NIM : P01031219041
KELAS : D4/3A
5. Hemostatis (sda)
JAWAB :
1. Golongan Antibiotik :
1. Penisilin
2. Sefalosforin
3. Aminoglikosida
4. Tetrasiklin
5. Makrolid
6. Quinolone
7. Klorapemnikol
>> Berdasarkan mekanisme kerja obat meliputi indikasi, yaitu: Merusak bagian
dinding sel bakteri, golongan obat antibiotik antara lain :
● beta-laktam (penisilin, sefalosporin, monobaktam, karbapenem, inhibitor beta-
laktamase),
● basitrasin
● vankomisin.
>> Efek samping dan kontraindikasi antibiotik yaitu Selain kontraindikasi
pemakaian, aspek lain juga berkaitan dengan keamanan penggunaan antibiotika
adalah kejadian efek samping obat yang dapat mempengaruhi atau memperburuk
kondisi pasien. Salah satu efek samping obat antibiotik adalah Gangguan
pencernaan merupakan yang paling sering terjadi. Gejala gangguan saluran cerna
akibat penggunaan antibiotik, meliputi diare, mual, muntah, dan kram perut. Efek
samping ini lebih sering terjadi pada penggunaan antibiotik, golongan obat
antibiotik antara lain :
● penisilin
● cephalosporin
● fluoroquinolone
2. Golongan Antasida
>> Efek Samping : idiosinkrasi dan alergi morfin dapat menyebabkan mual dan
muntah terutama pada wanita berdasarkan idiosinkrasi. Bentuk idiosinkrasi lain ialah
ditimbulnya eksitasis dengan tremor, dan jarang-jarang dillirium lebih jarang lagi
konfulsi dan insomnia. Bayi dan anak kecil tidak lebih peka terhadap alkaloid opium,
asal saja dosis diperhitungkan berdasarkan berat badan, tetapi orang lanjut usia dan
pasien penyakit berat agak nya lebih peka terhadap efek morfin.
>> Kontraindikasi : Orang lanjut usia dan pasien penyakit berat, emfisem,
kifoskoliosis, korpul monarale kronik dan obesitas yang ekstri.
>> Efek Samping : Pusing, berkeringat, euporia, mulut kering, mual, muntah,
perasaan lemah, gangguan penglihatan, palpitasi, disforia, sinkop, dan sedasi.
>> Kontraindikasi : Pada pasien penyakit hati dan orangtua dosis obat harus
dikurangi karena terjadinya perubahan pada disposisi obat. Selain itu dosis
meperidin perlu dikurangi bila diberikan bersama antisipkosis, hipnotif sedative dan
obat-obat lain penekan SSP. Pada pasien yang sedang mendapat MAO inhibitor
pemberian meperidin dapat menimbulkan kegelisahan, gejala eksistasi dan demam.
3. Metadon
>> Berdasarkan mekanisme kerja obat meliputi indikasi :
Analgesia : Jenis nyeri yang dapat dipengaruhi oleh metadon sama dengan jenis
nyeri yang dapat dipengaruhi morfin.
Antitusif : Metadon merupakan antitusif yang baik, efek anti tusif 1,5-2 mg/oral
sesuai dengan 15-20 mg kodein, tetapi kemungkinan timbulnya adiksi pada metadon
jauh lebih besar dari pada kodein. Oleh karna itu sekarang metadon sudah mulai
ditinggalkan sebagai antitusif.
>> Efek Samping : Menyebabkan perasaan ringan, pusing, kantuk, fungsi mental
terganggu, berkeringat, pruritus, mual dan muntah. Efek samping yang jarang timbul
adalah delirium, halusinasi selintas dan urtikaria hemoragik.
>> Kontraindikasi :
Semua golongan opioid kontra indikasi untuk : Akut abdomen, trauma kepala,
kerusakan paru-paru berat.
4. Propoksifen
>> Berdasarkan mekanisme kerja obat meliputi indikasi : Hanya digunakan
untuk mengobati nyeri ringan sampai nyeri sedang, yang tidak cukup baik diredakan
oleh asetosal. Kombinasi propoksifen dengan asetosal sama kuat seperti kombinasi
kodein dengan asetosal.
>> Efek Samping : Propoksifen memberikan efek mual, anoreksia, sembelit, nyeri
perut dan kantuk, kurang lebih sama dengan kodein.
>> Kontraindikasi :
Propoksifen : 65 mg 4x sehari (Dalam bentuk tablet dan vial)
5. Antagonis Opiod
>> Berdasarkan mekanisme kerja obat meliputi indikasi : di indikasi kan untuk
mengatasi depresi nafas akibat takar kajak opioid, pada bayi yang dilairkan oleh ibu
yang mendapat opioid sewaktu persalinan atau akibat tentamen suicide dengan
suatu opioid. Dalam hal ini alokson merupakan obat pilihan untuk kasus ini
6. Agonis Parsial
>> Berdasarkan mekanisme kerja obat meliputi indikasi :
Pentazosin dan Butarfanol di indikasikan untuk mengatasi nyeri sedang tetapi
kurang efektif di bandingkan morfin untuk nyeri berat.
1. Asam Mefenamat
>> Efek Samping : Melibatkan sistem gastrointestinal. Biasanya berupa dispepsia
atau ketidaknyamanan gastrointestinal bagian atas, diare yang mungkin berat dan
disertai pembengkakan perut, serta perdarahan gastrointestinal. Sakit kepala,
pusing, mengantuk, tegang dan gangguan penglihatan juga umum terjadi.
>> Kontraindikasi : Pada penderita tukak lambung, radang usus, gangguan ginjal,
asma, dan hipersensitif terhadap asam mefenamat. Pemakaian secara hati-hati
pada penderita penyakit ginjal atau hati dan peradangan saluran cerna.
2. Parasetamol
>> Berdasarkan mekanisme kerja obat : parasetamol bekerja mengurangi
produksi prostaglandin yang terlibat dalam proses nyeri dan edema dengan
menghambat enzim cyclooxygenase (COX).
>> Efek Samping : sering terjadi antara lain hipersensitivitas dan kelainan darah.
Penggunaan kronis dari 3-4 gram sehari dapat terjadi kerusakan hati, pada dosis
diatas 6 gram mengakibatkan nekrosis hati yang tidak reversibel. Overdose bisa
menimbulkan antara lain mual, muntah dan anorexia. Hanya parasetamol yang
dianggap aman bagi wanita hamil dan menyusui meskipun dapat mencapai air susu.
Efek iritasi, erosi dan pendarahan lambung tidak terlihat, demikian juga gangguan
pernafasan.
3. Aspirin
>> Mekanisme Kerja Obat : Penghambatan sintesis prostaglandin di pusat
pengatur panas dalam hipotalamus dan periferdi daerah target.
4. Ibuprofen
>> Efek Samping :
● Gangguan saluran cerna
● Gangguan sistem saraf
● Tekanan darah, mulut kering, retensi cairan, hipotensi, gagal jantung
kongstif
>> Indikasi obat : Nyeri dan radang pada penyakit artritis dan gangguan sendi,
nyeri ringan sampai berat termasuk dismenorea, paska bedah, nyeri dan demam
pada anak-anak
>> Kontraindikasi : Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh wanita hamil dan
menyusui karena ibuprofen relative lebih lama dikenal dan tidak menimbulkan efek
samping serius pada dosis analgesic
5. Na-diklofenak
>> Efek Samping :
● Pencernaan : gangguan pada saluran cerna bagian atas (20% pasien) tukak
lambung, perdarahan saluran cerna.
● Saraf : sakit kepala, depresi, insomnia, cemas
● Ginjal : terganggu fungsi ginjal
● Kardiovaskular : retensi cairan, hipertensi
● Pernapasan : asma
● Darah : lekopenia, hemolitik anemia, trombositopenia
● Hati : hepatitis, sakit kuning, peningkatan SGOT
>> Indikasi obat : Nyeri paska bedah, nyeri dan radang pada penyakit artritis dan
gangguan otot kerangka lainnya, nyeri pada gout akut dan dismenorea.
⮚ Penggolongan obat
A. GABA-Glutamat dependent
1) Golongan Benzodiazepin
Dalam golongan benzodiazepin terdapat banyak obat yang mempunyai efek anti
epilepsi yaitu :
A.klonazepam
❖ mekanisme kerja obat: Klonazepam bekerja pada sistem saraf pusat dengan
cara memperlambat atau menekan sistem saraf. Rivotril atau klonazepam
memiliki fungsi sebagai anti kejang dan anti cemas sehingga klonazepam
sering digunakan untuk beberapa jenis kejang, serangan panik dan cemas.
❖ Indikasi : klonazepam adalah obat untuk mencegah dan mengontrol kejang-
kejang. Obat ini dikenal sebagai obat anti kejang atau anti epilepsi, yang juga
berguna mengobati serangan panik. klonazepam bekerja dengan
menenangkan otak dan saraf. Obat ini termasuk dalam kelas obat bernama
benzodiazepin.
❖ Kontraindikasi: Sebagai obat, rivotril atau klonazepam memiliki kontraindikasi.
Kondisi yang menyebabkan penggunaan klonazepam dilarang yaitu:
1. Gangguan fungsi organ hati;
2. Riwayat alergi klonazepam;
3. Konsumsi dan kecanduan alkohol;
4. Penyakit glaukoma;
5. Psikosis (gangguan mental)
6. Miastenia gravis;
7. Depresi pernafasan;
8. Penurunan kesadaran.
Penggunaan rivotril harus berhati-hati pada pasien dengan gangguan ginjal,
depresi dengan kecenderungan
bunuh diri, penyakit paru obstruksi kronis (PPOK). Klonazepam dilarang
penggunaannya pada wanita yang
sedang hamil dan menyusui.
b.klobazam
D.tiagabin(gabitril)
❖ mekanisme kerja obat: Walaupun strukturnya terkait erat dengan GABA,
gabapentin dan pregabalin tidak bekerja langsung pada resptor GABA.
Namun, kedua obat ini dapat memodifikasi pelepasan GABA sinaptik atau
nonsinaptik. Peningkatan konsentrasi GABA dalam otak oleh transporter
asam amino-L. Gabapentin dan pregabalin berikatan sangat erat dengan
subunit α2δ kanal Ca2+ bergerbang-egangan. Gabapentin dan pregabalin
juga bekerja pada prasinaptik untuk menurunkan pelepasan glutamat; efek ini
mungkin bergantung pada danya penurunan masukan Ca2+ prasinaptik
melalui kanal yang diaktivasi tegangan
❖ Indikasi :tiagabin adalah derivat asam nipekotik dan “dirancang secara
rasional” sebagai penghambat ambilan GABA (berlawanan yang ditemukan
melalui skrining acak).
❖ Efek samping: Minornya bergantung dosis dan meliputi gelisah, pusisng,
tremor, kesulitan berkonsentrasi, dan depresi. Kebingungan yang berlebihan,
somnolen, atau ataksia mungkin memerlukan penghentian obat. Jarang
terjadi psikosis. Ruam merupakan efek samping idiosinkrasi yang tidak umum
terjadi. Studi laboratorium biasanya normal
B. Mengurangi Efek Eksikatori Glutamat
1. Golongan Barbiturat
1.Golongan Hidantoin
a.fenitoin
❖ Mekanisme Kerja : Fenitoin memiliki beberapa efek besar pada beberapa
sistem fisiologik. Obat ini mengubah konduktansi Na, K+, dan Ca2+ ,
potensial membran, dan konsentrasi asam amino dan neurotransmitter
norepinefrin, asetilkolin, dan asam ᵞ- aminobutirat (GABA). Penelitian pada
neuron dalam kultur sel menunjukkan bahwa fenitoin memblokade pelepasan
berulang potensial aksi frekuensi tinggi yang bertahan lama. Efek ini terlihat
pada konsentrasi terapeutik yang relevan. Efeknya pada konduktansi Na+
merupakan efek yang bergantung penggunaan, yang muncul dari ikatannya
dengan – dan perpanjangan dari – kanal Na+ dalam keadaan tidak aktif. Efek
ini juga terlihat pada konsentrasi terapeutik karbamazepin, lamotrigin, dan
valproat seta mungkin juga berperan pada kerja anti kejang obat-obat
tersebut dalam model elektrosyok dan kejang parsial. Sebagai tambahan,
fenitoin secara paradoks menyebabkan eksitasi pada beberapa saraf
selebral. Reduksi permeabilitas kalsium, disertai inhibisi unfluks kalsium
disepanjang membran sel, dapat menjelaskan kemampuan fenitoin dalam
menghambat berbagai proses sekresi yang dipicu kalsium, termasuk
pelepasan hormon dan neurotransmitter. Rekaman potensial eksitatoris dan
inhibitoris pascasinaptik menunjukkan bahwa fenitoin menurunkan pelepasan
glutamat di sinaps dan meningkatkan pelepasan GABA. Mekanisme kerja
fenitoin mungkin melibatkan kombinasi kerja-kerja pada berbagai tingkat lain.
Pada konsentrasi terapeutik, kerja utama fenitoin adalah untuk memblokade
kanal natrium dan menghambat pembentukkan potensial aksi berulang yang
cepat. Kerja fenitoin prasinaptik pada glutamat dan pelepasan GABA
mungkin timbul dari kerja-kerja fenitoin lain selain pada kanal Na+
bergerbang-tegangan.
❖ Indikasi : Fenitoin efektif untuk kejang parsial dan kejang umum tonik-klonik.
Untuk kasus kejang umum tipe tonik-klonik, fenitoin tampaknya efektif untuk
serangan-serangan primer atau sekunder akibat jenis kejang lainnya.
2. Golongan Karbosamida
a. Karbamazepin
1.Golongan valproat
a.asam valproat
b. Etosuksimid
❖ Mekanisme Kerja : Etosuksimid mempunyai efek penting pada arus Ca2+ ,
menurunkan nilai arus ambang rendah (Tipe T). Efek ini terlihat pada
konsentrasi terapeutik di saraf talamus. Arus kalsium tipe T diperkirakan
merupakan arus pemacu di saraf talamus yang bertanggung jawab
menimbulkan lepasan muatan dikorteks yang ritmik pada serangan absence.
Oleh karena itu, inhibisi arus tersebut merupakan kerja terapeutik spesifik
etosuksimid.
❖ Efek Samping : Efek samping umum yang terkait dengan dosis terapi adalah
gangguan lambung, termasuk nyeri, mual, dan muntah. Jika efek samping
terjadi, penurunan dosis sementara memungkinkan adanya adaptasi
Etosuksimid sangat efektif dan aman untuk pengobatan kejang absence;
timbulnya efek samping ringan yang bergantung pada dosis tidak seharusnya
sampai menghentikan terapi etosuksimid. Efek samping lain yang terkait
dengan dosis adalah letargi atau lelah sementara, dan agak jarang, nyeri
kepala, pusing, cegukan, dan euforia. Perubahan tingkah laku biasanya
membaik dengan cepat. Efek samping yang tidak bergantung pada dosis atau
idiosinkrasi jarang terjadi. Ruam kulit dan setidaknya satu kasus sindrom
Stevens-Johnson pernah dilaporkan. Timbulnya lupus eritematosus sistemik
juga pernah ditemukan, tetapi obat-obat lain mungkin ikut berperan dalam hal
ini.
❖ Indikasi : Obat ini sangat kecil pengaruhnya pada elektrosyok maksimal tetapi
bermanfaat untuk kejang akibat pentilentetrazol dan diperkenalkan sebagai
obat “anti petit nal murni”. Popularitas obat ini terus berlanjut karena aman
dan efektif; perannya sebagai obat antiabsence pilihan pertama tetap
bertahan sebagian karena obat lain, yakni asam valproat, memiliki efek
hepatotoksisitas idiosinkrasi.
5. Hemostatis (sebutkan masing2 nama obatnya)
A.golongan haemostatic
3. ETAMSILAT
B.golongan antifibrinolitik
1. Asam Traneksamat
2. ALTEPLASE
3. RETEPLASE
1.Captopril
2.Benazepril
3.Enalapril
4.Lisinopril
5.Ramipril
❖ Indikasi: nformasi obat ini hanya untuk kalangan medis. Hipertensi ringan
sampai sedang.
❖ Kontra Indikasi:Pasien yang memiliki Riwayat hipersensitif terhadap
Ramipril atau obat-obat yang termasuk ACE inhibitor lain. Ibu hamil atau
berencana untuk hamil. Riwayat angioedema (herediter atau idiopatik)
atau pernah mengalami angioedema saat menggunakan obat-obat
golongan inhibitor ACE. Pasien dengan diabetes melitus.
❖ Efek samping: Efek samping ramipril yang lebih umum,Beberapa efek
samping yang lebih umum terjadi saat mengonsumsi ramipril
adalah:Pusing atau pingsan karena tekanan darah rendah,Batuk,Nyeri
dada,Mual,Muntah,Diare,Kelelahan.
❖ Mekanisme kerja: Obat ini bekerja dengan menghambat hormon yang
merubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II merupakan
zat yang membuat pembuluh darah menyempit
1.Acetazolamide
2.Chlorthalidone
3.Indapamide
❖ Efek samping: Efek samping yang paling umum seperti sakit kepala, pusing,
lemah, kantuk, kelelahan, agitasi, gugup, anoreksia, mual, muntah, nyeri, diare,
sembelit, dan hipokalemia.
❖ Mkanisme kerja: dengan cara meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan air
dengan mengganggu pengangkutan ion natrium ke seluruh epitel tubulus
ginjal.Indapamide diserap dengan cepat dan total dari saluran pencernaan.
Makanan sedikit meningkatkan tingkat penyerapan, namun tidak memiliki
pengaruh terhadap jumlah obat yang diserap. Tingkat plasma puncak dicapai
dalam 2-2,5 jam setelah pemberian
2.atenolol
❖ Mekanisme kerja:Reduksi denyut nadi dan cardiac outputt pada saat istirahat
maupun bekerja.
3.Betaxolol
4.Propranolol
▪ Asidosis metabolik
1.Amlodipine
❖ Mekanisme kerja:
Farmakodinamika
Amlodipine merupakan suatu penghambat influx ion kalsium (slow channel
blocker atau antagonis ion kalsium) dan menghambat influx transmembran
dari ion-ion kalsium ke dalam jantung dan otot halus vaskular. Mekanisme
kerja antihipertensi dari amlodipine didasarkan pada efek relaksan langsung
pada otot-otot halus vaskular.
Farmakokinetika
Absorpsi
2.Diltiazem
3.Felodipine
4.Isradipine
5.Nifedipine
1.Candesartan
2.Irbesartan
● Nyeri otot.
● Sakit perut atau rasa panas di dada (heartburn)
● Rasa lelah.
3.Losartan kalium
4.Telmisartan
5.Valsartan
1. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang bebas/dapat diperoleh tanpa resep dari dokter,
sehingga dapat dibeli langsung melalui Apotek, Toko Obat Berizin, Toko Modern
maupun warung kelontong. Cara mengenali obat bebas adalah terdapat tanda logo
lingkaran berwarna HIJAU dengan garis tepi berwarna hitam pada kemasannya.
Contoh Obat Bebas :
Obat bebas terbatas adalah obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter,
sehingga dapat dibeli langsung melalui Apotek maupun Toko Obat Berizin namun
memperolehnya dalam jumlah terbatas. Terdapat sediaan Obat Bebas Terbatas
adalah campuran obat bebas dan obat keras. Cara mengenali obat bebas terbatas
adalah terdapat tanda logo lingkaran berwarna BIRU dengan garis tepi berwarna
hitam pada kemasannya.
Biasanya pada kemasan golongan obat ini terdapat peringatan-peringatan berkaitan
dengan pemakaian/penggunaannya yang ditulis dalam kotak, supaya
pasien/masyarakat dapat menggunakan obat ini dengan benar. Ada 6 macam tanda
peringatan antara lain :
Obat Keras adalah obat yang hanya dapat diperoleh dengan resep dokter,
dan resep hanya dapat ditebus di Apotek atau diserahkan melalui Rumah Sakit,
Puskesmas, maupun Klinik. Namun demikian ada beberapa macam obat keras yang
dapat diperoleh tanpa resep dokter yaitu obat-obat yang masuk dalam Obat Wajib
Apotek (OWA). Cara mengenali obat keras adalah terdapat tanda logo lingkaran
berwarna MERAH dengan garis tepi berwarna hitam dan terdapat huruf K (warna
hitam) berada ditengah lingkaran dan menyentuh pada garis tepi pada kemasannya.
Pada kemasan primer, sekuner, dan etiket biasanya mencantumkan kalimat “
Harus dengan resep dokter”
Contoh :
● Sediaan Obat saluran Cerna (Ex : Decamag tab, Gastran tab, Dulcolax tab
salut, Metoclopramide, Papaverin HCl tab, dll)
● Sediaan Obat Mulut dan Tenggorokan (Ex : Hexadol solution, Bactidol solutio,
dll)
Berikut ini adalah beberapa jenis obat yang diperlukan oleh penderita diabetes tipe 1
1. Insulin
Insulin kerja singkat memerlukan waktu 30-60 menit untuk menjadi aktif dalam aliran
darah.
Contoh insulin ini, yakni insulin glulisine (Apidra), insulin lispro (Humalog) dan insulin
aspart (Novolog).
● Rapid-acting insulin
Insulin kerja cepat membutuhkan waktu 15 menit untuk menurunkan kadar gula
darah, namun efeknya tidak terlalu lama. Contoh insulin ini, yakni Humulin R dan
Novolin R.
● Long-acting insulin
Insulin kerja panjang memerlukan waktu hingga 4 jam untuk sampai ke dalam aliran
darah, namun bisa bertahan selama 14-24 jam.
Contoh insulin ini, yakni insulin glargine (Lantus, Toujeo Solostar), insulin detemir
(Levemir) dan insulin degludec (Tresiba).
Insulin tidak dapat dikonsumsi secara oral untuk menurunkan gula darah karena
enzim lambung akan memecah insulin, mencegah aksinya. Para penderita diabetes
harus menerimanya melalui suntikan atau pompa insulin.
Selain insulin, obat tambahan juga dapat diresepkan untuk penderita diabetes tipe 1,
seperti obat tekanan darah tinggi.
3. Aspirin
1. Metformin
Umumnya, metformin adalah obat pertama yang diresepkan untuk diabetes tipe 2.
Obat ini bekerja dengan menurunkan produksi glukosa di hati dan meningkatkan
sensitivitas tubuh terhadap insulin sehingga tubuh menggunakan insulin lebih efektif.
Efek samping : Mual dan diare adalah kemungkinan efek samping dari metformin. ini
bisa hilang ketika tubuh Anda terbiasa dengan obat atau jika Anda minum obat.
2. Sulfonilurea
3. Meglitinida
Obat-obatan ini, seperti repaglinide (Prandin) dan nateglinide (Starlix) bekerja seperti
Sulfonilurea dengan menstimulasi pankreas untuk mengeluarkan lebih banyak
insulin, tetapi obat-obatan tersebut bekerja lebih cepat, dan durasi efeknya dalam
tubuh lebih pendek.
efek samping : menyebabkan gula darah rendah dan penambahan berat badan.
4. Tiazolidinediones
5. Inhibitor DPP-4
efek samping : penurunan berat badan, termasuk mual dan peningkatan risiko
pankreatitis.
Contoh obat ini : yakni Exenatide (Byetta, Bydureon), liraglutide (Victoza) dan
semaglutide (Ozempic).
7. Inhibitor SGLT2
efek samping : infeksi jamur vagina, infeksi saluran kemih, tekanan darah rendah,
dan risiko ketoasidosis diabetik yang lebih tinggi.
8. Insulin
Contoh insulin : seperti insulin glargine (Lantus) atau insulin detemir (Levemir).
1. ANALGETIKA
Analgetika adalah obat-obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa
nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Analgetika pada umumnya diartikan sebagai
suatu obat yang efektif untuk menghilangkan sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi,
dan nyeri lain misalnya nyeri pasca bedah dan pasca bersalin, dismenore (nyeri
haid) dan lain-lain sampai pada nyeri hebat yang sulit dikendalikan. Hampir semua
analgetik ternyata memiliki efek antipiretik dan efek anti inflamasi.
Analgetika narkotika bekerja di SSP, memiliki daya penghalang nyeri yang
hebat sekali. Dalam dosis besar dapat bersifat depresan umum (mengurangi
kesadaran).
Morfin :
Kodein fosfat :
Fentanil
Petidin HCl :
Tramadol HCl :
Nalorfin, Nalokson
Adalah antagonis morfin, bekerja meniadakan semua khasiat morfin, dan
bersifat analgesik. Khusus digunakan pada kasus overdosis atau intoksikasi obat-
obat analgetik narkotik.
Disebut juga analgesik perifer karena tidak mempengaruhi susunan syaraf
pusat. Semua analgesik perifer memiliki khasiat sebagai anti piretik yaitu
menurunkan suhu bada pada saat demam.
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin .Obat ini
diindikasikan untuk sakit kepala, nyeri otot, demam dan lain-lain. Sebagai contoh
aspirin dosis kecil digunakan untuk pencegahan trombosis koroner dan cerebral.
Efek samping : menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang, dan
dapat menurunkan suhu tubuh dalam keadaan demam, dengan mekanisme efek
sentra, kombinasinya pada penggunaan dosis besar atau jangka lama dapat
menyebabkan kerusakan hati.
Fenilbutazon dan turunannya saat ini yang digunakan adalah dipiron sebagai
analgesik antipiretik, karena efek inflamasinya lemah.
Efek samping : semua derivat pirazolon dapat menyebabkan agranulositosis,
anemia aplastik dan trombositopenia.
Digunakan sebagai analgesik karena sebagai anti inflamasi kurang efektif
dibanding dengan aspirin.
Efek samping : gejala iritasi mukosa lambung dan gangguan saluran cerna
sering timbul.
Anti emetika adalah obat-obat yang digunakan untuk mengurangi Atau
menghilangkan perasaan mual dan muntah. Karena muntah hanya suatu gejala,
maka yang penting dalam pengobatan adalah mencari penyebabnya.
1) Anti histamin
Sebenarnya kurang efektif tetapi nyaman dipakai dengan efek samping
mengantuk. Anti histamin yang dipakai adalah sinarizin, dimenhidrinat dan
prometazin teoklat.
Bekerja secara selektif di chemo reseptor triger zone (CTZ) tetapi tidak efektif
untuk motion sickness. Obat yang dipakai adalah klorpromazin HCl, perfenazin,
proklorperazin dan trifluoperazin.
3) Domperidon
4) Antagonis 5 HT3
Bermanfaat pada pasien mual dan muntah yang berkaitan dengan obat-
obatan sitostatika.
Sinarizin
Dimenhidrinat
Perfenazin
Proklorperazin
Trifluoperazin
Epilepsi dari bahasa Yunani berarti kejang atau di Indonesia lebih dikenal
dengan penyakit ayan, adalah gangguan saraf yang timbul secara tiba-tiba dan
berkala biasanya disertai perubahan kesadaran.
Fenitoin
Penobarbital
Karbamazepin
Klobazam
D. PSIKOFARMAKA
1) Obat-obat yang menekan fungsi psikis tertentu dalam SSP, dibagi menjadi 2,
yaitu:
Neuroleptika, yaitu obat yanng bekerja sebagai anti psikotis dan sedativa yang
dikenal dengan mayor tranquilizer
Ataraktika / anksiolitika, yaitu obat yangn bekerja sedativa, relaksasi otot dan
anti konvulsi yang digunakan dalam keadaan gelisah, takut dan stress, dikenal
dengan minor transquilizer.
2) Obat-obat yang menstimulasi fungsi psikis tertentu dalam SSP, dibagi menjadi 2
yaitu:
Anti depressiva, dibagi menjadi thimoleptika yaitu obat yang dapat melawan
melankolia dan memperbaiki suasana jiwa serta thimeretika yaitu menghilangkan
inaktivitas fisik dan mental tanpa memperbaiki suasana jiwa.
Hipnotika atau obat tidur berasal dari kata hypnos yang berarti tidur, adalah
obat yang diberikan malam hari dalam dosis terapi dapat mempertinggi keinginan
tubuh normal untuk tidur, mempermudah atau menyebabkan tidur. Sedangkan
sedativa adalah obat yang menimbulkan depresi ringan pada SSP tanpa
menyebabkan tidur, dengan efek menenangkan dan mencegah kejang-kejang.
Insomnia atau tidak bisa tidur dapat disebabkan oleh faktor-fsktor seperti:
batuk, rasa nyeri, sesak nafas, gangguan emosi, ketegangan, kecemasan ataupun
depresi. Faktor penyebab inilah yang pertama-tama harus dihilangkan dengan obat-
obatan yang sesuai seperti: antitussiva, analgetika, obat-obat vasodilator,
antidepresiva, sedativa atau transquilizer.
Efek samping :
Kebanyakan obat tidur memberikan efek samping umum yang mirip dengan
morfin, antara lain:
Hang-over, yaitu efek sisa pada keesokan harinya seperti mual, perasaan ringan
di kepala dan pikiran kacau, contohnya golongan benzodiazepin dan barbiturat
1. Diazepam
2. Nitrazepam
4. Kloral Hidrat
5. Luminal
F. ANESTETIKA
Istilah anestesi dikemukakan pertama kali oleh O.W Holmes yang artinya tidak
ada rasa sakit. Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
Anestetika umum yaitu rasa sakit hilang disertai dengan kehilangan kesadaran
Anestetika lokal yaitu menghilangkan rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran
Efek samping
Mengurangi kontraksi jantung, terutama halotan dan metoksifluran, yang paling ringan
pada eter
Merusak hati, oleh karena sudah tidak digunakan lagi seperti senyawa klor (kloroform)
(2) Anestetika lokal.
Obat anestetika lokal yang pertama dikenal adalah kokain yang diperoleh
dari Erythroxylon coca yang dapat memberikan rasa nyaman dan mempertinggi
daya tahan tubuh. Pada awalnya di dunia kedokteran digunakan untuk
menghilangkan nyeri stempat oleh kedokteran gigi dan mata.
Efek Samping
Efek samping penggunaan anestetika lokal terjadi akibat khasiat dari kardio
depresifnya (menekan fungsi jantung), mengakibatkan hipersensitasi berupa
dermatitis alergi.
G. ANTI PARKINSON
H. NOOTROPIK / NEUROTROPIK
1. Piracetam
Obat ini diindikasikan untuk gejala dengan proses menua seperti daya ingat
berkurang, terapi pada anak seperti kesulitan belajar.
2. Pyritinol HCl
Obat ini diindikasikan untuk pasca trauma otak, perdarahan otak, gejala
degenerasi otak sehubungan gangguan metabolisme.
3. Mecobalamin
Peringatan:
Sejumlah efek samping yang dapat muncul setelah mengonsumsi obat antiplatelet,
antara lain:
● Sakit maag
● Mual
● Gatal-gatal
● Ruam kulit
● Diare
⮚ Antikoagulan
● Warfarin
● Rivaroxaban
Golongan Antikoagulan
Kategori Obat resep
● Mengatasi deep vein thrombosis, fibrilasi atrium, dan
emboli paru
● Mencegah deep vein thrombosis pasca operasi
Manfaat penggantian pinggul atau lutut
● Mengurangi risiko timbulnya penyakit jantung dan
pembuluh darah
● Dabigtran
Golongan Antikoagulan
Kategori Obat resep
Manfaat Mencegah dan mengatasi penggumpalan darah
Dikonsumsi oleh Dewasa dan lansia
Kategori C: studi pada binatang percobaan
memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin,
namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat
Kategori kehamilan hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang
dan menyusui diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.Belum
diketahui apakah dabigatran bisa diserap ke dalam ASI
atau tidak. Namun, sebaiknya tidak mengonsumsi obat ini
selama sedang menyusui.
Bentuk Kapsul
● Edoxaban
Perihal Deskripsi
Kelas Antikoagulan
Subkelas Novel oral anticoagulant (NOAC)
Akses Resep dokter
Wanita hamil Kategori FDA : C
Belum ada studi mengenai ekskresi edoxaban dalam ASI dengan
Wanita menyusui penelitian sampel manusia.
Belum ada rekomendasi pemberian edoxaban pada populasi anak <
Anak-anak 18 tahun.
Belum ada rekomendasi pemberian edoxaban pada populasi anak <
Infant 18 tahun.
FDA Approved
● Enoxaparin
● Fondaparinux
⮚ ANTITUSIF
Mekanisme kerja obat : Bekerja pada pengendali batuk di medulla untuk menekan
refleks batuk.
Batuk adalah cara tubuh untuk mengeluarkan sekret atau material lain dari saluran
nafas.Bila batuk tidak produktif dan mengiritasi boleh diberikan
antitusifDekstrometrofan adalah antitusif nonnarkotik.
Farmakokinetik
Tersedia dlm bentuk sirup atau cairan, kapsul yang dapat dikunyah, dan pelega
tenggorok
Nama dagang: robittusin DM, romilar, pediacare I, Formula contac-cold, dll
Dimetabolisme di hati, dan eksresi urine
Farmakodinamik
⮚ EKSPECTORAN
Melunakkan sekret bronkus sehingga dapat dihilangkan dengan batuk
Tabel obat antitusif dan espektoran
kering
⮚ SINUSITIS
● Peradangan membran mukosa dari satu atau lebih sinu maksillaris, frontal,
ethmoidalis,atau sfenoidalis
● Pengobatan
-Dekongestan nasal atau sistemik
vasokontriksi selaput
lendir hidung.
hipertensi yang
sementara.
sebanyak efedrin
efedrin
kongesti rebound
krim,ointment,losion dan
jam
pemakaian parenteral:
dapat disuntikkan ke
dalam
mahal, Glukokortikoid
A: : 0,1-
0,15mg/kg/haridalam merupakan obat pilihan.
dosis
dosis.
hari.