Anda di halaman 1dari 5

Ricka Tri Juliana Hotama/113129/KP G-8

Patofisiologi Nyeri
Nociceptive pain yaitu :
a. Somatic (tulang, kulit, sendi, otot)
b. Visceral (usus besar / pankreas)

Faktor fisik dan kimia


Nocireceptors
aktivasi
Mediator Bradikinin, histamine, 5HT, PG, substansi P, leukotrien
Potential action
ditransmisikan
Menuju spinal cord, dorsal horn,
thalamus, CNS
dirilis
Neurotransmiters
mengikat
Receptors
Pain

Farmakologi Nyeri
NSAID :
Stimulus
Gangguan membran sel
Fosfolipid
merilis
Asam arakidonat
NSAID
Lipooksigenase

siklogenase

Yang termasuk NSAIDs :

Salisilat (Aspirin), COX-2 Selective Inhibitor (Celecoxib, Meloxicam), Non-selective COX


Inhibitor (Diclofenac, Diflunisal, Etodolac, Flurbiprofen, Indomethacin, Ibuprofen,
Ketoprofen, Ketolorac, Nabumetone, Piroxicam, Sulindac, Naproxen, Oxaprozin, Tolmetin)
Analgesik lainnya : Acetaminophen (COX-1 & COX-2 inhibitor)
Reseptor golongan opioid :
a. (mu) opioid receptor (endogenous opioid peptide affinity : endorphins >,
enkephalins >, dynorphins)
b. (delta) opioid receptor (enkephalins >, endorphins, dynorphins)
c. (kappa) opioid receptor (dynorphins >>, endorphins, enkephalins)
Contoh golongan opioid : morphine, hydromorphone, oxymorphone, methadone, meperidine,
fentanyl, sufentanil, alfentanil, emifentanil, levorphanol, codeine, hydrocodone, oxycodone,
pentazocine, nalbuphine, buprenorphine, butorphanol

Farmakoterapi Nyeri
1. Migrain
Pada dewasa: Kombinasi antara sumatriptan (gol. Triptan) dosis 50 mg atau 100 mg dapat
dikombinasi dengan gol. NSAID (ibuprofen) atau parasetamol. Jika ingin melakukan
monoterapi, dapat digunakan obat oral gol. Triptan atau NSAID atau aspirin (900 mg tiap 4-6
jam, dosis maksimum 4g per hari). Pertimbangkan untuk menambahkan anti emetik pada
pasien walau tidak timbul gejala nausea dan vomiting.
Pada remaja (12-17 th): Resepkan ibuprofen atau parasetamol dan dapat ditambahkan anti
emetik.
Pada wanita hamil dan menyusui: Resepkan parasetamol terlebih dahulu, jika tidak manjur
maka dapat diberikan obat gol. Triptan atau NSAID (ibuprofen pilihan utama) setelah
mendiskusikan resiko yang dapat terjadi yaitu NSAID sebaiknya dihindari saat trimester ke 3,
wanita yg ingin hamil dan wanita di awal kehamilan dan dapat ditambahkan anti emetik yg
sesuai. Untuk wanita menyusui, aspirin tidak boleh diberikan.
2. Tension Type Headache (TTH)
Secara umum dapat diatasi dengan pemberian NSAID (ibuprofen 400 mg) atau parasetamol
1000 mg atau ketoprofen 25 mg. Untuk TTH kronis harus dibatasi pemakaian analgesiknya
menjadi 2x per minggu untuk menghindari bertambah parahnya TTH kronisnya. Sebagai
tambahan dapat diberikan antihistamin seperti prometasin atau difenhidramin atau
ditambahkan anti emetik seperti metokloperamid atau prokloperasin. Jika regimen tersebut
tidak mencukupi maka dapat dicoba kombinasi antara parasetamol atau aspirin dengan
kafein.
3. Cluster Headache (CH)
Pengobatan paling aman untuk CH adalah dengan oksigen 7 L/min selama 15 min melalui
face mask atau dg sumatriptan 6 mg diberikan secara subkutan yg dpt diulang dlm 24 jam
(memiliki kontraindikasi dg pasien yg memiliki coronary artery disease, angina atau
hipertensi tak terkontrol). Untuk sumatriptan 20 mg dlm bentuk nasal spray lebih dianjurkan.
Selain itu dpt dipilih dihidroergotamin intranasal dg dosis 0,5 mg nasal spray bilaterally.
4. Nyeri muskuloskeletal

Parasetamol dapat diberikan untuk mengatasi nyeri kronis yg berhubungan dengan rematik
dan lebih menguntungkan jika digunakan dengan dosis yg regular. Jika diagnosis di pasien
masih belum jelas (mis. nyeri di punggung bagian bawah) maka parasetamol dapat juga
dikombinasikan penggunaannya dengan agen lain seperti kodein fosfat. Kombinasi tsb
umumnya lebih efektif namun perlu dicermati dosisnya dan ditambahkan laksatif untuk
penggunaan kodein jangka panjang. Sebagai pengganti kodein dapat diberikan meptazinol
atau nefopam atau tramadol. Tramadol harus dihindari untuk pasien yg memiliki epilepsi dan
kerentanan terhadap kejang. Nefopam harus digunakan hati-hati pada geriatric, pasien dg
gangguan hati dan ginjal serta kontraindikasi terhadap pasien dengan convulsive disorder.
Meptazinol dapat digunakan untuk manajemen nyeri yg sedang hingga parah. Jika
pengobatan diatas tidak berhasil dapat digunakan gol. Opioid namun penggunaannya perlu
dimonitor ketat. NSAID merupakan pilihan terakhir untuk mengatasi nyeri pada
muskuloskeletal, dapat diberikan dalam bentuk dosis paling rendah dan waktu yang paling
singkat. NSAID yg dpt diberikan antara lain ibuprofen dan naproxen, harus dihindari
pemberiannya pada pasien dg usia diatas 65 th, memiliki histori asma, CVD, gangguan ginjal
dan pasien yg menjalankan terapi yg meningkatkan resiko pendarahan gastrointestinal
(tambahkan misoprostol dlm resep) dan juga obat-obatan yg memiliki interaksi spesifik dg
NSAID.
5. Dysmenorrhoea
Untuk mengatasinya pertama-tama dapat diberikan obat OTC seperti parasetamol atau
kombinasi parasetamol dg pamabrom atau aspirin atau ibuprofen. Golongan NSAID juga
dapat digunakan untuk mengatasi nyerinya diantaranya yg sering digunakan adalah naproxen,
ibuprofen, asam mefenamat dan aspirin. Ibuprofen lebih dianjurkan dari 3 yg lain karena efek
sampingnya dan kerjanya secara sistematik lebih baik. Berikutnya dapat dipilih naproxen yg
secara sistematik kerjanya sebaik ibuprofen tetapi efek sampingnya lebih besar. Penggunaan
NSAID sebaiknya hanya untuk 2-3 hari saja, dengan pemberian initial loading dose yg
kemudian diikuti dosis terbagi. Penggunaan COX-2 inhibitor (meloxicam) juga dapat
dipertimbangkan karena efek sampingnya pada GIT dibandingkan asam mefenamat (500 mg
3x sehari) lebih kecil. Dosis yg diberikan adalah 7,5 mg atau 15 mg 1x sehari.
6. Pain of Terminal Illness and Cancer Pain
Anjuran pertama untuk mengatasinya adalah dengan menggunakan NSAID namun banyak
sekali efek samping yg perlu dipertimbangkan dan juga cara pemberiannya (secara oral).

Ketorolac parenteral dapat digunakannamun hanya untuk maksimal 5 hari saja. Pilihan
utama untuk mengatasi nyeri jenis ini adalah dengan menggunakan golongan opioid seperti
morfin, fentanyl, hidromorfon, metadon dan oksikodon. Morfin harus dihindari pada pasien
yg mengalami gangguan/gagal ginjal.
7. Obsterical Pain
Nyeri pada saat melahirkan biasanya dapat diatasi dengan pemberian obat golongan opioid.
Pemberian morfin membutuhkan keterampilan dan perhitungan yg matang karena efek
samping berupa respiratory depressant muncul sangat kuat pada bayi yg akan dilahirkan
sehingga lebih dipilih penggunaan meperidine dlm menangani kasus ini.
8. Postoperative Pain
Untuk mengatasi nyeri ini biasanya digunakan kodein atau oksikodon yg diberikan per oral
yg dikombinasikan dengan aspirin. Kombinasi tersebut dapat menggantikan morfin yg
biasanya memberikan efek samping yg kuat. Namun jika nyeri yg dirasa msh belum bisa
teratasi, dapat digunakan analgesik opioid untuk mengatasi nyeri dg cepat, namun perlu
diperhatikan penggunaannya agar tidak berlebihan. Pilihan untuk golongan ini adalah morfin.

Anda mungkin juga menyukai