Anda di halaman 1dari 33

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

dr. SAFITRI DWICAHYANI, M.P.H.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
TUJUAN PEMBELAJARAN

• Mengetahui masalah gizi di Indonesia.


• Mengetahui dan menjelaskan defisiensi Zinc.
• Mengetahui dan menjelaskan obesitas.
• Mengetahui dan menjelaskan osteoporosis.
• Mengetahui dan menjelaskan gizi kurang.
• Mengetahui dan menjelaskan gizi buruk.
• Mengetahui dan menjelaskan kategori status gizi.
MASALAH GIZI DI INDONESIA

• Pada tahun 2004, World Health Organization


mengelompokan Indonesia sebagai negara yang
penduduknya banyak mengalami kurang gizi.
• Menurut UNICEF (1988) masalah gizi kurang dapat
disebabkan oleh:
1. Penyebab langsung.
Makanan yang tidak mencukupi.
Penyakit.
2. Penyebab tidak langsung.
Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai.
Pola pengasuhan anak kurang memadai.
Kurang memadainya pelayanan kesehatan dan lingkungan.
DEFISIENSI ZINC

• Dari penelitian ditemukan bahwa prevalensi


defisiensi Zinc cukup tinggi pada bayi, anak pra
sekolah, dan anak sekolah.
Defisiensi Zinc mengakibatkan:
• Gangguan pertumbuhan (stunting).
• Gangguan terhadap kekebalan tubuh.
• Gangguan nafsu makan.
• Gangguan sistem reproduksi.
• Gangguan pencernaan (terjadinya diare pada
seseorang).
• Gangguan kulit (dermatitis, alopecia)
• Gangguan sistem syaraf.
PENYEBAB DEFISIENSI ZINC

• Kurangnya asupan seng dalam makanan.


• Kebutuhan yang meningkat.
• Peningkatan kehilangan.
• Gangguan penggunaan.
• Gangguan penyerapan.
Makanan Yang Mengandung Zinc
Makanan Yang Mengandung Zinc

1. Daging Sapi 13. Almond


2. Daging Domba 14. Kacang polong
3. Daging Ayam 15. Biji Wijen
4. Daging Kalkun 16. Biji rami
5. Kepiting 17. Biji Labu
6. Udang 18. Biji Semangka
7. Tiram 19. Bayam
8. Salmon 20. Jamur
9. Lobster 21. Bawang Putih
10. Kacang Merah 22. Makanan meliputi beras merah,
11. Kacang Tanah kuning telur, dark chocolate,
12. Kacang Mete yogurt, keju.
KELOMPOK YANG MEMPUNYAI RISIKO TINGGI
TERHADAP DEFISIENSI ZINC

• Bayi dan balita.


• Remaja.
• Wanita hamil dan menyusui.
• Lansia.
• BBLR (Berat Badan Lahir Rendah).
• Anak kurang gizi.
Mengukur Zinc

• Pengukuran asupan Zinc dalam makanan,


perhitungan nutrient dalam makanan yang
dikonsumsi, pekiraan jumlah Zinc yang
diabsorbsi, perbandingan dengan perkiraan
kebutuhan.
• Kosentrasi Zinc serum.
• Pengukuran biokimia.
• Indikator fungsional respon terhadap
suplementasi.
Program Penanggulangan Defisiensi Zinc

• Suplementasi
• Fortivikasi
• Diversifikasi pangan/modifikasi.
OBESITAS

• Kegemukan atau kelebihan gizi.


• Prevalensi obesitas di Indonesia tahun 1999 yang
terbanyak pada perempuan dewasa.
• Obesitas (kegemukan) adalah suatu keadaan di mana
terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebih
sehingga berat badan seseorang jauh di atas normal
dan dapat membahayakan kesehatan.
• Menurut World Health Organization (WHO) tahun
2014, secara umum kegemukan dan obesitas adalah
suatu kondisi tidak normal yang ditandai oleh
peningkatan lemak tubuh berlebihan, umumnya
timbul di jaringan kulit sekitar organ.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB OBESITAS
1. Faktor Genetik
• Apabila ibu dan bapak mempunyai kelebihan berat badan
maka kemungkinan besar ini akan menurun pada anaknya.
• Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik
memberikan kontribusi sebesar 33 % terhadap berat badan
seseorang.
2. Pola Makan
• Frekuensi makan yang terlalu sering dalam jumlah banyak.
• Jenis makanan yang dimakan: mengandung lemak jenuh,
garam tinggi dan gula tinggi.
3. Malas Bergerak
• a. Aktifitas fisik dapat membakar kalori di dalam tubuh.
• b. Sebaliknya malas bergerak dapat menyebabkan
penumpukan lemak berlebih di dalam tubuh. Penumpukan
lemak yang berlebih ini kemudian dapat menyebabkan
kelebihan berat badan.
Penanganan obesitas bertujuan untuk :
• Mencapai berat badan yang ideal dan pengurangan IMT secara aman dan
efektif.
• Mencegah adanya komplikasi seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan
penyakit kardiovaskuler.

Diet/Pengaturan Makan
A. Makanan yang dianjurkan (Gizi Seimbang)
• Karbohidrat kompleks (nasi, umbi-umbian, gandum).
• Protein Hewani (ayam, ikan, telur).
• Protein Nabati (tahu, tempe, kacang- kacangan).
• Perbanyak SERAT (sayuran dan buah-buahan).
B. Makanan yang dibatasi
• Makanan yang mengandung tinggi lemak/lemak jenuh.
• Makanan dengan tinggi gula.
• Makanan dengan garam tinggi.
• Olahraga yang dianjurkan adalah olahraga yang bersifat aerobik, yaitu
olahraga yang menggunakan oksigen dalam sistem pembentukan
energinya, olahraga yang dianjurkan meliputi berjalan selama 20 - 30
menit setiap harinya, renang, bersepeda santai, jogging, senam aerobik.
• TUGAS BACA
PEDOMAN GIZI SEIMBANG
RISIKO PENDERITA OBESITAS
1.Ketahanan Insulin
• Pada orang gemuk terjadi penumpukan lemak yang tinggi di dalam
tubuhnya sehingga glukosa sulit untuk diserap ke dalam tubuh karena
adanya penumpukan sel lemak. Lama kelamaan, kadar gula darah
berangsur naik dan menyebabkan penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2.
2.Hipertensi atau Tekanan Darah Tinggi
• Perempuan gemuk lebih mudah terjadi peningkatan tekanan darah.
Peningkatan tekanan darah juga mudah terjadi pada orang gemuk tipe
apel (konsentrasi lemak pada perut) bila dibandingkan dengan
mereka yang gemuk tipe buah pear (konsentrasi lemak pada pinggul
dan paha).
3.Penyakit Jantung Koroner
• Resiko terkena penyakit jantung koroner pada orang gemuk tiga
sampai empat kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan orang
normal. Setiap peningkatan satu kilogram berat badan terjadi
peningkatan kematian akibat penyakit jantung koroner sebanyak 1 %.
OSTEOPOROSIS

• Osteoporosis adalah kondisi berkurangnya kepadatan


tulang. Hal ini menyebabkan tulang menjadi keropos
dan mudah patah. Osteoporosis jarang menimbulkan
gejala dan biasanya baru diketahui ketika
penderitanya jatuh atau mengalami cedera yang
menyebabkan patah tulang.
• Osteoporosis bisa dialami oleh siapa saja, termasuk
anak-anak dan orang dewasa. Namun, kondisi ini
lebih sering terjadi pada wanita yang telah memasuki
masa menopause. Hal ini disebabkan oleh
berkurangnya kadar estrogen yang berperan penting
dalam menjaga kepadatan tulang.
• Osteoporosis mengakibatkan patah tulang pada
pergelangan tangan, sendi panggul, dan vertebrate.
Gejala Osteoporosis
• Osteoporosis sering kali tidak menimbulkan gejala apa pun.
Kondisi ini biasanya baru diketahui saat seseorang mengalami
cedera yang menyebabkan patah tulang. Seiring berkurangnya
kepadatan tulang, penderita osteoporosis bisa mengalami
gejala berikut:
• Mudah mengalami patah tulang, walau hanya karena benturan
yang ringan.
• Nyeri punggung, biasanya disebabkan oleh patah tulang
belakang.
• Postur badan membungkuk.
• Tinggi badan berkurang.
Penyebab dan Faktor Risiko Osteoporosis
• Osteoporosis disebabkan oleh menurunnya kemampuan tubuh untuk
meregenerasi tulang. Hal ini berdampak pada berkurangnya
kepadatan tulang. Penurunan kemampuan regenerasi ini biasanya
akan dimulai saat seseorang memasuki usia 35 tahun.

• Selain faktor usia, berikut ini adalah beberapa faktor lain yang bisa
meningkatkan risiko terjadinya osteoporosis:
• Berjenis kelamin wanita, terutama setelah menopause.
• Memiliki keluarga dengan riwayat osteoporosis.
• Mengalami kekurangan vitamin D dan kalsium.
• Mengalami gangguan hormonal dan penyakit tertentu, seperti
penyakit Crohn atau malabsorbsi.
• Mengonsumsi obat kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama
• Mengalami kecanduan alkohol.
• Merokok.
Nurient yang penting untuk pembentukan massa tulang

• Kalsium.
• Vitamin D.
• Magnesium.
• Mangan.
• Vitamin A, D.
GIZI KURANG
• Kurang gizi pada anak dapat berdampak buruk
pada tumbuh kembangnya. Oleh karena itu, orang
tua harus memahami penyebab dan gejala anak
kurang gizi, sehingga dapat mencegahnya.

• Anak kurang gizi bisa disebabkan oleh


kekurangan makronutrisi, yaitu karbohidrat,
lemak, dan protein; atau mikronutrisi, yaitu
vitamin dan mineral. Kurang gizi dapat membuat
anak mengalami gangguan pertumbuhan, seperti
berat badan kurang, perawakan yang pendek,
bahkan mengalami gagal tumbuh.
Gejala Awal Anak Kurang Gizi
Beberapa gejala berikut bisa dialami oleh anak yang mengalami kurang
gizi:
Berat badan dan tinggi badan anak berada di bawah kurva pertumbuhan.
Kurang nafsu makan.
Pertumbuhannya terlambat.
Mudah merasa lelah dan terlihat lesu.
Lebih rewel.
Kurang perhatian terhadap lingkungan sekitar.
Kulit dan rambut tampak kering.
Rambut mudah rontok.
Pipi dan mata terlihat cekung.
Jaringan lemak dan otot berkurang.
Mulut dan gusi mudah terluka.
Rentan terkena infeksi karena menurunnya sistem kekebalan tubuh.
Proses penyembuhan luka lambat.
Selain itu, perkembangan anak yang kurang gizi juga akan terganggu.
Anak bahkan bisa mengalami kesulitan belajar ketika kebutuhan gizinya
tidak terpenuhi.
GIZI KURANG

Yang menjadi penyebab gizi kurang di masyarakat:


• Akses terhadap pangan rendah
• Makanan ibu hamil kurang kalori dan protein.
• Ibu hamil terkena penyakit.
• Bayi baru lahir tidak diberi kolostrum.
• Bayi sudah diberi MP ASI sebelum usia 4/6
bulan.
• Pemberian makanan padat pada bayi terlalu
lambat.
• Anak di bawah umur 2 tahun, kurang diberi
makanan atau densitas energi kurang.
• Makanan tidak mempunyai zat gizi mikro yang
cukup.
• Penanganan diare yang tidak betul.
• Makanan kotor/terkontaminasi.
• Kemiskinan.
• Pendidikan dan keterampilan rendah.
• Krisis ekonomi.
Klasifikasi Gizi Buruk

• Marasmus.
• Kwashiorkor.
• Marasmik Kwashiorkor.
Makanan sehari-hari tidak mengandung protein
dan juga energi untuk pertumbuhan yang normal.
Kategori Status Gizi

• Menurut Wiku Adisasmito (2007) dalam sistem


kesehatan, untuk mengkategorikan status gizi
pada anak, menggunakan:
1. Berat Badan/Umur.
2. Tinggi Badan/Umur.
3. Berat Badan/Tinggi Badan. Merupakan
indikator lebih baik untuk proses nutrisi yang
terjadi pada anak yang menunjukkan status gizi
pada saat sedang berlangsung atau pada saat
ini, juga untuk mengevaluasi program
intervensi.
DAFTAR PUSTAKA

• Alamsyah, D. dan Muliawati, R., 2013. Pilar


Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat, Nuha
Medika, Yogyakarta.
REFERENSI
• kumpulanmakalahilmiah.blogspot.com, diakses
22 April 2020.
• sultra.antaranews.com, diakses 22 April 2020.
• honestdocs.id, diakses 22 April 2020.
• http://yankes.kemkes.go.id/read-obesitas-
8156.html, diakses 4 April 2020.
• honestdocs.id, diakses 22 April 2020.
• tribunnews.com, diakses 22 April 2020.
• Buku Pedoman Gizi Seimbang KEMENKES
Republik Indonesia, academia.edu, diakses 22
April 2020.
REFERENSI

• https://www.alodokter.com/osteoporosis, diakses
22 April 2020.
• https://www.alodokter.com/kenali-penyebab-
anak-kurang-gizi-dan-gejala-awal-yang-timbul,
diakses 22 April 2020.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai