Anda di halaman 1dari 16

BAKTERI PENGHASIL SENYAWA METABOLIT SEKUNDER YANG

BERPOTENSI SEBAGAI ANTIMALARIA

PROPOSAL
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh galar Sarjana Farmasi

Nama : Wakhidah Umi Sholikhah


Nim : 15330097

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2020
STUDI LITERATUR BAKTERI PENGHASIL ANTIMALARIA

PROPOSAL
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh galar Sarjana Farmasi

Nama : Wakhidah Umi Sholikhah


Nim : 15330097

Pembimbing 1 Pembimbing 2

(Dra. Kusmiati, M.Si) ` (apt. Dra. Herdini, M.Si.,)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit malaria adalah penyakit dunia yang disebabkan oleh parasit plasmodium
yang sering terjadi di daerah tropis. Berdasarkan World Malaria Report tahun 2013
diperkirakan sebanyak 3,3 milyar penduduk dunia dapat berisiko malaria dan terdapat 219
juta kasus yang terkena penyakit malaria. Indonesia sendiri terutama daerah endemis
Indonesia Timur, angka penyakit malaria masih terbilang cukup tinggi sehingga di
katagorikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) (Suyanto, 2018).

Malaria sendiri dapat ditularkan secara langsung melalui transfusi darah, jarum suntik,
maupun ibu hamil kepada bayinya. Dalam proses hidupnya, plasmodium memiliki du
hospes yaitu manusia dan nyamuk. Terdapat empat jenis palsmodium yang dapat
diketahui yang dapat menyebabkan malaria pada manusia antara lain P. falciparum, P.
vivax. P. ovale, dan P. malariane. Banyaknya kasus di Indonesia berasal dari P.
falciparum dan P. vivax yang dimana P. falciparum terdapat banyak kasus secara klinis
lebih berat dan dapat menyebabkan kematian (Hapsari dkk, 2019). Faktor-faktor imunitas
yang dimiliki oleh vektor malaria tersebut memungkinkan digunakan melalui
pemanfaatan antibodi epitope dari rekombinasi protein Pfs48/45. Indikasi antibodi
tersebut yang dapat menghentikan fertilisais P. falciparum (Murtihapsari dkk, 2010).

Actinomyces adalah kelompok mikroorganisme yang banyak berada di alam luas.


Banyak actinomycetes yang mempunyai kemampuan unuk mensintesis metabolit
sekunder yaitu enzim, herbisida, pestisida, dan antibiotik. Ada beberapa zat aktif yang
mempunyai aktitifitas sebagai antimalaria, antibakteri, antikougulan, antiperadangan,
antijamur, antiprotozoa, antituberkulosis, dan antivitus. Beberapa khasiat yang sudah
diketahui berasal dari genus Streptomyces dan Micromonospora salah satunya sebagai
antimalaria (Rofiq .S. 2012). Habitat actinomycetes terutama streptomyces berada di
dalam tanah, dan pada keadaan tertentu streptomyes dapat menghasilkan total populasi
sebanyak 70% yang ada. Jumlah Streptomyces sendiri dapat ditentukan berdasarkan suatu
tanah yang berasal dari tipe tanah, karakteristik fisik, kadar bahan organik dan pH
lingkungan (M.Dwi Lutfi, 2018).

Streptomyces sp. merupakan genus bakteri terbesar yang merupakan genus dari
paling besar Actinomycetes yang merupakan bakteri Gram positif, yang memilik
kandungan berupa G+C tinggi (Jhon Albert, 2014). Stereptomyces sp. dapat diisolasi
pada berbagai lingkungn bahkan di lingkungan yang tidak biasa (Rifqi Aulia, dkk 2017).
Strepomyces dapat berhabitat di tanah dan berfungsi sebagai pengurai sisa sisa
mikroorganisme maupun mahluk hidup. Streptomyces dapat menghasilkan metabolisme
berupa senyawa yang berbed seperti alkohol, gula, asam amino, dan senyawaaromatik
dengan memiliki enzim hidrolitik ekstaseluler. (Aghighi dkk, 2004).

Pada penyakit malaria yang biasa dikenal dengan resistensi obat lebih dari satu obat
antimalaria yang dikenal seperti “Multi Drug Resustent” (MDR), jika resistesi obat
merupakan suatu kemampuan parasit tetao bertahan hidup ketika sudah diberikan dosis
yag sesuai degan pengobatan standar,. Di daerah indonesia Timur sendiri, daerah yang
meruakan endemik nalaria, dan mempunyai tiga jenis obat-obatan seperti, klorokuin,
piremetamin, dan sulfadoxin yang dapat mengatasi resistensi pada pasien malaria. Masa
sebab itu, adanya dilakukan suatu pengembangan buntuk bisa medapatkan sumber obat
malari yan g baru, salalh satunya pemanfaatan pada Streptomyes sp itu sendiri (Hapsari
dkk, 2019).

Beberapa penelitian seperti salah satumya yang sudah di lakukan pada Actinomecetes
genus Streptomyces sp. bahwa Streptomyces sp. dapat dimanfaatkan sebagai antimalaria
karena mengandung senyawa metabolit sekunder sebagai antiprotozoa dengan metode
analisa BLAST dengan cara in vitro pada ekstrak fermentasi Streptomyces sp. dengan
penilaian dengan nilai IC50 dengan masing-masing 0,1µg/ml terhadap Plasmodium
faliparum. Hasil menunjukan bahwa ekstak yang berasal dari fermentasi Streptomyces
sp. memiliki suatu aktifitas antimalaria yang sangat cukup baik (Suyanto, 2018).
1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah pada penelitian ini:
1. Mengetahui Actinomyces dari genus Streptomyces sp. memiliki kandungan metabolit
sekunder sebagai antimalaria
2. Menentukan seberapa banyak penelitian yang menunjukkan Streptomyces sp. dapat
digunakan sebagai antimalaria

1.2 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui Actinomyces dari genus Streptomyces sp. memiliki kandungan metabolit
sekunder sebagai antimalaria
2. Menentukan banyaknya penelitian yang menunjukkan bahwa Stereptomyces sp. dapat
digunakan sebagai antimalaria

1.3 Manfaat Penelitian


1. Dapat memberikan informasi tentang kandungan yang terdapat Streptomyces sp. dapat
digunakan sebagai antimalaria.
2. Dapat menjadikan sebuah referensi tentang Strepromyces sp. sebagai antimalaria dari
berbagai penelitian yang sudah di dapat melalui studi literatur ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Morfologi dan Karakterisasi Actinomycetes

Actinomycetes adalah bakteri Gram positif yang merupakan terdiri dari yang
dicirikan memiliki kandungan GC tinggi (High Guanine-Cytosine Gram Positive). Secara
umum kandungan GC actinomycetes sekitar 51% sampai dengan 70%, namun ada beberapa
yang kurang dari 50%. Actinomycetes terdiri dari dua kelompok antara lain seperti kelompok
Streptomycetes dan memiliki kelompok non Streptomycetes yang disebut dengan istilah rare-
actinomycetes (Ade Lia dkk, 2016).

Gambar 1. Actinomycetes sp.

Kingdom : Bacteria
Filum : Actinobacteria\      
Ordo     : Actinomycetales
Famili : Actinomycetaceae
Genus : Actinomyces


Actinomycetes merupakan mikroorganisme tanah yang termasuk dalam kelas
Schizomycetes yang memiliki sifatofit, dekomposer serta dapat mendegradasi selulosa.
Kisaran pH yang dimiliki 6,5-8,0. Temepratur yang sesuai untuk pertumbuhan
Actinomycetes adalah 25-30ºC tetapi pada suhu 55-65ºC masih dapat tumbuh dalam jumlah
banyak, khususnya pada genus Thermoatinomyces dan Streptomycetes (Adriani dkk, 2013).
Actinomycetes sendiri awalnya diberikan nama “ray fungi”. Actinomycetes dapat tumbuh
dalam bentuk filamen miselium dan bentuk spora ( Mutmainnah 2013). Atinomycetes
memiliki penyebaran pertumubhan yang sangat luas berupa filamen di dalam tanah, koloni
yang berada di permukaan akar maupun di rizosfer (Fatmawati dkk, 2014).

II.2 Morfologi dan Karakterisasi Streptomyces sp.

Streptomyces sp. merupakan genus terbesar dari Actinomycetes, Streptomyces sp.


sendiri merupakan bakteri aerob Gram-positif yang dapat menghasilkan sebuah jaringan
filamen bercabang yang disebut dengan miselia substrat dan miselia udara (Siti Junaidah et
al, 2017). Genus streptomyces termasuk ordo Actinomycetes dan famili Streptomycetaceae
yang termasuk dalam bakteri dengan struktur yang khas karena dapat membentuk sebuah
hifa, sehingga sekilas seperti jamur. Namun streptomyces tidak memiliki membran pada inti
selnya di karakter pada Streptomyces (Retno Kawuri, 2016).

Gambar 2. Streptomyetes sp.


Kingdom : Bacteria
Filum : Actinomycetes
Ordo : Actinomycetales
Family : Stretomycetaceae
Genus : Streptomyces

Streptomyces sp. termasuk golongan organisme chemoheteroorganotroph dengan


memiliki suhu otimal untuk pertumbuhan 25ºC setara pH 8-9. Bakteri Streptomyces banyak
di temukan dalam tanah dan juga pada tanaman yang sehat yang diantara lainnya tanamannya
terinfeksi patogen (Retno Kawuri, 2016).

II.3 Kandungan Streptomyces sp.

Streptomyces sp. memiliki Dinding sel Streptomyces sp. mengandung terdiri dari
alanin, asam glutamat, glisin dan LL-2, dan asam 6-diaminopimelic (LL-DAP) yang
mengandung asam amino dan nukleusnya dan mempunyai lebih dari 70% kandungan guanin
dan sitosin (G+T) (Siti Junaidah et al, 2017).

Bakteri Gram positif yang terdapat pada senyawa Streptomyces sp. dapat
mengasilkan senyawa metabolit sekunder yang berpotensi sebagai sumber antibiotik yang
alami, dan juga senyawa metabolit sekunder yang terdapat Streptomyces sp. sudah terbukti
dapat digunakan sebagai imunodepresa, antijmaur, antikanker, dan antiparasit(Siti Junaidah et
al, 2017).
.

II.4 Penyakit Malaria

Malaria merupakan suatu penyakit yang disebut juga dengan Plasmodium, yang
ditularkan oleh gigitan nyamuk yang sudah terinfeksi oleh Plasmodium. Di dalam tubuh
manusia Plasmodiunm berkembang biak dihati, kemudian menginfeksi sel-sel darah merah.
Berdasarkan pernyataan tersebut, malaria sebagai penyakit infeksi menular yanng
disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium, yang ditularkan oleh gigitan nyamuk
Anopheles dengan mempunyai gejala penyakit yang berupa demam, anemia, pembesaran
limpa, serta berbagai gejala lainnya yang disebabkan oleh parasit dan menyerang organ tubuh
lainnya seperti dianataranya otak, hati, serta ginjal (WHO, 2009).

Pada manusia terdapat empat empat jenis spesieyaitu antar garis s yang dapat
menyebabkan malaria yaitu, Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale,
dan Plasmodium malaria. Penyebaran malaria pada seluruh duniapun sangat luas yaitu, 40º
lintang selatang dan 60º lintang utara yang termasuk lebih dari 100 negara yang beriklim
tropis dan subtropis. Penduduk yang beresiko terkena malaria berjumlah sebanyak 2,3 miliar
atau sekitar 41% dari jumlah penduduk dunia (Rony Puasa dkk, 2018).

II.4.1 Penularan Malaria

Penularan penyakit malaria dapat terjadi melalui dua cara yakni cara alamiah atau
disebut dengan natural infection, atau melalui gigitan nyamuk anophles, dan penularan yang
bukan berasal yang alamiah. Penularan bukan alamiah dapat dibagi menurut cara
penularannya, yitu:

1. Malaria bawaan atau kongenital, yang disebabkan adanya kelainan pada sawar
plasenta sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada bayi yang sedang di
kandungnya, melalui plasenta dari ibu ke bayi dengan melalui tali pusar.

2. Penularan dengan cara mekanik yang terjaid melalui transfusi darah atau jarum
suntik. Penularan yang dilakukan dengan jarum suntik banyak dialami oleh para
pengguna candu obat bius yang menggunakan jarum suntikyang sudah tidak steril.
Infeksi malaria sendiri dapat menularkan melalui transfusi hanya menghasilkan siklus
eritrositer karena ttidak melalui spozoit yang memelurkan siklus hati sehingga mudah
diobati.

3. Penularan dengan cara oral, adanya pembuktian melalui ayam adalah Plasmodium
gallinasium, burung dara adalah Plasmodium relection, dan monyet adalah
Plasmodium knowlesi (Rony Puasa dkk, 2018)
Populasi beresiko terkena malaria ialah yaitu (1) orang yang bekerja yang berada di
tempat proyek pembangunan di daerah pedesaan seperti perkebunan, pertambanagan,
konstruksi dan lain-lain. (2) masyarakat etnis, (3) imigran yang berasal dari sebuah daerah
endemis dan ,ereka tinggal di daerah non endemis yang melali perpindahan, (4) anak-anak
nyang belum memiliki kekuatan imun yang kuat, (5) wanita hamil non imun, semi imun di
daerah transmisi tinggi, (6) wanita hamil yang sudah terinfeksi HIV, (7) orang yang sudah
terinfeksi HIV/AIDS, (8) wisatawn yang berkunjung dari daerah non endemik (Restu Alami,
2016).

II.4.2 Gejala Malaria

Gejala klinis malaria berdasarkam pweemeriksaan secara klinis, pada umumnya


terdiri dari pemerikasaan gejala seperti demam secara bekala, panas, tingkat kesadaran,
pusing dll serta gejala khas malaria yang tidak sama dengan yang lainnya. Gejala klinis ini
tidak dapat menenentukan tepat atau tidaknya pasien terkena penyakit malaria karena gejala
klinis tidak dapat diacuan sebagai pengobatan malaria karena tingkat kesalahannya cukup
tinggi (Lukman Hakim, 2011). Gejala malaria ditandai dengan adanya demam tinggi, sakit
kepala, atau pusinh, menggigil dan nyeri di seluruh tubuh. Dan beberapa lainnya seperti
mual, muntah, dan diare (Restu Alami, 2016).

Tidak mudah untuk mendiagnosa penyakit malaria jika sebelumnya sudah


terkena penyakit malaria sebelumnya. Hal ini disebabkan karena tubuh si
penderita sudah mengenali penyakit sehingga gejala klinis selalu sulit untuk
diketahui. Mendiagnosa penyakit malaria terdapat bebecara ara, namun hinggga
sekarang metode yang digunakan yaitu metode standar emas (gold standart)
yaitu pemerikasaan dengaan mikroskopik dengan mengidentifikasi parasit pada
sediaan darah penderita (Rony Puasa dkk, 2018).

II.4.3 Proses Terjadinya Malaria


Awalnya zigot hanya merupakan bentuk bulat yang tidak bergerak-gerak, selama
waktu 18-24 jam dan menjadi panjang seperti cacing yang bergerak dengan ukuran 8-24 µ
disebut ookinet. Ookinet kemudian menembus dinding lambung melalui sel epitel ke
permukaan luar lambung dan menjadi bentuk bulat yang disebut ookista. Jumlah ookista
pada dinding luar lambung nyamuk vektor berkisar anaara beberapa buah hingga ratus buah.
Ookista kemudian makin besar dan semi transparan berukuran 40-80µ dan mengandung butir
pigmen. Ookita kemudian membelah menjad sehingga pigmen tidak tampak lagi inti yang
sudah membelah kemudian dikelilingi oleh protoplasma dan merupakan bentuk panjang yang
ujungnya runcing dengan inti di tengahnya. Bentuk tersebut disebut sporozoit dengan ukuran
10-15µ. Ookista kemudi peah menjadi ribuan sporozoit keluar dan kemudian bergerak dalam
rongga badan nyamuk vektor untuk mencapai kelenjar liur ludah. Di dalam tubuh manusia,
sporozoit mengalami perkembangan sebagai berikut:

Gambar. Siklus hidup Plasmodium dalam tubuh manusia

1. Schizogoni
Sporozoit Plasmodium dalam waktu ½-1 jam sudah masuk ke dalam jaringan hati.
Sporozoit dari P. vivax dan P. ovale sebagian berubah menjadi hypnosoit, sebagian
lagi berubah menjadi schizon hati. Sedangkan sporozoi P.falciparum dan P.malariae,
semua berubah menjadi schischizon hati. Hypnosoit P. vivax dan P. ovale sewaktu-
waktu bisa berybah menjadi schizon hati. Karena itu untuk P. vivax dan P. ovale
dikenal adanya rekurensi yaitu kambuh dalam jangak waktu panjang. Schizon hati
mengandung ribuan merozoit yang akan dipecah dan keluar dari jaringan hai untuk
kemudian masing-masing merozoit ini menginvasi sel darah merah (SDM).
Fase masuknya sporozoit ke dalam jaringan hati sampai keluar lagi dalam bentuk
merozoit, disebut fase chizogoni jaringan hati atau fase praeritrosit. Lamanya fase pra
eritrosit dan besarna schizon hati serta jumlah merozoit pada satu schizon hati,
berbeda-beda untuk tiap spesies Plasmodium.

2. Schizogoni eritrosit
Merozoit yang suda masuk ke dalam sel darah akan berubah menjadi bentuk menjadi
trpozoit, yakni tropozoit muda, tropozoit lanjut, dan tropozoit tua. Tropozoit itu
kemudian akan membentuk schizon darah yang mengandung merozoit yaitu bentuk
schizon muda, schizon tua, dan schizon matang. Schizon matang ini akan mengalami
sporulasi yaitu melepaskan merozoit untuk kemudian menginvasi sel drah merah
yang baru, siklus schizogoni eritrosit berulang terjadi kembali.
Fase masuknya merozoit ke dalam sel darah merah sampai terbentuknya merozoit
untuk menginvasi sel darah merah baru, hal ini disebut dengan schizoni eritrosit.
Lamanya fase eritrosit dan jumlah merozoit dalam schizon hati, berbeda-beda untuk
setiap spesiem Plasmodium (Lukman Hakim, 2011)

II.5 Antimalaria

Antimalaria adalah suatu kemampuan untuk menghambat pertumbuhan parasit


malaria. Penggunaan suatu senyawa yang mempunyai sifat aktif sebagai antimalaria tentunya
dapat digunakan untuk mengurangi penyebaran penyakit malaria. Selain itu terus berupaya
untuk menemukan senyawa aktif antimalaria yang berasal dari alam (Ismi Ambalika, 2017).

BAB III
METODE PENELITIAN

III.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan saat ini ialah jenis penelitian kepustakaan atau yang
disebut dengan library research yang merupakan sekumpulan penelitian yang berdasarkan
dengan metode pengumpulan data pustaka atau penelitian yau berasal dari objek penelitian
yang di dapatkan dari sumber seperti buliterature reku, jurnal ilmiah, majalah, ensiklopedi,
maupun dokumen (Nana Syaodih, 2009). Menurut Cooper dan Taylor penelitian kepustakaan
atau kajian literatur atau disebut juga literature review atau literature research adalah suatu
penelitian yang membahas atau mengkaji secara kritis yang terdiri dari gagasan, pengetahuan,
maupun temuan yang terdapat di dalam bagian literatur berorientasi akademik (academic-
oriented literature), berikut merumuskan kontribusi teoritis dan metodologisnya untuk suatu
topik tertentu (Mohammad Imam, 2012). Fokus penelitian kepustakalan ialah menemukan
berbagai teori, hukum, dalil, prinsip, atau gagasan yang digunakan untuk menganalisa atau
membahas pertanyaan penelitian yang igin dirumuskan. Bagaimanapun sifat dari penelitian
merupakan analisis deskriptif, yaitu pembahasan secara tertata data yang sudah yaitu
pendapat diperoleh, kemudian didapatkan pemahaman dan penjelasan supaya dapat
dimengerti oleh para pembaca.

Pendekatan penelitian ialah jenis kualitatif yang bersifat deskriptif analisis.


Bertujuan sebagai menggambarkan secara tepat, sifat individu, suatu gejala, keadaan atau
kelompok tertentu (Koentjaranigrat, 1997). Penelitian yang mengunakan penelitian kualitatif
penggunaan literatur yang sesuai denagn topik penelitian, akan menjadi latar belakang dari
penelitian yang akan dilakukan. Penelitian kualitatif ini bertujuan sebagai membandikan serta
menyatukan hasil yang sudah didapatjkab dari literatur terdahulu dan untuk menentukan
persamaan maupun perbedaan setiap literatur yang digunakan (Yati Afiyanti, 2005).
Mengetahui seberapa besar khasiat metabolit sekunder pada Streptomyces sp. sebagai
antmalaria dari berbagai referensi yang sudah didapatkan.

III.2 Sumber Data


Sumber data merupakan sesuatu yng mencakup segala hal yang dapat memberikan
suatu informasi mengenai suatu data. Berdasarkan sumbernya, dapat dapat dibagi menajadi
dua bagian, yakni data primer dan data sekunder.

1. Data primer yakni data yang dibentuk oleh peneliti yang bertujuan untuk khusus
menyelesaikan permasalahan yang sedang dilakukan. Data tersebut dikumpulkan
sendiri oleh peneliti langsung dari sumber utama berdasarkan tempat objek yang di
lakukan.
2. Data sekunder yakni daya yang sudah dikumpulkan yang bertujuan untuk seleain
menyelesaikan masalah yang sedang dilakukan. Data dengan mudah didapatkan
dengan cepat. Dalam penelitian yang ingin dilakukan saat ini, yaitu menjadi sumber
data ialah literatur, jurnal, artikel yang berkaitan dengan penelitian yang
ingindilakukan (Sugiyono, 2009).

Sumber data yang digunakan untuk penelitian terdiri dari empak aspek yaitu: (1)
Provenance (bukti) didukung berdasarkan sejarah, (2) Objectivity (objektivitas) yaitu sudut
pandang penulis tentang kegunaan ataupun merugikan, (3) Persuasiveness (derajat
keyakinan) yaitu berdasarkan penulis termasuk orang yang dapat dipercaya, (4) Value (nilai
kontributif) yaitu pendapat penulis yang dapat diyakini, serta mempunyai kontribusi pada
penelitian lain yang sesuai (Mohammad Imam, 2012). Penelitian kali ini ialah penelitian
menggunakan data sekunder yang berasal dari kumpulan jurnal terkait judul yang akan
dilakukan, data kemudian dikumpulkan setelah didapatkan data dapat disimpulakan menjadi
sebuah referensi baru.

III.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang dapat digunakan peneliti untuk
menghasilkan data dalam suatu penelitian. Penelitian ini me nggunakan metode pengumpulan
data dengan cara observasi, dokumentasi, studi kepustakaan, dan wawancara (Sugiyono,
2015). Metode penelitian kali ini menggunakan metode dokumentasi, metode dokumentasi
sendiri merupakan suatu metode yang dilakukan dengan pengumpulan data dengan menari
dan kemudian menggali informasi hasil penelitian yang sudah di lakukan sesuai dengan
tujuan dari rumusan masalah. Data yang sudah ditemukan kemudian disatukan dan kemudian
dijadikan satu kesatuan dokumen yang digunakan untuk menyelesaikan masalha yang ingin
di rumuskan (Yuni Irawati, 2013).

III.4 Metode Analisis Data

Metode penelitian ini ialah analisis isi (content analysis) yang dapat digunakan
peneliti untuk mengamati perilaku manusia secata tidak langsung melalui analisi terhadap
komunikasi yang digunakan yakni buku teks, esay, koran, novel, dll dan seluruh bkomunikais
yang daopat digunakan untuk dianalisis (Frankel dan Wallen, 2007). Analisis isi merupakan
metodologi nyang dapat memanfaatkan suatu bentuk perosedur untuk mendapatkan sebuah
kesiimpulan yang bisa didapatkan dari sebuah buku atau dokumen (Satori dan Komariah
2009).

Analisis data sendiri memiliki arti yaitu suatu upaya dalam menari dan menata secara
sistematis data yang telah terkumpul untuk meningkatkan pemahaman suatu ppenelitian
tentang suatu kasus yang ingin di teliti dan kemudian mengkajinya sebagai hasil analisi
penelitian lain (Yuni Irawati, 2013). Analisis isi merupakan analisis yang difokuskan pada
konten aktual dan fitur internal media. Hal ini untuk menentukan suatu keberadaan pada
kalimat tertentu, melalui sebuah konsep, tema, frase, karakter, atau serangkaian teks. Teks
sendiri dapat diartikan melalui dari sebagai buku, bab buku, esay, wawancara, diskusi, dan
lain-lain. Analisis isi sendiri memilih lima konsep prinsilah pada dasar yaitu: (1) proses untuk
mengikuti aturan. Suatu aturan yang dibuat dengan secara eksplisit. (3) analisis isi bersifat
menggeneralisasikan yang prosesnya dapat diarahkan. (4) analisi isi mempersoalkan tentang
isi termanifestasikan, jadi peneliti akan mendapatkan kesimpulan berdasarkan isi suatu
dokumen yang termanifestasikan. (5) analisis isi ini dapat digunakan pada analisis kualitatif
maupun analisis kuantitatif (Satori dan Komariah 2009). Tujuan analisi isi agar peneliti dapat
menghentikan kasus yang ingin dicapai, mendefinisikan istilah penting secara rinci,
mengkhususkan unit yang dianalisis, mencari data yang akurat, mampu menjelaskan atau
membangun rasioanl atau hubungan konseptual dan dapat menjelaskan bagaimana sebuah
data data dapat dikaitkan dengan tujuan, merencanakan penarikan sampel, merumuskan suatu
kode kategori. Peneliti harus dapat menjelaskan secara rinci mungkin aspek dari isi yang akan
diteliti, dan kemudian merumuskan kategori yang relavan (Frankel dan Wallen, 2007)
III.5 Skema Penelitian
MULAI

STUDI LITERATUR

PENGUMPULAN DATA

KONSEP YANG INGIN DITELITI

KONSEPTUALISASI

(HASIL DAN PEMBAHASAN)

SELESAI

Gambar. Skema Penelitian Studi Literatur

Anda mungkin juga menyukai