Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN GERONTIK

Pengkajian Status Gizi Dan Kebutuhan Nutrisi pada Lansia

Kelompok 4A :
1. Anisa Khamillah Gunanto
2. Mita Hanum Ariasari
3.Tika Septiana Widodo
4. Natasyah Shalsabilah
5. Septha Dwi Ochtiasty
6. Yulia Angraini
Proses penuaan adalah peristiwa yang normal dan alamiah yang
dialami oleh setiap individu seiring dengan menuainya seseorang laju
kematian akibat penyakit semakin meningkat terutama menurunnya
kemampuan lansia berespon terhadap stres baik stres fisik maupun
psikologis.
Gizi memegang peranan penting dalam kesehatan usia lanjut.
Masalah kekurangan gizi sering di alami oleh usia lanjut sebagai akibat
dari menurunnya nafsu makan karena penyakit yang di deritanya. Selain
masalah kekurangan gizi,masalah obesitas(kegemukan juga sering
dialami oleh usia lanjut.
A. Konsep Gizi Pada Lansia

Gizi sangat dibutuhkan bagi usia lanjut untuk mempertahankan kualitas hidupnya. Bagi
lanjut usia yang mengalami gangguan gizi diperlukan untuk penyembuhan dan mencegah agar
tidak terjadi komplikasi pada penyakit yang dideritanya.Gizi merupakan unsur penting bagi
kesehatan tubuh dan gizi yang baik (Darmojo, 2011).
Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu dalam
proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya selain
itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia.
Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan fisik.
Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk malakukan kegiatan tubuh dalam keadaan
istirahat, misalnya untuk jantung, usus, pernafasan dan ginjal .
zat gizi dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu:

1. Kelompok zat energi, termasuk ke dalam kelompok ini adalah:


a. Bahan makanan yang mengandung karbohidrat seperti beras, jagung, gandum, ubi,
roti, singkong dil, selain itu dalam bentuk gula seperti gula. sirup, madu dll.
b. Bahan makanan yang mengandung lemak seperti minyak, santan, mentega,
margarine, susu dan hasil olahannya.
2. Kelompok zat pembangun Kelompok ini meliputi makanan-makanan yang banyak
mengandung protein, baik protein hewani maupun nabati, seperti daging, ikan, susu,
telur, kacangkacangan dan olahannya.
3. Kelompok zat pengatur Kelompok ini meliputi bahan-bahan yang banyak
mengandung vitamin dan mineral, seperti buah-buahan dan sayuran.
B. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Lansia
1. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong
2. Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam, dan pahit.
3. Rasa lupar menurun, asam lambung menurun.
4. Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi.
5. Penyerapan makanan di usus menurun.
C. Permasalahan Gizi Pada Lansia
1. Gizi Berlebih
Banyak terjadi di negara bagian barat dan kota besar. Berat badan berlebih dapat diakibatkan
karena kebiasaan makan yang banyak saat muda dan pada lansia kalori yang digunakan berkurang
karena aktivitas fisiknya berkurang kegemukan adalah salah satu penyebab terjadinya berbagai
penyakit seperti jantung, darah tinggi dan kencing manis.
2. Gizi Kurang
Terjadinya kekurangan gizi disebabkan oleh masalah sosial ekonomi dan gangguan penyakit. Berat
badan yang kurang dari normal dapat disebabkan karena rendahnya konsumsi kalori dalam tubuh,
dan bila kekurangan protein dapat menyebabkan kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki. Hal
tersebut mengakibatkan kerontokan rambut, penurunan daya tahan tubuh, dan mudah terkena infeksi.
3. Kekurangan Vitamin
Kurang mengkonsumsi buah, sayur serta protein dapat mengakibatkan kulit kering. lesu, tidak
semangat, kurang nafsu makan, serta penurunan penglihatan.
D. Penilaian Status Gizi Lansia
Beberapa Indeks Antropometri pada Lansia Serta Cara Perhitungannya:
Indeks Antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter. Indeks antropometri merupakan rasio
dari suatu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran. Untuk mengkaji status gizi secara akurat,
beberapa pengukuran secara spesifik juga diperlukan dan pengukuran ini mencakup Umur, BB (Berat
Badan), TB (tinggi badan). Lingkar Kepala, BMI atau IMT (Indeks Masa Tubuh), Berat Badan Relatif
(BBR), dan Rasio Pinggang Panggul (LPP). Lingkaran Perut, Lipatan Triscp, LLA dan LOLA
Untuk pengukuran anthropometri pada lansia digunakan pengukuran yaitu:
1. Umur (Tahun)
2. BB (Berat Badan)
3. TB (tinggi badan)
Jika seorang lansia masih sehat dan dapat berdiri tegak maka pengukuran tinggi badan dapat dilakukan
dengan mikrotoise. Namun apabila seorang lansia tersebut sudah tidak dapat berdiri tegak diperlukan alat
untuk mengukur tinggi badan yaitu tinggi lutut dan panjang depan :
● . Pengukuran tinggi badan dengan tinggi
Tinggi lutut crat kaitannya dengan tinggi badan, sehingga data tinggi badan didapatkan
dari tinggi lutut bagi orang tidak dapat berdiri atau lansia. Pada lansia digunakan tinggi
lutut karena pada lansia terjadi penurunan masa tulang (bungkuk) sukar untuk
mendapatkan data tinggi badan akurat.
Data tinggi badan lansia dapat menggunakan formula atau nomogram bagi orang yang
berusia 59 tahun.
Formula (Gibson, RS: 1993)
Pria = (2.02x tinggi lutur (cm)) - (0.04 x umur (tahun)) + 64.19.
Wanita = (1,83 x tinggi lutut (cm)) - (0.24 x umur (tahun)) + 84.88
2. Pengukuran tinggi badan dengan panjang depa Panjang depan relative kurang dipengaruhi oleh
pertambahan usia. Pada kelompok lansia terlihat adanya penurunan nilai panjang depan yang lebih
lambat dibandingkan dengan penurunan tinggi badan sehingga dapat disimpulkan bahwa panjang
depan cenderung tidak banyak berubah sejalan penambahan usia. Panjang depan direkomendasikan
sebagai parameter prediksi tinggi badan, tetapi tidak seluruh populasi memiliki hubungan 1:1 antara
panjang depan dan tinggi badan.
Formula:
Pria = 118,24 + (0,28 x Panjang Depa) - (0.07 x Umur) cm
Wanita = 63.18 + (0.63 x Panjang Depa) - (0.17 x Umur) cm
3. BMI atau IMT (Indeks Masa Tubuh)
Body Mass Index (BMI) atau dalam bahasa Indonesia disebut Indeks Masa Tubuh (IMT) adalah
sebuah ukuran "herat terhadap tinggi badan yang umum digunakan untuk menggolongkan orang
dewasa ke dalam kategori Underweight (kekurangan berat badan). Overweight (kelebihan berat
badan) dan Obesitas (kegemukan).
IMT = BB (kg) / (m)
4. Lingkaran Perut
Pengukuran lingkaran perut (waist circumference) kini menjadi metode paling populer
kedua (sesudah IMT) untuk menentukan status gizi. Cara pengukuran lingkaran perut ini
dapat membedakan obesitas menjadi jenis perifer (obesitas tipe gynoid), abdominal
(obesitas tipe android), dan obesitas tipe ovid.
a.Gynoid (Bentuk Peer)
Lemak disimpan disekitar pinggul dan bokong. Tipe ini cenderung dimiliki oleh wanita.
Resiko terhadap penyakit pada tipe gynoid umumnya kecil, kecuali resiko terhadap
penyakit arthitis dan varises vena (varicose veins).
b.Apple Shape (Android)
Biasanya terdapat pada pria, dimana lemak tertumpuk di sekitar perut. Resiko kesehatan
pada tipe ini lebih tinggi dibandingkan dengan tipe Gynoid, karena sel-sel lemak di
sekitar perut lebih siap melepaskan lemaknya ke dalam pembuluh darah dibandingkan
dengan sel -sel lemak di tempat lain.
c.Ovid (Bentuk Kotak Buah)
Ciri dari tipe ini adalah "besar di seluruh bagian badan". Tipe Ovid umumnya terdapat
pada orang-orang yang gemuk secara genetic.
E. Pedoman Umum Gizi Seimbang Untuk Lansia
1. Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang terdiri
dari zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
2. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang Porsi makan hendaknya
diatur merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang
kecil, Contoh menu: Pagi: Bubur ayam Jam 10.00: Roti Siang: Nasi, pindang telur, sup.
papaya Jam 16.00: Nagasari Malam: Nasi. sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, dan
pisang.
3. Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat memperlancar
pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang terlalu asin akan
memperingan kerja ginjal sena mencegah kemungkinan terjadinya darah tinggi.
4. Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang berlemak
seperti santan, mentega dll.
5. Bagi pasien lansia yang prose penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikan hal-
hal sebagai berikut:
a. Makanlah makanan yang mudah dicerna
b. Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goring-gorengan
c. Bila kesulitan mengunyah karena gigirusak atau gigi palsu kurang baik. makanan
harus lunak lembek atau dicincang
d. Makan dalam porsi kecil tetapi sering
e. Makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah sebaiknya diberikan
f. Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna
pula untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan.
g. Makanan mengandung zat besi seperti: kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah
lemak, bayam, dan sayuran hijau.
h. Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau
dipanggang kurangi makanan yang digoreng
Cara Menghitung Kebutuhan Gizi pada Lansia Berdasarkan Nutrisi yang
Dibutuhkan 

● Kalori
Berikut ini jumlah asupan kalori yang disarankan berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk lansia
dari National Institute on Aging: 
Wanita: 1.600 kalori per hari untuk wanita tidak aktif dan 1.800 kalori per hari untuk wanita aktif. 
Pria: 2.000 kalori per hari untuk pria lansia tidak aktif dan 2.200 kalori per hari untuk pria aktif. 

● Protein
Asupan protein harian untuk lansia: 
Pria yang Tidak Aktif Bergerak: 50-175 gram/hari.
Wanita yang Tidak Aktif Bergerak: 40-140 gram/hari. 

Sementara itu, berikut ini sumber makanan protein tinggi: 


- Daging - Ikan  - Telur 
- Seafood - Kacang-kacangan  - Biji-bijian 
- Susu  - Produk olahan susu  - Tahu 
- Selai kacang  - Yoghurt 
● . Serat 
Serat adalah nutrisi penting untuk menjaga kelancaran sistem pencernaan. Selain itu, serat
makanan juga membantu menurunkan risiko penyakit jantung dan diabetes tipe 2 pada
lansia. Lansia membutuhkan asupan 30 grams per hari untuk pria, dan wanita lansia harus
memenuhi 21 gram serat makanan. Sumber makanan berserat adalah beragam sayuran, buah,
kacang-kacangan, kentang, dan buah-buahan.
 
● 4. Karbohidrat 
Asupan kalori didapatkan dari makanan jenis karbohidrat. Bagi lansia, disarankan untuk pilih
makanan karbohidrat kompleks karena tidak menghasilkan respon insulin yang cepat,
sehingga cenderung lebih sehat karena dapat mengontrol glukosa dalam tubuh dengan baik. 
Cara menghitung kebutuhan gizi pada lansia saat konsumsi karbohidrat: 
Pria lansia yang tidak aktif bergerak:  225-325 gram/hari karbohidrat. 
Wanita lansia yang tidak aktif bergerak: 180-260 gram/hari karbohidrat. 
● Lemak sehat
Contoh lemak baik atau lemak sehat adalah minyak zaitun, minyak canola, ikan, produk susu rendah
lemak, alpukat, serta kacang dan biji-bijian. 
Berikut ini cara menghitung kebutuhan gizi pada lansia dan kebutuhan lemak harian: 
Pria yang tidak banyak bergerak: 44-78 gram lemak per hari.
Wanita lansia yang tidak banyak bergerak: 36-62 gram lemak per hari.

● Kalsium
osteoporosis dan patah tulang yang rentan pada lansia. 
Konsumsi kalsium, vitamin D, dan juga protein yang cukup membantu menurunkan risiko
osteoporosis pada lansia. Berikut ini cara menghitung kebutuhan gizi pada lansia dalam kebutuhan
kalsium harian: 
Pria: 100-1200 mg protein per hari. 
Wanita: 1200 kalori per hari. 
● Contoh perhitungan Kebutuhan energi lansia
1. perempuan Lansia A berusia 85 tahun memiliki tinggi badan 158 (cm) dengan
berat badan 72 (kg).

● Berat Badan Ideal (BBI) = (158 -100) x 0,9 = 52,2 kg


● Basal Metabolic Rate (BMR) = 0,9 x 52,2 x 24 jam = 1.127,52 kal
● Koreksi tidur = 0,1 x 8 jam x 52,2 = 41,76 kal
● Aktivitas = 50% x [1.127,52 – 41,76] = 542,88 kal
● Spesific Dynamic Action (SDA) = 10% x [(1.127,52 – 41,76) + 542,88] = 162,86
kal
● Keutuhan Energi = {[(1.127,52 – 41,76) + 542,88] + 162,86} = 1791,50 kal
● Kebutuhan energi = 1791,50 – 15% = 1.791,35 kal
● 2. lansia laki-laki Lansia berjenis kelamin laki-laki berusia 70 tahun memiliki
tinggi badan 170 cm dengan berat badan 72 kg.

● Berat Badan Ideal (BBI) = (170-100) x 0,9 = 63 kg


● Basal Metabolic Rate (BMR) = 1 x 63 x 24 jam = 1.512 kal
● Koreksi tidur = 0,1 x 8 jam x 63 = 50,4 kal
● Aktivitas = 50% x [ 1.512 – 50,4] 55 = 730,8 kal
● Spesific Dynamic Action (SDA) = 10% x [(1.512- 50,4) + 730,8] = 219,24 kal
● Keutuhan Energi = {[(1.512 – 50,4) + 730,8 ] + 219,24} = 2.411,64 kal
● Kebutuhan energi = 2.411,64 – 10% = 2.170,5 kal

 
 
 
Terima kasih
kelompok IV

Anda mungkin juga menyukai