Anda di halaman 1dari 59

NAMA : RESDIKA BR SIMANJUNTAK

NIM : P01031219041
KELAS : D4/3A

Menyusun penggolongan Obat berdasarkan mekanisme kerja obat meliputi


indikasi, efek samping dan kontraindikasi dari setiap golongan obat dibawah
ini:

1. Golongan antibiotika (sebutkan masing2 nama obatnya)

2. Antasida (sama dengan atas/sda)

3. Analgetika narkotika dan nonnarkotika (sda)

4. Obat epilepsi (sda)

5. Hemostatis (sda)

6. Gol. Obat hipertensi (sda)

7. Gol. Obat diterima (sda)

8. Gol. Obat diabetes (sda)

9. Gol. Obat neurologi (sda)

10. Gol. Obat jantung (sda)

11. Gol obat sal. pernafasan atas (sda)

12. Gol. Obat kortikosteroid (sda)

JAWAB :

1. Golongan Antibiotik :
1. Penisilin
2. Sefalosforin
3. Aminoglikosida
4. Tetrasiklin
5. Makrolid
6. Quinolone
7. Klorapemnikol

>> Berdasarkan mekanisme kerja obat meliputi indikasi, yaitu: Merusak bagian
dinding sel bakteri, golongan obat antibiotik antara lain :
● beta-laktam (penisilin, sefalosporin, monobaktam, karbapenem, inhibitor beta-
laktamase),
● basitrasin
● vankomisin.
>> Efek samping dan kontraindikasi antibiotik yaitu Selain kontraindikasi
pemakaian, aspek lain juga berkaitan dengan keamanan penggunaan antibiotika
adalah kejadian efek samping obat yang dapat mempengaruhi atau memperburuk
kondisi pasien. Salah satu efek samping obat antibiotik adalah Gangguan
pencernaan merupakan yang paling sering terjadi. Gejala gangguan saluran cerna
akibat penggunaan antibiotik, meliputi diare, mual, muntah, dan kram perut.  Efek
samping ini lebih sering terjadi pada penggunaan antibiotik, golongan obat
antibiotik antara lain :
● penisilin
● cephalosporin
● fluoroquinolone

2. Golongan Antasida

>> Berdasarkan mekanisme kerja obat meliputi indikasi :


Basa lemah meningkatkan pH lumen lambung dengan menetralkan asam
lambung, golongan obat Antasida antara lain :
1. Natrium bikarbonat
2. Magnesium hidroksida (diare)
3. Aluminium hidroksida (konstipasi)
4. Magnesium karbonat
5. Magnesium trisilikat
6. Simeticon

>> Indikasi Obat Antasida:


▪ Ulkus lambung atau ulkus duodenum
▪ Gastroesophageal refluks disease, GERD
▪ Gastritis akut, gastroduodenitis, atau gastritis kronis
▪ Gastropati, disebabkan oleh obat-obat NSAIDs
▪ Sindrom dispepsia dan nyeri epigastrik
▪ Diskinesia empedu
▪ Kolesistitis
▪ Pankreatitis kronis, fase eksaserbasi
▪ Pencegahan stress ulcer

>> Efek samping dan Kontraindikasi:


1. Menyebabkan konstipasi yaitu jenis obat golongan antasida : “Aluminium
hidroksida”
2. Menyebabkan diare atau pencahar yaitu jenis obat golongan antasida :
“Magnesium hidroksida”

Kontraindikasi : Wanita hamil kontraindikasi mengonsumsi obat Antasida yang


mengandung Aluminium fosfat karena adanya laporan sporadis mengenai terjadinya
fetus malformasi akibat penggunaan obat tersebut pada wanita hamil dalam jangka
waktu lama.

3. Golongan Analgetika narkotika dan non-narkotika


Analgetika narkotika:
1. Morfin dan Alkaloid opium
2. Mefiridin dan Derivat Fenilpiperidin
3. Metadon
4. Propoksifen
5. Antagonis opioid
6. Agonis parsial

Analgetika Non- Narkotika


1. Asam Mefenamat
2. Parasetamol
3. Aspirin
4. Ibu profen
5. Na-diklofenak

Golongan Analgetika Narkotika


1. Morfin dan Alkaloid opium
>> Berdasarkan kerja obat meliputi indikasi : Diindikasikan untuk meredakan
atau menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati dengan obat Analgesic non
opiod . Morfin sering digunakan nyeri yang menyertai infark miokard, neoplasma,
kolik renal atau kolik empedu, oklusio akut pembuluh darah perifer, pulmonal atau
koroner, perikarditis akut, pleuritis dan pneumotoraks spontan dan nyeri akibat
trauma.

>> Efek Samping : idiosinkrasi dan alergi morfin dapat menyebabkan mual dan
muntah terutama pada wanita berdasarkan idiosinkrasi. Bentuk idiosinkrasi lain ialah
ditimbulnya eksitasis dengan tremor, dan jarang-jarang dillirium lebih jarang lagi
konfulsi dan insomnia. Bayi dan anak kecil tidak lebih peka terhadap alkaloid opium,
asal saja dosis diperhitungkan berdasarkan berat badan, tetapi orang lanjut usia dan
pasien penyakit berat agak nya lebih peka terhadap efek morfin.

>> Kontraindikasi : Orang lanjut usia dan pasien penyakit berat, emfisem,
kifoskoliosis, korpul monarale kronik dan obesitas yang ekstri.

2. Mefiridin dan Derivat Fenilpiperidin


>> Berdasarkan mekanisme kerja obat meliputi indikasi : Mefiridin hanya
digunakan untuk menimbulkan analgesia pada beberapa keadaan klinis seperti
tindakan diagnostic sistoskopi, pielografiretrograd dan gastroskopi. Mefiridin
digunakan jagu untuk menimbulkan analgesia obstretic dan sebagai obat
praanastetik.

>> Efek Samping : Pusing, berkeringat, euporia, mulut kering, mual, muntah,
perasaan lemah, gangguan penglihatan, palpitasi, disforia, sinkop, dan sedasi.

>> Kontraindikasi : Pada pasien penyakit hati dan orangtua dosis obat harus
dikurangi karena terjadinya perubahan pada disposisi obat. Selain itu dosis
meperidin perlu dikurangi bila diberikan bersama antisipkosis, hipnotif sedative dan
obat-obat lain penekan SSP. Pada pasien yang sedang mendapat MAO inhibitor
pemberian meperidin dapat menimbulkan kegelisahan, gejala eksistasi dan demam.

3. Metadon
>> Berdasarkan mekanisme kerja obat meliputi indikasi :
Analgesia : Jenis nyeri yang dapat dipengaruhi oleh metadon sama dengan jenis
nyeri yang dapat dipengaruhi morfin.
Antitusif : Metadon merupakan antitusif yang baik, efek anti tusif 1,5-2 mg/oral
sesuai dengan 15-20 mg kodein, tetapi kemungkinan timbulnya adiksi pada metadon
jauh lebih besar dari pada kodein. Oleh karna itu sekarang metadon sudah mulai
ditinggalkan sebagai antitusif.

>> Efek Samping : Menyebabkan perasaan ringan, pusing, kantuk, fungsi mental
terganggu, berkeringat, pruritus, mual dan muntah. Efek samping yang jarang timbul
adalah delirium, halusinasi selintas dan urtikaria hemoragik.

>> Kontraindikasi :
Semua golongan opioid kontra indikasi untuk : Akut abdomen, trauma kepala,
kerusakan paru-paru berat.

4. Propoksifen
>> Berdasarkan mekanisme kerja obat meliputi indikasi : Hanya digunakan
untuk mengobati nyeri ringan sampai nyeri sedang, yang tidak cukup baik diredakan
oleh asetosal. Kombinasi propoksifen dengan asetosal sama kuat seperti kombinasi
kodein dengan asetosal.

>> Efek Samping : Propoksifen memberikan efek mual, anoreksia, sembelit, nyeri
perut dan kantuk, kurang lebih sama dengan kodein.

>> Kontraindikasi :
Propoksifen : 65 mg 4x sehari (Dalam bentuk tablet dan vial)

5. Antagonis Opiod
>> Berdasarkan mekanisme kerja obat meliputi indikasi : di indikasi kan untuk
mengatasi depresi nafas akibat takar kajak opioid, pada bayi yang dilairkan oleh ibu
yang mendapat opioid sewaktu persalinan atau akibat tentamen suicide dengan
suatu opioid. Dalam hal ini alokson merupakan obat pilihan untuk kasus ini

6. Agonis Parsial
>> Berdasarkan mekanisme kerja obat meliputi indikasi :
Pentazosin dan Butarfanol di indikasikan untuk mengatasi nyeri sedang tetapi
kurang efektif di bandingkan morfin untuk nyeri berat.

>> Efek Samping : Menyebabkan ngantuk, mual, berkeringat kadang-kadang terjadi


gangguan kardiocaskular yaitu kalpitasi dan gangguan kulit rash.

Golongan Analgetika Non- Narkotika


1. Asam Mefenamat
2. Parasetamol
3. Aspirin
4. Ibu profen
5. Na-diklofenak

1. Asam Mefenamat
>> Efek Samping : Melibatkan sistem gastrointestinal. Biasanya berupa dispepsia
atau ketidaknyamanan gastrointestinal bagian atas, diare yang mungkin berat dan
disertai pembengkakan perut, serta perdarahan gastrointestinal. Sakit kepala,
pusing, mengantuk, tegang dan gangguan penglihatan juga umum terjadi.

>> Kontraindikasi : Pada penderita tukak lambung, radang usus, gangguan ginjal,
asma, dan hipersensitif terhadap asam mefenamat. Pemakaian secara hati-hati
pada penderita penyakit ginjal atau hati dan peradangan saluran cerna.

2. Parasetamol
>> Berdasarkan mekanisme kerja obat : parasetamol bekerja mengurangi
produksi prostaglandin yang terlibat dalam proses nyeri dan edema dengan
menghambat enzim cyclooxygenase (COX).

>> Efek Samping : sering terjadi antara lain hipersensitivitas dan kelainan darah.
Penggunaan kronis dari 3-4 gram sehari dapat terjadi kerusakan hati, pada dosis
diatas 6 gram mengakibatkan nekrosis hati yang tidak reversibel. Overdose bisa
menimbulkan antara lain mual, muntah dan anorexia. Hanya parasetamol yang
dianggap aman bagi wanita hamil dan menyusui meskipun dapat mencapai air susu.
Efek iritasi, erosi dan pendarahan lambung tidak terlihat, demikian juga gangguan
pernafasan.

>> Indikasi obat : Di indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesic dan


antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesic lainnya,
parasetamol sebaiknya tidak diberikan terlalu lama karena kemungkinan
menimbulkan nefropati analgesic.

>> Kontraindikasi : Penggunaan semua jenis analgesic dosis besar secara


menahun terutama dalam kombinasi berpotensi menyebabkan nefropati analgesic

3. Aspirin
>> Mekanisme Kerja Obat : Penghambatan sintesis prostaglandin di pusat
pengatur panas dalam hipotalamus dan periferdi daerah target.

>> Efek Samping :


● Reye’s Syndrome : iritasi lambung karena bersifat asam.
Efek terhadap sistem saraf : Nyeri pada ujung syaraf, sakit kepala,
epilepsi, agitasi, perubahan mental, koma, paralisis, pusing, limbung,
depresi, bingung, amnesia, sulit tidur.
● Efek lain : Demam, myopathy, epistaxis, kerusakan ginjal, penurunan
fungsi ginjal, meningkatkan kreatinin, UTI, gangguan pernafasan,
kerusakan jantung.

4. Ibuprofen
>> Efek Samping :
● Gangguan saluran cerna
● Gangguan sistem saraf
● Tekanan darah, mulut kering, retensi cairan, hipotensi, gagal jantung
kongstif

>> Indikasi obat : Nyeri dan radang pada penyakit artritis dan gangguan sendi,
nyeri ringan sampai berat termasuk dismenorea, paska bedah, nyeri dan demam
pada anak-anak

>> Kontraindikasi : Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh wanita hamil dan
menyusui karena ibuprofen relative lebih lama dikenal dan tidak menimbulkan efek
samping serius pada dosis analgesic

5. Na-diklofenak
>> Efek Samping :
● Pencernaan : gangguan pada saluran cerna bagian atas (20% pasien) tukak
lambung, perdarahan saluran cerna.
● Saraf : sakit kepala, depresi, insomnia, cemas
● Ginjal : terganggu fungsi ginjal
● Kardiovaskular : retensi cairan, hipertensi
● Pernapasan : asma
● Darah : lekopenia, hemolitik anemia, trombositopenia
● Hati : hepatitis, sakit kuning, peningkatan SGOT

>> Indikasi obat : Nyeri paska bedah, nyeri dan radang pada penyakit artritis dan
gangguan otot kerangka lainnya, nyeri pada gout akut dan dismenorea.

4. Obat epilepsi (sebutkan masing2 nama obatnya)

⮚ Penggolongan obat
A. GABA-Glutamat dependent

Golongan obat ini bekerja dengan meningkatkan efek inihibisi GABA.

1) Golongan Benzodiazepin

Dalam golongan benzodiazepin terdapat banyak obat yang mempunyai efek anti
epilepsi yaitu :

A.klonazepam
❖ mekanisme kerja obat: Klonazepam bekerja pada sistem saraf pusat dengan
cara memperlambat atau menekan sistem saraf. Rivotril atau klonazepam
memiliki fungsi sebagai anti kejang dan anti cemas sehingga klonazepam
sering digunakan untuk beberapa jenis kejang, serangan panik dan cemas.
❖ Indikasi : klonazepam adalah obat untuk mencegah dan mengontrol kejang-
kejang. Obat ini dikenal sebagai obat anti kejang atau anti epilepsi, yang juga
berguna mengobati serangan panik. klonazepam bekerja dengan
menenangkan otak dan saraf. Obat ini termasuk dalam kelas obat bernama
benzodiazepin.
❖ Kontraindikasi: Sebagai obat, rivotril atau klonazepam memiliki kontraindikasi.
Kondisi yang menyebabkan penggunaan klonazepam dilarang yaitu:
1. Gangguan fungsi organ hati;
2. Riwayat alergi klonazepam;
3. Konsumsi dan kecanduan alkohol;
4. Penyakit glaukoma;
5. Psikosis (gangguan mental)
6. Miastenia gravis;
7. Depresi pernafasan;
8. Penurunan kesadaran.
Penggunaan rivotril harus berhati-hati pada pasien dengan gangguan ginjal,
depresi dengan kecenderungan
bunuh diri, penyakit paru obstruksi kronis (PPOK). Klonazepam dilarang
penggunaannya pada wanita yang
sedang hamil dan menyusui.

b.klobazam

❖ mekanisme kerja obat: Obat ini termasuk dalam golongan benzodiazepin,


yang bekerja berdasarkan potensial inhibisi neuron di otak dan saraf (sistem
saraf pusat) untuk mengurangi laju dari cetusan impuls saraf yang berlebihan
di otak. Clobazam mengikat pada tempat pengikatan yang berbeda yang
terkait dengan ionopori klorida pada reseptor GABA post-synaptic. Reseptor
GABA ini berada di berbagai lokasi di SSP dan clobazam meningkatkan
durasi waktu dimana ionopori klorida terbuka. Akibatnya, hiperpolarisasi dan
stabilisasi membran terjadi karena efek hambat pasca-sinaptik GABA
ditingkatkan. Dengan mekanisme kerja tersebut, maka obat ini dapat
menghasilkan efek anti konvulsi (antikejang), ansiolitik (anticemas), sedatif
(mengantuk), relaksasi otot, dan amnestik (menurunkan daya ingat)
❖ Indikasi : obat golongan benzodiazepin untuk mengatasi gangguan
kecemasan yang parah. Kegunaan lain dari obat ini yakni sebagai terapi
tambahan atau membantu meredakan kejang-kejang pada penderita epilepsi
dan juga membantu mengobati penderita psikotik
❖ Efek samping: Menyebabkan kantuk, pusing, linglung, respons lamban,
gerakan mata yang abnormal, gangguan koordinasi tubuh, penurunan nafsu
makan, mual dan muntah, mulut terasa kering, konstipasi (sembelit), merasa
lemah dan lelah, mudah marah, mengeluarkan air liur, gangguan tidur
(insomnia), sulit menelan, demam ringan dan batuk tidak berdahak.
❖ Kontraindikasi: Mengalami insufisiensi pernafasan berat, riwayat
ketergantungan obat atau alkohol, penderita sindrom sleep apnea, gangguan
hati kronis, dan memiliki hipersensitif atau alergi terhadap clobazam dan obat
benzodiazepin lainnya.

C. Gabepentin(neurontin) dan pregabalyn(lyrica)

❖ mekanisme kerja obat: Walaupun strukturnya terkait erat dengan GABA,


gabapentin dan pregabalin tidak bekerja langsung pada resptor GABA.
Namun, kedua obat ini dapat memodifikasi pelepasan GABA sinaptik atau
nonsinaptik. Peningkatan konsentrasi GABA dalam otak oleh transporter
asam amino-L. Gabapentin dan pregabalin berikatan sangat erat dengan
subunit α2δ kanal Ca2+ bergerbang-egangan. Gabapentin dan pregabalin
juga bekerja pada prasinaptik untuk menurunkan pelepasan glutamat; efek ini
mungkin bergantung pada danya penurunan masukan Ca2+ prasinaptik
melalui kanal yang diaktivasi tegangan
❖ Efek samping: yang paling umum terjadi adalah somnolen, pusing, ataksia,
nyeri kepala, dan tremor

D.tiagabin(gabitril)
❖ mekanisme kerja obat: Walaupun strukturnya terkait erat dengan GABA,
gabapentin dan pregabalin tidak bekerja langsung pada resptor GABA.
Namun, kedua obat ini dapat memodifikasi pelepasan GABA sinaptik atau
nonsinaptik. Peningkatan konsentrasi GABA dalam otak oleh transporter
asam amino-L. Gabapentin dan pregabalin berikatan sangat erat dengan
subunit α2δ kanal Ca2+ bergerbang-egangan. Gabapentin dan pregabalin
juga bekerja pada prasinaptik untuk menurunkan pelepasan glutamat; efek ini
mungkin bergantung pada danya penurunan masukan Ca2+ prasinaptik
melalui kanal yang diaktivasi tegangan
❖ Indikasi :tiagabin adalah derivat asam nipekotik dan “dirancang secara
rasional” sebagai penghambat ambilan GABA (berlawanan yang ditemukan
melalui skrining acak).
❖ Efek samping: Minornya bergantung dosis dan meliputi gelisah, pusisng,
tremor, kesulitan berkonsentrasi, dan depresi. Kebingungan yang berlebihan,
somnolen, atau ataksia mungkin memerlukan penghentian obat. Jarang
terjadi psikosis. Ruam merupakan efek samping idiosinkrasi yang tidak umum
terjadi. Studi laboratorium biasanya normal
B. Mengurangi Efek Eksikatori Glutamat

Obat-obat dalam kategori ini mempunyai mekanisme kerja memblokade


reseptor NMDA dan AMPA yang merupakan reseptor yang melepaskan
neurotransmitter eksikatori utama yaitu glutamate.

1. Golongan Barbiturat

a. Fenobarbital (Generik, Luminal Sodium, Lainnya)

❖ Mekanisme kerja : Fenobarbital adalah dengan menekan neuron abnormal


secara selektif, menghambat penyebaran dan rangsangan depolarisasi
dengan cara menyekat kanal Ca2+, memperlama pembukaan kanal Cldan
menyekat respon eksikatorik yang diinduksi oleh glutamat (Porter & Meldrum,
2002).
❖ Efek samping : Fenobarbital memiliki efek samping antara lain sedasi,
ataksia, nistagmus, dan reaksi hipersensitifitas dapat terjadi pada pasien
anak (Wibowo & Gofir, 2006).

C.Blokade Kanal Natrium Atau Kalsium

1.Golongan Hidantoin

a.fenitoin
❖ Mekanisme Kerja : Fenitoin memiliki beberapa efek besar pada beberapa
sistem fisiologik. Obat ini mengubah konduktansi Na, K+, dan Ca2+ ,
potensial membran, dan konsentrasi asam amino dan neurotransmitter
norepinefrin, asetilkolin, dan asam ᵞ- aminobutirat (GABA). Penelitian pada
neuron dalam kultur sel menunjukkan bahwa fenitoin memblokade pelepasan
berulang potensial aksi frekuensi tinggi yang bertahan lama. Efek ini terlihat
pada konsentrasi terapeutik yang relevan. Efeknya pada konduktansi Na+
merupakan efek yang bergantung penggunaan, yang muncul dari ikatannya
dengan – dan perpanjangan dari – kanal Na+ dalam keadaan tidak aktif. Efek
ini juga terlihat pada konsentrasi terapeutik karbamazepin, lamotrigin, dan
valproat seta mungkin juga berperan pada kerja anti kejang obat-obat
tersebut dalam model elektrosyok dan kejang parsial. Sebagai tambahan,
fenitoin secara paradoks menyebabkan eksitasi pada beberapa saraf
selebral. Reduksi permeabilitas kalsium, disertai inhibisi unfluks kalsium
disepanjang membran sel, dapat menjelaskan kemampuan fenitoin dalam
menghambat berbagai proses sekresi yang dipicu kalsium, termasuk
pelepasan hormon dan neurotransmitter. Rekaman potensial eksitatoris dan
inhibitoris pascasinaptik menunjukkan bahwa fenitoin menurunkan pelepasan
glutamat di sinaps dan meningkatkan pelepasan GABA. Mekanisme kerja
fenitoin mungkin melibatkan kombinasi kerja-kerja pada berbagai tingkat lain.
Pada konsentrasi terapeutik, kerja utama fenitoin adalah untuk memblokade
kanal natrium dan menghambat pembentukkan potensial aksi berulang yang
cepat. Kerja fenitoin prasinaptik pada glutamat dan pelepasan GABA
mungkin timbul dari kerja-kerja fenitoin lain selain pada kanal Na+
bergerbang-tegangan.
❖ Indikasi : Fenitoin efektif untuk kejang parsial dan kejang umum tonik-klonik.
Untuk kasus kejang umum tipe tonik-klonik, fenitoin tampaknya efektif untuk
serangan-serangan primer atau sekunder akibat jenis kejang lainnya.

2. Golongan Karbosamida

a. Karbamazepin

❖ Indikasi : Efektif pada pengobatan kejang parsial dan kejang tonik-klonik


umum, karbamazepin juga obat utama untuk neuralgia trigeminal (McNamara,
2005).Selain mengontrol kejang, karbamazepin dapat meringankan depresi
dan meningkatkan kewaspadaan (Simon and Zieve, 2013).
❖ Mekanisme Kerja Obat : Mekanismenya adalah menunjukkan aktivitas
terhadap kejang elektrosyok maksimal. Karbamazepin, seperti fenitoin,
memblokade saluran natrium pada konsentrasi terapeutik dan menghambat
cetusan berulang berfrekuensi-tinggi pada kultur neuron . Karbamazepin juga
bekerja secara prasinaptik untuk menurunkan transmisi sinaptik. Efek ini
mungkin berperan dalam kerja karbamazepin sebagai
antikonvulsan.Penelitian mengenai ikatan menunjukkan bahwa karbamazepin
mengadakan interaksi dengan reseptor adenosin, tetapi arti fungsional
pengamatan ini belum jelas.
❖ Efek samping : Pada obat ini antara lain mual, muntah, pusing, vertigo,
ataksia, pandangan kabur dan steven jhonson syndrom pada pemakaian
jangka panjang (Utama & Ganiswarna, 2009).

D.blokade kanal kalsium tipe-T

1.Golongan valproat

a.asam valproat

❖ Mekanisme Kerja : Lama kerja aktivitas antikonvulsan valproat tampaknya


tidak banyak berkolerasi dengan kadar obat induk dalam daerah atau
jaringan, suatu pengamatan yang menimbulkan spekulasi mengenai adanya
spesies aktif dan mekanisme kerja asam valproat. Valproat aktif terhadap
kejang pentilentetrazol dan elektrosyok maksimal. Seperti fenitoin dan
karbamazepin, valproat menyekat cetusan listrik berulang dalam frekuensi
tinggi dari neuron dalam biakan pada dosis terapeutik yang relevan. Kerja
valproat terhadap kejang parsial dan juga kejang umum barangkali
merupakan akibat dari efek ini terhadap arus Na+ Blokade eksitasi yang
diperantarai reseptor NMDA mungkin juga berperan penting. Banyak
perhatian telah diberikan terhadap pengaruh valproat pada GABA. Beberapa
penelitian menunjukkan adanya peningkatan kadar GABA otak setelah
pemberian valproat, meskipun mekanismenya belum jelas. Valproat memiliki
efek memfasilitasi dekarboksilasi asam glutamat, enzim yang bertanggung
jawab terhadap sintesis GABA. Efek inhibisi pada transporter GABA GAT-1
dapat pula berperan.Pada konsentrasi sangat tinggi, valproat menghambat
GABA transaminase dalam otak sehingga menyekat degradasi GABA.
Namun, pada valproat dosis rendah yang diperlukan untuk menghilangkan
kejang pentilentetrazol, kadar GABA otak mungkin tak berubah. Valproat
menurunkan kadar aspartat dalam otak golongan hewan pengerat, tetapi
hubungan efek ini dengan kemampuannya sebagai anti konvulsan tidak
diketahui.Asam valproat adalah penghambat histon deasetilase dan, melalui
mekanisme tersebut, mengubah transkipsi berbagai gen. Efek yang serupa,
tetapi dalam derajat yang lebih rendah, ditunjukkan oleh beberapa obat anti
kejang lain (topiramat, karbamazepin, dan metabolit leveterasetam).
❖ Efek Samping :Efek samping bergantung dosis dari valproat yang paling
umum adalah mual, muntah dan keluhan pencernaan lain, seperti nyeri perut
dan rasa terbakar di ulu hati. Obat sebaiknya dimulai secara bertahap untuk
menghindarkan gejala-gejala tersebut. Sedasi jarang dijumpai pada
penggunaan valproat saja tetapi sering dijumpai jika valproat ditambahkan
pada fenobarbital. Tremor harus sering dijumpai pada kadar valproat yang
lebih tinggi. Efek samping lain yang reversible, yang terlihat pada sedikit
pasien, meliputi peningkatan berat badan, peningkatan nafsu makan, dan
kerontokan rambu Toksisitas valproat yang bersifat idiosinkratik sebagian
besar terbatas pada hepatotoksisitas, tetapi hal ini dapat terjadi dengan
hebat; sangat mungkin bahwa hepatotoksisitas valproat bertanggung jawab
atas lebih dari 50 kasus kematian di AS saja. Risiko terbesar dimiliki pasien
yang berusia kurang dari 2 tahun dan yang menggunakan berbagai obat lain.
Nilai aspartat aminotransferase awal mungkin tidak meningkat pada pasien
yang rentan, meskipun nilai ini akhirnya menjadi abnormal. Sebagian besar
kehamilan terjadi dalam 4 bulan setelah mulainya terapi. Beberapa klinisi
menganjurkan terapi menggunaka L-karnitin oral atau intravena setelah
dicurigai terjadi hepatotoksisitas berat. Pemantauan fungsi hati secara ketat
direkomendasikan saat memulai obat; hepatotosisitas dapat bersifat
reversibel pada beberapa kasus jika obat ini berhenti digunakan. Respons
idiosinkrasi lain yang diamati pada penggunaan valproat adalaah
trombositopenia, walaupun tidak ada laporan mengenai kasus perdarahan
abnormal. Perlu diperhatikan bahwa valproat merupakan obat anti kejang
yang efektif serta populer dan bahwa sangat sedikit pasien yang menderita
efek toksik hebat akibat penggunaannya. Beberapa penelitian epidemiologik
mengenai valproat telah mengkonfirmasi adanya peningkatan kejadian spina
bifida pada bayi-bayi yang dilahirkan dari ibu-ibu yang menggunakan valproat
ketika hamil. Selain itu, juga dilaporkan terdapat peningkatan kejadian
kelainan kardiovaskular, orofasial, dan jari. Pengamatan ini sangat perlu
dipikirkan dalam mempertimbangkan pemilihan obat selama kehamilan.

b. Etosuksimid
❖ Mekanisme Kerja : Etosuksimid mempunyai efek penting pada arus Ca2+ ,
menurunkan nilai arus ambang rendah (Tipe T). Efek ini terlihat pada
konsentrasi terapeutik di saraf talamus. Arus kalsium tipe T diperkirakan
merupakan arus pemacu di saraf talamus yang bertanggung jawab
menimbulkan lepasan muatan dikorteks yang ritmik pada serangan absence.
Oleh karena itu, inhibisi arus tersebut merupakan kerja terapeutik spesifik
etosuksimid.
❖ Efek Samping : Efek samping umum yang terkait dengan dosis terapi adalah
gangguan lambung, termasuk nyeri, mual, dan muntah. Jika efek samping
terjadi, penurunan dosis sementara memungkinkan adanya adaptasi
Etosuksimid sangat efektif dan aman untuk pengobatan kejang absence;
timbulnya efek samping ringan yang bergantung pada dosis tidak seharusnya
sampai menghentikan terapi etosuksimid. Efek samping lain yang terkait
dengan dosis adalah letargi atau lelah sementara, dan agak jarang, nyeri
kepala, pusing, cegukan, dan euforia. Perubahan tingkah laku biasanya
membaik dengan cepat. Efek samping yang tidak bergantung pada dosis atau
idiosinkrasi jarang terjadi. Ruam kulit dan setidaknya satu kasus sindrom
Stevens-Johnson pernah dilaporkan. Timbulnya lupus eritematosus sistemik
juga pernah ditemukan, tetapi obat-obat lain mungkin ikut berperan dalam hal
ini.
❖ Indikasi : Obat ini sangat kecil pengaruhnya pada elektrosyok maksimal tetapi
bermanfaat untuk kejang akibat pentilentetrazol dan diperkenalkan sebagai
obat “anti petit nal murni”. Popularitas obat ini terus berlanjut karena aman
dan efektif; perannya sebagai obat antiabsence pilihan pertama tetap
bertahan sebagian karena obat lain, yakni asam valproat, memiliki efek
hepatotoksisitas idiosinkrasi.
5. Hemostatis (sebutkan masing2 nama obatnya)

A.golongan haemostatic

1. Antihemofilik Faktor (Rekombinan)

❖ Indikasi: hemofilia klasik (Hemofilia A), yang menunjukkan adanya


kekurangan aktivitas faktor pembekuan plasma (FVIII). Tidak diindikasikan
untuk terapi penyakit Von Willebrand’s.
❖ Kontraindikasi: Hipersensitivitas.
❖ Efek Samping: reaksi pada lokasi penyuntikan, pusing, ruam, rasa yang tidak
biasa pada mulut, peningkatan ringan tekanan darah, pruritus,
depersonalisasi, mual, rinitis.
❖ Mekanisme kerja:perawatan ini menghasilkan aktivitas jalur ekstrinsik
koagulasi darah

2. Fraksi Faktor Vii Kombinsi Fraksi Faktor Ix, Kering

❖ Indikasi:defisiensi faktor IX kongenital (hemofilia B).


❖ Kontraindikasi: koagulasi intravaskuler yang tersebar.
❖ Efek Samping: reaksi alergi meliputi menggigil, demam.
❖ Mekanisme kerja obat: kerjanya pada jalur intrinsik koagulasi darah. Setelah
aktif, faktor IX akan membentuk kompleks dengan ion kalsium, membran
fosfolipid, dan faktor koagulasi VIII untuk mengaktivasi faktor koagulasi X yang
pada akhirnya akan membantu agregasi platelet.

3. ETAMSILAT

❖ Indikasi: pengobatan jangka pendek kehilangan darah pada menoragia;


profilaksis dan pengobatan pendarahan periventrikel pada bayi bobot lahir
rendah.
❖ Kontraindikasi: porfiria.
❖ Efek Samping: mual, sakit kepala, ruam kulit.

B.golongan antifibrinolitik
1. Asam Traneksamat

❖ Indikasi:fibrinolisis lokal; menoragia.


❖ Kontraindikasi:gangguan ginjal yang berat; penyakit tromboembolik.
❖ Efek Samping: mual, muntah, diare (kurangi dosis); pusing pada injeksi
intravena cepat.
❖ Mekanisme kerja: Bekerja dengan berikatan secara kompetitif dengan
plasminogen aktivator,untuk memperebutkan lokasi ikatan dengan
plasminogen,dan juga penghambat plasmin.

❖ Mekanisme kerja: bekerja sebagai trombolitik dengan cara mengaktifkan


plasminogen untuk membentuk plasmin, yang mendegradasi fibrin dan
kemudian memecah trombus.

2. ALTEPLASE

❖ Indikasi: Terapi trombolitik pada infark miokard akut, embolisme paru dan


stroke iskemik akut.
❖ Kontraindikasi: lihat keterangan di atas, pada stroke akut, kejang yang
menyertai stroke, stroke berat, riwayat stroke pada pasien diabetes, stroke 3
bulan sebelumnya, hipoglikemi, hiperglikemi
❖ Efek Samping: Efek samping trombolitik terutama mual, muntah, dan
perdarahan. risiko perdarahan otak meningkat pada stroke akut.

❖ Mekanisme kerja: bekerja sebagai trombolitik dengan cara mengaktifkan


plasminogen untuk membentuk plasmin, yang mendegradasi fibrin dan
kemudian memecah trombus.

3. RETEPLASE

❖ Indikasi:infark miokard akut.


❖ Efek Samping. Efek samping nya terutama mual, muntah, dan perdarahan.
❖ Kontraindikasi. Perdarahan, trauma, atau pembedahan (termasuk cabut gigi)
yang baru terjadi, kelainan koagulasi, diatesis pendarahan, diseksi aorta,
koma, riwayat penyakit serebrovaskuler terutama serangan terakhir atau
dengan berakhir cacat, gejala-gejala tukak peptik yang baru terjadi,
perdarahan vaginal berat, hipertensi berat, penyakit paru dengan kavitasi,
pankreatitis akut, penyakit hati berat, varises esofagus; juga dalam hal
streptokinase atau anistreplase, reaksi alergi sebelumnya terhadap salah satu
dari kedua obat tersebut.
❖ Mekanisme kerja: bekerja sebagai trombolitik dengan cara mengaktifkan
plasminogen untuk membentuk plasmin, yang mendegradasi fibrin dan
kemudian memecah trombus.

6. Gol. Obat hipertensi (sebutkan masing2 nama obatnya)

A. Golongan Obat Ace (Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors) Inhibitor

1.Captopril

❖ Indikasi: hipertensi ringan sampai sedang (sendiri atau dengan terapi tiazid)


dan hipertensi berat yang resisten terhadap pengobatan lain; gagal jantung
kongestif (tambahan); setelah infark miokard; nefropati diabetik
(mikroalbuminuri lebih dari 30 mg/hari) pada diabetes tergantung insulin.
❖ Kontraindikasi: hipersensitif terhadap penghambat ACE (termasuk
angiodema); penyakit renovaskuler (pasti atau dugaan); stenosis aortik atau
obstruksi keluarnya darah dari jantung; kehamilan (lihat lampiran 4); porfiria.
❖ Efek Samping: hipotensi; pusing, sakit kepala, letih, astenia, mual (terkadang
muntah), diare, (terkadang konstipasi), kram otot, batuk kering yang
persisten, gangguan kerongkongan, perubahan suara, perubahan pencecap
(mungkin disertai dengan turunnya berat badan), stomatitis, dispepsia, nyeri
perut; gangguan ginjal; hiperkalemia; angiodema, urtikaria, ruam kulit
(termasuk eritema multiforme dan nekrolisis epidermal toksik), dan reaksi
hipersensitivitas (lihat keterangan di bawah untuk kompleks gejala),
gangguan darah (termasuk trombositopenia, neutropenia, agranulositosis,
dan anemia aplastik); gejala-gejala saluran nafas atas, hiponatremia,
takikardia, palpitasi, aritmia, infark miokard, dan strok (mungkin akibat
hipotensi yang berat), nyeri punggung, muka merah, sakit kuning
(hepatoseluler atau kolestatik), pankreatitis, gangguan tidur, gelisah,
perubahan suasana hati, parestesia, impotensi, onikolisis, alopesia.
❖ Mekanisme kerja: dengan menghambat kerja enzim pengubah angiotensin
(ACE) sehingga menurunkan senyawa-senyawa tertentu (angiotensin II) yang
dapat mengencangkan pembuluh darah, sehingga aliran darah lebih lancar
dan jantung dapat memompa darah lebih efisien.Dengan kata lain, kaptopril
bekerja dengan membuka pembuluh darah Anda.

2.Benazepril

❖ Kontraindikasi: Benazepril harus dihentikan selama kehamilan dan pada


wanita yang berencana untuk hamil, karena dapat membahayakan janin
Benazepril harus dihentikan selama kehamilan dan pada wanita yang
berencana untuk hamil, karena dapat membahayakan janin
❖ Efek samping: efek samping yang paling umum dialami pasien
adalah sakit kepala atau batuk kronis. Batuk kronis berkembang pada
sekitar 20% pasien yang diobati, dan pasien yang mengalaminya akan
berkembang setelah beberapa bulan
penggunaan. Anafilaksis , angioedema , dan peningkatan kadar
kalium adalah efek samping yang lebih serius yang juga dapat terjadi.
❖ Mekanisme kerja: Cara kerja obat ini adalah dengan melakukan
pengurangan zat kimia yang membuat sempit pembuluh darah dan
mencegah produksi angiotensin sehingga pembuluh darah melonggar dan
tekanan darah pun menjadi menurun.
❖ Indikasi:untuk mengobat tekanan darah tinggi(hipertensi)

3.Enalapril

❖ Indikasi: hipertensi; pengobatan gagal jantung simptomatik (tambahan);


pencegahan gagal jantung simtomatik dan pencegahan kejadian iskemia
koroner pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri.
❖ Kontraindikasi: hipersensitif terhadap penghambat ACE (termasuk
angiodema); penyakit renovaskuler (pasti atau dugaan); stenosis aortik
atau obstruksi keluarnya darah dari jantung; kehamilan (lihat lampiran 4);
porfiria.
❖ Efek Samping: hipotensi; pusing, sakit kepala, letih, astenia, mual
(terkadang muntah), diare, (terkadang konstipasi), kram otot, batuk kering
yang persisten, gangguan kerongkongan, perubahan suara, perubahan
pencecap (mungkin disertai dengan turunnya berat badan), stomatitis,
dispepsia, nyeri perut; gangguan ginjal; hiperkalemia; angiodema,
urtikaria, ruam kulit (termasuk eritema multiforme dan nekrolisis epidermal
toksik), dan reaksi hipersensitivitas (lihat keterangan di bawah untuk
kompleks gejala), gangguan darah (termasuk trombositopenia,
neutropenia, agranulositosis, dan anemia aplastik); gejala-gejala saluran
nafas atas, hiponatremia, takikardia, palpitasi, aritmia, infark miokard, dan
strok (mungkin akibat hipotensi yang berat), nyeri punggung, muka merah,
sakit kuning (hepatoseluler atau kolestatik), pankreatitis, gangguan tidur,
gelisah, perubahan suasana hati, parestesia, impotensi, onikolisis,
alopesia.
❖ Mekanisme kerja: Biasanya, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II
oleh enzim pengubah angiotensin (ACE). Angiotensin II menyempitkan
pembuluh darah, meningkatkan tekanan darah. Enalaprilat , metabolit aktif
enalapril, menghambat ACE. Penghambatan ACE menurunkan tingkat
angiotensin II, menyebabkan vasokonstriksi berkurang dan tekanan darah
menurun.

4.Lisinopril

❖ Indikasi:indikasi lisinopril adalah pada pasien dengan hipertensi esensial,


nefropati diabetik, gagal jantung, dan pasca infark miokard akut.
❖ Kontraindikasi: Penggunaan lisinopril kontraindikasi pada pasien dengan
riwayat hipersensitivitas terhadap lisinopril, riwayat angioedema pada
penggunaan angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACE inhibitor),
pasien yang hamil, dan anak-anak dengan glomerular filtration rate < 30
ml/menit/1,73 m2.
❖ Efek saming: Pada penderita hipertensi, beberapa efek samping yang
pernah dilaporkan adalah pusing dan sakit kepala (3-10%), serta asthenia,
nyeri dada, diare, mual, muntah, dan batuk (1-3%).
❖ Mekanisme kerja: bekerja dengan cara memperlebar pembuluh darah,
sehingga darah dapat mengalir lebih lancar dan meringankan beban kerja
jantung dalam memompa darah

5.Ramipril
❖ Indikasi: nformasi obat ini hanya untuk kalangan medis. Hipertensi ringan
sampai sedang.
❖ Kontra Indikasi:Pasien yang memiliki Riwayat hipersensitif terhadap
Ramipril atau obat-obat yang termasuk ACE inhibitor lain. Ibu hamil atau
berencana untuk hamil. Riwayat angioedema (herediter atau idiopatik)
atau pernah mengalami angioedema saat menggunakan obat-obat
golongan inhibitor ACE. Pasien dengan diabetes melitus.
❖ Efek samping: Efek samping ramipril yang lebih umum,Beberapa efek
samping yang lebih umum terjadi saat mengonsumsi ramipril
adalah:Pusing atau pingsan karena tekanan darah rendah,Batuk,Nyeri
dada,Mual,Muntah,Diare,Kelelahan.
❖ Mekanisme kerja: Obat ini bekerja dengan menghambat hormon yang
merubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II merupakan
zat yang membuat pembuluh darah menyempit

B.Golongan Obat Diuretik

1.Acetazolamide

❖ indikasi: Digunakan sebagai monoterapi atau sebagai pengobatan tambahan


pada glaukoma simpel kronik, glaukoma sekunder, preoperasi dan glaukoma
sudut tertutup akut ketika penundaan operasi membutuhkan penurunan TIO.
❖ Kontraindikasi: Hipersensitif terhadap sediaan, sensitivitas silang antara
antibakteri sulfonamid clan diuretik derivat sulfonamid. Pasien dengan
penyakit respirasi perlu mendapat perhatian lebih karena kemungkinan efek
asidosis respirasi (pada penggunaan sistemik). Juga pada penderita dengan
kadar serum natrium dan kalium yang menurun, gangguan ginjal dan hati
serta insufisiensi adrenokortikal.
❖ efek samping: Malaise, rasa logam, kelelahan, depresi, anoreksi clan
penurunan berat badan, penurunan libido, mual, muntah, hematuri, glikosuria,
peningkatan diuresis, insufisiensi hat], mengantuk, linglung, nyeri kepala,
parestesia ekstremitas, neropati perifer, miopia sementara, urikaria, gatal,
asidosis metabolik, diskrasia darah clan reaksi hipersensiti
❖ mekansme kerja:oba t ini memblok enzim karbonik anhidrase secara
reversibel pada badan siliar sehingga rnensupresi produksi cairan akuos.
Cairan akuos kaya akan natrium dan ion bikarbonat yang hiperosmotik
dibandingkan plasma. Air ditarik ke bilik mata belakang sebagai akibat proses
osmosis dan terjadi dilusi pada konsentrasi tinggi bikarbonat.

2.Chlorthalidone

❖ Indikasi: 1.Untuk mengobati fluid retention (edema) pada penderita gagal


jantung kongestif (CHF), cirrhosis hati, gangguan ginjal, atau edema yang
disebabkan oleh penggunaan steroid dan estrogen.
2.Untuk mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi).
❖ Efek samping:1.Efek endokrin dan metabolik (hiperuricemia dan bisa
menyebabkan encok pada beberapa pasien, hypochloremic alkalosis,
hiponatremia, hipokalemia, hipomagnesemia, hiperglikemia & glikosuria pada
penderita diabetes mellitus atau pasien rentan lainnya); Efek GI (iritasi GI,
N/V, konstipasi, anoreksia, diare); Efek CNS (sakit kepala, kepeningan); Efek
lainnya (reaksi fotosensitivitas, hipotensi postural, impotensi, reaksi
hipersensitivitas).

2.Tanda-tanda ketidakseimbangan elektrolit: sakit kepala, kram otot, mulut


kering, hipotensi, kehausan, kelelahan, mengantuk, dan sebagainya.

❖ Kontraindikasi: Hipersensitivitas pada Atenolol / Chlorthalidone in Indonesian


adalah sebuah kontraindikasi
❖ Mekanisme kerja:belum sepenuhnya jelas diketahui.

3.Indapamide

❖ indikasi: Untuk digunakan sebagai monoterapi atau dalam kombinasi dengan


agen penurun tekanan darah lainnya untuk mengobati hipertensi.
❖ Kontraindikasi: 1. Jangan menggunakan obat ini pada pasien dengan riwayat
hipersensitif atau alergi obat Indapamide.2.Hipersensitivitas terhadap
sulfonamida.3.Kontraindikasi pada pasien anuria, gangguan hati atau ginjal
parah, ensefalopati, hipokalemia, atau stroke yang baru saja terjadi.

❖ Efek samping: Efek samping yang paling umum seperti sakit kepala, pusing,
lemah, kantuk, kelelahan, agitasi, gugup, anoreksia, mual, muntah, nyeri, diare,
sembelit, dan hipokalemia.
❖ Mkanisme kerja: dengan cara meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan air
dengan mengganggu pengangkutan ion natrium ke seluruh epitel tubulus
ginjal.Indapamide diserap dengan cepat dan total dari saluran pencernaan.
Makanan sedikit meningkatkan tingkat penyerapan, namun tidak memiliki
pengaruh terhadap jumlah obat yang diserap. Tingkat plasma puncak dicapai
dalam 2-2,5 jam setelah pemberian

C. Golongan Nonkardioselektf/Betta Blocker


1.Acebutolol
❖ Indikasi: Penanganan hipertensi, aritmia, dan angina pektoris.
❖ Kontraindikasi:Shock kardiogenik, penyumbatan AV pada sudut kedua
dan ketiga, brakikardi akut, sindrom sinus, gagal jantung yang tidak
terkontrol, asma atau PPOK (Penyakit paru obstruktif kronis)
parah, asidosis metabolik, penyakit sirkulatori peripheral akut,
phaeochromocytoma yang tidak ditangani.
❖ Efek Samping: Gangguan penglihatan
● Dada terasa sakit
● Gangguan pernapasan
● Napas putus-putus
● Pembengkakan di wajah, jari, kaki atau betis
● Dada sesak
● Keluar suara saat bernapas
❖ Mekanisme kerja:
Deskripsi:
Acetobutolol merupakan jenis β-blocker kardioselektif dengan pengaruh kecil
terhadap reseptor di bronkus. Obat ini menghambat beberapa aktivitas
simpatomimetik intrinsik dan sifat penstabil-membran.
→ Onset: 1-2 jam
→ Durasi: 12-24 jam
Farmakokinetik:
→ Absorpsi: Diserap dengan baik dari saluran gastrointestinal.
→ Bioavaibilitas: ±40%
→ Waktu konsentrasi plasma puncak: ± 2 jam (acetobutolol); ± 4 jam
(diacetolol)
→ Distribusi: Didistribusikan secara meluas, melalui plasenta, memasuki ASI
dan menembus CSF (cerebrospinal fluid) dalam jumlah kecil
→ Volume distribusi: 1, 2 liter/kg
→ Pengikatan protein plasma: ± 26%
→ Metabolisme: Mengalami efek first-pass ekstensif menjadi daicetolol
(metabolit aktif)
→ Ekskresi: via feses (50-60%), urin (30-40%)
→ Paruh waktu eliminasi: 3 – 4 jam (acetobutolol); 8 – 13 jam (diacetolol)

2.atenolol

❖ Indikasi: indikasi pemberian atenolol pada pasien angina pectoris, infark


miokard akut, dan hipertensi.
❖ Kontraindikasi:atenolol dikontraindikasikan pada pasien dengan sinus
bradikardia, blokade atrioventrikular (av blok) selain derajat i, syok
kardiogenik, dan gagal jantung. Pada pasien gagal jantung, pemberian
atenolol dapat memperberat kondisi melalui depresi kontraktilitas miokard dan
dapat memperberat derajat kerusakan jantung.
❖ Efek samping: sebagian besar efek samping atenolol bersifat ringan dan
transien. Atenolol dapat berefek pada beberapa sistem tubuh, yaitu:
-Efek Samping Kardiovaskular
Atenolol dapat menyebabkan terjadinya bradikardi (8%), ekstremitas
dingin (0,5-7%), dan hipotensi postural (2-4%). Apabila pasien mengalami
keluhan kaki atau jari tangan dingin, denyut jantung melambat, dan keringat
dingin sebaiknya segera menemui dokter.

-Efek Samping Sistem Saraf Pusat atau Neuromuskular


Efek samping yang dapat terjadi adalah vertigo, kelelahan, letargi,
sefalgia, dizziness. Efek samping pada sistem saraf pusat cukup jarang
dialami akibat atenolol, hanya sekitar 1-2% pasien yang mungkin dapat
mengalami keluhan tersebut. Apabila efek samping tersebut timbul, sebaiknya
berbaring dan duduk untuk beberapa waktu sebelum pasien berdiri. Biasanya
keluhan akan membaik dalam 1-2 minggu penggunaan obat atenolol.

-Efek Samping Gastrointestinal


Keluhan gastrointestinal yang mungkin muncul adalah nausea dan
diare yang hanya terjadi pada 2% pasien. Untuk mengatasinya, sebaiknya
pasien makan dengan small frequent feeding dan minum banyak air putih.

❖ Mekanisme kerja:Reduksi denyut nadi dan cardiac outputt pada saat istirahat
maupun bekerja.

3.Betaxolol

❖ Mekanisme kerja: Mekanisme mengenai kerja betaxolol dalam menurunkan


produksi akuos masih sedikit diketahui karena sedikitnya reseptor beta-1 di
mata tetapi mungkin terjadi pengikatan pada reseptor beta-2 juga. Molekul
obat betaxolol dikeluarkan dari reseptor beta-1 3 jam setelah pemberian
topikal dan efek klinisnya
dapat berlangsung selama 2 minggu. Efek yang panjang ini mungkin karena
pengeluaran penyekat beta dari depot pada melanin epitel pigmen iris.
❖ Indikasi: Pengobatan hipertensi okular dan glaukoma sudut terbuka
kronik.Betaxolol dapat dipergunakan secara tunggal atau kombinasi dengan
obat antiglaukoma lain.
❖ Kontraindikasi: Pada penderita yang memiliki alergi obat.
❖ Efek samping: Efek samping: Iritasi okular, ketidaknyamanan dan lakrimasi
sewaktu-waktu, penurunan sensitivitas kornea, eritema, gatal, keratitis dan
fotofobia. Efek samping sistemik jarang kecuali insomnia clan nerosis
depresif.

4.Propranolol

❖ Mekanisme kerja: bekerja melalui mekanisme kompetisi dengan agonis beta-


adrenergik untuk berikatan pada reseptor beta.
❖ Efek samping: Propranolol memiliki efek antagonis β2 adrenoreseptor perifer
yang terdapat di extrafusal muscle fiber dan intrafusal fibers pada muscle
spindle sehingga dapat memperbaiki tremor [3]
▪ Propranolol menghambat agonis β secara kompetitif dan berikatan
dengan reseptor β1 dan β2, yang menyebabkan penurunan tekanan
darah, kontraktilitas miokardial, dan kebutuhan oksigen miokard
▪ Propranolol menurunkan hipertensi porta lewat reduksi aliran darah porta
dan kolateralnya dengan menghambat stimulasi simpatetik reseptor β1
▪ Blokade dari sistem beta-adrenergik akan menstabilkan denyut
jantung, premature ventricular beats, dan ventricular couplets 
❖ Indikasi: Propranolol hanya diindikasikan untuk hipertensi disertai gagal
jantung kongestif atau riwayat infark miokard akut dengan dosis inisial 40-80
mg, 2 kali sehari per oral.
❖ Kontraindikasi: Kontraindikasi propranolol antara lain adalah:
▪ Penyakit kardiovaskular: Sinus bradikardia atau blokade derajat
2/derajat 3, gagal jantung kongestif tidak terkompensasi, syok
kardiogenik, sick sinus syndrome tanpa alat pacu jantung, Angina
Prinzmetal, penyakit arteri perifer, Raynaud’s syndrome
▪ Penyakit pulmonologi: asthma bronkial, penyakit paru obstruktif kronis
▪ Alergi terhadap propranolol hidroklorida

▪ Asidosis metabolik 

D. Golongancalcium channel blocker (CCB)

1.Amlodipine

❖ Indikasi:Amlodipine diindikasikan untuk pengobatan hipertensi dan dapat


digunakan sebagai obat tunggal untuk mengontrol tekanan darah pada
kebanyakan pasien. Pasien-pasien yang tidak cukup dikontrol hanya
dengan satu obat antihipertensi mungkin mendapat keuntungan tambahan
dari diberikannya amlodipine, yang digunakan dalam kombinasi dengan
diuretik thiazide, obat penghambat beta adrenoceptor, atau penghambat
ACE.

Amlodipine diindikasikan untuk pengobatan awal iskemia myocardial, baik


disebabkan oleh obstruksi tetap (angina stabil) dan/atau vasospasm/
vasoconstriction (Prinzmetal’s atau variant angina) dari vasculature
koroner.

❖ Mekanisme kerja:

Farmakodinamika
Amlodipine merupakan suatu penghambat influx ion kalsium (slow channel
blocker atau antagonis ion kalsium) dan menghambat influx transmembran
dari ion-ion kalsium ke dalam jantung dan otot halus vaskular. Mekanisme
kerja antihipertensi dari amlodipine didasarkan pada efek relaksan langsung
pada otot-otot halus vaskular.

Farmakokinetika

Absorpsi

Setelah pemberian oral dari suatu dosis terapeutik, amlodipine diabsorpsi


dengan baik, dengan level darah puncak antara 6-12 jam setelah pemberian
obat. Bioavailability absolut diperkirakan antara 64-80%. Volume distribusi
sekitar 21 l/kg. Absorpsi dari amlodipine tidak dipengaruhi oleh asupan
makanan.

❖ Efek samping: Amlodipine ditoleransi dengan baik. Pada pasien-pasien


yang mengidap hipertensi atau angina, efek samping yang paling umum
terobservasi adalah sakit kepala, edema, fatigue, mengantuk, mual, nyeri
perut, kemerahan, palpitation, dan pusing. Efek samping yang paling sedikit
terobservasi secara umum, yaitu asthenia, dispepsia, dyspnea, gingival
hyperplasia, kejang otot, pruritus, myalgia, ruam, gangguan penglihatan, dan
jarang terjadi eritema multiforme.

Seperti calcium channel blockers lainnya, efek samping berikutnya jarang


dilaporkan dan tidak dapat dikenali dari penyakit dasar: myocardial
infarction, arrhythmia (termasuk tachycardia ventrikular dan fibrilasi atrial),
dan nyeri dada.

❖ Kontraindikasi:Amlodipine merupakan kontraindikasi pada pasien-


pasien yang diketahui sensitif terhadap dihydropyridine.

2.Diltiazem

❖ Indikasi:indikasi diltiazem untuk penatalaksanaan hipertensi, angina


pektoris, dan aritmia.
❖ Kontraindikasi :kontraindiksi diltiazem di antaranya pada sick sinus
syndrome tanpa penggunaan alat pacu jantung dan pada infark miokard
akut.
❖ Efek samping: Efek samping diltiazem yang umum adalah nyeri kepala
dan hipotensi, khususnya jika digunakan sebagai kombinasi dengan
antihipertensi lain. 
❖ Mekanisme kerja: Diltiazem menghambat kanal kalsium tipe lambat (tipe-
L) secara nonselektif. Kanal kalsium tipe L banyak terdapat pada otot
jantung, sel otot polos pembuluh darah serta sel-sel pacu jantung nodus
sinoatrial dan atrioventrikular.

3.Felodipine

❖ Indikasi: Obat antihipertensi 


❖ Kontraindikasi:gagal jantung dekompensasi, infark miokard akut,
angina pektoris tidak stabil, obstruksi katup jantung yang signifikan,
obstruksi aliran keluar dari jantung. Kehamilan.
❖ Efek sampping: Umum

o Kembung atau bengkak pada wajah, lengan, tangan, kaki bagian


bawah, atau kaki
o Pertambahan berat badan yang cepat
o Kesemutan tangan atau kaki
o Kenaikan atau penurunan berat badan yang tidak biasa

❖ Mekanisme kerja: bekerja dengan menjadikan pembuluh darah Anda


rileks dan melebar, sehingga darah dapat lebih mudah mengalir.

4.Isradipine

❖ Mekanisme kerja: bekerja dengan menghambat saluran kalsium dalam


tubuh
❖ Indikasi: 1.Untuk pengelolaan hipertensi esensial ringan sampai sedang. 
2.Dapat digunakan sendiri atau bersamaan dengan diuretik tipe
tiazid.
❖ Kontraindkasi: Syok kardiogenik, dlm 1 bln infark miokard, angina tidak
stabil, terapi krisis hipertensi.
❖ Efek samping: Efek samping yang lebih sering dilaporkan
termasuk: edema dan sakit kepala.

5.Nifedipine

❖ Mekanisme kerja:Cara kerjanya adalah dengan merelaksasi atau


melemaskan pembuluh darah, sehingga jantung lebih mudah memompa
darah dan meringankan kerja jantung.
❖ Efek samping: Efek samping nicardipine yang umum terjadi adalah nyeri
lengan, punggung, atau rahang, nyeri dada, sesak dada atau dada terasa
berat, denyut jantung cepat atau tak teratur, mual, jantung berdebar,
napas pendek, berkeringat, pembengkakan kaki, dan tubuh bergetar.
❖ Kontraindikasi: syok kardiogenik; stenosis aorta lanjut; kehamilan
(toksisitas pada studi hewan); porfiria.
❖ Indikasi: obat untuk mengobati hipertensi (tekanan darah tinggi).

E. Golongan  Angiostenin II receptor blockers (ARB)


obat ARB antara lain:

1.Candesartan

❖ Indikasi: Hipertensi - Pengobatan pada pasien dengan gagal jantung dan


gangguan fungsi sistolik ventrikel kiri ketika obat penghambat ACE tidak
ditoleransi.
❖ Kontraindikas: Pasien yang hipersensitif terhadap�candesartan�atau
komponen yang terkandung dalam formulasinya. Pasien dengan gangguan
hati yang berat dengan atau tanpa ketoasidosis. Wanita hamil dan
menyusui.
❖ Efek samping:
● Sakit kepala.
● Pusing.
● Mual.
● Muntah.
● Kelelahan.
● Nyeri otot.
❖ Mekanisme kerja;  bekerja dengan cara menghambat reseptor angiotensin
II. Saat angiotensin II dihambat, pembuluh darah akan lemas dan melebar
sehingga aliran darah menjadi lebih lancar dan tekanan darah turun

2.Irbesartan

❖ Mekanisme kerja: Irbesartan diharapkan menghambat semua kerja dari


angiotensin II yang diperantarai oleh reseptor AT1, tanpa memperhatikan
sumber atau rute sintesis dari angiotensin II. Antagonisme selektif dari
reseptor-reseptor angiotensin II (AT1) menghasilkan peningkatan pada
tingkat renin plasma dan tingkat angiotensin II, serta penurunan dalam
konsentrasi aldosteron plasma. Tingkat kalium serum tidak secara
signifikan dipengaruhi oleh irbesartan secara tunggal pada dosis yang
direkomendasikan. Irbesartan tidak menghambat ACE (kininase-II), suatu
enzim yang menghasilkan angiotensin II dan juga mendegradasi bradikinin
ke dalam metabolit inaktif. Irbesartan tidak memerlukan aktivasi metabolik
untuk aktivitasnya.
❖ Indikasi: Pengobatan hipertensi,Menurunkan mikro dan makro albuminuria
pada pasien hipertensi yang mengidap diabetik nefropatik yang disebabkan
NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetic Mellitus).
❖ Efek samping:
●Pusing.
● Diare.

● Nyeri otot.
● Sakit perut atau rasa panas di dada (heartburn)
● Rasa lelah.

3.Losartan kalium

❖ Mekanisme kerja: dengan cara menghambat reseptor angiotensin II, sehingga


pembuluh darah yang sebelumnya menyempit dapat melebar. Dengan begitu,
darah bisa mengalir dengan lebih lancar dan beban kerja jantung bisa
berkurang.
❖ Indikasi: Hipertensi.
❖ Kontraindikasi: Hipersensitivitas, penggunaan bersama aliskiren pada
diabetes.
❖ Efek Samping: Umum: pusing.  Jarang: ruam, hepatitis, vaskulitis,
trombositopenia, reaksi anafilaksis, angiodema, pembengkakan pada wajah,
bibir, faring, dan/atau lidah, Tidak diketahui frekuensinya: batuk, gangguan
fungsi hati, muntah, efek ortostatik bergantung
dosis, malaise, anemia,migrain, dysgeusia, mialgia, artralgia, batuk, urtikaria,
pruritus, eritroderma, fotosensitivitas, disfungsi ereksi/impoten. 

4.Telmisartan

❖ Indikasi: Indikasi telmisartan adalah untuk tata laksana hipertensi esensial.


Obat dapat juga digunakan pada stroke dan untuk mengurangi risiko kejadian
kardiovaskular mayor.
❖ Kontraindikasi: Kontraindikasi telmisartan adalah penggunaan pada pasien
yang memiliki hipersensitivitas terhadap telmisartan atau komponen obat
lainnya. Kontraindikasi lain adalah penggunaan bersama aliskiren pada pasien
dengan diabetes.
❖ Efek samping: Efek samping telmisartan mencakup berbagai sistem organ.
Contoh efek samping yang dapat terjadi adalah infeksi saluran napas, nyeri
pinggang, dan diare. Interaksi dengan obat lain dapat meningkatkan ataupun
menurunkan metabolisme obat

❖ .mekanisme kerja: melalui blokade sistem renin-angiotensin dengan


menghambat biosintesis angiotensin II dari angiotensin I. Obat ini banyak
digunakan dalam terapi hipertensi

5.Valsartan

❖ Kontraindikasi: Hindari penggunaan Losartan pada pasien yang


memiliki indikasi Hipersensitif (Reaksi Alergi) terhadap Losartan. 
❖ indikasi: obat untuk menurunkan tekanan darah pada kondisi hipertensi
❖ mekanisme kerja:  bekerja dengan cara menghambat reseptor angiotensin II,
sehingga pembuluh darah yang sebelumnya menyempit dapat melebar. Dengan
begitu, darah bisa mengalir dengan lebih lancar dan beban kerja jantung bisa
berkurang
❖ efek samping:  beberapa efek samping yang mungkin dapat terjadi setelah
mengonsumsi losartan adalah:
● Kram atau nyeri otot.
● Diare.
● Rasa terbakar di dada (heatburn)
● Pusing.
● Gangguan tidur.
● Sakit kepala.
● Merasa lelah.

7. Gol. Obat diterima (sda)

1. Obat Bebas

Obat bebas adalah obat yang bebas/dapat diperoleh tanpa resep dari dokter,
sehingga dapat dibeli langsung melalui Apotek, Toko Obat Berizin, Toko Modern
maupun warung kelontong. Cara mengenali obat bebas adalah terdapat tanda logo
lingkaran berwarna HIJAU dengan garis tepi berwarna hitam pada kemasannya.
         Contoh Obat Bebas :

● Parasetamol (penurun demam dan pereda sakit kepala)


● Vitamin-Vitamin
● Ferrosulfat (penambah darah)
● Sediaan obat mengandung Calcium
● Antasid (untuk sakit maag) Ex : promag, mylanta

2. Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas adalah obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter,
sehingga dapat dibeli langsung melalui Apotek maupun Toko Obat Berizin namun
memperolehnya dalam jumlah terbatas. Terdapat sediaan Obat Bebas Terbatas
adalah campuran obat bebas dan obat keras. Cara mengenali obat bebas terbatas
adalah terdapat tanda logo lingkaran berwarna BIRU dengan garis tepi berwarna
hitam pada kemasannya.
Biasanya pada kemasan golongan obat ini terdapat peringatan-peringatan berkaitan
dengan pemakaian/penggunaannya yang ditulis dalam kotak, supaya
pasien/masyarakat dapat menggunakan obat ini dengan benar. Ada 6 macam tanda
peringatan antara lain :

● P.No. 1: Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya.


● P.No. 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk kumur jangan ditelan.
● P.No. 3: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar badan.
● P.No. 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.
● P.No.5: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.
● P.No. 6: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan

Obat Bebas Terbatas : thrombo aspilets,bodrex migra,arthrifen,valtrex,bodrex


ekstra,resochin,histaklor,mexaquin,ctm,alleron,coredryl,allergen,alerma,zacoldine,tif
alsic,tiafe,reanal,procold,profen,selmetor

3. Obat Keras atau Daftar G (Gevaarlijk) atau berbahaya

Obat Keras adalah obat yang hanya dapat diperoleh dengan resep dokter,
dan resep hanya dapat ditebus di Apotek atau diserahkan melalui Rumah Sakit,
Puskesmas, maupun Klinik. Namun demikian ada beberapa macam obat keras yang
dapat diperoleh tanpa resep dokter yaitu obat-obat yang masuk dalam Obat Wajib
Apotek (OWA). Cara mengenali obat keras adalah terdapat tanda logo lingkaran
berwarna MERAH dengan garis tepi berwarna hitam dan terdapat huruf K (warna
hitam) berada ditengah lingkaran dan menyentuh pada garis tepi pada kemasannya.
Pada kemasan primer, sekuner, dan etiket biasanya mencantumkan kalimat   “
Harus dengan resep dokter”
Contoh :

● Sediaan Antibiotik (Ex : Amoxicillin, Ampicillin, Ciprofloxacin, Kloramfenicol,


Tetracyclin, Sefadroksil, Metronidazol dll)

● Sediaan Obat Analgesik (Pereda Nyeri) (Ex : Piroksikam, Meloksikam,


Phenylbutazon dll)

● Sediaan Obat Antihipertensi (Ex : Captopril, Nifedipin, Amlodipin,


Candesartan, HCT dll)

● Sediaan Obat Antidiabet (Ex : Glibenklamid, Metformin dll)

● Sediaan Obat Kortikosteroid (Ex : Dexamethason, Metilprednison dll)

● Sediaan Obat Penyakit Gout/Asam Urat (Ex : Allopurinol)

● Sediaan Obat Penurun Kolesterol (Ex : Simvastatin, Atorvastatin, Gemfibrozil,


dll)

Sedangkan contoh beberapa obat yang masuk Obat Wajib Apotek (OWA) :

● Sediaan Obat Kontrasepsi (Ex : Lyndiol tablet, Mycrogynon tablet, Endometril


tablet, dll)

● Sediaan Obat saluran Cerna (Ex : Decamag tab, Gastran tab, Dulcolax tab
salut, Metoclopramide, Papaverin HCl tab, dll)
● Sediaan Obat Mulut dan Tenggorokan (Ex : Hexadol solution, Bactidol solutio,
dll)

● Sediaan Obat Saluran Nafas (Ex : Salbutamol tablet/sirup, Terbutaline


tablet/inhaler, Bromheksin tablet dll)

● Sediaan Obat Analgetik, depresan (Ex : Asam mefenamat tablet,


Aspirin+caffein tablet, Alvita kaplet (Antalgin + Vitamin B1, B6, B12) dll)

● Sediaan Obat Kulit Topikal (Ex : Tetracycline salep, Kloramfenikol salep,


Decoderm-3 krim, bufacort-N krim, New-Kenacomb krim dll)

● Sediaan Obat Antiparasit (Ex : Albendazol tablet/suspensi (obat cacing) dll)

● Sediaan Obat Antiradang-antireumatik (Ex : Ibuprofen kaplet/tablet/sirup,


Natrium diklofenak gel/krim dll)

8. Gol. Obat diabetes (sda)

Golongan obat diabetes type 1 :

Diabetes tipe 1 adalah kondisi di mana sel-sel β Langerhans kelenjar


pankreas rusak, sehingga tidak lagi dapat memproduksi insulin. Maka dari itu, terapi
insulin merupakan satu keharusan bagi penderita diabetes tipe 1 untuk mengontrol
kadar gula darah.

Berikut ini adalah beberapa jenis obat yang diperlukan oleh penderita diabetes tipe 1

1. Insulin

Melansir Mayo Clinic, siapa pun yang menderita diabetes tipe 1


membutuhkan terapi insulin seumur hidup. Jenis insulin ada banyak, di antaranya
yakni:

● Short-acting (regular) insulin

Insulin kerja singkat memerlukan waktu 30-60 menit untuk menjadi aktif dalam aliran
darah.

Contoh insulin ini, yakni insulin glulisine (Apidra), insulin lispro (Humalog) dan insulin
aspart (Novolog).

● Rapid-acting insulin

Insulin kerja cepat membutuhkan waktu 15 menit untuk menurunkan kadar gula
darah, namun efeknya tidak terlalu lama. Contoh insulin ini, yakni Humulin R dan
Novolin R.

● Intermediate-acting (NPH) insulin


Insulin kerja menengah mulai bekerja pada 1-4 empat jam sejak penyuntikan.

Contoh insulin ini, yakni insulin NPH (Novolin N, Humulin N).

● Long-acting insulin

Insulin kerja panjang memerlukan waktu hingga 4 jam untuk sampai ke dalam aliran
darah, namun bisa bertahan selama 14-24 jam.

Contoh insulin ini, yakni insulin glargine (Lantus, Toujeo Solostar), insulin detemir
(Levemir) dan insulin degludec (Tresiba).

Insulin tidak dapat dikonsumsi secara oral untuk menurunkan gula darah karena
enzim lambung akan memecah insulin, mencegah aksinya. Para penderita diabetes
harus menerimanya melalui suntikan atau pompa insulin.

2. Obat tekanan darah tinggi

Selain insulin, obat tambahan juga dapat diresepkan untuk penderita diabetes tipe 1,
seperti obat tekanan darah tinggi.

Dokter mungkin meresepkan penghambat enzim pengonversi angiotensin (ACE)


atau penghambat reseptor angiotensin II (ARB) untuk membantu menjaga
kesehatan ginjal.

Obat-obatan ini direkomendasikan untuk penderita diabetes yang memiliki tekanan


darah di atas 140/90 milimeter air raksa (mm Hg).

3. Aspirin

Aspirin termasuk obat tambahan yang dapat diresepkan untuk penderita


diabetes tipe 1. Dokter bisa saja menyarankan penderita diabetes tipe 1 minum
aspirin setiap hari untuk melindungi jantung.

4. Obat penurun kolesterol

Pedoman penjagaan kolesterol cenderung lebih agresif untuk penderita


diabetes karena meningkatnya risiko penyakit jantung pada mereka. The American
Diabetes Association merekomendasikan bahwa kolesterol low-density lipoprotein
(LDL) pada penderita diabetes tipe 1 harus berada di bawah 100 mg/dL (2,6
mmol/L). Sementara, kolesterol lipoprotein (HDL) atau kolesterol baik disarankan
lebih dari 50 mg/dL (1,3 mmol/L).

Golongan obat diabetes type 2 :


Pada diabetes tipe 2, sel-sel tubuh menjadi kurang sensitif terhadap hormon
insulin, meskipun produksi dan kadar hormon insulin normal. Insulin adalah hormon
yang dihasilkan di dalam pankreas.

Contoh perawatan yang mungkin untuk diabetes tipe 2 meliputi:

1. Metformin 

Umumnya, metformin adalah obat pertama yang diresepkan untuk diabetes tipe 2.
Obat ini bekerja dengan menurunkan produksi glukosa di hati dan meningkatkan
sensitivitas tubuh terhadap insulin sehingga tubuh menggunakan insulin lebih efektif.

Efek samping : Mual dan diare adalah kemungkinan efek samping dari metformin. ini
bisa hilang ketika tubuh Anda terbiasa dengan obat atau jika Anda minum obat.

Contoh obat metformin : yakni Glucophage, Glumetza, dan lain-lain.

2. Sulfonilurea

Obat-obatan ini membantu tubuh Anda mengeluarkan lebih banyak insulin.

efek samping : gula darah rendah dan penambahan berat badan.

Contoh obat yang termasuk golongan Sulfonolurea, yakni glyburide (DiaBeta,


Glynase), glipizide (Glucotrol), dan glimepiride (Amaryl).

3. Meglitinida

Obat-obatan ini, seperti repaglinide (Prandin) dan nateglinide (Starlix) bekerja seperti
Sulfonilurea dengan menstimulasi pankreas untuk mengeluarkan lebih banyak
insulin, tetapi obat-obatan tersebut bekerja lebih cepat, dan durasi efeknya dalam
tubuh lebih pendek.

efek samping : menyebabkan gula darah rendah dan penambahan berat badan.

4. Tiazolidinediones

Seperti halnya metformin, obat-obatan Meglitinida, termasuk rosiglitazone (Avandia)


dan pioglitazone (Actos), membuat jaringan tubuh lebih sensitif terhadap insulin.

efek samping : seperti peningkatan risiko gagal jantung dan anemia.

5. Inhibitor DPP-4

Dipeptidyl peptidase-4 inhibitors (DPP-4 inhibitors) dapat membantu mengurangi


kadar gula darah.
efek samping : tidak menyebabkan kenaikan berat badan, tetapi dapat
menyebabkan nyeri sendi dan meningkatkan risiko pankreatitis.

Contoh obat : yakni sitagliptin (Januvia), saxagliptin (Onglyza) dan linagliptin


(Tradjenta).

6. Agonis reseptor GLP-1

Obat suntik ini berguna untuk memperlambat pencernaan dan membantu


menurunkan kadar gula darah.

efek samping : penurunan berat badan, termasuk mual dan peningkatan risiko
pankreatitis.

Contoh obat ini : yakni Exenatide (Byetta, Bydureon), liraglutide (Victoza) dan
semaglutide (Ozempic).

7. Inhibitor SGLT2

Obat-obatan ini mencegah ginjal menyerap kembali gula ke dalam darah.


Sebaliknya, gula diekskresikan dalam urin.

efek samping : infeksi jamur vagina, infeksi saluran kemih, tekanan darah rendah,
dan risiko ketoasidosis diabetik yang lebih tinggi.

Contoh obat diabetes tipe 2 ini, di antaranya yakni canagliflozin (Invokana),


dapagliflozin (Farxiga) dan empagliflozin (Jardiance).

8. Insulin

Beberapa orang yang menderita diabetes tipe 2 membutuhkan terapi insulin.


Pencernaan normal mengganggu insulin yang diminum, jadi insulin harus
disuntikkan.

efek samping dari insulin : Gula darah rendah (hipoglikemia)

Contoh insulin : seperti insulin glargine (Lantus) atau insulin detemir (Levemir).

9. Gol. Obat neurologi (sda)

1. ANALGETIKA
          Analgetika adalah obat-obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa
nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Analgetika pada umumnya diartikan sebagai 
suatu obat yang efektif untuk menghilangkan sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi,
dan nyeri lain misalnya nyeri pasca bedah dan pasca bersalin, dismenore (nyeri
haid) dan lain-lain sampai pada nyeri hebat yang sulit dikendalikan.  Hampir semua
analgetik ternyata memiliki efek antipiretik dan efek anti inflamasi.

Penggolongan Analgetik dibagi dalam dua golongan besar:

1)      Analgetik narkotik (analgetik sentral)

          Analgetika narkotika bekerja di SSP, memiliki daya penghalang nyeri yang
hebat sekali. Dalam dosis besar dapat bersifat depresan umum (mengurangi
kesadaran).

efek samping : menimbulkan rasa nyaman (euphoria).

Penggolongan analgesik – narkotik adalah sebagai berikut :

         alkaloid alam               : morfin, codein

         derivat semi sintesis  : heroin

         derivat sintetik            : metadon, fentanil

         antagonis morfin         : nalorfin, nalokson dan pentazocin

Obat generik, indikasi, kontra indikasi dan efek samping

Morfin :

Indikasi Analgesik selama dan setelah


: pembedahan, analgesi pada situasi lain.
Kontra Depresi pernafasan akut, alkoholisme
indikasi akut, penyakit perut akut, peningkatan
: tekanan otak atau cedera kepala
Efek Mual, muntah, konstipasi, ketergantungan
sampin / adiksi pada over dosis menimbulkan
g: keracunan dan dapat menyebabkan
kematian.

Kodein fosfat :

Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang


Kontra indikasi Depresi pernafasan akut, alkoholisme
: akut, penyakit perut akut, peningkatan
tekanan otak atau cedera kepala
Efek samping Mual, muntah, konstipasi, ketergantungan
/ adiksi pada over dosis menimbulkan
keracunan dan dapat menyebabkan
kematian.

Fentanil

Indikasi : Nyeri kronik yang sukar diatasi pada


kanker
Kontra indikasi Depresi pernafasan akut, alkoholisme
: akut, penyakit perut akut, peningkatan
tekanan otak atau cedera kepala
Efek Mual, muntah, konsipasi,
samping : ketergantungan / adiksi pada over dosis
menimbulkan keracunan dan dapat
menyebabkan kematian.

Petidin HCl :

Indikasi : Nyeri sedang sampai berat, nyeri pasca


bedah
Kontra indikasi Depresi pernafasan akut, alkoholisme
: akut, penyakit perut akut, peningkatan
tekanan otak atau cedera kepala
Efek Mual, muntah, konstipasi, ketergantungan
samping : / adiksi pada over dosis menimbulkan

Tramadol HCl :

Indikasi : Nyeri sedang sampai berat


Kontra indikasi Depresi pernafasan akut, alkoholisme
: akut, penyakit perut akut, peningkatan
tekanan otak atau cedera kepala
Efek Mual, muntah, konstpasi, ketergantungan
samping : / adiksi pada over dosis menimbulkan
keracunan dan dapat menyebabkan
kematian.

Nalorfin, Nalokson

          Adalah antagonis morfin, bekerja meniadakan semua khasiat morfin, dan
bersifat analgesik. Khusus digunakan pada kasus overdosis atau intoksikasi obat-
obat analgetik narkotik.

2)      Analgesik non opioid (non narkotik)

          Disebut juga analgesik perifer karena tidak mempengaruhi susunan syaraf
pusat. Semua analgesik perifer memiliki khasiat sebagai anti piretik yaitu
menurunkan suhu bada pada saat demam.

          Khasiatnya berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di


hipotalamus, mengakibatkan vasodilatasi perifer di kulit dengan bertambahnya
pengeluaran kalor disertai keluarnya banyak keringat. Misalnya parasetamol,
asetosal, dll.

Berdasarkan rumus kimianya analgesik perifer digolongkan menjadi :

a)      Golongan salisilat.

          Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin .Obat ini
diindikasikan untuk sakit kepala, nyeri otot, demam dan lain-lain. Sebagai contoh
aspirin dosis kecil digunakan untuk pencegahan trombosis koroner dan cerebral.     

         efek samping : perangsangan bahkan dapat menyebabkan iritasi lambung dan


saluran cerna dapat dikurangi dengan meminum obat setelah makan atau membuat
menjadi sediaan salut enterik (enteric-coated).

b)      Golongan para aminofenol

          Terdiri dari fenasetin dan asetaminofen (parasetamol).         

Efek samping : menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang, dan
dapat menurunkan suhu tubuh dalam keadaan demam, dengan mekanisme efek
sentra, kombinasinya pada penggunaan dosis besar atau jangka lama dapat
menyebabkan kerusakan hati.

c)      Golongan pirazolon (dipiron)

          Fenilbutazon dan turunannya saat ini yang  digunakan adalah dipiron sebagai
analgesik antipiretik, karena efek inflamasinya lemah.
Efek samping : semua derivat pirazolon dapat menyebabkan agranulositosis,
anemia aplastik dan trombositopenia.

d)            Golongan antranilat (asam mefenamat)

          Digunakan sebagai analgesik karena sebagai anti inflamasi kurang efektif
dibanding dengan aspirin.

Efek samping : gejala iritasi mukosa lambung dan gangguan saluran cerna
sering timbul.

B.      ANTI EMETIKA

          Anti emetika adalah obat-obat yang digunakan untuk mengurangi Atau
menghilangkan perasaan mual dan muntah. Karena muntah hanya  suatu gejala,
maka yang penting dalam pengobatan adalah mencari penyebabnya.

Penggolongan dibagi menjadi 4 yaitu :

1)            Anti histamin

          Sebenarnya kurang efektif tetapi nyaman dipakai dengan efek samping
mengantuk. Anti histamin yang dipakai adalah sinarizin, dimenhidrinat dan
prometazin teoklat.

2)             Metoklopramid dan fenotiazin

          Bekerja secara selektif di chemo reseptor triger zone (CTZ) tetapi tidak efektif
untuk motion sickness. Obat yang dipakai adalah klorpromazin HCl, perfenazin,
proklorperazin dan trifluoperazin.

3)             Domperidon

          Bekerja berdasarkan perintangan reseptor dopamin ke CTZ. Efek samping


jarang terjadi hanya berupa kejang-kejang usus. Obat ini dipakai pada kasus mual
dan muntah yang berkaitan dengan obat-obatan sitostatika.

4)             Antagonis 5 HT3

          Bermanfaat pada pasien mual dan muntah yang berkaitan dengan obat-
obatan sitostatika.

Obat generik, indikasi, kontra indikasi dan efek samping

Sinarizin

Indikasi Kelainan vestibuler seperti vertigo, tinitus,


mual dan muntah
Kontra indikasi Kehamilan/menyusui, hipotensi dan
serangan asma
Efek samping Gejala ekstra piramidal, mengantuk, sakit
kepala, dll

Dimenhidrinat

Indikasi Mual, muntah, vertigo, mabuk perjalanan


dan kelainan labirin
Kontra indikasi Serangan asma akut, gagal jantung dan
kehamilan
Efek samping Mengantuk dan gangguan psikomotor
Klorpromazin HCl

Indikasi Mual dan muntah


Kontra indikasi Gangguan hati dan ginjal
Efek samping Mengantuk, gejala ekstra piramidal, dll

Perfenazin

Indikasi Mual dan muntah berat


Kontra indikasi dan efek samping : lihat klorpromazin HCl

Proklorperazin

Indikasi Mual dan muntah akibat gangguan pada


labirin
Kontra indikasi dan efek samping : lihat klorpromazin HCl

Trifluoperazin

Indikasi Mual dan muntah berat


Kontra indikasi dan efek samping : lihat klorpromazin HCl
C.            ANTI  EPILEPSI

          Epilepsi dari bahasa Yunani berarti kejang atau di Indonesia lebih dikenal
dengan penyakit ayan, adalah gangguan saraf yang timbul secara tiba-tiba dan
berkala biasanya disertai perubahan kesadaran.         

Obat generik, indikasi, kontra indikasi, efek samping

Fenitoin

Indikasi Semua jenis epilepsi, kecuali petit mal,


status epileptikus
Kontra indikasi Gangguan hati, hamil, menyusui
Efek samping Gangguan saluran cerna, pusing nyeri
kepala tremor, insomnia dll

Penobarbital

Indikasi Semua jenis epilepsi kecuali petit mal,


status epileptikus
Kontra indikasi Depresi pernafasan berat, porfiria
Efek samping Mengantuk, Letargi, depresi mental dll

Karbamazepin

Indikasi Epilepsi semua jenis kecuali petit mal


neuralgia trigeminus
Kontra indikasi Gangguan hati dan ginjal, riwayat depresi
sumsum tulang
Efek samping Mual, muntah, pusing, mengantuk,
ataksia, bingung.

Klobazam

Indikasi Terapi tambahan pada epilepsi


penggunaan jangka pendek untuk
ansietas
Kontra indikasi Depresi pernafasan
Efek samping Mengantuk, pandangan kabur, bingung,
amnesia ketergantungan kadang-kadang
nyeri kepala, vertigo hipotensi
Diazepam

Indikasi Status epileptikus, konvulsi akibat


keracunan
Kontra indikasi Depresi pernafasan
Efek samping Mengantuk, pandangan kabur, bingung,
ataksia, amnesia, ketergantungan,
kadang nyeri kepala, vertigo

D.      PSIKOFARMAKA

         Psikofarmaka adalah obat-obat yanng berkhasiat terhadap susunan saraf


pusat dengan mempengaruhi fungsi psikis dan proses mental. Dalam pembahasan
psikofarmaka ini hanya akan dibicarakan obat-obat penyakit jiwa sejati tidak
termasuk obat-obat hipnotika, sedativa, anti konvulsi dan amfetamin.

                   Obat-obatan psikofarmaka bekerja langsung terhadap saraf otak dengan


mempengaruhi kerja neurotransmitter yaitu suatu neurohormon yang meneruskan
impuls dari sistem adrenergik di otak seperti noradrenalin, serotonin dan dopamin.

Psikofarmaka dibagi dalam 3 kelompok besar, yaitu:

1)            Obat-obat yang menekan fungsi psikis tertentu dalam SSP, dibagi menjadi 2,
yaitu:

         Neuroleptika, yaitu obat yanng bekerja sebagai anti psikotis dan sedativa yang
dikenal dengan mayor tranquilizer

         Ataraktika / anksiolitika, yaitu obat yangn bekerja sedativa, relaksasi otot dan
anti konvulsi yang digunakan dalam keadaan gelisah, takut dan stress, dikenal
dengan minor transquilizer.

2)      Obat-obat yang menstimulasi fungsi psikis tertentu dalam SSP, dibagi menjadi 2
yaitu:
         Anti depressiva, dibagi menjadi  thimoleptika yaitu obat yang dapat melawan
melankolia dan memperbaiki suasana jiwa serta thimeretika yaitu menghilangkan
inaktivitas fisik dan mental tanpa memperbaiki suasana jiwa.

         Psikostimulansia, yaitu obat yang dapat mempertinggi inisiatif, kewaspadaan


dan prestasi fisik dan mental dimana rasa letih dan kantuk ditangguhkan,
memberikan rasa nyaman (euforia) dan kadang perasaan tidak nyaman tapi bukan
depresi (disforia).

3)      Obat-obat yang mengacaukan fungsi mental tertentu antara lain


psikodisleptika seperti zat-zat halusinasi, contoh : LSD dan fenasklidin

E.      HIPNOTIKA DAN SEDATIVA

          Hipnotika atau obat tidur berasal dari kata hypnos yang berarti tidur, adalah
obat yang diberikan malam hari dalam dosis terapi dapat mempertinggi keinginan
tubuh normal untuk tidur, mempermudah atau menyebabkan tidur. Sedangkan
sedativa adalah obat yang menimbulkan depresi ringan pada SSP tanpa
menyebabkan tidur, dengan efek menenangkan dan mencegah kejang-kejang.         

          Insomnia atau tidak bisa tidur dapat disebabkan oleh faktor-fsktor seperti:
batuk, rasa nyeri, sesak nafas, gangguan emosi, ketegangan, kecemasan ataupun
depresi. Faktor penyebab inilah yang pertama-tama  harus dihilangkan dengan obat-
obatan yang sesuai seperti: antitussiva, analgetika, obat-obat vasodilator,
antidepresiva, sedativa atau transquilizer.

Efek samping :

    Kebanyakan obat tidur memberikan efek samping umum yang mirip dengan
morfin, antara lain:

         Depresi pernafasan, terutama pada dosis tinggi, contohnya flurazepam,


kloralhidrat dan paraldehida

         Tekanan darah menurun, contohnya golongan barbiturat

         Hang-over, yaitu efek sisa pada keesokan harinya seperti mual, perasaan ringan
di kepala dan pikiran kacau, contohnya golongan benzodiazepin dan barbiturat

         Berakumulasi di jaringan lemak karena umumnya hipnotika bersifat lipofil

         Lain-lain, seperti toleransi dan ketergantungan dan bahaya bunuh diri,


contohnya glutetimid dan derivatnya, metaqualon dan derivatnya serta golongan
barbiturat
Obat generik, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping

1.      Diazepam

Indikasi Hipnotika dan sedativa, anti konvulsi,


relaksasi otot dan anti ansietas
(obat  epilepsi)
Kontra indikasi -
Efek samping -

2.      Nitrazepam

Indikasi lihat diazepam


Kontra indikasi -
Efek samping Pada penggunaan lama terjadi kumulasi
dengan efek sisa (hang over), gangguan
koordinasi dan melantur
3. Flunitrazepam

Indikasi Hipnotik, sedativa, anestetik premedikasi


operasi
Kontra indikasi -
Efek samping Amnesia  (hilang ingatan)

4. Kloral Hidrat

Indikasi Hipnotika dan sedativa


Kontra indikasi -
Efek samping Merusak mukosa lambung usus dan
ketagihan

5. Luminal

Indikasi Sedativa, epilepsi, tetanus dan keracunan


strikhnin
Kontra indikasi -
Efek samping Adiksi dan habituasi

F.      ANESTETIKA       

        Istilah anestesi dikemukakan pertama kali oleh O.W Holmes yang artinya tidak
ada rasa sakit. Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu:

Anestetika umum yaitu rasa sakit hilang disertai dengan kehilangan kesadaran

Anestetika lokal yaitu menghilangkan rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran

Efek samping

          Hampir semua anestetika inhalasi mengakibatkan sejumlah efek samping,


yang terpenting diantaranya adalah :

Menekan pernafasan, paling kecil pada N 2O, eter dan trikloretiken

Mengurangi kontraksi jantung, terutama halotan dan metoksifluran, yang paling ringan
pada eter

Merusak hati, oleh karena sudah tidak digunakan lagi seperti senyawa klor  (kloroform)

         Merusak ginjal, khususnya metoksifluran

(2)     Anestetika lokal.

          Obat anestetika lokal yang pertama dikenal adalah kokain yang diperoleh
dari Erythroxylon coca yang dapat memberikan rasa nyaman dan mempertinggi
daya tahan tubuh. Pada awalnya di dunia kedokteran digunakan untuk
menghilangkan nyeri stempat oleh kedokteran gigi dan mata.

Efek Samping

          Efek samping penggunaan anestetika lokal terjadi akibat khasiat dari kardio
depresifnya (menekan fungsi jantung), mengakibatkan hipersensitasi berupa
dermatitis alergi.
G.      ANTI PARKINSON

                   Penyakit parkinson atau penyakit gemetaran yang ditandai dengan


gejala tremor, kaku otot atau kekakuan anggota gerak, gangguan gaya berjalan
(setapak demi setapak) bahkan dapat terjadi gangguan persepsi dan daya ingat
merupakan penyakit yang tejadi akibat proses degenerasi yang progresif dari sel-sel
otak (substansia nigra) sehingga menyebabkan terjadinya defisiensi neurotransmiter
yaitu dopamin.

         

H.      NOOTROPIK / NEUROTROPIK

          Adalah obat yang digunakan pada gangguan (insufisiensi) cerebral seperti


mudah lupa, kurang konsentrasi dan vertigo. Gangguan pada sirkulasi darah di otak
seringkali ditemukan pada lansia diatas usia 60 tahun.

Obat generik, indikasi, kontra indikasi dan efek samping

1. Piracetam

         Obat ini diindikasikan untuk gejala dengan proses menua seperti daya ingat
berkurang, terapi pada anak seperti kesulitan belajar.

2. Pyritinol HCl

         Obat ini diindikasikan untuk pasca trauma otak, perdarahan otak, gejala
degenerasi otak sehubungan gangguan metabolisme.

3. Mecobalamin

         Obat ini diindikasikan untuk terapi neuropati perifer.

10. GOLONGAN OBAT JANTUNG


⮚ Antiplatelet
Antiplatelet adalah jenis obat-obatan yang juga dapat digunakan untuk
meredakan serangan jantung.
Tujuannya untuk mencegah terbentuknya gumpalan-gumpalan darah yang
baru, atau mencegah pembesaran gumpalan darah yang sudah
ada. Pencegahan ini dilakukan dengan menjauhkan platelet darah agar tidak
menempel antara satu dengan yang lain.
Mekanisme kerja obat:Gumpalan terbentuk ketika trombosit berkumpul dan
protein dalam darah bersama-sama membentuk suatu massa yang solid.
Gumpalan darah biasanya baik, seperti ketika Anda tergores atau terluka.
Namun, ketika gumpalan darah terbentuk di pembuluh darah Anda, ini
berbahaya karena dapat menghalangi sirkulasi darah. Gumpalan darah yang
terbentuk dalam arteri atau jantung juga dapat menghentikan aliran darah
sehingga menyebabkan serangan jantung. Bekuan darah yang menyumbat
pembuluh darah di otak dapat menyebabkan stroke. Obat antiplatelet bekerja
dengan menghentikan trombosit menyatu dan pembekuan protein.

Jenis Obat Merek Dagang


Cardio Aspirin, Aspilets, Astika, Farmasal, Minaspi 80,
Aspirin
Thrombo Aspilets, Aptor, Ascardia
 Agrelano, Artepid, Clogin, Copidrel, CPG, Febogrel,
Medigrel, Pidovix, Pladogrel, Platogrix, Plavix, Rinclo,
Clopidogrel
Simocvlix, Therodel, Vaclo, Clidorel, Clotix, Insigrel, Placta,
Pladel, Platec, Plavos
Ticagrelor  Brilinta
Triflusal  Grendis
Dipyridamole  Presantin, Vasokor, Vasotin
Anagrelide  Agrylin, Thromboreductin
Eptifibatide  Intergrilin

Peringatan:

● Obat antiplatelet dapat menimbulkan efek samping perdarahan. Diskusikan


dengan dokter mengenai manfaat dan risiko penggunaan obat antiplatelet,
bila Anda menderita penyakit tukak lambung dan gangguan pembekuan
darah.
● Penderita hipertensi perlu berhati-hati dalam menggunakan obat ini.
Tanyakan kepada dokter mengenai tekanan darah yang aman untuk
mengonsumsi obat antiplatelet.
● Penderita asma harus berhati-hati dalam mengonsumsi aspirin, karena obat
ini berisiko menimbulkan serangan asma.
● Bila akan menjalani operasi, konsultasikan kepada dokter mengenai perlu
atau tidaknya obat ini dihentikan, karena berisiko menimbulkan perdarahan
saat operasi.
● Jangan menghentikan konsumsi obat antiplatelet tanpa petunjuk dari dokter.
● Jika berencana mengonsumsi obat pereda nyeri bersamaan dengan obat
antiplatelet, tanyakan dulu pada dokter.
● Jika sedang hamil atau menyusui, berkonsultasilah dahulu dengan dokter
sebelum mengonsumsi obat antiplatelet.

Sejumlah efek samping yang dapat muncul setelah mengonsumsi obat antiplatelet,
antara lain:

● Sakit maag
● Mual
● Gatal-gatal
● Ruam kulit
● Diare

⮚ Antikoagulan

Gumpalan darah sebenarnya berguna untuk menghentikan perdarahan


yang terjadi akibat luka. Namun, jika terbentuk di pembuluh darah, maka
gumpalan ini akan menghambat darah untuk mengalir ke organ vital seperti
otak, jantung, serta paru-paru.
Mekanisme kerja: Obat jenis antikoagulan bekerja dengan cara
menghambat proses terbentuknya gumpalan darah di pembuluh darah.
Faktor pembekuan adalah protein yang dibuat di hati, dan protein ini tidak
dapat dibuat tanpa adanya vitamin K. Obat pengencer darah jenis
antikoagulan “melawan” vitamin K, yang akan berusaha membentuk
gumpalan tersebut.
Peringatan Sebelum Menggunakan Antikoagulan:

● Jangan menggunakan obat antikoagulan jika Anda menderita aneurisma


otak, endokarditis, perikarditis, diseksi aorta, efusi perikardial, atau berisiko
tinggi terserang stroke
● Jangan mengonsumsi minuman beralkohol selama menjalani pengobatan
dengan antikoagulan karena dapat meningkatkan risiko perdarahan.
● Selama menggunakan obat antikoagulan, disarankan untuk menjalani tes
darah secara rutin. Tes darah bertujuan untuk menyesuaikan dosis, serta
memastikan efektivitas dan keamanan penggunaan obat antikoagulan.
● Konsultasikan terlebih dulu dengan dokter jika Anda memerlukan
antikoagulan saat sedang hamil atau menyusui. Dokter akan memberikan
jenis antikoagulan yang sesuai.
● Sebelum menggunakan obat antikoagulan, beri tahu dokter jika Anda
menderita penyakit ginjal, penyakit liver, gangguan pembekuan
darah, tekanan darah tinggi, gagal jantung, atau gangguan keseimbangan.
● Beri tahu dokter jika Anda sedang menggunakan obat antikoagulan sebelum
menjalani bedah maupun tindakan pengobatan dan diagnosis lainnya.
Pengobatan dengan antikoagulan mungkin akan dihentikan selama beberapa
waktu.
● Sebelum menggunakan obat antikoagulan, konsultasikan terlebih dulu
dengan dokter terkait makanan, minuman, obat maupun suplemen yang
dapat memengaruhi kinerja antikoagulan.
● Diskusikan dengan dokter anak mengenai penggunaan obat antikoagulan
pada anak-anak, agar dapat diberikan jenis obat dan dosis yang tepat.

Efek Samping dan Bahaya Antikoagulan


Perdarahan merupakan efek samping yang paling mungkin terjadi akibat
penggunaan obat antikoagulan. Beberapa keluhan yang bisa menandakan
terjadinya perdarahan adalah:

● Mimisan yang sering berulang dan lama berhenti


● Mudah memar
● Gusi berdarah
● Feses berwarna hitam
● Muntah darah atau batuk darah
● Menstruasi berlebihan pada wanita
● Sakit punggung parah yang muncul tiba-tiba
● Terdapat darah pada urine dan feses

Contoh obat antikoagulan

● Warfarin

Golongan Obat resep


Kategori Antikoagulan
Manfaat Mencegah dan mengatasi penggumpalan darah
Digunakan oleh Dewasa
Kategori X: Studi pada binatang percobaan dan manusia
  telah memperlihatkan adanya abnormalitas terhadap janin
atau adanya risiko terhadap janin. Obat dalam kategori ini
 
dikontraindikasikan pada wanita yang sedang atau
  memiliki kemungkinan untuk hamil.
Warfarin untuk ibu hamil Warfarin tidak dapat terserap ke dalam ASI. Ibu menyusui
dan menyusui harus tetap berkonsultasi dengan dokter sebelum
menggunakan obat ini.

Bentuk obat Tablet

Merek dagang warfarin : Notisil 2, Notisil 5, Rheoxen, Simarc, Warfarin, Warfarin


Sodium Clathrate
● Heparin

Golongan Obat resep


Kategori Antikoagulan
Manfaat Mencegah dan mengobati penggumpalan darah
Digunakan oleh Dewasa, anak-anak, dan orang lanjut usia
Kategori C: Studi pada binatang percobaan
memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin,
tetapi belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat
hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang
Heparin untuk ibu hamil
diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.
dan menyusui
Belum diketahui apakah heparin dapat terserap ke dalam
ASI atau tidak. Ibu menyusui harus berkonsultasi dengan
dokter sebelum menggunakan obat ini.

Bentuk obat Gel dan suntik

Merek dagang heparin : Heparinol, Heparin Sodium, Hepagusan, Hico, Inviclot,


Oparin, Thrombogel, Thrombophob, Thromboflash, Thromecon.

● Rivaroxaban

Golongan Antikoagulan
Kategori Obat resep
● Mengatasi deep vein thrombosis, fibrilasi atrium, dan
emboli paru
● Mencegah deep vein thrombosis pasca operasi
Manfaat penggantian pinggul atau lutut
● Mengurangi risiko timbulnya penyakit jantung dan
pembuluh darah

Dikonsumsi oleh Dewasa


Kategori C: studi pada binatang percobaan memperlihatkan
adanya efek samping terhadap janin, namun belum ada studi
terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika
Kategori kehamilan
besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko
dan menyusui
terhadap janin.Rivaroxaban dapat diserap ke dalam ASI. Bila
Anda sedang menyusui, jangan menggunakan obat ini tanpa
memberi tahu dokter.
Bentuk obat Tablet salut selaput
Merek dagang : Xarelto

● Dabigtran

Golongan Antikoagulan
Kategori Obat resep
Manfaat Mencegah dan mengatasi penggumpalan darah
Dikonsumsi oleh  Dewasa dan lansia
Kategori C: studi pada binatang percobaan
memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin,
namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat
Kategori kehamilan hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang
dan menyusui diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.Belum
diketahui apakah dabigatran bisa diserap ke dalam ASI
atau tidak. Namun, sebaiknya tidak mengonsumsi obat ini
selama sedang menyusui.
Bentuk Kapsul

Merek dagang : Pradaxa

● Edoxaban

Perihal Deskripsi
Kelas Antikoagulan
Subkelas Novel oral anticoagulant (NOAC)
Akses Resep dokter
Wanita hamil Kategori FDA : C
Belum ada studi mengenai ekskresi edoxaban dalam ASI dengan
Wanita menyusui penelitian sampel manusia.
Belum ada rekomendasi pemberian edoxaban pada populasi anak <
Anak-anak 18 tahun.
Belum ada rekomendasi pemberian edoxaban pada populasi anak <
Infant 18 tahun.
FDA Approved
● Enoxaparin

● Golongan Pengencer darah

Kategori Obat resep

Manfaat Mencegah dan mengatasi penggumpalan darah.

Digunakan oleh Dewasa dan anak-anak

Kategori B: Studi pada binatang percobaan


tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap
janin, namun belum ada studi terkontrol pada
Kategori kehamilan dan menyusui wanita hamil.Enoxaparin tidak diketahui dapat
diserap ke dalam ASI atau tidak. Bagi ibu
menyusui, jangan gunakan obat ini kecuali
disarankan dokter.

Bentuk obat Suntik

Merek dagang : Lovenox

● Fondaparinux

Golongan Factor Xa Inhibitor


Kategori Obat resep
Mencegah dan menangani penyakit deep
Manfaat vein thrombosis, yaitu suatu kondisi yang dapat
memicu emboli paru.
Digunakan oleh Dewasa
Kategori kehamilan Kategori B: Studi pada binatang percobaan tidak
dan menyusui kehamilan dan menyusui memperlihatkan adanya risiko
terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada
wanita hamil.Belum diketahui, fondaparinux bisa diserap
ke dalam ASI atau tidak. Namun, bagi wanita yang sedang
menyusui sebaiknya menghindari penggunaan
fondaparinux, kecuali pemakaiannya dianjurkan oleh
dokter.
Bentuk Cairan suntik

Merek dagang : Arixtra, Diviti

11. GOLONGAN OBAT SALURAN PERNAFASAN ATAS

⮚ ANTITUSIF
Mekanisme kerja obat : Bekerja pada pengendali batuk di medulla untuk menekan
refleks batuk.

Batuk adalah cara tubuh untuk mengeluarkan sekret atau material lain dari saluran
nafas.Bila batuk tidak produktif dan mengiritasi boleh diberikan
antitusifDekstrometrofan adalah antitusif nonnarkotik.

Farmakokinetik

Tersedia dlm bentuk sirup atau cairan, kapsul yang dapat dikunyah, dan pelega
tenggorok
Nama dagang: robittusin DM, romilar, pediacare I, Formula contac-cold, dll
Dimetabolisme di hati, dan eksresi urine

Farmakodinamik

Depresi SSO meningkat bila ditelan bersama alkohol,narkotik, sedatif-hipnotik,


barbiturat, atau antideprsi

Mula kerja 15-30 menit, Lama kerja 3-6 jam

Efek terapeutik menekan batuk yang tidak produktif

ESO: mual, pusing, rasa ngantuk

⮚ EKSPECTORAN
Melunakkan sekret bronkus sehingga dapat dihilangkan dengan batuk
Tabel obat antitusif dan espektoran

OBAT DOSIS INDIKASI

Antitusif D:PO: 10-20 mg setiap 4- Biasanya dicampur dg


6 jam
Narkotik antihistamin,
dekongestan,
Kodein
dan espectoran

Hidrokodon(Hycodon) D:PO:5-10 mg, setiap 6-8 Seperti kodein


jam

D:PO:0,6 mg/kg/hari dlm


dosis terbagi 3-4, tdk
melebihi 10 mg/dosis
tungga

Antitusif Nonnarkotik D:PO: 25 mg, setiap 4-6 Berefek antihistamin,


Difenhydramin (benylin, jam dan dapat

benadryl) menimbulkan rsa


ngantuk, dan mulut

kering

Dekstrometrofan D:PO:10-20 mg setiap 4- Menekan batuk, tidak


6 jam menekan
(romilar, sucrets)
pernafasan, tidak
menimbulkan
A: (6-12 th): 5-10 mg
setiap 4-6 jam toleransi

A: (2-5 th): 2,5-5 mg


setiap 4-6 jam

Espectoran D:PO:200-400 mg setiap Untuk batuk kering, tdk


4 jam produktif,

dpt menyebabkan mual,


Guaifenesin muntah.
A: (6-12 th): 100-200 mg
(robittusin) setiap 4 jam Dapat dikombinasi dg
pereda flu yg
lain. Diminum dg banyak
air untuk
A: (2-5 th):50-100 mg
setiap 4 jam mengencerkan lendir

Kalium iodide Gliserol D:PO:0,3-0,6 ml setiap 4- Merangsang sekresi dan


iodin (Iophen, 6 jam cairan

Organidin) bronkus. Hindari jika


terdapat
D:PO: 60 mg (tablet)
q.i.d hiperkalemia. Dapat
menimbulkan

rasa mual, dan muntah

⮚ SINUSITIS

● Peradangan membran mukosa dari satu atau lebih sinu maksillaris, frontal,
ethmoidalis,atau sfenoidalis
● Pengobatan
-Dekongestan nasal atau sistemik

-Asetaminofen (parasetamol), cairan dan istirahat

- Antibiotik (sinusitis akut dan berat)

Tabel obat dekongestan hidung dan sistemik (Amin simpatomimetik)

OBAT DOSIS INDIKASI

Efedrin D:PO: 25-50 mg, t.i.d, Obat bebas dpt dipakai


q.i.d tersendiri

atau dalam kombinasi


menyebabkan

vasokontriksi selaput
lendir hidung.

Fenilefrin Larutan 0,25-1 % Untuk rinitis. Kurang


kuat
(neo-Synephrine,
dibandingkan dengan
sinex) epinefrin.
Dapat menyebabkan
sakit kepala dan

hipertensi yang
sementara.

Fenilpropanolamin D:PO: 25-50 mg, t.i.d, Untuk rinitis bermacam-


q.i.d macam
(propadrine,
kombinsi, efek pada
dristan, diemtapp) SSP tidak

sebanyak efedrin

Pseudoefedrin D: PO: 60 mg setiap 4- Untuk rinitis.


6 jam Perangsangan pada
(Actifed, Novafed,
SSP dan hipertensi tidak
Sudafed) seberat

efedrin

Oksimetazolin Semprot 0,05%, tetes Dekongestan dengan


masa kerja
(Afrin)
panjang. Dipakai 2 x
sehari, pagi dan

sore hari. Dapat


menyebabkan

kongesti rebound

12. GOLONGAN OBAT KORTIKOSTEROID

● Kortikosteroid berpengaruh terhadap elektolit dan metabolisme karbohidrat,


protein dan lemak,
maka defisiensi kortikosteroid dapat menyebabkan sakit berat atau kematian.

● Pengurangan sekresi kortikosteroid dikenal dengan nama hiposekresi adrenal


(insufisiensi adrenal) → penyakit Addison.
● Kortisol, glukokortikoid memiliki efek antiinflamasi, antialergi dan antistres.
● Indikasi pemberian terapi glukokortikoid mencakup : trauma,
pembedahan, infeksi,
kekecewaan emosional, dan kecemasan.
● Kebanyakan dari obat-obat glukokortikoid sering disebut kortison, diproduksi
secara sintetis.
● Obat - obat glukokortikoid / kostikosteroid dapat diberikan secara : parenteral,
(IM,IV), topical(krim,salep, lotion) danaerosol (inhaler). Bentuk IM walau
jarang digunakan harus diberikan jauh ke dalam otot, dan pemberian sub
kutan tidak direkomendasikan,
Mekanisme kerja obat: Kortikosteroid yang dibentuk secara alami,
hidrokortison (Cortef) dan kortison, diproduksi oleh bagian terluar dari kelenjar
adrenal yang dikenal sebagai korteks (sehingga disebut kortikosteroid).
Kortikosteroid diklasifikasikan sebagai:

● Glucocorticoids (anti-inflamasi) yang menekan peradangan dan kekebalan


dan membantu dalam pemecahan lemak, karbohidrat, dan protein, atau
sebagai
● Mineralokortikoid (penahan garam) yang mengatur keseimbangan garam dan
air dalam tubuh.

Efek Samping dan Reaksi Merugikan Glukokortikoid /


kostikosteroid :

● Pemakaian dosis tinggi dan jangka panjang/ lama:


A. peningkatan gula darah
B. deposit lemak yang abnormal di wajah dan tubuh (moon face, muka rembulan
dan buffalo hump
penimbunan lemak di daerah supraklavikular dan di belakang leher)
C. dan pengecilan ukuran ekstrimitas,
D. edema, retensi natrium dan air,
E. hipertensi,
F. euphoria atau psikosis
G. kulit tipis dengan purpura
H. meningkatkan tekanan intraocular(glaucoma)
I. tukak peptic, dan retardasi pertumbuhan.

Obat-Obat Glukokortikoid /kostikosteroid

OBAT DOSIS PEMAKAIAN DAN


PERTIMBANGAN

Betametason Inhal: 2 puff,t.i.d, q.i.d Obat anti inflamasi


steroid

kuat. Dapat disuntikkan


kedalam sendi

Hidrokortison PO: 20-240 mg/hari Untuk insufiensi dan


dalam
inflamasi adrenokortikal.
dosis terbagi 2-4x per
hari. Tersedia dalam bentuk

krim,ointment,losion dan

IM:IV: 15-240 mg tiap 12 semprot

jam

Metilprednisolon PO: 4-48 mg/haridalam Untuk insufiensi

dosis terbagi 4 adrenokortikal. Untuk

pemakaian parenteral:

dapat disuntikkan ke
dalam

sendi dan jaringan lunak.

Prednison 5-60mg/hari dalam dosis Anti inflamasi atau


terbagi
imunosupresif, tidak

mahal, Glukokortikoid
A: : 0,1-
0,15mg/kg/haridalam merupakan obat pilihan.
dosis

terbagi 2-4 atau 4-5


mg/m²/hari dalam 2

dosis.

Triamsinolon(kenakort, PO: 4-4,8mg/hari dalam Anti inflamasi atau


imunosupresif.
dosis terbagi 2-4, Inhal: 2
Preparat dapat
puff, Preparat topical: disuntikkan kedalam
krim
sendi atau jaringan lunak.
dan salep.

Deksametason PO: 0,25-4mg, b.i.d- q.i.d, Obat anti inflamasi yang


kuat. Untuk
IV: 1-6 mg/kg.
gangguan alergi akut,
serangan asma,

Aerosol: 3 puff, 2-4x per edema serebral

hari.

Anda mungkin juga menyukai