Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Interaksi obat adalah peristiwa dimana aksi suatu obat diubah atau dipengaruhi oleh
obat lain yang diberikan secara bersamaan. Kemungkinan terjadinya peristiwa interaksi harus
selalu dipertimbangkan dalam klinik, manakala dua obat atau lebih diberikan secara
bersamaan atau hampir bersamaan. Tidak semua interaksi obat membawa pengaruh yang
merugikan, beberapa interaksi justru diambil manfaatnya dalam praktek pengobatan,
misalnya saja peristiwa interaksi antara probenesid dengan penisilin, di mana probenesid
akan menghambat sekresi penisilin di tubuli ginjal, sehingga akan memperlambat ekskresi
penisilin dan mempertahankan penisilin lebih lama dalam tubuh.

Interaksi dapat membawa dampak yang merugikan kalau terjadinya interaksi tersebut
sampai tidak dikenali sehingga tidak dapat dilakukan upaya-upaya optimalisasi. Secara
ringkas dampak negatif dari interaksi ini kemungkinan akan timbul sebagai berikut :

 Menyebabkan terjadinya efek samping yang tidak diinginkan


 Tidak tercapainya efek teraputik seperti yang diharapkan

Secara umum suatu interaksi obat dapat digambarkan sebagai suatu interaksi antar
suatu obat dan unsur lain yang yang dapat mengubah kerja salah satu atau keduanya, atau
menyebabkan efek samping tak diduga.

Pada prinsipnya interaksi obat dapat menyebabkan dua hal penting. Yang pertama,
interaksi obat dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan khasiat obat. Yang kedua,
interaksi obat dapat menyebabkan gangguan atau masalah kesehatan yang serius, karena
meningkatnya efek samping dari obat- obat tertentu. Risiko kesehatan dari interaksi obat ini
sangat bervariasi, bisa hanya sedikit menurunkan khasiat obat namun bisa pula berakibat
fatal.

1|Interaksi obat dan nutrisi


1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud dengan interaksi obat ?

2. Apakah dampak dari interaksi obat ?

3. Bagaimanakah klasifikasi interaksi obat ?

4. Bagaimanakah farmakokinetik obat dalam tubuh ?

5. Bagaimanakah mekanisme kerja dari tetrasiklin ?

6. Bagaimanakah mekanisme terjadinya interaksi antara tetrasiklin dengan susu ?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan interaksi obat

2. Untuk mengetahui dampak dari interaksi obat

3. Untuk mengetahui klasifikasi interaksi obat

4. Untuk mengetahui farmakokinetik obat dalam tubuh

5. Untuk mengetahui mekanisme kerja dari tetrasiklin

6. Untuk mengetahui mekanisme terjadinya interaksi antara tetrasiklin dengan susu

2|Interaksi obat dan nutrisi


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN INTERAKSI OBAT

Secara umum suatu interaksi obat dapat digambarkan sebagai suatu interaksi antar
suatu obat dan unsur lain yang yang dapat mengubah kerja salah satu atau keduanya, atau
menyebabkan efek samping tak diduga. Kemungkinan terjadinya peristiwa interaksi harus
selalu dipertimbangkan dalam klinik, manakala dua obat atau lebih diberikan secara
bersamaan atau hampir bersamaan. Tidak semua interaksi obat membawa pengaruh yang
merugikan, beberapa interaksi justru diambil manfaatnya dalam praktek pengobatan,
misalnya saja peristiwa interaksi antara probenesid dengan penisilin, di mana probenesid
akan menghambat sekresi penisilin di tubuli ginjal, sehingga akan memperlambat ekskresi
penisilin dan mempertahankan penisilin lebih lama dalam tubuh.

Interaksi dapat membawa dampak yang merugikan kalau terjadinya interaksi tersebut
sampai tidak dikenali sehingga tidak dapat dilakukan upaya-upaya optimalisasi. Secara
ringkas dampak negatif dari interaksi ini kemungkinan akan timbul sebagai berikut:

 Menyebabkan terjadinya efek samping yang tidak diinginkan


karena meningkatnya efek samping dari obat dapat menyebabkan gangguan atau
masalah kesehatan yang serius
 Tidak tercapainya efek teraputik seperti yang diharapkan
karena dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan khasiat obat

2.2 DAMPAK INTERAKSI OBAT

Obat merupakan bahan kimia yang memungkinkan terjadinya interaksi bila tercampur dengan
bahan kimia lain baik yang berupa makanan, minuman ataupun obat-obatan. Interaksi juga
terjadi pada berbagai kondisi kesehatan seperti diabetes, penyakit ginjal atau tekanan darah
tinggi. Dalam hal ini terminologi interaksi obat tidak hanya dikhususkan pada interaksi
antara obat dengan obat, tetapi juga interaksi antara obat dengan makanan, serta interaksi
antara obat dengan herbal.

3|Interaksi obat dan nutrisi


Pada kenyataanya banyak obat yang berinteraksi terjadi tidak hanya dengan satu
mekanisme tetapi melibatkan dua atau lebih mekanisme. Akan tetapi secara umum
mekanisme interaksi obat dalam tubuh dapat dijelaskan atas dua mekanisme utama, yaitu
interaksi farmakokinetik dan interaksi farmakodinamik.

Obat yang diberikan kepada pasien akan banyak mengalami proses sebelum tiba pada
tempat aksi atau jaringan sasaran. Secara garis besar, proses – proses ini dapat dibagi menjadi
3 fase, yaitu :

1. Fase biofarmasetik
Meliputi waktu mulai penggunaan sediaan obat melalui mulut hingga pelepasan zat
aktifnya ke dalam cairan tubuh.
2. Fase farmakokinetik
Meliputi waktu selama obat diangkut ke organ yang ditentukan, setelah obat dilepas
dari bentuk sediaan.
3. Fase farmakodinamik

Fase terjadinya interaksi obat dengan tempat aksinya dalam sistem biologi.

Dalam interaksi obat-obat, obat yang mempengaruhi disebut presipitan, sedangkan


obat yang dipengaruhi disebut objek. Contoh presipitan adalah aspirin, fenilbutazon dan
sulfa. Obyek drug biasanya bersifat mempunyai kurva dose-response yang curam (narrow
therapeutic margin), dosis toksik letaknya dekat dosis terapi (indeks terapi sempit). Contoh :
digoksin, gentamisin, warfarin objeko, dilantin, obat sitotoksik, kontraseptif oral, dan obat-
obat sisitem saraf pusat.

Interaksi obat paling tidak melibatkan 2 jenis obat,

 Obat obyek, yakni obat yang aksinya atau efeknya dipengaruhi atau diubah oleh obat
lain. Obat-obat yang kemungkinan besar menjadi obyek interaksi atau efeknya
dipengaruhi oleh obat lain, umumnya adalah obat-obat yang memenuhi ciri:
a. Obat-obat di mana perubahan sedikit saja terhadap dosis (kadar obat) sudah akan
menyebabkan perubahan besar pada efek klinik yang timbul. Secara farmakologi
obat-obat seperti ini sering dikatakan sebagai obat-obat dengan kurva dosis
respons yang tajam (curam; steep dose response curve). Perubahan, misalnya
dalam hal ini pengurangan kadar sedikit saja sudah dapat mengurangi manfaat
klinik (clinical efficacy) dari obat.

4|Interaksi obat dan nutrisi


b. Obat-obat dengan rasio toksis teraputik yang rendah (low toxic therapeutic ratio),
artinya antara dosis toksik dan dosis teraputik tersebut perbandingannya (atau
perbedaannya) tidak besar. Kenaikan sedikit saja dosis (kadar) obat sudah
menyebabkan terjadinya efek toksis.
 Obat presipitan (precipitan drug), yakni obat yang mempengaruhi atau mengubah aksi
atau efek obat lain. Untuk dapat mempengaruhi aksi atau efek obat lain, maka obat
presipitan umumnya adalah obat-obat dengan ciri sebagai berikut:
a. Obat-obat dengan ikatan protein yang kuat, oleh karena dengan demikian akan
menggusur ikatan-ikatan protein obat lain yang lebih lemah. Obat-obat yang
tergusur ini (displaced) kemudian kadar bebasnya dalam darah akan meningkat
dengan segala konsekuensinya, terutama meningkatnya efek toksik.

2.3 KLASIFIKASI INTERAKSI OBAT

Berdasarkan jenis atau bentuknya interaksi obat diklasifikasikan atas :

1. Interaksi secara kimiafarmasetik : Interaksi secara kimia / farmasetis terjadi apabila


secara fisik atau kimia suatu obat inkompatibel dengan obat lainnya. Pencampuran
obat yang inkompatibel akan mengkibatkn inaktivasi obat. Interaksi ini sering terjadi
pada cairan infus yang mencampurkan berbagai macam obat .
2. Interaksi secara farmakokinetik : Interaksi secara farmakokinetik terjadi apabila suatu
obat memepengaruhi absorpsi, distribusi, biotransformasi / metabolisme, atau ekskresi
obat lain.
3. Interaksi secara fisiologik : Secara fisiologi interaksi terjadi apabila suatu obat
merubah aktivitas obat lain pada lokasi yang terpisah dari tempat aksinya.
4. Interaksi secara farmakodinamik : Interaksi secara farmakodinamik terjadi apabila
suatu obat mempengaruhi aktivitas obat lain pada atau dekat sisi reseptornya.

2.4 FARMAKOKINETIK OBAT DALAM TUBUH

 ABSORPSI OBAT DALAM TUBUH

Absorpsi merupakan proses penyerapan obat dari tempat pemberian, menyangkut


kelengkapan dan kecepatan proses. Pada klinik pemberian obat yang terpenting harus
mencapai bioavaibilitas yang menggambarkan kecepatan dan kelengkapan absorpsi sekaligus
metabolisme obat sebelum mencapai sirkulasi sistemik. Hal ini penting, karena terdapat
beberapa jenis obat tidak semua yang diabsorpsi dari tempat pemberian akan mencapai

5|Interaksi obat dan nutrisi


sirkulasi sistemik, namun akan dimetabolisme oleh enzim di dinding usus pada pemberian
oral atau di hati pada lintasan pertamanya melalui organ – organ tersebut.

Adapun faktor – faktor yang dapat mempengaruhi bioavaibilitas obat pada pemberian oral,
antara lain :

1. Faktor obat : Sifat – sifat fisikokimia seperti stabilitas pH lambung, stabilitas tehadap
enzim pencernaan serta stabilitas terhadap flora usus, dan bagaimana formulasi obat
seperti keadaan fisik obat baik ukuran partikel maupun bentuk kristal atau bubuk, dll.
2. Faktor penderita : Bagaimana pH saluran cerna, fungsi empedu, kecepatan
pengosongan lambung dari mulai mortilitas usus, adanya sisa makanan, bentuk tubuh,
aktivitas fisik sampai dengan stress yang dialami pasien.
3. Interaksi dalam absorpsi di saluran cerna : Adanya makanan, perubahan pH saluran
cerna, perubahan mortilitas saluran cerna, perubahan perfusi saluran cerna atau
adanya gangguan pada fungsi normal mukosa usus.

 DISTRIBUSI OBAT DALAM TUBUH


Setelah diabsorpsi obat akan didistribusi ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah,
karena selain tergantung dari aliran darah, distribusi obat juga akan ditentukan oleh
sifat fisikokimianya. Distribusi obat dapat dibedakan menjadi 2 fase berdasarkan
penyebaran di dalam tubuh, yaitu :
1. Distribusi fase pertama terjadi segera setelah penyebaran, yaitu ke organ yang
perfusinya sangat baik, seperti jantung, hati, ginjal, dan otak.
2. Distribusi fase kedua jauh lebih luas lagi, yaitu mencakup jaringan yang perfusinya
tidak sebaik organ pada fase pertama, misalnya pada otot, visera, kulit dan jaringan
lemak.

Distribusi obat dari sirkulasi ke Susunan Saraf Pusat sulit terjadi, karena obat
harus menembus Sawar Darah Otak, karena endotel kapiler otak tidak mempunyai
celah antar sel mapupun vesikel pinositotik.

6|Interaksi obat dan nutrisi


 BIOTRANSFORMASI OBAT DALAM TUBUH
Biotransformasi atau lebih dikenal dengan metabolisme obat, adalah proses
perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan dikatalis oleh enzim. Pada
proses ini molekul obat diubah menjadi lebih polar atau lebih mudah larut dalam air
dan kurang larut dalam lemak, sehingga lebih mudah diekskresi melalui ginjal. Enzim
yang berperan dalam biotransformasi obat dibedakan berdasar letak dalam sel, yaitu
Enzim Mikrosom terdapat pada retikulum endoplasma halus dan Enzim Non
Mikrosom. Kedua Enzim Mikrosom dan Enzim Non Mikrosom, aktifitasnya ditentukan
oleh faktor genetik, sehingga kecepatan metabolisme obat antar individu bervariasi.

 EKSKRESI OBAT DALAM TUBUH


Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk metabolit
hasil biotranformasi atau dalam bentuk asalnya. Obat atau metabolit polar lebih cepat
diekskresi daripada obat larut lemak, kecuali yang melalui paru. Ginjal merupakan
organ ekskresi yang terpenting dan ekskresi disini terdiri dari 3 proses, yaitu:
1. Filtrasi di glomerulus
2. Sekresi aktif di tubuli proksimal
3. Reabsorpsi pasif di tubuli proksimal dan distal

2.5 TETRASIKLIN

Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lioyd Conover. Tetrasiklin pertama kali
dipatenkan tahun 1955. Tetrasiklin merupakan antibiotika yang memberi harapan dan sudah
terbukti menjadi salah satu penemuan antibiotika penting. Antibiotika golongan tetrasiklin
yang pertama ditemukan adalah Klortetrasiklin yang dihasilkan oleh Streptomyces
aureofaciens. Kemudian ditemukan Oksitetrasiklin dariStreptomyces rimosus. Tetrasiklin
sendiri dibuat secara semisintetik dari Klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh dari spesies
Streptomyces lain.

 Mekanisme kerja tetrasiklin


Golongan tetrasiklin termasuk antibiotika yang bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan
jalan menghambat sintesis protein kuman. Golongan tetrasiklin menghambat sintesis
protein bakteri pada ribosomnya. Paling sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya
antibiotika Tetrasiklin ke dalam ribosom bakteri gram negatif :

7|Interaksi obat dan nutrisi


1. Difusi pasif melalui kanal hidrofilik
2. Sistem transportasi aktif. Setelah antibiotika Tetrasiklin masuk ke dalam ribosom
bakteri, maka antibiotika Tetrasiklin berikatan dengan ribosom 30s dan menghalangi
masuknya komplek tRNA-asam amino pada lokasi asam amino, sehingga bakteri
tidak dapat berkembang biak. Pada umumnya efek antimikroba golongan tetrasiklin
sama (sebab mekanisme kerjanya sama), namun terdapat perbedaan kuantitatif dari
aktivitas masing-masing derivat terhadap kuman tertentu. Hanya mikroba yang cepat
membelah yang dipengaruhi antibiotika Tetrasiklin.
 Farmakokinetik
a) Absorpsi
Sekitar 30-80% tetrasiklin diserap dalam saluran cerna. Doksisiklin dan minosiklin
diserap lebih dari 90%. Absorpsi sebagian besar berlangsung di lambung dan usus
halus. Adanya makanan dalam lambung menghambat penyerapan, kecuali minosiklin
dan doksisiklin. Absorpsi dihambat dalam derajat tertentu oleh pH tinggi dan
pembentukan khelat yaitu kompleks tetrasiklin dengan suatu zat lain yang sukar
diserap seperti aluminium hidroksid, garam kalsium dan magnesium yang biasanya
terdapat dalam antasida, dan juga ferum. Tetrasiklin diberikan sebelum makan atau 2
jam sesudah makan.
b) Distribusi
Dalam plasma semua jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam jumlah yang
bervariasi. Dalam cairan cerebrospinal (CSS) kadar golongan tetrasiklin hanya 10-
20% kadar dalam serum. Penetrasi ke CSS ini tidak tergantung dari adanya
meningitis. Penetrasi ke cairan tubuh lain dan jaringan tubuh cukup baik. Obat
golongan ini ditimbun di hati, limpa dan sumsum tulang serta di sentin dan email gigi
yang belum bererupsi. Golongan tetrasiklin menembus sawar urin dan terdapat dalam
ASI dalam kadar yang relatif tinggi. Dibandingkan dengan tetrasiklin lainnya,
doksisiklin dan minosiklin daya penetrasinya ke jaringan lebih baik.
c) Ekskresi
Golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin dengan filtrasi glomerolus dan melalui
empedu. Pemberiaan per oral kira-kira 20-55% golongan tetrasiklin diekskresi melalui
urin. Golongan tetrasiklin yang diekskresi oleh hati ke dalam empedu mencapai kadar
10 kali kadar dalam serum. Sebagian besar obat yang diekskresi ke dalam lumen usus
ini mengalami sirkulasi enterohepatik; maka obat ini masih terdapat dalam darah
untuk waktu lama setelah terapi dihentikan. Bila terjadi obstruksi pada saluran

8|Interaksi obat dan nutrisi


empedu atau gangguan faal hati obat ini akan mengalami kumulasi dalam darah. Obat
yang tidak diserap diekskresi melalui tinja.

Tabel nilai farmakokinetik

Antibiotik Absorpsi per oral (%) Waktu paruh


Short acting
Oksitetrasiklin 58 9
Tetrasiklin 77 8
Intermediate Acting
Demeklosiklin 66 12
Long Acting
Doksisiklin 93 18
Minosiklin 95 16

 Efek Samping
Iritasi lambung pada pemberian oral. Tromboflebitis pada pemberian injeksi (IV).
Tetrasiklin terikat pada jaringan tulang yang sedang tumbuh dan membentuk kompleks.
Pertumbuhan tulang akan terhambat sementara pada janin sampai anak tiga tahun. Pada
gigi susu atau gigi tetap, tetrasiklin dapat merubah warna secara permanen dan
cenderung mengalami karies. Dapat menimbulkan superinfeksi oleh kuman resisten dan
jamur, dengan gejala adalah diare akibat terganggunya keseimbangan flora normal dalam
usus. Absorpsi tetrasiklin dihambat oleh antasida, susu, Koloidal bismuth, Fenobarbital,
Fenitoin dan Karbamazepin sehingga mengurangi kadar dalam darah karena
metabolismenya dipercepat. Tetrasiklin dapat mempengaruhi kerja Penisilin dan
Antioagulan. Efek samping lainnya adalah sebagai berikut :
a. Gangguan lambung : Penekanan epigastrik biasanya disebabkan iritasi ari mukosa
lambung dan sering kali terjadi pada penderita yang tidak patuh yang diobati dengan
obat ini.
b. Efek terhadap kalsifikasi jaringan : Deposit dalam tulang dan pada gigi timbul selama
kalsifikasi pada anak yang berkembang. Hal ini menyebabkan pewarnaan dan
hipoplasi pada gigidan menganggu pertumbuhan sementara.

9|Interaksi obat dan nutrisi


c. Hepatotoksisitas fatal : Efek samping ini telah diketahui timbul bila obat ini diberikan
pada perempuan hamil dengan dosis tinggi terutama bila penderita tersebut juga
pernah mengalami pielonefritis.
d. Fototoksisitas, misalnya luka terbakar matahari yang berat terjadi bila pasien menelan
tetrasiklin terpajan oleh sinar matahari atau UV. Toksisitas ini sering dijumpai dengan
pemberian tetrasiklin, doksisiklin dan deklosiklin.
e. Gangguan keseimbangan : Efek samping ini misalnya pusing, mual, muntah terjadi
bila mendapat minosiklin yang menumpuk dalam endolimfe telinga dan
mempengaruhi fungsinya.
f. Pseudomotor serebri : Hipertensi intrakranial benigna ditandai dengan sakit kepala
dan pandangn kabur yang dapat terjadi pada orang dewasa. Meskipun penghentian
meminum obat membalikkan kondisi, namun tidak jelas apakah dapat terjadi sekuela
permanen.
g. Superinfeks : Pertumbuhan berlebihan dari kandida (misalnya dalam vagina) atau
stafilokokus resisten (dalam usus) dapat terjadi.

 Penggunaan klinik tetrasiklin :


a. Tetrasiklin
Tetrasiklin terutama digunakan untuk pengobatan acne vulgaris dan rosacea.
Tetrasikin juga dapat digunakan untuk pengobatan infeksi pada saluran pernafasan,
sinus, telinga bagian tengah, saluran kemih, usus dua belas jari dan juga Gonore.
b. Doksisiklin
Kegunaan Doksisiklin selain seperti Tetrasiklin juga digunakan untuk pencegahan
pada infeksi Antraks. Dan digunakan untuk pengobatan dan pencegahan Malaria,
serta perawatan infeksi Kaki Gajah.
c. Oksitetrasiklin
Oksitetrasiklin berguna dalam pengobatan infeksi karena Ricketsia dan Klamidia,
pada saluran nafas, saluran cerna, kulit dan jaringan lunak dan infeksi karena
hubungan kelamin.
d. Minosiklin
Minosiklin digunakan untuk mengobati infeksi bakteri seperti Pneumonia dan infeksi
saluran nafas lain, jerawat dan infeksi kulit, kelamin dan saluran kemih. Minosiklin
juga dapat membunuh bakteri dari hidung dan tenggorokan anda yang dapat
menyebabkan meningitis.

10 | I n t e r a k s i o b a t d a n n u t r i s i
 Sediaan Antibiotika Tetrasiklin di Pasaran
1. Tetrasiklin dipasaran dalam bentuk kapsul dengan kandungan 250 mg dan 500
mg. Juga ada yang dalam bentuk buffer untuk mengurangi efek sampingnya
mengiritasi lambung.
2. Doksisiklin di pasaran tersedia dalam bentuk sediaan tablet dan kapsul dengan
kandungan 50 mg dan 100 mg.
3. Oksitetrasiklin di pasaran tersedia dalam bentuk sediaan kapsul 500 mg dan vial
50 mg/ml untuk injeksi.
4. Minosiklin dipasaran dalam bentuk kapsul dengan kandungan 50 mg dan 100 mg.

2.6 INTERAKSI ANTARA TETRASIKLIN DENGAN SUSU


Cara pemberian obat yang berbeda akan mempengaruhi cepat lambatnya obat
terabsorpsi, dengan kata lain juga akan mempengaruhi cepat lambatnya obat berefek. Begitu
pun makanan dan minuman, sangat mempengaruhi proses absorpsi obat. Tergantung di mana
obat diabsorpsi/tempat absorpsi obat, maka dengan menganalisis makanan/minuman yang
masuk bersama obat, maka kita akan mudah memprediksi pengaruh keduanya kepada cepat
lambatnya atau malah tidak terabsorpsinya obat.

Pemberian tetrasiklin bersamaan dengan susu menyebabkan interaksi sebagai berikut:

Susu (kalsium, magnesium, besi, dan aluminium)

Tetrasiklin

Khelat inaktif (tetrasiklin + logam)

Susu yang mengandung kalsium, magnesium, besi, dan aluminium bila dikonsumsi
bersamaan dengan tetrasiklin akan membentuk khelat inaktif (tetrasiklin + logam) yaitu
kompleks yang tidak larut. Susu juga mengandung protein dan lemak sehingga tetrasiklin
tidak boleh diminum bersamaan dengan susu karena dapat menurunkan absorpsi dari
tetrasiklin oleh lambung. Sehingga dapat menimbulkan kegagalan terapi pengobatan.

11 | I n t e r a k s i o b a t d a n n u t r i s i
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Tetrasiklin seharusnya tidak dikonsumsi bersamaan dengan susu (kalsium,


magnesium, besi, dan aluminium) karena dapat menyebabkan khelat inaktif (tetrasiklin +
logam) yaitu kompleks yang tidak larut, sehingga dapat menurunkan absorpsi dari tetrasiklin
oleh lambung. Hal ini dapat menyebabkan kegagalan terapi pengobatan.

3.2 SARAN

Sebaiknya dalam mengkonsumsi tetrasiklin tidak bersamaan dengan susu. Lebih baik
obat diminum dengan air putih, karena air putih akan melarutkan obat dalam lambung
sehingga lebih mudah diserap.

12 | I n t e r a k s i o b a t d a n n u t r i s i
DAFTAR PUSTAKA

- AgroMedia, Redaksi, 2008. Buku Pintar Tanaman Obat (431 Jenis Tanaman
Penggempur Aneka Penyakit).PT. Agromedia Pustaka. Jakarta
- Tan Hoan Tjaya, Kirana Rahardja, 2007. Obat – Obat Penting (Khasiat, Penggunaan,
dan Efek – Efek Sampingnya). PT. Elex Media Komputindo. Jakarta
- http://www.dechacare.com/Tetracycline-P526.html
- http://dinkesbonebolango.org/index.php?option=com_conten&task=view&id=67&Itemi
d=2
- http://mirzempe2.multiply.com/journal/item/33
- http://www.chem-is-try.org/tanya_pakar/bolehkah_minum_obat_dengan_susu
- http://www.smallcrab.com/kesehatan/25-healthy/526-fisiologi-obat-bagi-tubuh-manusia

13 | I n t e r a k s i o b a t d a n n u t r i s i

Anda mungkin juga menyukai