Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH SURVEILANCE GIZI

“Data Program Gizi Masyarakat”

DOSEN PEMBIMBING :

Abdul Hairuddin Angkat, SKM, M.Kes

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :

 Ananda Nurul Fajariah (P01031219005)


 Annisa (P01031219006)
 Bintang Imanuel Ginting (P01031219009)
 Dewi Putri Lase (P01031219013)
 Febriska Ananda (P01031219020)
 Kenya Putri Kasi Sembiring (P01031219027)
 Martina Grace Hia (P01031219031)
 Muhammad Aditya (P01031219034)
 Nisa Irbah Saragih (P01031219036)
 Nuraini Br Barus (P01031219037)
 Putri Az Zahro (P01031219038)
 Resdika Br. Simanjuntak (P01031219041)
 Sri Mayang Kesuma Sibarani (P01031219048)
 Tasya Bellinda (P01031219049)
 Tiara Nainggolan (P01031219052)

D-IV/VI-A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya makalah yang berjudul “Data Program Gizi Masyarakat” Makalah ini
dibuat bertujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Surveilance Gizi . Atas
dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini,
maka penulis mengucapkan banyak terima kasih Seluruh pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat, tata bahasa maupun materi. Oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun dari pembaca sangat kami butuhkan dalam penyempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca.

Medan , 16 Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Data Program Gizi Masyarakat............................ 4
B. Data Posyandu Program Gizi Masyarakat............................. 4
C. Hasil Olahan Data Program Gizi............................................ 5
D. Analisis Data Program Gizi..................................................... 17

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................8
B. Saran .................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke-5
Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Sasaran dari
Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi
masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang
didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.
Sasaran ini sesuai dengan sasaran pokok RPJMN 2015- 2019, salah satunya
meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak,katkan Kualitas Hidup
Manusia Indonesia (Kemenkes RI, 2017) Status gizi pada balita harus sangat dijaga
dan diperhatikan secara serius dari orang tua, karena terjadi malnutrisi pada masa
ini akan bisa menyebabkan kerusakan yang irreversibel. Sangat mungkin ukuran
tubuh pendek adalah salah satu indikator atau petunjuk kekurangan gizi yang
berkepanjangan pada balita. Kekurangan gizi yang lebih fatal akan berdampak pada
perkembangan otak (Agria dkk, 2012) Jumlah balita ditimbang di posyandu
merupakan data indikator terpantaunya pertumbuhan balita melalui pengukuran
perubahan berat badan setiap bulan sesuai umur.
Balita yang rutin menimbang adalah balita yang selalu terpantau
pertumbuhannya. Secara kuantitatif indikator balita ditimbang menjadi indikator
pantauan sasaran (monitoring covered), sedangkan secara kualitatif merupakatan
indikator cakupan deteksi dini (surveillance covered). Semakin besar presentase
balita ditimbang semakin tinggi capaian sasaran balita yang terpantau
pertumbuhannya, dan semakin besar peluang masalah gizi bisa ditemukan secara
dini Dalam ruang lingkup yang lebih luas balita ditimbang atau D/S merupakan
gambaran dari keterlibatan masyarakat dalam mendukung kegiatan pemantauan
pertumbuhan di posyandu. Kehadiran balita di posyandu merupakan hasil dari
akumulasi peran serta ibu, keluarga, kader, dan seluruh komponen masyarakat
dalam mendorong, mengajak, memfasilitasi, dan mendukung balita agar di timbang
di posyandu untuk dipantau pertumbuhannya. Dengan demikian indikator D/S dapat
dikatakan sebagai indikator partisipasi masyarakat dalam kegiatan posyandu
Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauan
tumbuh kembang balita di posyandu, dilanjutkan dengan penentuan status gizi oleh
bidan di desa atau petugas kesehatan lainnya. Penemuan kasus gizi buruk harus
segera ditindak lanjuti dengan rencana tindak yang jelas, sehingga penanggulangan
gizi buruk memberikan hasil yang optimal Satus gizi balita dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu penyebab langsung diantaranya : asupan makanan, pola
makan, pemberian ASI ekslusif dan penyakit infeksi, faktok tidak langsung antara
lain : rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya dan puskesmas, puskesmas
sebagai lembaga mempunyai bermacam-macam aktivitas, salah satunya adalah
posyandu, dimana pada posyandu terdapat skrining pertama dalam pemantauan
status gizi balita Peraturan presiden Nomor 42 Tahun 2013 tanggal 23 Mei 2013
tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi yaitu upaya bersama antara
pemerintah dan masyarakat melalui penggalangan partisipasi dan kepedulian
pemangku kepentingan secara terencana dan terkoordinasi untuk percepatan
perbaikan gizi masyarakat dengan prioritas pada seribu hari pertama kehidupan.
Dalam program ini baik puskesmas maupun rumah sakit terdapat 3 (tiga) jenis
kegiatan perbaikan yang terdiri dari promotif berupa pemantauan petumbuhan,
konseling ASI/MP-ASI/gizi lebih, pemberian kapsul vit A, pemberian tablet Fe pada
ibu hamil, promosi garam beryodium, skrinng aktif, taburia, PMT ibu hamil KEK.
Preventif berupa balita gizi kurang diberi PMT pemulihan, dan kuratif yaitu balita gizi
buruk dirawat diberikan TFC (Therapeutic Feeding Center)

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Kepatuhan
Kunjungan Posyandu Terhadap Status Gizi Balita ?”.

C. Tujuan Penulisan
 Untuk menganalisis Hubungan Kepatuhan Kunjungan Posyandu Terhadap
Status Gizi Balita
 Menggambarkan kepatuhan kunjungan posyandu
 Menggambarkan status gizi balita
 Menganalisis hubungan kepatuhan kunjungan posyandu terhadap status
gizi balita

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Surveilans gizi


Pengertian Surveilans gizi yang dimaksud dalam petunjuk pelaksanaan ini adalah
suatu proses pengumpulan, pengolahan dan diseminasi informasi hasil pengolahan
data secara terus menerus dan teratur tentang indikator yang terkait dengan kinerja
pembinaan gizi masyarakat.
 Manfaat Kegiatan surveilans gizi
Kegiatan surveilans gizi bermanfaat untuk memberikan suatu informasi pencapaian
kinerja dalam rangka pengambilan tindakan segera. Perencanaan jangka pendek dan
menengah serta perumusan kebijakan, baik di kabupaten/kota, provinsi dan pusat.
Selain itu kegiatan surveilans gizi juga bermanfaat untuk mengevaluasi pencapaian
kinerja pembinaan gizi masyarakat.

 Tujuan Surveilance Gizi :


a. KHUSUS
a. Tersedianya informasi secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan mengenai
perubahan percepatan kinerja pembinaan gizi :
o Persentase balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan.
o Persentase balita yang ditimbang berat badannya.
o Persentase bayi berusia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif.
o Persentase rumah tangga mengonsumsi garam beriodium.
o Persentase balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A.
o Persentase ibu hamil mendapay 90 tablet Fe.
o Persentase kabupaten/kota melaksanakan surveilans gizi.
o Persentase penyediaan bufferstock MP-ASI untuk daerah bencana.
b. Tersedianya informasi indikator gizi lainnya secara berkala jika diperlukan seperti :
o Prevalensi balita gizi kurang berdasarkan antropometri.
o Prevalensi status gizi anak usia sekolah, remaja, dan dewasa.
o Prevalensi resiko kurang energi kronis (KEK) pada wanita Usia Subur (WUS)
dan ibu hamil.

3
o Prevalensi anemia gizi dan Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKY),
Kurang Vitamin A (KVA) dan masalah gizi mikro lainnya.
o Tingkat konsumsi zat gizi mikro (energi dan protein) dan mikro (defisiensi zat
besi, defisiensi iodium).
o Data pendistribusian makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) dan
Pemberian Makan Tamabahan (PMT).
b. Umum
Terselenggaranya kegiatan surveilans gizi untuk memberikan gambaran perubahan
pencapaian kinerja pembinaan gizi masyarakat dan indikator khusus lain yang
diperlukan secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan dalam rangka pengambilan
tindakan segera,
perencanaan jangka pendek dan menengah serta perumusan kebijakan.
 Ruang Lingkup

Ruang lingkup surveilans gizi meliputi kegiatan pengumpulan data dari laporan rutin atau
survei khusus, pengolahan dan diseminasi hasilnya yang digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan atau tindakan cepat, perumusan kebijakan, perencanaan kegiatan
dan evaluasi hasil kegiatan. Dalam petunjuk pelaksanaan ini ruang lingkup kegiatan
surveilans gizi mencakup pencapaian indikator kinerja kegiatan pembinaan gizi
masyarakat dan data terkait lainnya di seluruh kabupaten/kota dan provinsi.

4
B. Data Posyandu Program Gizi Masyarakat
C. Hasil Olahan Data Program Gizi
D. Analisis Data Program Gizi

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan tentang evaluasi
pelaksanaan program pencegahan stunting ditinjau dari intervensi gizi spesifik
gerakan 1000 HPK di Puskesmas Pegang Baru adalah :
1. Input
a. Pembiayaan untuk program intervensi gizi spesifik terkendala pada pencairan
dana BOK yang pencairannya terlambat dan tidak ada dana khusus untuk intervensi
gizi spesifik.
b. Sumber Daya Manusia untuk program intervensi gizi spesifik masih kurang untuk
tenaga gizi
c. Ketersediaan obat-obatan untuk penyelenggaraan intervensi gizi spesifik sudah
cukup dan subsidi dari dinas kesehatan propinsi lancar
d. Puskesmas Pegang Baru sudah mempunyai pedoman dan SPO untuk kegiatan
intervensi gizi spesifik tetapi belum ada SPO tentang penanganan growth faltering

2. Process
a. Perencanaan program intervensi gizi spesifik belum dilakukan secara buttom up
b. Pengorganisasian program intervensi gizi spesifik dimulai dengan dibentuknya
POKJA di tingkat kabupaten dan melibatkan UPT terkait
c. Penggerakan program intervensi gizi spesifik dimulai dengan melaksanakan rapat
koordinasi dengan POKJA stunting dan kabid di tingkat kabupaten
d. Pengawasan program intervensi gizi spesifik dilakukan secara berjenjang yang
dilakukan satu kali sebulan oleh dinas kesehatan melalui bidang kesehatan
masyarakat melalui seksi gizi dan kesga
e. Pencatatan dan pelaporan program intervensi gizi spesifik dilakukan oleh masing-
masing program setiap bulan tetapi belum semua kegiatan intervensi gizi spesifik
yang mempunyai pencatatan dan pelaporan

3. Output
6
a. Capaian dari intervensi gizi spesifik yang sudah memenuhi target adalah balita
yang mendapat kapsul vitamin A dan bumil KEK yang mendapat PMT
b. Masih ada program intervensi gizi spesifik yang dilaksanakan tapi tidak bisa
dievaluasi karena tidak adanya pencatatan dan pelaporan yaitu konsumsi garam
beryodium, zinc, obat cacing.
c. Program intervensi gizi spesifik yang tidak dilakukan adalah fortifikasi zat besi
dalam makanan dan perlindungan terhadap malaria
d. Belum ada SPO rujuk ke SpA untuk bayi yang terdeteksi mengalami growth
faltering di usia 4-6 bulan dan SPO untuk tindak lanjut pemantauan balita oleh
tenaga kesehatan baik yang diintervensi oleh tenaga kesehatan maupun yang
dirujuk ke SpA.

B. Saran
1. Bagi Puskesmas
a. Diharapkan agar Puskesmas dalam melakukan kegiatan intervensi gizi spesifik
sesuai dengan pedoman dan SPO dan adanya pengawasan dari pimpinan
puskesmas
b. Diharapkan agar pimpinan puskesmas membuat perencanaan program untuk
pencegahan stunting sesuai dengan evaluasi program tahun sebelumnya dan
disampaikan ke dinas kesehatan
c. Diharapkan tenaga kesehatan (bidan) dan kader dapat lebih meningkatkan
pemahaman ibu tentang pentingnya pemantauan tumbuh kembang balita di
posyandu agar dapat lebih awal mendeteksi balita yang mengalami gagal tumbuh
saat usia bayi 4-6 bulan dan pemantauan balita yang mengalami growth faltering
dengan memaksimalkan KMS dan melalui buku rapor anak
d. Diharapkan tenaga kesehatan (bidan) dan kader dapat lebih meningkatkan
pemahaman ibu tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif, MP-ASI sesuai
dengan waktunya dengan menjelaskan dan mendemonstrasikan tentang MP-ASI
yang mencakup 7 syarat pemberian MP-ASI yang benar yaitu porsi, varian, adekuat,
texture, frekuensi, aman dan hygiene dan adanya evaluasi dari tenaga kesehatan
dengan jangka waktu tertentu melalui sidak MP-ASI ke rumah ibu balita dan
memberdayakan dana dari masyarakat atau dana bantuan pemerintah apabila ibu
dengan sosial ekonomi yang rendah.

7
e. Diharapkan peran serta tokoh masyarakat untuk mendukung ibu dan keluarga
dalam berperilaku kesehatan yang berhubungan dengan kesehatan ibu, bayi dan
balita
DAFTAR PUSTAKA

http://repository2.unw.ac.id/238/3/BAB%20I.pdf
http://scholar.unand.ac.id/51620/3/BAB%20VII.pdf
https://adoc.pub/petunjuk-pelaksanaan-surveilans-gizi.html
https://dinkes.jatimprov.go.id/index.php?r=site/berita_detail&id=217

Anda mungkin juga menyukai