Anda di halaman 1dari 22

“Asuhan Keperawatan Obesitas dan KKP”

Disusun Oleh :
Nando Widyas Utomo(01.2.19.00698)
Oviana (01.2.19.00699)
Priskila Rosalina Eba (01.2.19.00700)
Ragil Putro Prasongko (01.2.19.00701)
Pengertian Obesitas

Overweight adalah berat badan melebih standar berat badan


menurut tinggi badan, meningkatnya otot tubuh atau jaringan lemak
atau keduanya. Obesitas adalah akumulasi jaringan lemak dibawah kulit
yang berlebihan dan terdapat di seluruh tubuh.Obesitas seringkali
dihubungkan dengan overweight, walaupun tidak selalu identik oleh
karena obesitas mempunyai ciri ciri tersendiri.
Epidemiologi

Obesitas merupakan akumulasi penumpukan lemak yang tidak


normal yang dapat mengganggu kesehatan. Pada tahun 2014 lebih dari
1,9 miliar orang dewasa usia 18 tahun atau lebih mengalami kelebihan
berat badan. Prevalensi obesitas di seluruh dunia meningkat dua kali
lipat antara tahun 1980 dan 2014.
Patofisiologi

Obesitas terjadi bila asupan energi lebih besar dari pengeluaran energi.
Asupan energi berlebih akan disimpan di jaringan lemak. Menurut jumlah
sel lemak, obesitas dapat terjadi karena hipertrofi sel lemak dan atau
hiperplasia sel lemak. Penambahan dan pembesaran sel lemak paling cepat
pada masa tahun pertama kehidupan dan mencapai puncaknya pada masa
meningkat dewasa. Setelah masa dewasa, tidak akan terjadi hiperplasia sel
lemak, tetapi hanya terjadi hipertrofi sel lemak.
Manifestasi klinis

Anak obesitas memiliki berat badan lebih yang lebih tinggi dari anak
seusianya. Anak obesitas akan mencapai masa pubertas lebih capat. Hal
ini menyebabkan tidak hanya memiiki berat badan yang lebih tinggi
tetapi juga pematangan tulang anak obesitas lebih cepat dari anak
seusianya. Pertumbuhan anak obesitas lebih cepat dari anak seusianya
dan pertumbuhan tingginya lebih cepat selesai.
Faktor Penyebab Obesitas pada Anak

1. Aktifitas Fisik

Aktifitas fisik merupakan salah satu pengeluaran energi (Kliegman,


n.d). Tingakat aktivitas fisik yang rendah dapat menurunkan pengeluaran
energi sehingga energi akan disimpan dalam jaringan lemak (Kliegman,
n.d.; Hall dan Guyton, n.d.). Rendahnya aktivitas fisik dan tingginya
perilaku menetap berhubungan dengan tingginya persentil indeks masa
tubuh.
2. Kelebihan Makanan

Pola makan anak seperti sering mengkonsumsi makanan yang tinggi


kalori dan rendah nutrien memiliki hubungan dengan terjadinya kelebihan
berat badan dan obesitas. Dari lima studi empat diantaranya menunjukkan
hubungan yang positif antara mengkonsumsi makanan tinggi kalori seperti
makanan cepat /junk food dan terjadinya kelebihan berat badan atau
obesitas (Mistry dan Puthussery, 2015; Payab et al., 2015).
3. Faktor Penyebab Lainnya

Orang tua obesitas memiliki peran dalam terjadinya obesitas pada


anak. Salah satu dari orang tua kelebihan berat badan atau obesitas,
anaknya tiga kali lebih besar kemungkinan mengalami kelebihan berat
badan atau obesitas dari pada orang tua yang tidak kelebihan berat
badan atau obesitas (Bhuiyan, Zaman dan Ahmed, 2013). Anak obesitas
lima puluh persen memiliki riwayat keluarga kelebihan berat badan
atau obesitas (Mistry dan Puthussery, 2015).
Asuhan Keperawatan Pada Anak Obesitas.

1. Pengkajian

a. Melakukan Pengkajian Fisik

b. Observasi Paasien

c. Menanyakan Riwayat Obesitas pada keluarga

d. Riwayat Kesehatan
Diagnosa

Diagnosa yang muncul pada asuhan keperawatan pada anak obesitas meliputi :

1. Perubahan Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh

2. Intoleransi aktivitas

3. Koping individu

4. Gangguan harga diri

5. Perubahan proses keluarga


Intervensi keperawatan
Melakukan bimbingan kepada anak dan keluarga

1. Membuat catatan tentang segala sesuatu yang dimakan, termasuk:

• Waktu makan

• Jumlah yang dimakan

• Dimana makanan tersebut dikonsumsi

• Aktivitas yang dilakukan selama makan

• Dengan siapa makanan itu dimakan atau dimakan sendiri

• Perasaan saat makanan tersebut dimakan (mis. Marah, depresi, kesepian, gembira)
2.Identifikasi stimulus makanan karena hal ini sering berperan dalam obesitas

• Rasa lapar

• Iklan televisi

• Mencium atau melihat makanan

3.Kaji lingkungan makan untuk menentukan kemungkinan efek pada obesitas

• Dimana makanan itu dimakan

• Dengan siapa makanan itu dimakan atau dimakan sendiri

• Perasaan pada saat makan

• Aktivitas yang dilakukan sambil makan


Askep Anak dengan KKP

Definsi KKP

Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang
kurang mendapat masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori
dan protein kurang dalam waktu yang cukup lama (Ngastiyah, 1997). Kurang
kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yang dikarenakan
adanya defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi pada
defisiensi protein maupun energi (Sediatoema, 1999).
Etiologi

Kurang kalori protein yang dapat terjadi karena diet yang tidak cukup serta
kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-anak
terganggu, karena kelainan metabolik, atau malformasi congenital. Pada bayi dapat
terjadi karena tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya
atau sering diserang diare.Secara umum, masalah KKP disebabkan oleh beberapa
faktor, yang paling dominan adalah tanggung jawab negara terhadap rakyatnya
karena bagaimana pun KKP tidak akan terjadi bila kesejahteraan rakyat terpenuhi.
Klasifikasi Anak dengan KKP

Menurut Departemen Kesehatan RI (1999) KKP/ KEP yang dibagi


berdasarkan gejala klinis ada 3 tipe yaitu KEP ringan, sedang, dan berat
(gizi buruk). Untuk KEP/KKP ringan dan sedang, gejala klinis yang
ditemukan hanya anak tampak kurus sedangkan gejala klinis KKP/ KEP
berat (gizi buruk) secara garis besar dapat dibedakan sebagai
marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor.
Patofisiologi Anak dengan KKP
1. Patofisiologi Marasmus

Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk


mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.
(glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar,
sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit,
sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme
protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang
segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal.
2. Patofisiologi Kwashiorkor

Pada defesiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat
lebih, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya.
Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang
meyebabkan edem dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet,
akan terjadi kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum yang diperlukan
untuk sentesis dan metabolisme. Makin kekurangan asam amino dalam serum ini
akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar yang kemudian
berakibat edem.
Pemeriksaan Penunjang Anak dengan KKP

Menurut WHO untuk pemeriksaan atau pengkajian pada pasien dengan


kekurangan kalori protein (KKP) sebagai berikut:

Pemeriksaan Fisik :

• Kaji tanda-tanda vital

• Kaji perubahan status mental

• Amati timbulnya gangguan gastrointestinal

• Pengamatan pada output urine,dll.


Kemudian untuk menegakkan diagnose pada Kekurangan Kalori
Protein ini juga bisa didukung dengan pemeriksaan penunjang melalui
laboratorium :

• Pemeriksaan darah tepi

• Pada pemeriksaan uji faal hati

• Kadar elektrolit K rendah

• Kadar gula darah umumnya rendah,dll.


Penatalaksanaan Anak dengan KKP

Penatalaksanaan kurang kalori protein:

• Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin

• Pemberian terapi cairan dan elektrolit

• Penannganan diare bila ada : cairan, antidiare, dan antibiotic


Penatalaksanan KKP berat dirawat inap dengan pengobatan rutin:

• Atasi atau cegah hipoglikemi

• Atasi atau cegah hipotermi bila suhu rektal < 35.5 derajat celcius

• Atasi atau cegah dehidrasi

• Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit


Komplikasi
• Infeksi

• Kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung

• Melabsorbsi

• Gangguan metabolik

• Penyakit ginjal menahun

• Gangguan saraf pusat

• Gangguan asupan vitamin dan mineral

• Anemia gizi

Anda mungkin juga menyukai