Disusun oleh :
Fanny Rachmawati
P17320119412
Tingkat : 3 C Ners
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim,
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin dan karunia-
Nya, saya dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa pun. Tak lupa
pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW.
Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.
Makalah ini mempunyai judul ” Penerapan Hospital Disaster Plan”, yang di susun dalam
rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Bencana Berbasis Klinik.
Makalah ini juga bertujuan untuk memberi ilmu pengetahuan yang lebih luas kepada
pembaca. Makalah ini saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak dan refrensi sehingga dapat memperlancar pembuatan di makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak kesalahan
serta kekurangan dalam makalah ini. Untuk itu, saya mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca, agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 7
B. Saran .......................................................................................................................... 7
Daftar Pustaka........................................................................................................................ 8
BAB I
PENDAHULUAN
Rumah sakit memainkan peran penting selama bencana, seperti adanya menyediakan layanan
jasa kesehatan untuk mengurangi mortalitas dan mobilitas yang terkait dengan korban
bencana. Dengan demikian dapat meminimalkan dampak bencana terhadap masyarakat
(Zhong et al., 2014)
Ancaman kesehatan masyarakat selalu datang entah disebabkan oleh alam, non alam, atau
disengaja, ancaman ini dapat menyebabkan timbulnya keadaan darurat (Medicine et al.,
2014). Menurut Talati et al, bencana menimbulkan tantangan unik bagi setiap instansi
pelayanan medis dalam hal infrastruktur, kapasitas dan kesiapan dari sudut pandang rumah
sakit. Suatu bencana ada saat jumlah korban jauh melebihi kemampuan dari jumlah tenaga
medis untuk memberikan perawatan darurat sehingga rumah sakit terpaksa menerapkan
sumber tambahan untuk perawatan kepada sejumlah besar korban (Talati et al., 2014)
Rumah sakit memiliki fungsi kritis dalam manajemen bencana, demikian yang dikatakan
Robert Powers (Jack Pincowsky, Sampieri, 2008). Konferensi PBB tentang Pengurangan
Bencana menegaskan bahwa rumah sakit wajib mengoperasikan beberapa fasilitas segera
setelah bencana untuk membatasi dampak dari bencana hilangnya nyawa. Mereka memiliki
fungsi kritis yang tidak dimiliki bisnis lain. Artinya, jika mereka gagal untuk berfungsi
selama bencana, mereka akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap dampak
bencana di masyarakat (Kasmawati, 2016)
TINJAUAN TEORI
Pengertian bencana yang terdapat di UU Nomor. 24 tahun 2007 Bencana adalah peristiwa
atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Bencana (disaster) adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu komunitas
atau masyarakat yang mengakibatkan kerugian manusia, materi, ekonomi, atau lingkungan
yang meluas yang melampaui kemampuan komunitas atau masyarakat yang terkena dampak
untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri (ISDR, 2004 dalam
MPBI, 2007). Bencana dapat dibedakan menjadi dua yaitu bencana oleh faktor alam (natural
disaster) seperti letusan gunungapi, banjir, gempa, tsunami, badai, longsor, dan bencana oleh
faktor non alam ataupun faktor manusia (man-made disaster) seperti konflik sosial dan
kegagalan teknologi.
Persiapan terhadap kondisi bencana dapat diwujudkan diantaranya dalam bentuk menyusun
perencanaan menghadapi situasi darurat atau rencana kontingensi, yang juga dimaksudkan
agar RS tetap bisa berfungsi-hari terhadap pasien yang sudah ada sebelumnya (business
continuity plan). Rencana tersebut umumnya disebut sebagai Rencana Penanggulangan
Bencana di Rumah Sakit, atau Hospital Disaster Plan (HDP).
Menyusun HDP merupakan perkerjaan besar yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh
supaya mendapat hasil seperti yang diharapkan ketika terjadi bencana yang sesungguhnya.
Suatu HDP seharusnya merupakan hasil dari suatu proses kerja yang didasari atas ancaman
bencana didaerah tersebut (Hazard Mapping), pengalaman masa lalu, ketersediaan
sumberdaya khususnya SDM, dengan mengingat kebijakan lokal maupun nasional.
Penyusunan HDP umumnya dimulai dengan dibentuknya tim penyusun HDP, dan akan bisa
memberikan hasil yang maksimal bila didasari atas komitmen dan konsistensi dari
menejemen RS. Konsistensi diperlukan mengingat penanggulangan bencana, termasuk
penyusunan HDP, merupakan proses yang kontinyu sehingga diperlukan usaha untuk
mempertahankan kinerja tim, dan hal tersebut bisa diwujudkan dengan membentuk komite
gawatdarurat dan bencana, atau institusi yang sejenis.Ruang lingkup komite juga termasuk
masalah gawatdarurat, karena bencana dan gawatdarurat merupakan dua hal yang memiliki
keterkaitan yang tinggi dan memerlukan mejemen bersama.
Tim yang ideal anggautanya merupakan gabungan dari unsure pimpinan (minimal Kepala
Bidang / Instalasi), unsur pelayanan gawatdarurat (kepala UGD), unsur Rumahtangga, unsur
paramedis, dan unsur lain yang dipandang perlu. Anggota tim sebaiknya sudah memiliki
dasar-dasar mengenai Hospital Preparedness, dan bekerja berdasar suatu guide line yang
standar, serta diberikan target waktu.
Pada situasi bencana, Rumah Sakit akan menjadi tujuan akhir dalam menangani korban
sehingga RS harus melakukan persiapan yang cukup. Persiapan tersebut dapat diwujudkan
diantaranya dalam bentuk menyusun perencanaan menghadapi situasi darurat atau rencana
kontingensi, yang juga dimaksudkan agar RS tetap bisa berfungsi-hari terhadap pasien yang
sudah ada sebelumnya (business continuity plan). Rencana tersebut umumnya disebut sebagai
Rencana Penanggulangan Bencana di Rumah Sakit, atau Hospital Disaster Plan (HDP).
Ketika terjadi bencana, selalu akan terjadi keadaan yang kacau (chaos), yang bisa menganggu
proses penanganan pasien, dan mengakibatkan hasil yang tidak optimal. Dengan HDP yang
baik, chaos akan tetap terjadi, tetapi diusahakan agar waktunya sesingkat mungkin sehingga
pelayanan dapat tetap dilakukan sesuai standard yang ditetapkan, sehingga mortalitas dan
moriditas dapat ditekan seminimal mungkin. Oleh karena itu penulis tertarik dalam membuat
penelitian terkait dengan penerapan Hospital Disaster Plan (HDP).
Intervention questions
1. Apakah penerapan hospital disaster plan (HDP) (I) sudah efektif digunakan dalam
menghadapi situasi bencana (O) pada RS di Indonesia (P) dalam waktu 10 tahun terakhir
(T)?
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari jurnal yang penulis ambil, dapat ditarik kesimpulan jika rumah sakit di Indonesia
sudah memiliki perencanaan yang matang dalam menghadapi situasi bencana. Perencanaan
tersebut tertuang dalam pedoman hospital disaster plan yang dimiliki masing-masing
institusi. Namun pada kenyataannya, pelaksanaan dan pelatihan kebencanaan belum sesuai
dengan perencanaan yang dibuat.
4.2 Saran
Penelitian seperti ini perlu dikembangkan dengan sumber yang lebih banyak untuk
mengetahui seberapa besar kesiapan rumah sakit di Indonesia dalam menghadapi bencana.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan banyak pihak dapat membantu dalam melaksanakan
pelatihan kebencanaan sesuai dengan panduan hospital disaster plan sehingga rumah sakit
dapat meningkatkan kesiapan dalam menghadapi kondisi bencana.
DAFTAR PUSTAKA
Delima, Mera. Yuliano, Aldo. 2021. Hospital Disaster Plan Dalam Perencanaan
Kesiapsiagaan Bencana. Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Journal). Diakses
melalui : https://jurnal.stikesperintis.ac.id/index.php/JKP
Choirrini, Syahri. Lestari, Fatma. 2018. Analisis Kesiapsiagaan Manajemen Bencana Rumah
Sakit Di Kota Cilegon Tahun 2018. Jakarta : Universitas Indonesia.