Anda di halaman 1dari 37

KELAINAN STATUS GIZI

OLEH
Lukman Hakim,.S. Kep. Ns. M. Kep
POKOK BAHASAN
1. MALNUTRISI
2. KURANG ENERGI PROTEIN
3. MARASMUS
4. KWASHIORKOR
5. ANOREKSIA NERVOSA
6. BULIMIA
7. OBESITAS
8. UPAYA PENANGGULANGAN MASALAH GIZI
MALNUTRISI
Keadaan tidak sehat yang
disebabkan oleh kekurangan atau
kelebihan satu atau lebih zat gizi
dalam menu makanannya untuk
jangka waktu yang lama.
KURANG ENERGI PROTEIN
KEP (Kurang Energi Protein) adalah
keadaan kurang gizi yang
disebabkan rendahnya konsumsi
energi dan protein dalam
makanan sehari-hari sehingga
tidak memenuhi Angka
Kecukupan Gizi (AKG)
KURANG ENERGI PROTEIN
1. KEP ringan bila hasil penimbangan berat
badan pada KMS terletak pada pita kuning
2. KEP sedang bila hasil penimbangan berat
badan pada KMS terletak di Bawah Garis
Merah (BGM)
3. KEP berat/gizi buruk bila hasil penimbangan
BB/U < 60 % baku median WHO-NCHS.
Pada KMS tidak ada garis pemisah KEP
berat/gizi buruk dan KEP sedang, sehingga
untuk menentukan KEP berat/gizi buruk
digunakan tabel BB/U Baku median WHO-
NCHS.
KURANG ENERGI PROTEIN
Gejala klinis Balita KEP berat/Gizi buruk
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang
ditemukan hanya anak tampak kurus.
Gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis
besar dapat dibedakan sebagai marasmus,
kwashiorkor atau marasmickwashiokor.
KURANG ENERGI PROTEIN
Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Sosial ekonomi
tehadap balita Kurang Energi Protein (KEP) :
1. Pendapatan Keluarga Perkapita
2. Pendidikan
3. Pekerjaan
Faktor utama yang mempengaruhi kesehatan anak dan juga
kesehatan orang dewasa adalah tersedianya air bersih dan
sanitasi yang aman.
KURANG ENERGI PROTEIN
KLASIFIKASI WELLCOME TRUST
% BB/U terhadap Odem
Median
Ada Tidak ada

60 – 80% Kwashiorkor Gizi kurang (underweight)

< 60% Marasmik-Kwashiorkor Marasmus


MARASMUS
MARASMUS
1. Tampak sangat kurus, hingga tulang terbungkus kulit
2. Wajah seperti orang tua
3. Cengeng, rewel
4. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai
tidak ada (pada daerah pantat tampak seperti memakai
celana longgar/”baggy pants”)
5. Perut cekung
6. Iga gambang
7. Sering disertai: penyakit infeksi (umumnya kronis berulang),
8. diare
KWARSHIORKOR
1. Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum pedis)
2. Wajah membulat dan sembab
3. Pandangan mata sayu
4. Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit,
rontok
5. Perubahan status mental, apatis, dan rewel
6. Pembesaran hati
7. Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk
8. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat
kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis)
9. Sering disertai: penyakit infeksi, (umumnya akut)
10. anemia
11. diare.
KWARSHIORKOR
MARASMIK-KWARSHIORKOR
ANOREKSIA NERVOSA
ANOREKSIA NERVOSA
Anoreksia nervosa adalah gangguan makan karena
adanya keinginan yang keras untuk mendapatkan tubuh
yang kurus dengan cara melaparkan diri.
Anoreksia (anorexia) disebabkan oleh gangguan
psikologis di mana penderitanya mengontrol asupan
kalori secara ekstrim, membatasi makan, dan amat
terobsesi dengan berat badan.
ANOREKSIA NERVOSA
faktor risiko anoreksia.
1.  Faktor sosial
Faktor sosial yang sering kali menjadi faktor yang paling bertanggung jawab adalah
model kecantikan yang bertubuh kurus tubuh.
2.  Faktor psikologis
Faktor psikologis antara lain meliputi motivasi untuk mendapatkan perhatian,
keinginan akan kepribadian, penyangkalan seksualitas, dan sebagai cara
menghadapi orang tua yang terlalu mengontrol. Penderita anoresia seringkali
memiliki keluarga yang banyak tuntutan yang tinggiagar mereka mencapai
sesuatu. Karena tidak berhasil memenuhi standar orang tua yang tinggi, mereka
merasa tidak mampu mengendalikan hidup mereka sendiri.
3.  Penyebab fisiologis
Penyebab fisiologis antara lain adalah hipotalamus, yang dengan berbagi cara
menjadi sesuatu yang abnormal ketika sesorang remaja menjadi penderita
anoreksia. Namun demikian, sebenarnya hingga saat ini penyebab pasti anoreksia
nervosa masih belum dapat dipastikan.
ANOREKSIA NERVOSA
Ciri khas penderita anoreksia antara lain sebagai berikut:
• Biasanya penderita adalah wanita, baik remaja, dewasa atau yang baru memasuki
masa puber.
• Tumbuh dalam lingkungan keluarga yang menekankan pentingnya prestasi sebagai
nilai kebanggaan keluarga.
• Mempunyai perhatian yang berlebihan tentang kesempurnaan penampilan.
• Mempunyai orang tua yang sangat sibuk dengan dunia mereka sendiri. Penderita
anoreksia biasanya merasa harus menjadi sempurna agar mendapat perhatian dari
orang tua mereka.
• Ditandai dengan perubahan fisik seperti rambut rontok, terhentinya ovulasi dan
menstruasi, detak jantung melambat, tekanan darah rendah dan tidak mampu
menahan rasa dingin.
• Biasanya memiliki tingkat depresi yang lebih parah dibandingkan penderita bulimia.
• Rentan terkena osteoporosis karena asupan kalsium yang rendah.
• Dapat menyebabkan kerusakan hati dan organ-organ vital lainnya jika berat
badannya turun dibawah batas normal.
ANOREKSIA NERVOSA
BULIMIA
Bulimia adalah gangguan makan di mana
individu secara konsisten menjalani pola makan
berlebihan dan kemudian memuntahkan
kembali.
Penderita bulimia terus makan dalam jumlah
yang banyak dan kemudian mengeluarkannya
dengan cara memuntahkannya atau dengan
menggunakan obat pencahar.
BULIMIA
Ciri khas penderita bulimia adalah sebagai berikut:
• Mempunyai beberapa masalah kesehatan yang muncul
akibat kebiasaan memuntahkan kembali makanan setelah
disantap, seperti terjadinya luka pada dinding perut,
radang pada usus buntu, denyut jantung tidak teratur,
kerusakan pada ginjal karena rendahnya asupan
potasium, rusaknya email gigi karena terciptanya produksi
asam yang berlebihan ketika muntah, dan terhentinya
menstruasi.
• Kemarahan tertahan karena ketidakmampuan untuk
mengekspresikan emosi dengan cara yang lazim. Biasanya
penderita bulimia takut mengecewakan orang-orang yang
mereka cintai dalam lingkungan mereka
BULIMIA
Akibat Bulimia
1. Pembengkakan kelenjar ludah di pipi
2. Jaringan parut di buku jari tangan yang digunakan untuk merangsang
muntah
3. Pengikisan email gigi akibat bulimia yang sering muntah dan
mengeluarkan asam lambung
4. Kadar kalium yang rendah dalam darah.
5. Gigi sensitive terhadap panas atau dingin
6. Masalah pada kelenjar ludah yang berupa rasa nyeri atau pembengkakan
7. Paparan asam lambung berlebih pada kerongkongan bisa menyebabkan
borok, pecah atau penyempitan.
8. Terganggunya proses pencernaan akibat pencahar, bisa mengakibatkan
disfungsi organ pencernaan .
9. Ketidakseimbangan cairan tubuh akibat stimulus zat diuretic secara
berlebih.
BULIMIA
PENANGANAN ANOREKSIA & BULIMIA
• Berilah dorongan kepada mereka untuk mengatur pola
makan dengan benar dan beri tahukan bahaya anoreksia
• Bawalah orang tersebut ke dokter atau konsultan
kesehatan untuk membantu penderita anoreksia
memerangi penyakitnya
• Terapi psikis (psikoterapi) oleh psikiater untuk
mengendalikan perilaku menyimpangnya
• Obat-obatan
Obat anti-depresi seringkali bisa membantu
mengendalikan bulimia, meskipun penderita tidak
tampak depresi. Tetapi bulimia akan kambuh kembali.
OBESITAS
OBESITAS
Definisi :
• Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang
umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah
kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi
perluasan ke dalam jaringan organnya (Misnadierly,
2007).
• Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan
ketidakseimbangan antara tinggi dan berat badan
akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi
kelebihan berat badan yang melampaui ukuran ideal
(Sumanto, 2009).
OBESITAS
Penentuan Obesitas
Keadaan obesitas ditentukan dengan
mengklasifikasikan status gizi berdasarkan Indeks
Massa Tubuh (IMT).
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan rumus
matematis yang berkaitan dengan lemak tubuh
orang dewasa, dan dinyatakan sebagai berat badan
dalam kilogram dibagi dengan kwadrat tinggi badan
dalam ukuran meter (Arisman,2007).
OBESITAS
KLASIFIKASI STATUS GIZI BERDASARKAN IMT
Status Gizi IMT
• KKP I < 16
• KKP II 16,0 –16,9
• KKP III 17,0 –18,4
• Normal 18,5 –24,9
• Obesitas I 25,0 –29,9
• Obesitas II 30,0 – 40,0
• Obesitas III > 40
Sumber: Maurice ES et al edisi VIII, Lea & Febinger, 1994 dalam
Arisman, 2007
OBESITAS
Tipe obesitas
Berdasarkan kondisi selnya, kegemukan dapat digolongkan Dalam beberapa tipe
(Purwati, 2001) yaitu :
1) Tipe Hiperplastik
adalah kegemukan yang terjadi karena jumlah sel yang lebih banyak dibandingkan
kondisi normal, tetapi ukuran sel-selnya sesuai dengan ukuran sel normal terjadi pada
masa anak-anak.Upaya menurunkan berat badan ke kondisi normal pada masa anak-
anak akan lebih sulit.
2) Tipe Hipertropik
kegemukan ini terjadi karena ukuran sel yang lebih besar dibandingkan ukuran sel
normal. Kegemukan tipe ini terjadi pada usia dewasa dan upaya untuk menurunkan
berat akan lebih mudah bila dibandingkan dengan tipe hiperplastik.
3) Tipe Hiperplastik dan Hipertropik
kegemukan tipe ini terjadi karena jumlah dan ukuran sel melebihi normal. Kegemukan
tipe ini dimulai pada masa anak-anak dan terus berlangsung sampai setelah dewasa.
Upaya untuk menurunkan berat badan pada tipe ini merupakan yang paling sulit,
karena dapat beresiko terjadinya komplikasi penyakit, seperti penyakit degeneratif.
UPAYA PENANGGULANGAN
MASALAH GIZI
Strategi Perbaikan Gizi
1. Pencegahan dan penanggulangan masalah gizi dilaksanakan diseluruh
Kabupaten/Kota sesuai Kewenangan Wajib dan Standar Pelayanan Minimal
(SPM) dengan memperhatikan basaran dan luasnya masalah.
2. Melaksanakan Revitalisasi Posyandu
 mengembalikan fungsi Posyandu dan meningkatkan kembali partisipasi
masyarakat dan keluarga untuk :
- Memantau tumbuh kembang balita. -
Mengenali dan menanggulangi gangguan pertumbuhan pd. Balita.
3. Melaksanakan Revitalisasi Puskesmas
 meningkatkan kemampuan petugas dalam manajemen dan pelaksanaan
Tatalaksana Gizi Buruk.

4. Menanggulangi secara langsung masalah gizi yang terjadi pada kelompok rawan
kekurangan gizi melalui suplementasi : MP-ASI, PMT, kapsul vitamin A, kapsul
minyak beryodium, dan tablet tambah darah.

31
5. Mewujudkan keluarga sadar gizi (KADARZI) melalui : promosi gizi, advokasi dan
sosialisasi tentang makanan sehat dan bergisi seimbang, pola hidup bersih dan
sehat.
6. Menggalang kerjasama lintas sektor dan kemitraan dengan swasta / dunia usaha
dan masyarakat dalam rangka mobilisasi sumberdaya untuk meningkatkan daya
beli keluarga.
 menyediakan makanan sehat bergizi seimbang.
7. Mengaktifkan kembali Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi melalui Revitalisasi
SKPG

32
Pokok Kegiatan
1. Revitalisasi Posyandu :
• Advokasi dan Sosialisasi Revitalisasi Posyandu.
• Dialog interaktif (Talk Show) di Televisi Jawa Timur tentang : ”Revitaliasi
Posyandu mendukung penanggulangan gizi buruk di Jawa Timur”
• Pelatihan Pelatih Kader Posyandu
• Pelatihan ulang (penyegaran) kader Posyandu.
• Pembinaan dan pendampingan kader Posyandu.
• Penyediaan sarana : Dacin, KMS/Buku KIA, Panduan Posyandu,
Media KIE, Sarana Pencatatan.
• Penyediaan biaya operasional.
• Pemberdayaan ekonomi kader
 penyediaan modal usaha bagi Kader Posyandu.

33
2. Intervensi Gizi dan Kesehatan
- Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa MP- ASI bagi anak 6-23
bulan dan PMT pemulihan pada anak 24-59 bulan kepada balita gizi
kurang dari keluarga miskin.
- Pemberian makanan padat gizi (misal : Entrasol) dalam rangka
penanggulangan KLB Gizi Buruk.
- Pemberian suplementasi gizi : Kapsul Vitamin A, Tablet Tambah Darah
(TTD), dan Kapsul minyak beryodium.
- Perawatan/pengobatan balita gizi buruk sesuai dengan ”Pedoman
Tatalaksana Gizi Buruk” yang ada.

34
3. Pemantauan Pertumbuhan Balita
Plot BB di KMS
Ditimbang
Ke posyandu

Tumbuh
Naik
baik

Lakukan Tidak Bagaimana BB


tindakan naik anak ?
Dinilai perkembangan
Lakukan BGM BB-nya
Konfirmasi 35
4. Revitalisasi Sistem Kewaspadaan Pangan
dan Gizi (SKPG)
• Memfungsikan Sistem Isyarat Dini dan Intervensi, serta
pencegahan KLB.
• Memfungsikan sistem pelaporan, diseminasi informasi,
dan pemanfaatannya.
• Penyediaan data gizi secara reguler .
• Pemantauan status gizi.
• Pemantauan konsumsi gizi.
• Analisis data SUSENAS.

36
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai