PENDAHULUAN
Interaksi obat adalah peristiwa dimana aksi suatu obat diubah atau dipengaruhi oleh
obat lain yang diberikan secara bersamaan. Kemungkinan terjadinya peristiwa interaksi harus
selalu dipertimbangkan dalam klinik, manakala dua obat atau lebih diberikan secara
bersamaan atau hampir bersamaan. Tidak semua interaksi obat membawa pengaruh yang
merugikan, beberapa interaksi justru diambil manfaatnya dalam praktek pengobatan,
misalnya saja peristiwa interaksi antara probenesid dengan penisilin, di mana probenesid
akan menghambat sekresi penisilin di tubuli ginjal, sehingga akan memperlambat ekskresi
penisilin dan mempertahankan penisilin lebih lama dalam tubuh.
Interaksi dapat membawa dampak yang merugikan kalau terjadinya interaksi tersebut
sampai tidak dikenali sehingga tidak dapat dilakukan upaya-upaya optimalisasi. Secara
ringkas dampak negatif dari interaksi ini kemungkinan akan timbul sebagai berikut :
Secara umum suatu interaksi obat dapat digambarkan sebagai suatu interaksi antar
suatu obat dan unsur lain yang yang dapat mengubah kerja salah satu atau keduanya, atau
menyebabkan efek samping tak diduga.
Pada prinsipnya interaksi obat dapat menyebabkan dua hal penting. Yang pertama,
interaksi obat dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan khasiat obat. Yang kedua,
interaksi obat dapat menyebabkan gangguan atau masalah kesehatan yang serius, karena
meningkatnya efek samping dari obat- obat tertentu. Risiko kesehatan dari interaksi obat ini
sangat bervariasi, bisa hanya sedikit menurunkan khasiat obat namun bisa pula berakibat
fatal.
1.3 TUJUAN
PEMBAHASAN
Secara umum suatu interaksi obat dapat digambarkan sebagai suatu interaksi antar
suatu obat dan unsur lain yang yang dapat mengubah kerja salah satu atau keduanya, atau
menyebabkan efek samping tak diduga. Kemungkinan terjadinya peristiwa interaksi harus
selalu dipertimbangkan dalam klinik, manakala dua obat atau lebih diberikan secara
bersamaan atau hampir bersamaan. Tidak semua interaksi obat membawa pengaruh yang
merugikan, beberapa interaksi justru diambil manfaatnya dalam praktek pengobatan,
misalnya saja peristiwa interaksi antara probenesid dengan penisilin, di mana probenesid
akan menghambat sekresi penisilin di tubuli ginjal, sehingga akan memperlambat ekskresi
penisilin dan mempertahankan penisilin lebih lama dalam tubuh.
Interaksi dapat membawa dampak yang merugikan kalau terjadinya interaksi tersebut
sampai tidak dikenali sehingga tidak dapat dilakukan upaya-upaya optimalisasi. Secara
ringkas dampak negatif dari interaksi ini kemungkinan akan timbul sebagai berikut:
Obat merupakan bahan kimia yang memungkinkan terjadinya interaksi bila tercampur dengan
bahan kimia lain baik yang berupa makanan, minuman ataupun obat-obatan. Interaksi juga
terjadi pada berbagai kondisi kesehatan seperti diabetes, penyakit ginjal atau tekanan darah
tinggi. Dalam hal ini terminologi interaksi obat tidak hanya dikhususkan pada interaksi
antara obat dengan obat, tetapi juga interaksi antara obat dengan makanan, serta interaksi
antara obat dengan herbal.
Obat yang diberikan kepada pasien akan banyak mengalami proses sebelum tiba pada
tempat aksi atau jaringan sasaran. Secara garis besar, proses – proses ini dapat dibagi menjadi
3 fase, yaitu :
1. Fase biofarmasetik
Meliputi waktu mulai penggunaan sediaan obat melalui mulut hingga pelepasan zat
aktifnya ke dalam cairan tubuh.
2. Fase farmakokinetik
Meliputi waktu selama obat diangkut ke organ yang ditentukan, setelah obat dilepas
dari bentuk sediaan.
3. Fase farmakodinamik
Fase terjadinya interaksi obat dengan tempat aksinya dalam sistem biologi.
Obat obyek, yakni obat yang aksinya atau efeknya dipengaruhi atau diubah oleh obat
lain. Obat-obat yang kemungkinan besar menjadi obyek interaksi atau efeknya
dipengaruhi oleh obat lain, umumnya adalah obat-obat yang memenuhi ciri:
a. Obat-obat di mana perubahan sedikit saja terhadap dosis (kadar obat) sudah akan
menyebabkan perubahan besar pada efek klinik yang timbul. Secara farmakologi
obat-obat seperti ini sering dikatakan sebagai obat-obat dengan kurva dosis
respons yang tajam (curam; steep dose response curve). Perubahan, misalnya
dalam hal ini pengurangan kadar sedikit saja sudah dapat mengurangi manfaat
klinik (clinical efficacy) dari obat.
Adapun faktor – faktor yang dapat mempengaruhi bioavaibilitas obat pada pemberian oral,
antara lain :
1. Faktor obat : Sifat – sifat fisikokimia seperti stabilitas pH lambung, stabilitas tehadap
enzim pencernaan serta stabilitas terhadap flora usus, dan bagaimana formulasi obat
seperti keadaan fisik obat baik ukuran partikel maupun bentuk kristal atau bubuk, dll.
2. Faktor penderita : Bagaimana pH saluran cerna, fungsi empedu, kecepatan
pengosongan lambung dari mulai mortilitas usus, adanya sisa makanan, bentuk tubuh,
aktivitas fisik sampai dengan stress yang dialami pasien.
3. Interaksi dalam absorpsi di saluran cerna : Adanya makanan, perubahan pH saluran
cerna, perubahan mortilitas saluran cerna, perubahan perfusi saluran cerna atau
adanya gangguan pada fungsi normal mukosa usus.
Distribusi obat dari sirkulasi ke Susunan Saraf Pusat sulit terjadi, karena obat
harus menembus Sawar Darah Otak, karena endotel kapiler otak tidak mempunyai
celah antar sel mapupun vesikel pinositotik.
2.5 TETRASIKLIN
Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lioyd Conover. Tetrasiklin pertama kali
dipatenkan tahun 1955. Tetrasiklin merupakan antibiotika yang memberi harapan dan sudah
terbukti menjadi salah satu penemuan antibiotika penting. Antibiotika golongan tetrasiklin
yang pertama ditemukan adalah Klortetrasiklin yang dihasilkan oleh Streptomyces
aureofaciens. Kemudian ditemukan Oksitetrasiklin dariStreptomyces rimosus. Tetrasiklin
sendiri dibuat secara semisintetik dari Klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh dari spesies
Streptomyces lain.
Efek Samping
Iritasi lambung pada pemberian oral. Tromboflebitis pada pemberian injeksi (IV).
Tetrasiklin terikat pada jaringan tulang yang sedang tumbuh dan membentuk kompleks.
Pertumbuhan tulang akan terhambat sementara pada janin sampai anak tiga tahun. Pada
gigi susu atau gigi tetap, tetrasiklin dapat merubah warna secara permanen dan
cenderung mengalami karies. Dapat menimbulkan superinfeksi oleh kuman resisten dan
jamur, dengan gejala adalah diare akibat terganggunya keseimbangan flora normal dalam
usus. Absorpsi tetrasiklin dihambat oleh antasida, susu, Koloidal bismuth, Fenobarbital,
Fenitoin dan Karbamazepin sehingga mengurangi kadar dalam darah karena
metabolismenya dipercepat. Tetrasiklin dapat mempengaruhi kerja Penisilin dan
Antioagulan. Efek samping lainnya adalah sebagai berikut :
a. Gangguan lambung : Penekanan epigastrik biasanya disebabkan iritasi ari mukosa
lambung dan sering kali terjadi pada penderita yang tidak patuh yang diobati dengan
obat ini.
b. Efek terhadap kalsifikasi jaringan : Deposit dalam tulang dan pada gigi timbul selama
kalsifikasi pada anak yang berkembang. Hal ini menyebabkan pewarnaan dan
hipoplasi pada gigidan menganggu pertumbuhan sementara.
10 | I n t e r a k s i o b a t d a n n u t r i s i
Sediaan Antibiotika Tetrasiklin di Pasaran
1. Tetrasiklin dipasaran dalam bentuk kapsul dengan kandungan 250 mg dan 500
mg. Juga ada yang dalam bentuk buffer untuk mengurangi efek sampingnya
mengiritasi lambung.
2. Doksisiklin di pasaran tersedia dalam bentuk sediaan tablet dan kapsul dengan
kandungan 50 mg dan 100 mg.
3. Oksitetrasiklin di pasaran tersedia dalam bentuk sediaan kapsul 500 mg dan vial
50 mg/ml untuk injeksi.
4. Minosiklin dipasaran dalam bentuk kapsul dengan kandungan 50 mg dan 100 mg.
Tetrasiklin
Susu yang mengandung kalsium, magnesium, besi, dan aluminium bila dikonsumsi
bersamaan dengan tetrasiklin akan membentuk khelat inaktif (tetrasiklin + logam) yaitu
kompleks yang tidak larut. Susu juga mengandung protein dan lemak sehingga tetrasiklin
tidak boleh diminum bersamaan dengan susu karena dapat menurunkan absorpsi dari
tetrasiklin oleh lambung. Sehingga dapat menimbulkan kegagalan terapi pengobatan.
11 | I n t e r a k s i o b a t d a n n u t r i s i
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Sebaiknya dalam mengkonsumsi tetrasiklin tidak bersamaan dengan susu. Lebih baik
obat diminum dengan air putih, karena air putih akan melarutkan obat dalam lambung
sehingga lebih mudah diserap.
12 | I n t e r a k s i o b a t d a n n u t r i s i
DAFTAR PUSTAKA
- AgroMedia, Redaksi, 2008. Buku Pintar Tanaman Obat (431 Jenis Tanaman
Penggempur Aneka Penyakit).PT. Agromedia Pustaka. Jakarta
- Tan Hoan Tjaya, Kirana Rahardja, 2007. Obat – Obat Penting (Khasiat, Penggunaan,
dan Efek – Efek Sampingnya). PT. Elex Media Komputindo. Jakarta
- http://www.dechacare.com/Tetracycline-P526.html
- http://dinkesbonebolango.org/index.php?option=com_conten&task=view&id=67&Itemi
d=2
- http://mirzempe2.multiply.com/journal/item/33
- http://www.chem-is-try.org/tanya_pakar/bolehkah_minum_obat_dengan_susu
- http://www.smallcrab.com/kesehatan/25-healthy/526-fisiologi-obat-bagi-tubuh-manusia
13 | I n t e r a k s i o b a t d a n n u t r i s i