Anda di halaman 1dari 14

KESIAPSIAGAAN PERAWAT DALAM SITUASI GAWAT DARURAT

BENCANA SEBAGAI UPAYA PENGABDIAN MASYARAKAT

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun oleh :

Denissa Dewi Shafna Bella

20101440120027

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIKES KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG

2020
LEMBAR PERSETUJUAN

KESIAPSIAGAAN PERAWAT DALAM SITUASI GAWAT DARURAT


BENCANA SEBAGAI UPAYA PENGABDIAN MASYARAKAT

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :

Denissa Dewi Shafna Bella

20101440120027

Telah disetujui oleh pembimbing utama dan pembimbing pendamping untuk


diseminarkan dalam seminar proposal jurusan keperawatan.

Semarang, Desember 2020

Pembimbing utama Pembimbing pendamping


DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG........................................................................................1
1.2. RUMUSAN MASALAH...................................................................................2
1.3. TUJUAN PENELITIAN....................................................................................2
1.4. MANFAAT PENELITIAN................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
TINJAUAN TEORI...........................................................................................................4
2.1. BENCANA (DISASTER)..................................................................................4
2.2. KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT...........................4
2.3. PERAN PERAWAT...........................................................................................7
BAB III............................................................................................................................10
METODE PENELITIAN.................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Bencana dapat diartikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis (BNPB, 2008).

Bencana alam atau musibah yang menimpa di suatu negara dapat saja datang
secara tiba-tiba, sehingga masyarakat yang berada di lokasi musibah bencana,
tidak sempat melakukan antisipasi pencegahan terhadap musibah tersebut. Secara
geografis wilayah Indonesia terletak di dalam jalur lingkaran bencana gempa (ring
of fire), dimana jalur sepanjang 1.200 km dari Sabang sampai Papua merupakan
batas-batas tiga lempengan besar dunia yaitu: lempengan Indo-Australia, Eurasia
dan Pasifik akan berpotensi memicu berbagai kejadian bencana alam yang besar.
Indonesia juga berada pada tiga sistem pegunungan (Alpine Sunda, Circum
Pasifik dan Circum Australia). Indonesia memilki lebih 500 gunung berapi
diantaranya 128 statusnya masih aktif, dan merupakan negara kepulauan karena
2/3 ari luas indonesia adalah laut, memiliki hampir 5.000 sungai besar dan kecil
dan 30% diantaranya melintasi wilayah padat penduduk (Paidi, 2012).

Lebih-lebih indonesia kini termasuk dalam daftar negara paling beresiko bencana
(dilansir dari Badan Pencegahan Bencana PBB atau United Nations International
Strategy For Disaster Reduction). Dalam daftar ini negara-negara di Asia
mendominasi dan Indonesia berada di posisi sembilan bersama Bangladesh,
China, India dan Myanmar. Data disusun berdasarkan bencana sejak tahun 1977
sampai 2009, yang tidak hanya mengukur resiko bencana, namun juga
menunjukan kemampuan negara dan masyarakat di negara bersangkutan dalam
menanggulangi bencana. Tidak mengherankan bila Indonesia oleh masyarakat

1
Internasional dikenal sebagai supermarket bencana, karena hampir semua jenis
bencana ada di indonesia (Agus, 2009).

Dalam situasi darurat bencana sering terjadi kegagapan penanganan dan


kesimpangsiuran informasi dan data korban maupun kondisi kerusakan, sehingga
mempersulit dalam pengambilan kebijakan untuk penanganan darurat bencana.
Sistem koordinasi juga sering kurang terbangun dengan baik, penyaluran bantuan,
distribusi logistik sulit terpantau dengan baik sehingga kemajuan kegiatan
penanganan tanggap darurat kurang terukur dan terarah secara obyektif. Situasi
dan kondisi di lapangan yang seperti itu disebabkan belum terciptanya mekanisme
kerja pos komando dan koordinasi tanggap darurat bencana yang baik, terstruktur
dan sistematis (Muhammadiyah Disaster Manajemen Center, 2011). Secara umum
manajemen siklus penanggulangan bencana meliputi : 1) kejadian bencana
(impact); 2) tanggap darurat (emergency response); 3) pemulihan (recovery); 4)
pembangunan (development); 5) pencegahan (preventation); 6)mitigasi
(mitigation); 7) kesiapsiagaan (preparedness), Kemenkes RI, (2006)

Profesi perawat bersifat luwes dan mencakup segala kondisi, dimana perawat
tidak hanya terbatas pada pemberian asuhan dirumah sakit saja melainkan juga
dituntut mampu bekerja dalam situasi gawat darurat bencana, Kegiatan
pertolongan medis dan perawatan dalam keadaan darurat bencana dilakukan oleh
profesi keperawatan. Berbekal pengetahuan dan kemapuan yang dimiliki seorang
perawat bisa melakukan pertolongan dalam berbagai bentuk.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti merumuskan permasalahan
sebagai berikut: “Apakah perawat siap dalam menghadapi situasi gawat darurat
bencana?”

1.3. TUJUAN PENELITIAN


1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kesiapsiagaan perawat dalam menangani korban
bencana baik di lokasi maupun dirumah sakit.

2
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pelayanan keperawatan gawat darurat dalam menangani
respon pasien.
b. Menambah sedikit wawasan tentang kebencanaan supaya kita bisa siap
siaga dalam menghadapi jika sewaktu-waktu terjadi bencana.

1.4. MANFAAT PENELITIAN


Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi tentang
manajemen keperawatan gawat darurat.
2. Bagi peneliti dan ilmu pengetahuan, penelitian ini akan menjadi acuan dan
sumber bacaan untuk penelitian-penelitian berikutnya.
3. Untuk tenaga kesehatan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
acuan bagaimana meningkatkan mutu kualitas pelayanan keperawatan saat
gawat darurat bencana.
4. Bagi peneliti sendiri, dapat dijadikan bahan masukan dan pembelajaran
yang bermanfaat untuk perkembangan keilmuan peneliti.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. BENCANA (DISASTER)


Menurut UU No.24 tahun 2007, pengertian bencana adalah peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor
buatan maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis
(Toha, 2007).

Pengertian bencana menurut International Strategy For Disaster Reduction (2004)


adalah suatu gangguan serius terhadap aktivitas di masyarakat yang
menyebabkan kerugian luas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi
atau lingkungan dan melampaui kemampuan masyarakat yang bersangkutan
untuk mengatasi dengan menggunakan sumber daya mereka sendiri. World
Health Organization (WHO), mendefinisikan bencana sebagai kejadian pada
suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian kehidupan
manusia serta memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermakna
sehingga membutuhkan bantuan luar biasa dari pihak luar. Sedangkan Hodgetts
& Jones (2002) mendefinisikan bencana dengan istilah “Major Incident”.”In
health service terms a major incident can be defined as any incident where the
location, number, severity, or type of live casualties requires extraordinary
resources”

2.2. KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


Keperawatan gawat darurat (Emergency Nursing) merupakan pelayanan
keperawatan yang komprehensif diberikan kepada pasien dengan injuri akut atau
sakit yang mengancam kehidupan. Sebagai seorang spesialis, perawat gawat
darurat menghubungkan pengetahuan dan keterampilan untuk menangani respon

4
pasien pada resusitasi, syok, trauma, ketidakstabilan multisistem, keracunan, dan
kegawatan yang mengancam jiwa.

Sistem pelayanan kegawatdaruratan bersifat darurat sehingga perawat dan tenaga


medis lainnya harus memiliki kemampuan, keterampilan, teknik serta ilmu
pengetahuan yang tinggi dalam membrikan pertolongan kegawatdaruratan kepada
pasien. Tujuan penanggulangan gawat darurat adalah mencegah kematian dan
cacat pada pasien gawat darurat hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam
masyarakat. Diharapkan dengan adanya pelayanan gawat darurat dapat
meminimalisir tingkat korban terhadap pasien korban gawat darurat serta dapat
merujuk pasien gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh
penanganan yang memadai. Ambulan gawat darurat juga berperan sebagai salah
satu bagian dari tim evakuasi bencana. Dengan keterlibatan petugas ambulan
gawat darurat dalam proses evakuasi korban bencana.

Sistem Penanggulangan Gawat Daurat Terpadu (SPGDT) merupakan sistem


dimana koordinasi merupakan unsur utama yang bersifat multisektor dan harus
ada dukungan dari berbagai profesi bersifat multidisiplin dan multiprofesi untuk
melaksanakan dan menyelenggarakan suatu bentuk layanan terpadu bagi
penderita gawat darurat, baik dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaan
bencana dan kondisi kejadian luar biasa. Prinsip dari SPGDT adalah memberikan
pelayanan yang cepat, cermat, dan tepat dimana tujuannya untuk menyelamatkan
nyawa dan mencegah kecacatan. Sistem pelayanan pra rumah sakit yaitu kejadian
kasus gawat darurat sehari hari yang sering ditemukan seprti korban kecelakaan,
bencana alam, dan kejadian luar biasa, maka yang perlu dilakukan pemerintah
adalah membentuk atau mendirikan pusat pelayanan yang bersifat umum dan
bersifat emergency dimana bentuknya merupakan suatu unit kerja yang disebut
publik safety center (PSC). PSC ini merupakan suatu unit kerja yang memberikan
pelayanan umum yang bersifat emergency, dan merupakan UPT Dinas kesehatan
kabupaten atau kota yang sehari-harinya secara operasional dipimpin oleh
seorang direktur.

5
Bentuk pelayanan ambulan yaitu pasien dari lokasi kejadian ke rumah sakit, dari
rumah sakit ke rumah, anatr rumah sakit, dengan kasus-kasus pasien,serangan
jantung, stroke, multipel trauma, ada hal yang harus diperhatikan yaitu:

1. Airway (jalan nafas)


Jika ada gangguan pada airway, maka harus ditangani segera karena airway
merupakan pembunuh tercepat, pada kasus multipel trauma, jika jalan nafas
tertutup yang mengakibatkan tidak ada oksigenisasi yang akan mengantarkan
makanan ke otak dan organ vital lainnya yang akan mengalami hipoksemia
dalam sel. Untuk mencegah hal tersebut maka petugas emergency harus
segera membuka airway dan memberikan tambahan ventilasi. Jalan nafas
yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik, pertukaran gas yang terjadi
pada saat bernafas mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida dari tubuh.
2. Breathing (pernafasan)
Normal pernafasan pada dewasa adalah 12 kali per menit, pada anak-anak 15-
30 kali per menit dan bayi baru lahir 30-50 kali per menit. Pada orang dewasa
abnormal 30/10 per menit.
3. Circulation
Adalh volume darah dan curah jantung atau cardiac output. Perdarahan
merupakan sebab utama kematian pasca bedah yang mungkin dapat diatasi
dengan terapi yang tepat dan cepat dirumah sakit. Ada tiga observasi yang
hitungan detik dapat memberikan informasi mengenai keaadaan
hemodynamic, yaitu tingkat kesadaran, warna kulit dan nadi. Pada kasus
taruma dikenal adanya perdarahan luar (eksternal) dan perdarahan dalam
(internal). Adapun perdarahan dalam yang dapat menyebabkan syok antara
lain rongga dada, abdomen, pelvis, tulang panjang, retriperitoneal.
4. Disability
Langkah selanjutnya setelah sirkulasi adalah disability atau dievaluasi
keadaan neurologi secara cepat. Yang dinilai adalah tingkat kesadaran

6
menggunakan GCS, reaksi pupil serta motoric dari masing-masing anggota
gerak.
5. Basic Life Support
Adalah bantuan dasar untuk menyelamatkan hidup setelah terjadi henti
jantung dan henti nafas atau usaha yang dilakukan untuk mempertahankan
kehidupan pada saat penderita atau korban mengalami keadaan yang
mengancam jiwa, komunikasi di dalam melaksanakan kegiatan pelayanan
kasus gawat darurat memerlukan sebuah sistem komunikasi dimana sifatnya
adalah pembentukan jejaring pelayanan gawat darurat sehingga seluruh
kegiatan dapat berlangsung dalam satu sistem yang terpadu dan terkoordinasi
menjadi satu kesatuan kegiatan.

2.3. PERAN PERAWAT


ICN dan beberapa referensi menjabarkan kompetensi yang dimiliki perawat pada
saat bencana.

1. Pencegahan atau Mitigasi


Mitigasi digambarkan sebagai landasan manajemen darurat. Mitigasi
didefinisikan tindakan berkelanjutan yang mengurangi atau menghilangkan
resiko jangka panjang bagi manusia dan harta benda dari bencana alam atau
buatan manusia dan dampaknya, mitigasi terjadi sebelum bencana. Mitigasi
meliputi kegiatan masyarakat untuk mencegah bencana, mengurangi
kemungkinan terjadinya bencana dan mengurangi kerusakan akibat bencana
(Mistric & Sparling, 2010).
Peran yang dilakukan perawat yaitu pengurangan resiko, pencegahan
penyakit dan promosi kesehatan serta pengembangan dan perencanaan
kebijakan. Dalam hal ini perawat melakukan kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain seperti organisasi masyarakat, pemerintah dan tokoh
masyarakat untuk melakukan pendidikan dan simulasi bencana dalam skala
besar (Alfared et al., 2015). Perawat juga memiliki peran dalam mempelajari
bencana berdasarkan pengalaman sebelumnya, perlu mencari tau kebijakan
bencana regional yang ada atau berlaku (Arrieta et al., 2008).

7
2. Kompetensi Kesiapsiagaan
Tahap kedua dari manajemen darurat adalah kesiapan. Kesiapan yang
dimaksud mengambil bentuk rencana atau prosedur yang dirancang untuk
menyelamatkan nyawa dan meminimalkan kerusakan ketika terjadi keadaan
darurat. Perencanaan, pelatihan, dan latihan bencana adalah elemen penting
dari kesiapsiagaan. Meskipun dasar kesiapsiagaan merencanakan jenis jenis
kegiatan yang akan terjadi sebelum, selama, dan segera setelah bencana
terjadi (Mistric & Sparling, 2010).
Hal-hal yang dilakukan perawat selama fase ini yaitu mengidentifikasi
praktik elis, praktik hukum dan akuntabilitas, kemampuan komunikasi dan
berbagai informasi, serta mempersiapkan rencana untuk penanganan bencana
dilapangan (Alfred et al., 2015). Perawat dapat mengenali tugas dan
fungsinya selama merespon masa bencana serta resiko terhadap diri dan
keluarga. Perawat juga berperan dalam melakukan komunikasi komando
terhadap perawat yang lain. Perawat utama ditunujuk berdasarkan
pengalaman dan kemampuan berfikir kritis. Perawat utama memberikan
intruksi penentuan lokasi evakuasi dan pertolongan sedangkan perawat
pelaksana lapangan memberikan informasi terkait kondisi dan situasi di
lapangan. Perawat harus bekerja dalam tim menentukan kebutuhan dalam
melakukan pertolongan pertama (kesiapan tim dan alat medis). Perawat
dituntut mampu menyiapkan diri dalam menghadapi situasi bencana. Terlepas
dari kondisi psikologis yang dialami perawat selama bencana, perawat harus
mampu bersikap profesional pada kondisi tersebut (Arrieta et al., 2008).
3. Kompetensi Respons
Fase ketiga manajemen bencana adalah fase respons. Tahap respons meliputi
tindakan yang diambil untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kerusakan
lebih lanjut selama dan segera setelah bencana atau situasi darurat. Fase
respon melibatkan penerapan rencana kesiapsiagaan ke dalam tindakan
(Mistric & Sparling, 2010).
Peran yang dilakukan perawat pada fase ini yaitu perawat berpartisipasi
dalam penyaluran dan pembagian distribusi bantuan yang tersedia kepada

8
pengungsi, merawat individu dan keluarga, perawatan psikologis dan
melakukan perawatan khusus pada populasi rentan (Alfred et al., 2015).
Perawat juga dituntut mampu mengidentifikasi pengungsi dengan kebutuhan-
kebutuhan khusus dikarenakan pemberian perawatan akan berbeda daripada
pengungsi biasa (Arrieta et al., 2008)
4. Kompetensi pemulihan atau rehabilitasi
Fase keempat dari manajemen bencana adalah fase pemulihan. Fase
pemulihan dibagi menjadi kegiatan jangka pendek dan jangka panjang.
Kegiatan jangka pendek didefinisikan sebagai kegiatan yang menawarkan
bantuan dan rehabilitasi segera. Untuk penyedia layanan kesehatan, kegiatan
jangka pendek meliputi bantuan kehidupan yang vital dan penyediaan
layanan yang diperlukan untuk kesejahteraan langsung pasien dan
kenyamanan dasar. Kegiatan jangka panjang bertujuan untuk memulihkan
kesehatan pasien sebanyak mungkin sehingga mereka dapat kembali ke
rutinitas kehidupan sehari-hari (Mistric & Sparling, 2010).
Pada fase ini peranan perawat meliputi pemulihan individu, keluarga, dan
komunitas jangka pendek dan panjang (Alfred et al., 2015). Hal yang
dilakukan perawat yaitu daoat melakukan inventarisasi persediaan tempat
penampungan dan logistik darurat. Dengan melakukan hal tersebut dapat
mempersiapkan kondisi penampungan jangka panjang (Arrieta et al., 2008).

9
BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode literatur review. Literatur review adalah


uraian tentang teori, temuan dan bahan penelitian lain yang diperoleh dari bahan
acuan untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian untuk menyusun kerangka
pemikiran yang jelas dari perumusan masalah yang ingin diteliti. Tujuan akhir
dari literatur review adalah untuk mendapatkan gambaran yang berkenaan dengan
apa yang sudah pernah dikerjakan orang lain sebelumnya. Literatur review disebut
juga tinjauan penelusuran pustaka merupakan langkah pertama untuk
pengumpulsn informasi yang relevan bagi penelitian dan berisi ulasan rangkuman
dan pemikiran penulis tentang beberapa sumber pustaka.

10
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, H., (2011). Tanggap Darurat Bencana (Studi kasus : Tanggap Darurat
Bencana Gunung Api Merapi Kabupaten Sleman Tahun 2010) diunduh dari
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20271095-s466-tanggap%20darurat skripsi
Digital, Pada Tanggal 24 Desember 2020

Mistric, M. L., & Sparling, T. A. (2010). Disaster Aftermath: A First Person


Perspective As A Responder And Caregiver. Critical Care Nursing Clinics Of
North America, 22(4), 523-524 Retrieved From
Http://Www.Sciencedirect.Com/Science/Article/Pii/S089958510000626

11

Anda mungkin juga menyukai