adkaca
partikel 100ml
Uji
Cairan jernih tidak
Tonisitas dan pH sediaan berwarna,Sebaiknya tonisitas dan pH sediaan
tidak berbau,
5
mendekati plasma darah
tidak berasa

3.1.2 Formula Standar

3.1.3 Pembahasan Formula

A. Formula 1
1. Komponen Bahan :
 Bahan Aktif : Natrium Klorida
 Bahan Tambahan : Aqua Pro Injeksi
2. Karakteristik Bahan :

Page | 12
 Caira infus berwarna bening
 Tidak memiliki bau
 Memliki pH 7,4
3. Cara Pembuatan :

Metode pembuatan yang dilakukan adalah metode Sterilisasi. Berikut cara


membuat sediaan formula :
1) Siapkan alat dan bahan yang sudah disterilkan dengan cara masing-
masing
2) Didihkan aqua pro injeksi 102 ml lalu turunkan suhu mencapai 60°C
3) Timbang NaCl 0,92% lalu masukan kedalam aqua pro injeksi yang
telah dipanaskan diatas penangas air sedikit demi sedikit lalu diaduk
selama 15 menit
4) Tambahkan H2O2 0,1% dan dimasak selama 1 jam
5) Setelah itu larutan disaring dengan kertang saring ( lakukan sampai 3x
penyaringan untuk menjernihkan larutan)
6) Kemudian filtrasi yang didapat dituang kedalam wadah yang telah
disterilkan
7) Bagian atas ditutupi dengan alumunium foil lalu dilakukan sterilisasi
akhir terdahap sediaan dengan autoklaf suhu 121°C selama 15 menit

3.2 Evaluasi Sediaan

1. Uji Organoleptis
Pengujian infus normal saline 0,9 % meliputi bau dan warna sediaan. Selain itu juga
diperiksa kelengkapan etiket, brosur dan penandaan pada kemasan.
2. Penetapan pH
Pengecekan pH larutan dapat dilakukan dengan menggunakan pH meter atau kertas
indikator universal.
3. Uji Kejernihan
Uji kejernihan dilakukan secara visual biasanya dilakukan oleh seseorang yang
memeriksa wadah bersih dari luar di bawah penerangan cahaya yang baik, dan putih,
dijalankan dengan suatu aksi memutar, harus benar – benar bebas dari partikel kecil
yang dapat dilihat dengan mata (Lachman, 2004).

Page | 13
4. Uji Kebocoran
Uji kebocoran dilakukan dengan membalikkan botol sediaan infus dengan mulut botol
menghadap ke bawah . Diamati ada tidaknya cairan yang keluar menetes dari botol.
Pada pembuatan kecil-kecilan hal ini dapat dilakukan dengan mata tetapi untuk
produksi skala besar hal ini tidak mungkin dikerjakan.
5. Bahan Partikulat dalam Injeksi
Bahan partikulat merupakan zat asing, tidak larut, dan melayang, kecuali gelembung
gas, yang tanpa disengaja ada dalam larutan parenteral. Pengujian bahan partikulat
dibedakan sesuai volume sediaan injeksi seperti yang tercantum pada FI Edisi IV
tahun 1995.
6. Penetapan kadar
Pipet sejumlah volume injeksi setara dengan kurang lebih 90 mg natrium klorida,
masukkan ke dalam wadah dari porselen dan tambahkan 140 mL air dan 1 mL
dikloroflouresein LP. Campur dan titrasi dengan perak nitran 0.1 N LV hingga perak
klorida menggumpal dan campuran berwarna merah muda lemah. 1 mL perak nitrat
0.1 N setara dengan 5,844 mg Na Cl.
7. Uji Sterilitas
Teknik penyaringan dengan filter membrane (dibagi menjadi 2 bagian) lalu
diinkubasi.
8. Uji Pirogen
Uji Pirogen dimaksudkan untuk membatasi risiko reaksi demam pada tingkat yang
dapat diterima oleh pasien. Pengujian meliputi pengukuran kenaikan suhu kelinci
setelah penyuntikan larutan uji setelah intravena.

3.3 Wadah dan Kemasan

Wadah : Botol infuse 100 ml


Etiket : Putih
Label : Harus dengan resep dokter , Lambang Obat keras, Lambang obat
generik
Signa : Infus saline NaCl 0,9%

Page | 14
3.4 Etiket

Infus saline

NaCl 0,9%

No. Reg : GKA 135423991888A


K
No. Batch : 6324323

Baik digunakan sebelum September 2020

Harus dengan resep dokter

PT. SOHO

Jakarta – Indonesia

Page | 15
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

A. Formulasi sediaan steril secara umum :

 Sediaan infus yang baik secara umum : memiliki karakteristik yaitu : sediaan
harus steril, bebas partikel, bebas pirogen., terhindar dari mikroorganisme baik
dalam bentuk vegetatif maupun non vegetatif,sediaan harus stabil,memiliki
tekanan tonisitas yang tetap.
 Komponen utama sediaan infus secara umum terdiri dari komponen :

 Bahan Aktif : Natrium Klorida


 Bahan Tambahan : Aqua Pro Injeksi
 Metode yang dapat digunakan dalam pembuatan sediaan infus secara umum
yaitu dengan metode sterilisasi.
 Evaluasi sediaan infus secara umum:
o Uji organoleptis
o Uji penetapan pH
o Uji Kejernihan
o Uji kebocoran
o Uji bahan partikulat dalam injeksi
o Uji penetapan kadar
o Uji sterilitas
o Uji pyrogen
B. Formualsi Sediaan Infus :
Karakteristik sediaan dari infus yang diformulasi yaitu, jernih, berbentuk
cair,tidak memiliki rasa, memiliki pH 7. Komponen bahan yang digunakan dalam
formulasi sediaan infus: natrium Kloridam (Bahan Aktif),aqua Pro Injeksi(Bahan
Tambahan /Pelarut).Metode yang digunakan dalam pembuatan sediaan infus yaitu
dengan metode sterilisasi.Evaluasi sediaan sediaan infus yang dilakukan, meliputi :
Uji organoleptis,uji penetapan Ph,uji kejernihan,uji kebocoran,uji bahan paprtikulat
dalam injeksi,uji penepatan kadar,uji sterilitas,uji pyrogen.

Page | 16
4.2 Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca memahami bagaimana sebenarnya
Sterilisasi, Sediaan Injeksi beserta cara pembuatan dan pemeriksaan. Dan semoga makalah
ini menjadi acuan pula dalam melakukan penelitian pengembangan. Akan tetapi makalah
kami masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan
guna pembuatan makalah kami berikutnya yang lebih baik.

Page | 17
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Goeswin. 2008. Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung: Penerbit ITB.

Agoes, Goeswin. 2009. Sediaan Farmasi Steril. Bandung: Penerbit ITB.

Ansel, Howard C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi keempat. Jakarta:
Universitas Indonesia.

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
.
Depkes RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Handbook Of Pharm Manufacturing Formulation – Sterile Product

Kibbe, A. H. 2000, Handbook of Pharmaceutical Excipients Third Edition. London :


Pharmaceutical Press.

Kohli. 1998. Drug Manual Formulation. New Delhi: Eastern Publisher.

Lachman, L.,Herbert A.L., dan Joseph L.K. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri Ed.3.
Jakarta : UI Press

Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta: Andi.

McEvoy, G. K. 2002. AHFS Drug Information. United State of America: American Society
of Health System Pharmacists.

Page | 18
Niazi, S.K. 2004. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations: Sterile
Products. USA: CRC Press.

Reynolds, J. E. F. 1982. Martindale TheExtra Pharmacopea Twenty-eight Edition Book 1.


London: Pharmaceutical Press (PhP).

Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi ke-5. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Page | 19
Daftar pertanyaan untuk Kelompok 3 :

1. Apakah ada kekurangan dari uji pirogen? (komang 17330025)


Tidak ada kekuranan untuk uji pirogen.
2. Apakah dalam pembuatan infus hanya aqua pro injeksi yang dapat digunakan sebagai
zat tambahan? (Hafizoh 16330129)
Tidak. Bisa ditambahkan bahan obat lain sesuai kebutuhan pasien.
3. Metode dan cara sterilisasi? (Fauzi Rahman 17330035)
Metode yang digunakan adalah metode sterilisasi. Cara dari metode ini ialah
4. Apa efek samping infus NaCl? (M. Ardyansyah 17330112)
 Pemberian dosis besar dapat mnyebabkan penumpukan natrium dan uden.

Page | 20

Anda mungkin juga menyukai