PROPOSAL SKRIPSI
Disusun oleh :
20101440120027
2020
LEMBAR PERSETUJUAN
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
20101440120027
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG........................................................................................1
1.2. RUMUSAN MASALAH...................................................................................2
1.3. TUJUAN PENELITIAN....................................................................................2
1.4. MANFAAT PENELITIAN................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
TINJAUAN TEORI...........................................................................................................4
2.1. BENCANA (DISASTER)..................................................................................4
2.2. KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT...........................4
2.3. PERAN PERAWAT...........................................................................................7
BAB III............................................................................................................................10
METODE PENELITIAN.................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
Bencana alam atau musibah yang menimpa di suatu negara dapat saja datang
secara tiba-tiba, sehingga masyarakat yang berada di lokasi musibah bencana,
tidak sempat melakukan antisipasi pencegahan terhadap musibah tersebut. Secara
geografis wilayah Indonesia terletak di dalam jalur lingkaran bencana gempa (ring
of fire), dimana jalur sepanjang 1.200 km dari Sabang sampai Papua merupakan
batas-batas tiga lempengan besar dunia yaitu: lempengan Indo-Australia, Eurasia
dan Pasifik akan berpotensi memicu berbagai kejadian bencana alam yang besar.
Indonesia juga berada pada tiga sistem pegunungan (Alpine Sunda, Circum
Pasifik dan Circum Australia). Indonesia memilki lebih 500 gunung berapi
diantaranya 128 statusnya masih aktif, dan merupakan negara kepulauan karena
2/3 ari luas indonesia adalah laut, memiliki hampir 5.000 sungai besar dan kecil
dan 30% diantaranya melintasi wilayah padat penduduk (Paidi, 2012).
Lebih-lebih indonesia kini termasuk dalam daftar negara paling beresiko bencana
(dilansir dari Badan Pencegahan Bencana PBB atau United Nations International
Strategy For Disaster Reduction). Dalam daftar ini negara-negara di Asia
mendominasi dan Indonesia berada di posisi sembilan bersama Bangladesh,
China, India dan Myanmar. Data disusun berdasarkan bencana sejak tahun 1977
sampai 2009, yang tidak hanya mengukur resiko bencana, namun juga
menunjukan kemampuan negara dan masyarakat di negara bersangkutan dalam
menanggulangi bencana. Tidak mengherankan bila Indonesia oleh masyarakat
1
Internasional dikenal sebagai supermarket bencana, karena hampir semua jenis
bencana ada di indonesia (Agus, 2009).
Profesi perawat bersifat luwes dan mencakup segala kondisi, dimana perawat
tidak hanya terbatas pada pemberian asuhan dirumah sakit saja melainkan juga
dituntut mampu bekerja dalam situasi gawat darurat bencana, Kegiatan
pertolongan medis dan perawatan dalam keadaan darurat bencana dilakukan oleh
profesi keperawatan. Berbekal pengetahuan dan kemapuan yang dimiliki seorang
perawat bisa melakukan pertolongan dalam berbagai bentuk.
2
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pelayanan keperawatan gawat darurat dalam menangani
respon pasien.
b. Menambah sedikit wawasan tentang kebencanaan supaya kita bisa siap
siaga dalam menghadapi jika sewaktu-waktu terjadi bencana.
1. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi tentang
manajemen keperawatan gawat darurat.
2. Bagi peneliti dan ilmu pengetahuan, penelitian ini akan menjadi acuan dan
sumber bacaan untuk penelitian-penelitian berikutnya.
3. Untuk tenaga kesehatan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
acuan bagaimana meningkatkan mutu kualitas pelayanan keperawatan saat
gawat darurat bencana.
4. Bagi peneliti sendiri, dapat dijadikan bahan masukan dan pembelajaran
yang bermanfaat untuk perkembangan keilmuan peneliti.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
pasien pada resusitasi, syok, trauma, ketidakstabilan multisistem, keracunan, dan
kegawatan yang mengancam jiwa.
5
Bentuk pelayanan ambulan yaitu pasien dari lokasi kejadian ke rumah sakit, dari
rumah sakit ke rumah, anatr rumah sakit, dengan kasus-kasus pasien,serangan
jantung, stroke, multipel trauma, ada hal yang harus diperhatikan yaitu:
6
menggunakan GCS, reaksi pupil serta motoric dari masing-masing anggota
gerak.
5. Basic Life Support
Adalah bantuan dasar untuk menyelamatkan hidup setelah terjadi henti
jantung dan henti nafas atau usaha yang dilakukan untuk mempertahankan
kehidupan pada saat penderita atau korban mengalami keadaan yang
mengancam jiwa, komunikasi di dalam melaksanakan kegiatan pelayanan
kasus gawat darurat memerlukan sebuah sistem komunikasi dimana sifatnya
adalah pembentukan jejaring pelayanan gawat darurat sehingga seluruh
kegiatan dapat berlangsung dalam satu sistem yang terpadu dan terkoordinasi
menjadi satu kesatuan kegiatan.
7
2. Kompetensi Kesiapsiagaan
Tahap kedua dari manajemen darurat adalah kesiapan. Kesiapan yang
dimaksud mengambil bentuk rencana atau prosedur yang dirancang untuk
menyelamatkan nyawa dan meminimalkan kerusakan ketika terjadi keadaan
darurat. Perencanaan, pelatihan, dan latihan bencana adalah elemen penting
dari kesiapsiagaan. Meskipun dasar kesiapsiagaan merencanakan jenis jenis
kegiatan yang akan terjadi sebelum, selama, dan segera setelah bencana
terjadi (Mistric & Sparling, 2010).
Hal-hal yang dilakukan perawat selama fase ini yaitu mengidentifikasi
praktik elis, praktik hukum dan akuntabilitas, kemampuan komunikasi dan
berbagai informasi, serta mempersiapkan rencana untuk penanganan bencana
dilapangan (Alfred et al., 2015). Perawat dapat mengenali tugas dan
fungsinya selama merespon masa bencana serta resiko terhadap diri dan
keluarga. Perawat juga berperan dalam melakukan komunikasi komando
terhadap perawat yang lain. Perawat utama ditunujuk berdasarkan
pengalaman dan kemampuan berfikir kritis. Perawat utama memberikan
intruksi penentuan lokasi evakuasi dan pertolongan sedangkan perawat
pelaksana lapangan memberikan informasi terkait kondisi dan situasi di
lapangan. Perawat harus bekerja dalam tim menentukan kebutuhan dalam
melakukan pertolongan pertama (kesiapan tim dan alat medis). Perawat
dituntut mampu menyiapkan diri dalam menghadapi situasi bencana. Terlepas
dari kondisi psikologis yang dialami perawat selama bencana, perawat harus
mampu bersikap profesional pada kondisi tersebut (Arrieta et al., 2008).
3. Kompetensi Respons
Fase ketiga manajemen bencana adalah fase respons. Tahap respons meliputi
tindakan yang diambil untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kerusakan
lebih lanjut selama dan segera setelah bencana atau situasi darurat. Fase
respon melibatkan penerapan rencana kesiapsiagaan ke dalam tindakan
(Mistric & Sparling, 2010).
Peran yang dilakukan perawat pada fase ini yaitu perawat berpartisipasi
dalam penyaluran dan pembagian distribusi bantuan yang tersedia kepada
8
pengungsi, merawat individu dan keluarga, perawatan psikologis dan
melakukan perawatan khusus pada populasi rentan (Alfred et al., 2015).
Perawat juga dituntut mampu mengidentifikasi pengungsi dengan kebutuhan-
kebutuhan khusus dikarenakan pemberian perawatan akan berbeda daripada
pengungsi biasa (Arrieta et al., 2008)
4. Kompetensi pemulihan atau rehabilitasi
Fase keempat dari manajemen bencana adalah fase pemulihan. Fase
pemulihan dibagi menjadi kegiatan jangka pendek dan jangka panjang.
Kegiatan jangka pendek didefinisikan sebagai kegiatan yang menawarkan
bantuan dan rehabilitasi segera. Untuk penyedia layanan kesehatan, kegiatan
jangka pendek meliputi bantuan kehidupan yang vital dan penyediaan
layanan yang diperlukan untuk kesejahteraan langsung pasien dan
kenyamanan dasar. Kegiatan jangka panjang bertujuan untuk memulihkan
kesehatan pasien sebanyak mungkin sehingga mereka dapat kembali ke
rutinitas kehidupan sehari-hari (Mistric & Sparling, 2010).
Pada fase ini peranan perawat meliputi pemulihan individu, keluarga, dan
komunitas jangka pendek dan panjang (Alfred et al., 2015). Hal yang
dilakukan perawat yaitu daoat melakukan inventarisasi persediaan tempat
penampungan dan logistik darurat. Dengan melakukan hal tersebut dapat
mempersiapkan kondisi penampungan jangka panjang (Arrieta et al., 2008).
9
BAB III
METODE PENELITIAN
10
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, H., (2011). Tanggap Darurat Bencana (Studi kasus : Tanggap Darurat
Bencana Gunung Api Merapi Kabupaten Sleman Tahun 2010) diunduh dari
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20271095-s466-tanggap%20darurat skripsi
Digital, Pada Tanggal 24 Desember 2020
11