Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 DEFINISI
Lipoma adalah tumor jinak subkutis yang berisi jaringan lemak. (Siregar. 2002 :
268). Lipoma merupakan tumor mesenkim jinak (benign mesenchymal tumors) yang
berasal dari jaringan lemak (adipocytes).
Lipoma adalah suatu tumor (benjolan) jinak yang berada di bawah kulit yang
terdiri dari lemak. Biasanya lipoma dijumpai pada usia lanjut (40-60 tahun), namun
juga dapat dijumpai pada anak-anak. Karena lipoma merupakan lemak, maka dapat
muncul di manapun pada tubuh ini. Jenis yang paling sering adalah yang berada lebih
ke permukaan kulit (superficial). Biasanya lipoma berlokasi di kepala, leher, bahu,
badan, punggung, atau lengan. Jenis yang lain adalah yang letaknya lebih dalam dari
kulit seperti dalam otot, saraf, sendi, ataupun tendon.
Lipoma termasuk tumor jinak yang berasal dari jaringan lemak. Benjolan lunak,
berwarna kuning terang dan disekelilingi oleh kapsul yang tipis. Umumnya dapat
digerakkan dari dasar dan tidak disertai nyeri (nyeri timbul jika lipoma ditekan dan
dipijat). Pertumbuhannya lambat dan tidak pernah mengalami perubahan menjadi
ganas (meskipun type tumor ganas liposarkoma juga berasal dari jaringan lemak).
Kebanyakan berukuran kecil meskipun dapat membesar dengan diameter lebih dari 6
cm.
Tumor ini jarang berubah menjadi tumor ganas. Lipoma lebih sering ditemukan
pada wanita dan lebih sering tumbuh di lengan, batang tubuh dan leher bagian
belakang. Beberapa orang hanya memiliki 1 lipoma, sedangkan yang lainnya
memiliki beberapa buah lipoma.

1.2 ETIOLOGI
Penyebab lipoma tidaklah jelas, lipoma akan dideteksi setelah suatu luka-luka
atau kerugian. Tetapi tidak pasti apakah mereka disebabkan oleh trauma atau apakah
pendeteksian mereka hanya secara kebetulan. Lipoma juga cenderung untuk singgah
di keluarga-keluarga yang secara sejarah mereka memiliki masalah dengan tumor
jinak ini, faktor keturunan yang mungkin berperan dalam pengembangannya. Lipoma
cenderung terjadi pada satu keluarga, sehingga diyakini faktor genetis memiliki peran
penting dalam memicu terjadinya tumor lemak ini. Tidak selalu jika kita mempunyai
orangtua atau leluhur yang mempunyai lipoma ini, maka kita akan mempunyai
lipoma juga. Namun ada suatu sindrom yang disebut hereditary multiple lipomatosis,
yaitu seseorang yang mempunyai lebih dari 1 lipoma pada tubuhnya. Kegemukan
tidak menyebabkan terjadinya lipoma.
Lipoma timbul tidak selalu karena faktor keturunan, meskipun bisa tampak
seperti multipel lipomatosis herediter. Beberapa dokter percaya bahwa timbulnya
lipoma biasanya dipicu oleh trauma kecil pada daerah terkait (minor injury). Tidak
ada keterkaitan antara pertumbuhan lipoma dengan kelebihan BB (over weight)
Biasanya tidak memerlukan pengobatan, kecuali jika menimbulkan rasa nyeri,
mengganggu pergerakan dan secara kosmetik memberikan rasa tidak nyaman. Jika
kapsul tidak secara keseluruhan terangkat, kadang-kadang setelah pembedahan
lipoma dapat timbul kembali (angka kekambuhan kurang dari 5 %). Lipoma dapat
diambil dengan cara pembedahan (eksisi), atau liposuction. Liposuction biasanya
diperuntukkan untuk lipoma ukuran besar. Menghasilkan bekas sayatan luka operasi
yang minimal / sangat kecil tapi tidak dapat mengangkat keseluruhan kapsul lipoma
sehingga dapat menyebabkan kekambuhan (lipoma tumbuh kembali).

1.3 KLASIFIKASI
1. Lipoma soliter (paling sering)
Kebanyakan lipoma soliter adalah superfisial dan berukuran kecil. Lipoma soliter
bisa tumbuh dengan kenaikan berat badan dan tidak menghilang apabila berat badan
diturunkan.
2. Diffuse Kongenital Lipoma
Lipoma diffuse dengan batas tidak tegas biasanya berlokasi pada daerah belakang
badan. Tumor ini sering meluas ke dalam otot maka kurang memberikan hasil yang
baik dengan reseksi local. Tumor ini terdiri dari jaringan lemak yang immature.
3. Lipomatosis simetris (Madelung)
Sering dijumpai pada daerah kepala, leher, bahu dan proximal extremitas atas.
Pada anamnesa sering terdapat riwayat mengkomsumsi alkohol atau penyakit
diabetes mellitus.
4. Familial lipomatosis multiple
Ditandai dengan beberapa benjolan kecil dengan batas tegas dan "berkapsul".
Biasanya terdapat pada daerah extremitas dan timbul setelah pubertas. Pada anamnesa
didapatkan riwayat penyakit yang sama pada keluarga .
5. Penyakit Dercum ( adiposis dolorosa)
Lipoma yang menimbulkan rasa nyeri. Biasanya dijumpai pada wanita
postmenopausa yang obese ,alcoholism, ketidakstabilan emosi dan depresi berasosiasi
dengan penyakit ini .
6. Angiolipoma
Angiolipoma adalah nodul subkutan yang kenyal dan nyeri. Tumor ini lebih keras
daripada lipoma biasa dan multilobulasi.
7. Hibernomas
Tumor ini tumbuh soliter, nodul yang berbatas tegas dan biasanya asimptomatik.
Biasanya dijumpai pada regio interskapula, axilla, colli dan mediastinum. Secara
histologik, hibernomas terdiri dari lipoblast coklat yang dikenali sebagai mulberry
cells.

1.4 MANIFESTASI KLINIS


Lipoma bersifat lunak pada perabaan, dapat digerakkan, dan tidak nyeri.
Pertumbuhannya sangat lambat dan jarang sekali menjadi ganas. Lipoma kebanyakan
berukuran kecil, namun dapat tumbuh hingga mencapai lebih dari diameter 6 cm.
Manifestasi klinis lipoma antara lain :
1. Lokasi : Lipoma terletak di bawah kulit dan tidak menonjol. Lipoma sering terjadi
di leher, punggung, lengan dan paha.
2. Rasa : Lipoma jika disentuh terasa empuk dan mudah bergerak jika sedikit ditekan
dengan jari.
3. Ukuran : Paling sering lipoma berukuran kecil, dengan diameter kurang dari 2 inci
(5 cm). Tapi lipoma dapat tumbuh besar dengan diameter mencapai lebih dari 4
inci (10 cm).
4. Sakit : Lipoma bisa juga menyakitkan jika tumor lemak ini tumbuh dan ditekan di
dekat saraf, atau jika mengandung banyak pembuluh darah. Karena
pertumbuhannya lambat, Anda mungkin baru tahu memiliki lipoma setelah
bertahun-tahun.
Lipoma tidaklah serius dan tidak menyebabkan permasalahan atau gejala.
Tumor ini tumbuh sangat pelan. Kadang-kadang suatu lipoma di bawah kulit dapat
tidak enak dipandang jika tumbuh menjadi beberapa centimeter ke seberang. Jarang,
suatu lipoma menekan struktur yang lain dan menyebabkan masalah. Contohnya, jika
orang menekan suatu syaraf mungkin menyebabkan sakit. Juga, jarang, suatu lipoma
berkembang di dalam memusnahkan dinding dan permasalahan penyebab seperti
sakit atau suatu kemacetan menyangkut saluran usus.

1.5 PATOFISIOLOGI
Lipoma adalah neoplasma jaringan lunak jinak yang paling sering terjadi pada
orang dewasa, yaitu sekitar 1% populasi. Lipoma paling sering ditemukan antara usia
40-60 tahun. Neoplasma ini jinak tumbuh lambat yang terdiri dari sel-sel lemak
matang. Di mana tampak metabolik sel-sel lipoma berbeda dari sel normal meskipun
sel-sel tersebut secara histologis serupa. Jaringan lemak berasal dari jaringan ikat
yang berfungsi sebagai depot lemak. Jaringan lemak ini adalah jaringan yang spesial
terdiri dari sel spesifik yang mempunyai vaskularisasi tinggi, berlobus dan berfungsi
sebagai depot lemak untuk keperluan metabolisme. Sel-sel lemak primitif biasanya
berupa butir-butir halus di dalam sitoplasma. Sel ini akan membesar seperti mulberry
sehingga akhirnya derajat deposisi lemak menggeser inti ke arah perifer.
Jaringan lemak berasal dari sel-sel mesenkim yang tidak berdifferensiasi yang
dapat ditemukan di dalam tubuh. Beberapa sel-sel ini menjadi jaringan sel lemak
yang matang membentuk lemak dewasa.
Terjadinya suatu lipoma dapat juga disebabkan oleh karena adanya gangguan
metabolisme lemak. Pada lipoma terjadi proliferasi baik histologi dan kimiawi,
termasuk komposisi asam lemak dari jaringan lemak normal. Metabolisme lemak
pada lipoma berbeda dengan metabolisme lemak normal, walaupun secara histologi
gambaran sel lemaknya sama. Pada lipoma dijumpai aktivitas lipoprotein lipase
menurun. Lipoprotein lipase penting untuk transformasi lemak di dalam darah. Oleh
karena itu asam lemak pada lipoma lebih banyak dibandingkan dengan lemak normal.
Hal ini dapat terjadi bila seseorang melakukan diet, maka secara normal depot lemak
menjadi berkurang, tetapi lemak pada lipoma tidak akan berkurang bahkan bertambah
besar. Ini menunjukkan bahwa lemak pada lipoma bukan merupakan lemak yang
dibutuhkan oleh tubuh. Apabila lipoma membesar akan tampak sebagai suatu
penonjolan yang dapat menekan jaringan di sekitarnya.
Parameter-parameter yang penting untuk menentukan penatalaksanaan
klinisnya adalah:
1. Ukuran makin besar massa tumor, makin buruk hasil akhirnya.
2. Klasifikasi histologi dan penentuan stadium (grading) yang akurat (terutama
didasarkan pada derajat diferensiasinya), dan perkiraan laju pertumbuhan yang
didasarkan pada mitosis dan perluasaan nekrosis.
3. Staging.
4. Lokasi tumor. Makin superfisial, prognosis makin baik.
Web Of Cautiom

Trauma Genetika Faktor lain

Gangguan metabolisme lemak

Lipoma Pembedahan

Penurunan lipoprotein lipase


Intra Op Pre Op Post Op

Asam lemak meningkat Penggunaan


Kurang Inkontinuitas
obat anastesi
pengetahuan jaringan
Lipoma membesar
Penurunan
kesadaran Ansietas Nyeri Laserasi
Nyeri Penonjolan daerah sekitar

Resiko cidera Resiko


infeksi

1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan fisik diawali dengan melakukan inspeksi. Pada pemeriksaan fisik
dapat digunakan kaca pembesar apabila diperlukan. Pemeriksaan ini mutlak
dilakukan pada ruangan terang. Anamnesis dapat dilakukan bersamaan dengan
inspeksi. Perlu juga ditanyakan apakah keluhan ada di tempat lain, oleh karena itu,
inspeksi seluruh kulit tubuh juga penting untuk dilakukan.
Pada inspeksi diperhatikan lokalisasi, warna, bentuk, ukuran, penyebaraan,
batas, dan effloresensi yang khusus. Setelah inspeksi dilakukan palpasi dan
ditanyakan kepada pasien apakah ada nyeri tekan yang dirasakan. Pada pemeriksaan
ini diperhatikan adanya tanda-tanda radang akut atau tidak.
Diagnosis lipoma dapat dilakukan dengan pemeriksaan sederhana, namun jika
lipoma besar dan menyakitkan maka dapat dilakukan tes untuk mengkonfirmasi
bahwa benjolan tersebut tidak bersifat kanker. Pemeriksaan yang bisa dilakukan
yakni biopsi, computed tomography (CT Scan), atau Magnetic Resonance Imaging
(MRI). Biopsi adalah prosedur dimana sepotong kecil jaringan lemak diambil dari
lipoma sehingga dapat diperiksa di bawah mikroskop untuk tanda-tanda kanker. MRI
menggunakan magnet, gelombang radio dan komputer untuk mengambil serangkaian
gambar yang sangat jelas, detail gambar. MRI telah terbukti akurat dalam
pemeriksaan, namun pemeriksaan ini mahal. Dengan MRI jaringan lunak seperti
lipoma dapat terlihat dengan jelas. MRI menunjukkan hasil yangk 100% sensitif,
spesifik dan akurat dalam mengidentifikasi adanya tumor jaringan lunak. Seperti
MRI, CT scan adalah prosedur yang juga dapat membuat serangkaian gambar yang
mendetail, namun tidak lebih akurat dari MRI.

1.7 KOMPLIKASI
Komplikasi pengangkatan lipoma memang jarang terjadi, diantaranya adalah
infeksi, memar, cedera pada jaringan saraf atau pembuluh darah sekitar, perubahan
bentuk, cedera otot, emboli lemak, terbentuk luka parut bekas operasi, osteomielitis,
atau kekambuhan.

1.8 PENATALAKSANAAN
1.8.1 Medis
Pada dasarnya lipoma tidak perlu dilakukan tindakan apapun, kecuali
berkembang menjadi nyeri dan mengganggu pergerakan. Biasanya seseorang
menjalani operasi bedah untuk alasan kosmetik. Operasi yang dijalani merupakan
operasi kecil, yaitu dengan cara menyayat kulit diatasnya dan mengeluarkan lipoma
yang ada. Namun hasil luka operasi yang ada akan sesuai dengan panjangnya sayatan.
Untuk mendapatkan hasil operasi yang lebih minimal, dapat dilakukan liposuction.
Sekarang ini dikembangkan tehnik dengan menggunakan gelombang ultrasound
untuk menghansurkan lemak yang ada. Yang perlu diingat adalah jika lipoma yang
ada tidak terangkat seluruhnya, maka masih ada kemungkinan untuk berkembang lagi
di kemudian hari.
Terapi medis termasuk eksisi endoskopik tumor di traktus gastrointestinal
bagian atas (misalnya: esophagus, perut (stomach), dan duodenum) atau colon.
Pembedahan (complete surgical excision) dengan kapsul sangatlah penting untuk
mencegah kekambuhan setempat (local recurrence). Terapi tergantung lokasi tumor.
Pada lokasi yang tidak biasanya, pemindahan lipoma menyesuaikan tempatnya.
1. Pemindahan setempat diindikasikan pada lipoma di dekat saluran nafas utama
(major airways). Lipoma paru-paru memerlukan resection parenkim paru-paru
atau saluran pernafasan yang terlibat (the involved airway).
2. Pemindahan setempat (Local removal) diindikasikan pada lipoma usus (intestinal
lipomas) yang menyebabkan obstruction.
3. Jika lipoma esophagus tidak dapat dipindahkan dengan endoskopi, maka
diperlukan pembedahan (surgical excision).
4. Lipoma pada payudara (breast lipomas) dihilangkan jika pada dasarnya
meragukan.
5. Lipoma usus, khususnya duodenum, sebaiknya dihilangkan baik secara endoskopi
maupun pembedahan karena dapat menyebabkan obstruction, jaundice, atau
perdarahan (hemorrhage).
6. Lipoma pada vulva dapat dihilangkan di tempat (locally excised).

1.8.2 Keperawatan
1. Manajemen nyeri

Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam,


visualisasi, dan bimbingan imajinasi) dan farmakologi (pemberian analgetika).

2. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif


3. Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan
dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli
psikologi atau rohaniawan.
4. Memberikan nutrisi yang adekuat

Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping
kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetika
dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi
parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.

5. Pendidikan kesehatan

Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan


terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.
(Smeltzer. 2001).

1.9 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1.9.1 Pengkajian
1.9.1.1 Pre operatif
Subyektif:
1) Keluhan nyeri pada daerah yang terdapat benjolan.
2) Nyeri tekan pada daerah sekitar benjolan.
3) Pembengkakkan/kemerahan.
4) Gangguan pada fungsi organ sekitar.
5) Cemas.
6) Suara serak.
Pemahaman tentang pembedahan termasuk:
1) Prosedur tindakan.
2) Pelaksana tindakan.
3) Resiko selama dan setelah tindakan.
4) Obat anestesi.
Obyektif:
1) Nafas bau.
2) Wajah tampak tegang, gelisah, tremor.
3) Teraba massa.
4) Perubahan tanda-tanda vital.
5) Kesiapan dan kemampuan untuk belajar menyerap informasi.
1.9.1.2 Intra operatif
1) Identifikasi pasien
2) Validasi data yang dibutuhkan dengan pasien
3) Telaah cacatan pasien terhadap adanya :
a. Informed consent yang benar dengan tanda tangan pasien
b. Kelengkapan catatan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
c. Hasil pemeriksaan diagnostik
d. Kelengkapan riwayat dan pengkajian masyarakat
e Checklist pra operasi
Lengkapi pengkajian keperawatan pra operasi segera, meliputi : status
fisiologi (misalnya tingkat sakit, tingkat kesadaran), status psikososial (misalnya
ekspresi kekhawatiran, tingkat ansietas, masalah komunikasi verbal, mekanisme
koping) dan status fisik (misalnya tempat operasi, kondisi kulit dan efektifitas
persiapan, pencukuran dan sendi tidak gerak).
1.9.1.3 Post operatif
Subyektif:
1. Nyeri
2. Mual
3. Kedinginan
Obyektif:
1) Perubahan tanda-tanda vital
2) Respon yang lazim terhadap nyeri
3) Hipotermi.

1.9.2 Diagnosa keperawatan


1.9.2.1 Pre operatif
1) Resiko infeksi b.d proses inflamasi.
2) Ansietas b.d ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap perubahan
status kesehatan, ancaman terhadap pola interaksi dengan orang yang
berarti, krisis situasi atau krisis maturasi.
3) Proses keluarga, perubahan b.d terapi yang kompleks,
hospitalisasi/perubahan lingkungan, reaksi orang lain terhadap perubahan
penampilan.
1.9.2.2 Intra operatif
1. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (luka insisi)
2. Resiko cedera berhubungan dengan kondisi lingkungan eksternal misal
struktur lingkungan, pemajanan peralatan, instrumensasi dan penggunaan
obat-obat anestesi
1.9.2.3 Post operatif
2. Nyeri b.d prosedur pembedahan, trauma jaringan, interupsi saraf, diseksi
otot.
3. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d pembedahan, efek radiasi dan
kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.
4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum, gangguan neuromuscular,
nyeri.

1.9.3 Intervensi keperawatan


1.9.3.1 Pre operatif
1. Resiko infeksi berhubungan dengan proses inflamasi.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil :
a) Suhu tubuh dalam batas normal
b) Tidak ada tanda inflamasi
c) Keringat berkurang.

Intervensi / Rasional :
a) Beri penjelasan tentang terjadinya infeksi.
R / klien mengetahui proses terjadinya infeksi.
b) Beritahu klien tentang tanda-tanda inflamasi.
R / klien mengetahui tanda-tanda inflamasi dan pencegahannya.
c) Beri kompres basah.
R / menurunkan suhu tubuh klien.
d) Anjurkan klien untuk memakai baju yang menyerap keringat.
R / agar keringat mudah diserap dan suhu tubuh tidak meningkat.\
e) Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat.
R / diharapkan dapat mempercepat proses kesembuahn pasien.
2. Ansietas adalah suatu keresahan, perasaan ketidaknyamanan yang tidak
mudah atau dread yang disertai dengan respons autonomis ; sumbernya
seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu ; perasaan
khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.ini merupakan
tanda bahya yang memperingatkan bahaya yang akan terjadi dan
memampukan individu untuk membuat pengukuran untuk mengatasi
ancaman.
Tujuan: ansietas berkurang/terkontrol.
Kriteria hasil :
a) klien mampu merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang
membuat stress
b) klien mampu mempertahankan penampilan peran.
c) klien melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori.
d) klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.
e) tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan.
Intervensi:
3. Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.
R/ memudahkan intervensi.
4. Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi ansietas
di masa lalu.
R/ mempertahankan mekanisme koping adaftif, meningkatkan
kemampuan mengontrol ansietas.
5. Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan.
R/ pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk
mengeksternalisasikan kecemasan yang dirasakan.
6. Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini,
harapan-harapan yang positif terhadap terapy yang dijalani.
R/ alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan
untuk mengurangi kecemasan.
7. Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas sehari-hari
meskipun dalam keadaan cemas.
R/ menciptakan rasa percaya dalam diri pasien bahwa dirinya mampu
mengatasi masalahnya dan memberi keyakinan pada diri sendri yang
dibuktikan dengan pengakuan orang lain atas kemampuannya.
8. Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.
R/ menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.
9. Sediakan informasi faktual (nyata dan benar) kepada pasien dan keluarga
menyangkut diagnosis, perawatan dan prognosis.
R/ meningkatkan pengetahuan, mengurangi kecemasan.
10. Kolaborasi pemberian obat anti ansietas.
R/ mengurangi ansietas sesuai kebutuhan.
1.9.3.2 Intra operatif
a. Memberikan dukungan emosional
Kesejahteraan emosional pasien harus dijaga selama operasi. Sebelum di
anestesi perawat bertanggung jawab untuk membuat pasien nyaman dan tidak cemas.
Bila pasien sadar atau bangun selama prosedur pembedahan,perawat bertugas
menjelaskan prosedur tindakan yang dilakukan, memberikan dukungan psikologis
dan meyakinkan pasien. Ketika pasien sadar dari pengaruh anestesi, penjelasan dan
pendidikan kesehatan perlu dilakukan. Hal ini dilakukan terhadap semua pasien,
terutama pada operasi dengan sistem anestesi lokal dan regional. Pemantauan kondisi
pasien pasien akan mempengaruhi kondisi fisik dan kerja sama pasien.
b. Mengatur posisi yang sesuai
Pengaturan posisi yang sesuai diperlukan untuk memudahkan pemedahan dan
juga untuk menjamin keamanan fisiologi pasien.
Posisi yang diberikan pada saat pembedahan disesuaikan dengan kondisi pasien.
c. Mempertahankan keadaan asepsis dalam pembedahan
Perawat bertanggung jawab untuk mempertahankan keadaan asepsisi selama
operasi berlangsung. Perawat bertangung jawab terhadap kesterila alat dan bahan
yang diperlukan dan juga bertanggung jawab terhadap seluruh anggota tim operasi
dalam menerapkan prinsip steril. Jika sesuatu yang dianggap tidak seril menyentuh
daerah yang steril, maka instrumen yang terkontaminasi, maka instrumen yang
terkontaminasi juga harus diganti.
d. Menjaga kestabilan temperatur pasien
Temperatur di kamar operasi dipertahankan pada suhu standar kamar operasi
dan kelembabannya diatur untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Pasien biasanya
merasakan kedinginan dikamar operasi jika tidak di berikan selimut yang sesuai.
Kehilangan panas pada pasiien berasal dari kulit dan daerah yang terbuka untuk
dilakukan operasi. Ketuka jaringan tidak tertutup kulit akan terekspose oleh udara,
sehingga akan terjasi kehilangan panas yang berlebihan. Pasien harus dijaga sehangat
mungkin untuk meminimalkan kehilangan panas tanpa menyebabkna vasodilatasi
yang justru menyebabkan bertambahnya pendarahan.
e. Memonitor terjadinya hipertermi malignan
Diperlukan untuk mencegah terjadinya komplikasi berupa kerusakan sistem
saraf pusat atau bahkan kematian. Monitoring secara kontinyu diperlukan untuk
menentukan tindakan pencegahan dan penanganan sedini mungkin sehingga tidak
menimbulkan komplikasi.
1.9.3.3 Post operatif
1) Nyeri b.d prosedur pembedahan, trauma jaringan, interupsi saraf, diseksi
otot.
Tujuan: keluhan nyeri berkurang/hilang
Kriteria hasil:
a) Tampak rileks
b) Mampu tidur atau istirahat dengan tepat
c) Mengekspresikan penurunan nyeri
Intervensi:
a) Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya, dan intensitas (skala
0-10)
R/ mengetahui lokasi, lamanya, dan intensitas nyeri.
b) Bantu pasien menemukan posisi nyaman
R/ klien merasa nyaman terhadap posisinya.
c) Berikan tindakan kenyamanan dasar teknik relaksasi
R/ mengurangi nyeri.
d) Sokong dada saat latihan nafas dalam
R/ membantu pengembangan paru lebih maksimal.
e) Berikan obat nyeri yang tepat pada jadwal teratur sebelum nyeri
berat dan sebelum aktivitas dijadwalkan
R/ mengurangi rasa nyeri.
2) Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d pembedahan, efek radiasi dan
kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.
Tujuan : menghindari terjadinya kerusakan integritas kulit
Kriteria hasil:
a) Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan
kondisi spesifik
b) Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan
penyembuhan.
Intervensi:
a) Kaji integritas kulit untuk melihat adanya efek samping therapi
kanker, amati penyembuhan luka.
R/ Memberikan informasi untuk perencanaan asuhan dan
mengembangkan identifikasi awal terhadap perubahan integritas kulit.
b) Anjurkan klien untuk tidak menggaruk bagian yang gatal.
R/ Menghindari perlukaan yang dapat menimbulkan infeksi.
c) Ubah posisi klien secara teratur.
R/ Menghindari penekanan yang terus menerus pada suatu daerah
tertentu.
d) Berikan advise pada klien untuk menghindari pemakaian cream kulit,
minyak, bedak tanpa rekomendasi dokter.
R/ Mencegah trauma berlanjut pada kulit dan produk yang kontra
indikatif.
3) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum, gangguan neuromuscular,
nyeri.
Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas ringan atau total.
Kriteria hasil :
a) Perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
b) Klien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas
tanpa dibantu.
c) Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.
Intervensi:
a) Rencanakan periode istirahat yang cukup.
R/ mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul
dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secara optimal.
b) Berikan latihan aktivitas secara bertahap.
R/ tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara
perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat,
mobilisasi dini.
c) Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.
R/ mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan klien pulih
kembali.
d) Setelah latihan dan aktivitas kaji respons klien.
R/ menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai
akibat dari latihan.
1.9.4 Implementasi pre, intra dan post operatif
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat
dan klien. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah
intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana.

1.9.5 Evaluasi pre, intra dan post operatif


Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap keperawatan yang
diberikan. Hal-hal yang dievaluasi adalah keakuratan, kelengkapan dan kualitas data,
teratasi atau tidaknya klien serta pencapaian tujuan dan ketepatan intervensi
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilyn C, 2012, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Jakarta:
EGC.

Hadi, Umar. 2013. Lipoma. [Internet]. Tersedia dalam:


http://umarberita.blogspot.com/2013/01/lipoma.html. Diakses pada tanggal 20
maret 2014.

Khanza. 2011. Soft Tissue Tumor. [Internet]. Tersedia Dalam:


Http://Doktermaya.Wordpress.Com/2011/12/10/Soft-Tissu-Tumor/. Diakses
pada tanggal 20 maret 2014.

Siregar. 2002. Saripati Penyakit Kulit, Edisi 2. Jakarta : EGC. [Internet]. Tersedia
dalam: http://blog.asuhankeperawatan.com/materilengkap/. Diakses pada
tanggal 20 maret 2014.

Smeltzer, Bare, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Jakarta: EGC.

Z3roCool. 2009. Askep Eksterpasi Lipoma. [Internet]. Tersedia dalam:


http://blogkugratis.blogspot.com/2009/09/askep-eksterpasi-lipoma_21.html.
Diakses pada tanggal 20 maret 2014.

Anda mungkin juga menyukai