Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lansia dan lanjut usia adalaha periode dimana manusia telah mencapai
kemasakan dalam ukuran dan fungsi. Selain itu, lansia juga msa dimana
seseorang akan mengalami kemunduran dengan sejalannya waktu. Ada
beberapa pendapat mengenai usia seseorang dianggap memasuki masa lansia,
yaitu dengan mnentapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun, dan juga ada yang 70
tahun. Tetapi badan Kesehatan (WHO) menetapkan bahwa umur 65 tahun,
sebagai usia yang menunjukkan seseorang telah mengalami proses menua
yang berlangsung secara nyata dan seseorang itu telah disebut lansia. Usia
lanjut sering punya masalah dalam hal makanan, antara lain nafsu makan
menurun. Padala meskipun aktivitasnya menurun sejalan dengan
bertambahnya usia, ia tetap membutuhkan asupan zat gizi lengkap, seperti
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Iapun masih tetpa
membutuhkan energi untuk menjalankan fungsi fisiologis tubuhnya.
Gizi memiliki peranan penting dalam Kesehatan usia lanjut. Masalah
kekurangan gizi sering dialami oleh usia lanjut sebagai akibat dari
menurunnya nafsu makan karena penyakit yang dideritanya. Selain masalah
kekurangan gizi, masalah obesitas (kegemukan) juga sering dialami oleh usia
lanjut. Obesitas pada usia lanjut berdampak pada peningkatan resiko penyakit
kardovaskuler, diabetes mellitus, dan hipertensi. Asupan gizi sangat
diperlukan bagi usia lanjut untuk mempertahankan kualitas hidupnya.
Sementar untuk usia lanjut yang sakit, asupan gizi diperlukan untuk proses
penyembuhan dan mencegah agar tidak terjadi komplikasi.
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan lansia ?
1.2.2 Apa tujuan gizi pada lansia ?
1.2.3 Bagaimana penilaian status nutrisi lansia ?
1.2.4 Apa saja factor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada lansia ?
1.2.5 Apa saja masalah gizi pada lansia ?
1.2.6 Apa saja masalah kesehatan pada lanjut usia (lansia) ?

1
1.2.7 Apa saja kebutuhan gizi lansia ?
1.2.8 Bagaimana perencanaan makanan pada lansia ?
1.2.9 Bagimana cara pemberian obat pada lansia ?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Mengetahui pengertian lansia
1.3.2 Mengetahui tujuan gizi pada lansia
1.3.3 Mengetahui pemantauan status nutrisi lansia
1.3.4 Mengetahui factor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada lansia
1.3.5 Mengetahui masalah gizi lansia
1.3.6 Mengetahui kebutuhan gizi pada lansia
1.3.7 Mengetahui perencanaan makanan pada lansia
1.3.8 Mengetahui cara pemberian obat pada lansia

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lanjut Usia ( Lansia )


Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses menua. Definisi
lansia adalah usia kronologis lebih atau sama dengan 65 tahun dinegara maju,
tetapi tetapi untuk negara sedang berkembang disepakati bahwa kelompok
manusia usia lanjut adalah usia sesudah melewati atau sama dengan 60 tahun
(Oenzil, 2012). Menurut Prayitno dalam Aryo(2002) mengatakan bahwa setiap
orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 65 tahun
ke atasa, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk
keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari.
Berdasarkan UU Kes. No 23 1992 Bab V bagian kedua pasal 13 ayat 1
menyebutkan bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya
mengalamiperubahan biologis, fisik dan sosial.

Badan Kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang


menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah
disebut lanjut usia. Lansia banyak mengahadapi berbagai masalah Kesehatan yang
perlu penanganan segera dan terintegrasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu :
1. Usia Pertengahan (middle age) kelompok usia 45-59 tahun
2. Lanjut Usia (ardelly) kelompok usia 60-74 tahun
3. Lanjut Usia Tua (old) kelompok usia 75-90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) kelompok usia diatas 90 tahun
Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia
merupakan periode dimana seseorang individu telah mencapai kemasakan dalam
proses kehidupan, serta telah menunjukkan kemunduran fungsi organ tubuh
sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat mulai dari usia 55 tahun sampai
meninggal.
2.2 Tujuan Gizi Pada Lansia
a) Menjadikan lansia yang dapat terpenuhi akan kebutuhan gizinya
b) Terpenuhinya kebutuhan jasmani rohani sosial dan psikologis lanjut usia
secara memadai serta teratasinya masalah-masalah akibat usia lanjut

3
c) Terlindunginya lanjut usia dari perlakuan yang salah
d) Terlaksananya kegiatan-kegiatan yang bermaknsa bagi lanjut usia
2.3 Penilaian Status Gizi Lansia
Beberapa Indeks Antropometri pada Lansia serta cara perhitungannya :
Indeks Antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter. Indeks
atropometri merupakan rasio dari suatu pengukuran satu atau lebih pengukuran
untuk mengkaji status gizi secara akurat, beberapa pengukuran secara spesifik
juga diperlukan dan pengukuran ini mencakup umur, BB ( berat badan), TB
(tinggi badan), lingkar kepala, BMI atau IMT (indeks masa tubuh), berat badan
relative (BBR), dan rasio pinggang panggul (LPP), lingkaran perut, lipatan trisep,
LLA dan LOLA.
Untuk pengukuran antropometri pada lansia digunakan pengukuran yaitu :
1. Umur (Tahun)
2. BB (Berat Badan)
3. TB (Tinggi badan)
Jika seorang lansia masih sehat dan dapat beridir tegak maka pengukuran
tinggi badan dapat dilakukan dengan mikrotoise. Namun apabila seseorang lansia
tersebut sudah tidak dapat berdiri tegak diperlukan alat untuk mengukur tingi
badan yaitu tinggi lutut dan Panjang depa :
1. Pengukuran tinggi badan dengan tinggi lutut
Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan, sehingga data tinggi
badan didapatkan dari tinggi lutut orang tidak dapat berdiri ztau lansia. Pada
lansia digunakan tinggi lutut karena pada lansia terjadi penurunan masa
tulang (bungkuk) sukar untuk mendapatkan data tinggi badan akurat.
Data tinggi badan lansia dapat menggunakan formula atau nomogram bagi
orang yang berusia >59 tahun.
Formula (Gibson, RS : 1993)
Pria : (2.02 x Tinggi Lutut (cm)) – (0.04 x umur (tahun)) + 64.19
Wanita : (1.83 x Tinggi Lutut (cm)) – (0.24 x umur (tahun)) + 84.88
2. Pengukuran tinggi badan dengan Panjang depa
Panjang depa relative kurang dipengaruhi oleh pertumbuhan usia. Pada
kelompok lansia terlihat adanya penurunan nilai panjang depa yang lebih
lambat dibandingkan dengan penurunan tinggi badan sehingga dapat
disimpulkan bahwa panjang depa cenderung tidak banyak berubah sejalan
penambahan usia. Panjang depa direkomendasikan sebagai parameter
prediksi tinggi badan, tetapi tidak seluruh populasi memiliki hubungan 1:1
antara Panjang depa dan tinggi badan.
Formula
Pria : 118,24 +(0,28 x Panjang Depa) – (0,07 x umur) cm
Wanita : 63,18 + (0,63 x Panjang Depa) – (0,17 x umur) cm
3. BMI atau IMT (Indeks Masa Tubuh)
Body Mass Index (BMI) dalam bahasa Indonesia disebut Indeks Masa
Tubuh (IMT) adalah sebuah ukuran “berat terhadap tinggi” badan yang
umum digunakan untuk menggolongkan orang dewasa ke dalam kategori

4
Underweight (kekurangan berat badan), Overweight (kelebihan berat badan)
dan Obesitas (kegemukan).
Rumus atau cara menghitung BMI yaitu dengan membagi berat badan
dalam kilogram dengan kuadrat dari tinggi badan dalam meter (kg/m²).
4. Lingkaran Perut
Pengukuran lingkaran perut (waist circumference) kini menjadi metode
paling popular kedua (sesudah IMT) untuk menetukan status gizi. Cara
pengukuran lingkaran perut ini dapat membedakan obesitas menjadi jenis
perifer (obesitas type gynoid), abdominal (obesitas tipe android) dan obesitas
tipe ovid.
a. Gynoid (Bentuk Peer)
Lemak disimpan disekitar pinggul dan bokong. Tipe ini cenderung
dimiliki oleh Wanita. Resiko terhadap penyakit pada tipe gynoid
umumnya kecil, kecuali resiko terhadap penyakit arthritis dan verises
vena (varicoseveins).
b. Apple Shape (Android)
Biasanya terdapat pada pria, dimana lemak tertumpuk disekitar
perut. Resiko Kesehatan pada tipe ini lebih tinggi dibandingkan
dengan tipe gynoid, karena sel-sel lemak disekitar perut lebih siap
melepaskan lemaknya ke dalam pembuluh darah dibandingkan dengan
sel-sel lemak ditempat lain. Lemak yang masuk ke dalam pembuluh
darah dapat menyebabkan penyempitan arteri (hipertensia), diabetes,
penyakit gallbladder, stroke, dan jenis kanker tertentu misalnya kanker
payudara dan endometrium.
Melihat hal tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa seorang pria
kurus dengan perut gendut lebih beresiko dibandingkan dengan pria
yang lebih gemuk dengan perut lebih kecil. Untuk diagnosis obesitas
abdominal (tipe android), lingkaran perut Wanita bagi asia adalah
≥80cm dan bagi pria asia adalah ≥90cm.
c. Ovid (Bentuk Kotak Buah)
Ciri dari tipe ini adalah “besar diseluruh bagian badan” Tipe Ovid
umumnya terdapat pada orang – orang yang gemuk secara genetic.
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Pada Lansia
Kebutuhan gizi pada lanjut usia spesifik, karena terjadinya perubahan proses
fisiologis dan psikososial sebagai akibat proses menua, kebutuhan gizi lanjut usia
sangat dipengaruhi oleh factor.
1. Umur
Pada lanjut usia kebutuhan energi dan lemak menurun. Setelah usia
50 tahun, kebutuhan energi berkurang sebesar 5% untuk setiap 10 tahun.
Kebutuhan protein, vitamin, dan mineral tetap yang berfungsi sebagai
regenerasi sel dan antioksidan untuk melindungi sel-sel tubuh dari radikal
bebas yang dapat merusak sel.
2. Jenis kelamin
Umumnya laki-laki memerlukan zat gizi lebih banyak (terutama
energi, protein, lemak) dibandingkan dengan wanita, karena postur, otot

5
dan luas dari Wanita. Namun kebutuhan zat besi (Fe) pada Wanita
cenderung lebih tinggi, karena Wanita mengalami menstruasi. Pada
Wanita yang sudah manopouse kebutuhan zatt besi (Fe) turun Kembali.
3. Aktivitas fisik dan pekerjaan
Lanjut usia mengalami penurunan kemampuan fisik yang
berdampak pada berkurangnya aktivitas fisik sehingga kebutuhan
energinya juga berkurang. Kecukupan zat gizi seseorang juga sering
tergantung dari pekerjaan sehari-hari, ringan, sedang, dan berat. Makin
berat pekerjaannya seseorang makin besar zat gizi yang dibutuhkan.
Lanjut usia dengan pekerjaaan fisik yang berat mememrlukan zat gizi yang
lebih banyak.
4. Postur tubuh
Postur tubuh yang lebih besar memerlukan energi lebih banyak
dibandingkan postur tubuh yang lebih kecil.
5. Iklim/suhu udara
Orang yang tinggal didaerah bersuhu dingin (pegunungan)
memerlukan zat gizi lenih untuk mempertahankan suhu tubuhnya.
6. Kondisi Kesehatan (stress fisik dan psikososial)
Kebutuhan gizi setiap individu tidak selalu tetap, tetapi bervariasi
sesuai dengan kondisi kesehatan seseorang pada waktu tertentu. Stress
fisik dan stressor psikososial yang kerap terjadi pada lanjut usia juga
mempengaruhi kebutuhan gizi. Pada lanjut usia masa rehabilitasi sesudah
akit memerlukan penyesuaian kebutuhan gizi.
7. Lingkungan
Lanjut usia yang sering terpapar dilingkungan yang rawan polusi
(pabrik, industry, dll) perlu mendapat suplemen tmbahan yang
mengandung protein, vitamin, dan mineral untuk melindungi sel-sel tubuh
dari efek radiasi.
2.5 Masalah Gizi Lanjut Usia (Lansia)
1. Gizi Berlebih
Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi dinegara-negara barat atau
kota-kota besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu mud menyebabkan
berat badn berlebih, apalagi pada lansia penggunaan kalori berkurang
karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan itu sulit untuk
diubah walaupun diasadri untuk mengurangi makan. Kegemukan
merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya penyakit
jantung, kencing manis, dan darah tinggi.
2. Gizi Kurang
Gizi kurang disebabkan oleh masalah-masalah sosial ekonomi dan
juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari
yang dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila
hal ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan sel
yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap
penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi.
3. Kekurangan Vitamin

6
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan
ditambah dengan kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu
makan berkurang , penglihatan menururn, kulit kering, penampilan jadi
lesu dan tidak bersemangat.
4. Kegemukan atau Obesitas
Keadaan ini biasanya disebabkan oleh pola konsumsi yang
berlebihan , banyak mengandung lemak dan jumlah kecil kalori yang
mlebihi kebutuhan . proses metabolisme yang menurun pada lanjut usia,
bila tidak seimbang dengan penngkatan aktifitas fisik atau penurunan
jumlah makanan, sehngga jumlah kalori yang berlebih akan diubah
menjadi lemak yang dapat mengakibatkan kegemukan.
5. Kurang Energi Kronik (KEK)
Kurang atau hilangnya nafsu makan yang berkepanjangan pada
lanjut usia, dapat menyebbkan penurunan berat badan. Pada lanjut usia
kulit dan jaringan ikat mulai keriput, sehingga makin kelihatan kurus,
disampig kekurangan zat gizi makro, sering juga diertai kekurangan gizi
mikro.
Beberapa penyebab KEK pada lanjut usia :
a. Makan tidk enak karena berkurangnya fungsi indera perasa dan
penciuman
b. Kesulitan mengunyah akibat gigi yang tanggal atau tidak lengkap
c. Penurunan asupan akibat adanya stress atau depresi kesepian,
penyakit kronis, dan efek samping obat.
2.6 Masalah Kesehatan Pada Lanjut Usia (Lansai)
1. Kurang bergerak
Gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat menyebabkan
lansia kurang bergerak. Penyebab yang paling sering adalah gangguan
tulang, sendi dan otot, gangguan saraf, dan penyakit jantung dan pembuluh
darah.
2. Istabilitas
Penyebab jatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsik ( hal hal
yang berkaitan dengan tubuh derita) baik karena prose menua , penyakit
maupun proses ekstrinsik (hal – hal yang berasal dari luar tubuh) seperti
obatan tertentu dan faktor lingkungan. Akibat yang paling sering dari
terjatuh pada lansia adalah kerusakan pada bagian tertentu dari tubuh yang
mengakibatkan rasa sakit, patah tulang, cedera pada kepala, luka bakar
kareana air panas akibat terjatuh ke dalam tempat mandi. Selain dari pada
itu, terjatuh menyebabkan lansia tersebut sangat membatasi
pergerakannya.
3. Gangguan intelektual
Merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi
intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan
terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari. Salah satu hal yang dapat
menyebabkan gangguan intelektual adalah depresi sehingga perlu
dibedakan dengan gangguan intelektual lainnya.

7
4. Infeksi
Beberapa faktor resiko yang menyebabkan lansia mudah mendapat
penyakit infeksi karena kekurangan gizi, kekebalan tubuh yang menurun,
berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh, terdapatnya beberapa penyakit
sekaligus (komordibitas) yang menyebabkan daya tahan tubuh yang sangat
berkurang.
5. Gangguan panca indera, komunikasi, penyembuhan dan kulit
Akibat proses manua semua pancaindera berkurang fungsinya,
demikian juga gangguan pada otak, saraf, da otot-otot yang digunakan
untuk berbicara dapat menyebabkan terganggunya komunikasi, sedangkan
kulit mejadi lebih kering, rapuh dan mudah rusak dengan trauma yang
minimal.
6. Depresi
Sering kali gejala depresi menyertai penderita dengan penyakit –
penyakit gangguan fisik, yang tidak dapat diketahui ataupun terpikirkan
sebelumnya, karean gejala – gejala depresi yang muncul sering kali
dianggap sebagai suatu bagian dari proses menua yang normal ataupun
tidak khas. Gejala depresi dapat berupa perasaan sedih, tidak bahagia,
sering menangis, meras kesepian, tidur terganggu, pikiran dan gerakan
tubuh lamban, beratbadan berkurang, daya ingat berkurang. Akan tetapi,
pada lansia sering timbul depresi terselubung, yaitu yang menonjol hanya
gangguan fisik saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar,nyeri
pinggang, gangguan pencernaan, dll.
7. Daya tahan tubuh menurun
Daya tahan tubuh yang menurun pada lansia merupakan salah satu
fungsi tubuh yang terganggu dengan bertambahnya umur seseorang
walaupun tidak selamanya hal ini disebabkan oleh proses menua, tetapi
dapat pula karena berbagai keadan seperti penyakit yang sudah lama
diderita (menahun) maupun penyakit yang baru saja diserita (akut) dapat
menyebabkan penurunan daya tahan tubuh seseorang.
8. Impotensi
Merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan
mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan senggama yang
memuaskan yang terjadi paling sedikit 3 bulan.
9. Penyakit obat – obatan
Salah satu yang sering didapati lansia adalah menderita penyakit lebih dari
satu jenis sehinga membutuhkan obat yang lebih banyak, apalagi sebagai
lansia sering menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa
pengawasan dokter dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat
pemakaian obat-obatan yang digunakan.
2.7 Kebutuhan Gizi Lanjut Usia (Lansia)
Keutuhan gizi usia lanjut berada dengan usia muda. Konsumsi makan
yang cukup dan seimabng akan bermanfaat bagi usia lanjut untuk mencegah atau
mengurangi kemungkinan penyakit dgenerative seperti penyakit jantung, ginjal,

8
diabetes mellitus, arthitis dan lain-lai atau kekuranga gizi. Adapun kebutuhan zat-
zat gizi pada usia lanjut yaitu :
a. Energi
Pada manusia kebutuhan energi menurun sehubungan dengan
meningkatnyausia. Hal ini disebakan banyak sel yang sudah kurang aktif
yang mengakiatkan kegiatan fisik juga menurun.
b. Kalori
Kebutuhan energi pada usia lanjut menurun sehubungan dengan
penurunan metabolisme basal (sel-sel banyak yang inaktif) da kegiatan
fisik cenderung menurun.
c. Hidrat Asing
Penggunaan hidrat asing relatif menurun pada manusia karena
kecukupan kalori juga menurun. Dianjurkan 50% dari total energi berasal
dari hidrat asing.
d. Air dan Serat
Kebutuhan asir meningkat dengan bertambahnya usia. Dengan
berkurangnya kemampuan ginjal maka air punya peranan penting sebagai
pengangkut sisa pembakarn tubuh dan mendorong peristaltic usus.
Dianjurkan manula mengonsumsi caoran minimum 6-8 gelas perhari.
Serat dalam makanan akan membantu mendorong peristaltic usus dan
dapat mencegah konstipasi pada manusia.
e. Protein
Untuk usia lanjut protein berfungsi untuk mengganti sel-sel
jaringan-jaringan yang rusk serta mengatur fungsi fisiologis tubuh.
Dianjurkan memenuhi kebutuhan protein terutama dari protein hewani dan
nabati dengan perbandingan 1:3. Jumlah protein yang diperlukan untuk
laki-laki usia lanjut (65-80 tahun) adalah 64 gram per hari dan wanita
dengan usia lanjut 58 gram per hari. Hindarkan konsumsi protein yang
berlebih karena akan memberikan fungsi ginjal dan hati.
f. Lemak
Lemak merupakan sumber tenaga selain hidrat arang. Lemak
berlebih disimpan dalam tubuh sebagai cadangan tenaga dan bila berlebih
akan ditimbun sebagai lemak tubuh. Konsumsi lemak yang berlebih tidak
dianjurkan pada usia lanjut karena dapat meningkat kadar lemak dalam
tubuh khususnya kadar kolestrol darah. Kebutuhan lemak usia lanjut lebih
sedikit. Konsumsi lemak dibatasi jangan lebih dari seperempat kebutuhan
energi. Pada usia lanjut dianjurkan untuk mengonsumsi asam lemak tak
jenuh (berasal dari nabati).

g. Vitamin
Untuk usia lanjut dianjurkan untuk meningkatkan konsumsi
makanan kaya vitamin A,D,E untuk mencegah penyakit degenerative
(sebagai antioksida). Selain itu, mengonsumsi makanan yang banyak
mengandung vitamin B12, asam folat da B1 juga dianjurkan untuk
menanggulangi resiko penyakit jantung.

9
2.8 Perencanaan Makanan Pada Lansia
Menjaga asupan nutrisi yang sehat dan seimbang bagi lansia memang
penting untuk menjaga lansia dari terkena berbagai penyakit sebagai dampak dari
terjadinya malnutrisi. Berikut adalah tips perencanaan makanan untuk lansia :
a) Makanan harus mengandung zat gizi yang cukup dari maknan yang
beraneka ragam
b) Perhatikan porsi makan, usahakan porsi kecil dan sering, kurang
lebih 3 kali makan utama dan 2-3 kali makanan.
c) Banyak minum 6-8 gelas per hari dan kurangi garam, dengan
banyak minum dapat memperlancar pengeluaran sisa makanan, dan
menghindari makanan yang terlalu asin agar tidak memperberat
kerja ginjal serta mencegah kemungkinan terjadinya hipertensi
d) Batasi maknan manis-manis atau gula, minyak, gorengan, dan
makanan yang berlemak seperti santan dan mentega.
e) Bila kesulitan mengunyah karena gigi rusak atau ompong,
makanan harus lunak atau lembek atau dicincang
f) Konsumsi buah dan sayuran minimal 5 porsi (±500 gram) per hari,
hindari konsumsi suplemen serat.
g) Konsumsi makanan sumber kalsium seperti susu dan produk
olahannya, ikan, serta kacang – kacangan untuk mencegah
pengeroposan tulang
h) Batasi konsumsi kafein seperti minuman bersoda, kopi, cokelat,
atau teh

10
Jika lansia mengalami kesulitan makan karena terlalu banyak hal, maka keluarga
dan perawat lansia bisa melakukan langkah berikut :
a) Ciptakan suasana makan yang menyenangkan
b) Perhatikan kebiasaan makannya
c) Bantu lansia untuk makan
d) Penuhi kebutuhan gizinya
e) Menjaga kesehatan gigi dan mulut
f) Perhatikan obat yang dikonsumsi
g) Bujuk lansia agar mau makan
2.9 Cara Pemberian Obat Pada Lansia

11

Anda mungkin juga menyukai