Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“PERBEDAAN NASIONALISME DAN PATRIOTISME”

MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN

DOSEN : Bapak Frans Aditia Wiguna, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :

Ragil Putro Prasongko (01.2.19.00701)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS. BAPTIS KEDIRI

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena dengan
kasih dan kehendak-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“PERBEDAAN NASIONALISME DAN PATRIOTISME” dengan baik.

Pada kesempatan kali ini juga kami menyampaikan terima kasih kepada
Bapak Frans Aditia Wiguna, S.Pd., M.Pd yang telah banyak membantu kami dalam
pembuatan makalah. Serta, teman-teman seangkatan kami yang secara langsung
maupun tidak langsung telah membantu kami menyelesaikan makalah ini sehingga
dapat selesai tepat waktu.

Walaupun kami telah mengumpulkan beberapa refrensi untuk menunjang


penyusunan makalah ini, namun kami merasa masih banyak kekurangan yang
terdapat pada makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan masukan
yang dapat memberi manfaat bagi kami di tugas-tugas yang akan datang.

Dan kami berharap bahwa makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca, sehingga pembaca dapat memahami materi pengkajian dalam asuhan
keperawatan.

Kediri, 11 Sepetember 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah......................................................................................1

C. Tujuan Penulisan……............................................................................... 2

D. Manfaat Penulisan……............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A Nasionalisme ………………………….................................................... 3

B Patriotisme…………………………………............................................. 6

C Perbedaan Nasionalisme dan Patriotisme ………………………………. 7


D Pengimplementasian Nasionalisme dan patriotisme ........................... 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................10

B. Saran.......................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Nasionalisme berasal dari kata nation yang berarti bangsa. Menurut


Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ali dkk., 1994:89), kata bangsa memiliki arti: (1)
kesatuan orang yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya serta
pemerintahan sendiri; (2) golongan manusia, binatang, atau tumbuh-tumbuhan yang
mempunyai asal-usul yang sama dan sifat khas yang sama atau bersamaan; dan (3)
kumpulan manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan kebudayaan
dalam arti umum, dan yang biasanya menempati wilayah tertentu di muka bumi.
Beberapa makna kata bangsa diatas menunjukkan arti bahwa bangsa adalah kesatuan
yang timbul dari kesamaan keturunan, budaya, pemerintahan, dan tempat. Pengertian
ini berkaitan dengan arti kata suku yang dalam kamus yang sama diartikan sebagai
golongan orang-orang (keluarga) yang seturunan; golongan bangsa sebagai bagian
dari bangsa yang besar (ibid, 1994:970).
Patriotisme berasal dari kata Patriot, yang artinya adalah: pecinta dan
pembela tanah air. Sedangkan Patriotisme maksudnya adalah semangat cinta tanah
air. Pengertian Patriotisme adalah sikap Untuk selalu mencintai atau membela tanah
air, seorang pejuang sejati, pejuang bangsa yang mempunyai semangat, sikap dan
perilaku cinta tanah air, dimana ia sudi mengorbankan segala-galanya bahkan jiwa
sekalipun demi kemajuan, kejayaan dan kemakmuran tanah air.
Nilai-nilai patriotism dan nasionalisme dapat diterapkan dalm berbagi
lingkungan kehidupan yang cakupannya meliputi Negara dan bangsa. Bentuk paling
menonjol dari penerapan nilai-nilai tersebut berani berkorban untuk memajukan
masayarakat,bangsa maupun Negara.

.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari nasionalisme?
2. Apa pengertian dari patriotisme?
3. Menjelaskan perbedaan nasionalisme dan patriotisme?
4. Menjelaskan Pengimplementasian rasa nasionalisme dan patritriotisme dalam
kehidupan?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari nasionalisme.
2. Untuk mengetahui apa pengertian dari patriotism.
3. Untuk mengetahui perbedaan dari nasionalisme dan patriotism.
4. Mahasiswa maupun masyarakat dapat maengimplementasikan rasa
nasionalisme dan patriotisme dalam kehidupan.

D. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memberi pengetahuan tentang
perbedaan nasionalime dan patriotisme bagi penyusun dan pembaca. Sehingga
pembaca dapat memiliki wawasan yang cukup tentang perbedaan nasionalime
dan patriotisme. Juga makalah ini kami harap dapat memenuhi nilai tugas
semester satu mata kuliah kewaraganegaraan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Nasionalisme

            Nasionalisme berasal dari kata nation yang berarti bangsa. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Ali dkk., 1994:89), kata bangsa memiliki arti: (1) kesatuan
orang yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya serta
pemerintahan sendiri; (2) golongan manusia, binatang, atau tumbuh-tumbuhan yang
mempunyai asal-usul yang sama dan sifat khas yang sama atau bersamaan; dan (3)
kumpulan manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan kebudayaan
dalam arti umum, dan yang biasanya menempati wilayah tertentu di muka bumi.
Beberapa makna kata bangsa diatas menunjukkan arti bahwa bangsa adalah kesatuan
yang timbul dari kesamaan keturunan, budaya, pemerintahan, dan tempat. Pengertian
ini berkaitan dengan arti kata suku yang dalam kamus yang sama diartikan sebagai
golongan orang-orang (keluarga) yang seturunan; golongan bangsa sebagai bagian
dari bangsa yang besar (ibid, 1994:970).            
            Beberapa suku atau ras dapat menjadi pembentuk sebuah bangsa dengan
syarat ada kehendak untuk bersatu yang diwujudkan dalam pembentukan
pemerintahan yang ditaati bersama. Kata bangsa mempunyai dua pengertian:
pengertian antropologis-sosiologis dan pengertian politis. Menurut pengertian
antropologis-sosiologis, bangsa adalah suatu masyarakat yang merupakan
persekutuan-hidup yang berdiri sendiri dan masing-masing anggota masyarakat
tersebut merasa satu kesatuan suku, bahasa, agama, sejarah, dan adat istiadat.
Pengertian ini memungkinkan adanya beberapa bangsa dalam sebuah negara dan
sebaliknya satu bangsa tersebar pada lebih dari satu negara.            
            Sementara dalam pengertian politis, bangsa adalah masyarakat dalam suatu
daerah yang sama dan mereka tunduk kepada kedaulatan negaranya sebagai suatu
kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam. Bangsa (nation) dalam pengertian politis
inilah yang kemudian menjadi pokok pembahasan nasionalisme (Nur dalam Yatim,
2001:57 58). Istilah nasionalisme yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia
memiliki dua pengertian: paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri
dan kesadaran keanggotan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual
bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan menngabadikan identitas, integritas,
kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu (Op. cit, 1994:684).
            Dengan demikian, nasionalisme berarti menyatakan keunggulan suatu afinitas
kelompok yang didasarkan atas kesamaan bahasa, budaya, dan wilayah. Istilah
nasionalis dan nasional, yang berasal dari bahasa Latin yang berarti “lahir di”,

3
kadangkala tumpang tindih dengan istilah yang berasal dari bahasa Yunani, etnik.
Namun istilah yang disebut terakhir ini biasanya digunakan untuk menunjuk kepada
kultur, bahasa, dan keturunan di luar konteks politik (Riff, 1995: 193—194).
            Di Indonesia, nasionalisme melahirkan Pancasila sebagai ideologi negara.
Perumusan Pancasila sebagai ideologi negara terjadi dalam BPUPKI (Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Di dalam badan inilah
Soekarno mencetuskan ide yang merupakan perkembangan dari pemikirannya
tentang persatuan tiga aliran besar: Nasionalisme, Islam, dan Marxis. Pemahamannya
tentang tiga hal ini berbeda dengan pemahaman orang lain yang mengandaikan
ketiganya tidak dapat disatukan. Dalam sebuah artikel yang ditulisnya dia
menyatakan, “Saya tetap nasionalis, tetap Islam, tetap Marxis, sintese dari tiga hal
inilah memenuhi saya punya dada. Satu sintese yang menurut anggapan saya sendiri
adalah sintese yang geweldig (Soekarno dalam Yatim, 2001:155).
            Dalam artikel itu, dia juga menjelaskan bahwa Islam telah menebalkan rasa
dan haluan nasionalisme. Cita-cita Islam untuk mewujudkan persaudaraan umat
manusia dinilai Soekarno tidak bertentangan dengan konsep nasionalismenya.
Pemisahan itu tidak berarti menghilangkan kemungkinan untuk memberlakukan
hukum-hukum Islam dalam negara, karena bila anggota parlemen sebagian besar
orang-orang yang berjiwa Islam, mereka dapat mengusulkan dan memasukkan
peraturan agama dalam undang-undang negara. Itulah cita ideal negara Islam menurut
Soekarno (ibid, 2001:156). Dengan dasar pemikiran itulah, Soekarno mengusulkan
lima asas untuk negara Indonesia merdeka. Kelima asas itu adalah (1)Kebangsaan
Indonesia, (2) Internasionalisme atau peri kemanusiaan, (3)Mufakat atau demokrasi,
(4) Kesejahteraan sosial,(5) Ketuhanan.
            Usulan ini menimbulkan perbedaan pendapat antara nasionalis sekuler dan
nasionalis Islam dan mendorong pembentukan sub panitia yang terdiri dari empat
orang wakil nasionalis sekuler dan empat orang wakil nasionalis Islam serta Soekarno
sebagai ketua sekaligus penengah. Pertemuan sub panitia ini menghasilkan rumusan
yang kemudian dikenal dengan Piagam Jakarta. Usulan Soekarno menjadi inti dari
Piagam Jakarta dengan beberapa perubahan: urutan kelima sila dan penambahan anak
kalimat pada sila ketuhanan. Akhirnya anak kalimat yang tercantum dalam Piagam
Jakarta diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”, yang kemudian menjadi bentuk
akhir Pancasila dasar bagi nasionalisme Indonesia yang sekuler religius.
Indonesia saat ini memerlukan genre baru untuk mereinterpretasikan ide nasionalisme
yang secara fundamental telah dibangun oleh founding father seperti Soekarno.
Soekarno kita akui sebagai individu yang mampu membentuk nasionalisme Indonesia
dengan membangun satu sistem berantai melalui penyatuan kepentingan. Dari

4
kalangan Islam dan sekuler pada saat itu. Namun, dalam proses pembangunan tahap
awal ideologi nasionalisme nampak terjadi dikotomi antara Islam dan Nasionalisme
itu sendiri. Kita harus mengakui sebuah gagasan dalam masyarakat Indonesia yang
majemuk tentu memerlukan proses. Di mana proses tersebut tentunya merupakan
proses bersejarah dalam suatu bangsa. Saat ini nasionalisme sudah menjadi rapuh.
Tentu kita harus mulai menghidupkan kembali spirit dan etika nasionalisme sebagai
sebuah praktek politik negara dan masyarakat dalam konteks Indonesia kekinian di
tengah-tengah arus milenium ke-3.
            Sumber dari kekuatan ideologi nasionalis saat ini memang belum ditemukan
oleh banyak orang Indonesia sehingga ketika kita mencari arus apa yang seharusnya
berada di depan kita sebagai energi yang menuntun kemajuan nasional negara dan
masyarakat kita seringkali bimbang dan gelap. Oleh karena itu untuk menjawab
tantangan ini sebuah organisasi politik harus mampu menemukan sumber ideologi
nasionalisme. Sekaligus mampu menggerakkan menjadi kekuatan utama dalam
pencapaian tujuan politiknya. Sebenarnya sangat mudah kita temukan di mana
sumber ideologi tersebut jika kita telah mencapai kesadaran penuh dengan kualitas
yang sehat. Karena ideologi nasionalisme itu bersumber pada mainstream persatuan
dan kesatuan.            
Namun, pemahaman akan persatuan dan kesatuan sering kali menjadi
kesalahan dalam ide dan prakteknya sehingga ketika kita berbicara tentang nilai
tersebut kita tidak mampu mengambil kekuatan intinya. Persatuan dan Kesatuan
memiliki arti independen organik, atau sosial liberal dalam konteks manifestasinya.
Independen organik ini berarti sebuah penyatuan sosial secara individual dan kolektif
Ketika kita sebagai manusia tersadarkan melalui nalar, perasaan, dan gerakan
kemanusiaan untuk suatu keadilan, kemakmuran, dan kemajuan. Dari sumber
kekuatan nasionalisme ini kita akan bergerak ke arah revolusi nasional sebagai
gerakan perlawanan terhadap kejahatan dan ketidakadilan sistem yang mengatur
manusia untuk kepentingan nafsu dan syahwat.  Namun, dalam memaknai revolusi
kita harus menyadari juga bahwa revolusi nasionalisme yang dimaksud di sini
bukanlah revolusi berdarah yang menghadirkan konflik dan perpecahan nasional,
karena kembali pada sumber ide nasionalisme itu sendiri yaitu "persatuan dan
kesatuan".

5
B. Patriotisme
Patriotisme berasal dari kata Patriot, yang artinya adalah: pecinta dan pembela
tanah air. Sedangkan Patriotisme maksudnya adalah semangat cinta tanah air.
Pengertian Patriotisme adalah sikap Untuk selalu mencintai atau membela tanah air,
seorang pejuang sejati, pejuang bangsa yang mempunyai semangat, sikap dan
perilaku cinta tanah air, dimana ia sudi mengorbankan segala-galanya bahkan jiwa
sekalipun demi kemajuan, kejayaan dan kemakmuran tanah air.
            Patriotisme atau Kepahlawanan adalah watak untuk berkorban guna sesuatu
tugas Besar dan Cita2 Besar sebagai perluasan dari “Pahlawan adalah ia yang
berkorban untuk Tugas besar dan Cita2 besar” [Un hero est celui, qui se sacrifie a un
grand devoir, ou a une grande idée”; Livre d’Or, De la Comptesse Diane].
Kepahlawanan bukan monopolinya seseorang atau segolongan tetapi Kepahlawanan
adalah suatu perhiasan watak, yang setiap rakyat kita dapat memiliki, asal ia bersedia
berkorban untuk “un grand devoir” (untuk sesuatu Tugas besar) atau untuk “une
grand idée” (untuk sesuatu Cita2 besar).
            Tugas besar dan Cita-cita besar itu ialah tidak lain daripada hidup merdeka,
bernegara kebangsaan, sederajat dengan bangsa2 lain dalam keadaan mana Rakyat
semua memperkembangkan dan dapat menyuburkan nilai2 kemanusiaannya. Dan bila
yang dimaksud dengan semangat Kepahlawanan itu adalah cara berdaya dan berusaha
untuk menjalankan Tugas besar dan Cita2 besar itu, maka teranglah kiranya, bahwa
cara amal dan cara perbuatan itulah yang penting sekali.
            Amal dan perbuatan, dijiwai dengan semangat bersedia untuk berkorban,
menentukan nilai dan mutu Kepahlawanan setiap orang. Dan tidak sedikit pula yang
diharapkan dari kita semua amal dan perbuatan yang sesuai dengan keadaan yang
nyata daripada Rakyat kita dewasa ini. Untuk inipun diperlukan dari kita sekalian
keberanian dan kejujuran dalam menilai keadaan dan perasaan Rakyat kita yang
sebenar-benarnya. Untuk Negara Pancasila, para pahlawan Rakyat kita dulu itu
berjoang dan berkorban ! Dan mereka meninggalkan kepada kita dewasa ini, suatu
Amanat suci dan Amanat keramat yakni Amanat Kepahlawanan Rakyat Indonesia,
amanat tentang caranya melaksanakan Amanat Penderitaan Rakyat kita.
            Pada pokoknya, cara-cara perjuangan dan kebaktiannya itu ialah secara
revolusioner, secara dinamis, secara heroik dan patriotik, dan terutama secara jujur
dan ikhlas, dengan selalu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Bangsa Indonesia terkenal akan budayanya yang beraneka ragam dan
memiliki kekayaan yang melimpah ruah yang tidak dimiliki bangsa lain. Indonesia
juga terkenal dengan penduduknya yang ramah - ramah dan menerima pendapat serta
perbedaan - perbedaan di lingkungan Bangsa Indonesia. Indonesia telah mulai belajar

6
menerima dan memahami perbedaan sesungguhnya dengan lebih terbuka. Patriotisme
konstruktif juga membutuhkan keterlibatan politik dalam arti luas. Tidak berarti harus
tergabung dalam politik praktis, melainkan adanya aktivitas untuk mendapatkan
informasi politik atau hal-hal yang berkaitan dengan kelompoknya. Dengan lebih
mengenal kelompoknya baik karakteristik maupun permasalahannya, akan
memudahkan seseorang untuk bisa lebih pedulli atau terlibat, termasuk mengkritisi
untuk menghasilkan perubahan positif.

C. Perbedaan Nasionalisme dan Patriotisme


Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan
kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris “nation”) dengan mewujudkan satu
konsep bersama untuk sekelompok manusia.
Contoh: cinta dan bangga terhadap budaya Indonesia.

Patriotisme adalah sikap yang berani, pantang menyerah dan rela berkorban demi
bangsa dan negara. Patriotisme berasal dari kata “patriot” dan “isme” yang berarti
sifat kepahlawanan atau jiwa pahlawan, atau “heroism” dan “patriotism” dalam
bahasa Inggris. Pengorbanan ini dapat berupa pengorbanan harta benda maupun jiwa
raga. Patriotisme juga merupakan suatu kebajikan yang benar-benar fitri (fitrah
manusia) dan mempunyai tempat di dalam kehidupan moral manusia. Perasaan taat
setia merupakan senjata mental yang cukup kuat untuk mempertahankan negara.
Contoh: terus berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

D. Pengimplementasian Nasionalisme dan Patriotisme


Nilai-nilai patriotisme dan nasionalisme dapat diterapkan dalam berbagai lingkungan
kehidupan yang cakupannya meliputi negara dan bangsa. Bentuk paling menonjol
dari penerapan nilai-nilai tersebut adalah berani berkorban untuk memajukan
masyarakat, bangsa maupun negara.

Agar dapat menerapkan nilai patriotisme dan nasionalisme, seseorang harus


mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi. Melihat begitu
pentingnya patriotisme dan nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
tidak mengherankan jika kedua hal tersebut perlu ditanamkan pada seluruh komponen
bangsa.

Berikut beberapa cara yang dapat ditempuh untuk menanamkan jiwa patriotisme dan
nasionalisme kepada semua elemen Bangsa (Indonesia):

 Memelihara semangat, disiplin, tekad, dan meningkatkan partisipasi aktif


dalam pelaksanaan pembangunan.

7
 Meningkatkan disiplin nasional dan tanggung jawab sosial dalam rangka
menumbuhkan sikap mental kesetiakawanan sosial, tepa selira, tenggang
rasa, dan rasa tanggung jawab.
 Melakukan pendidikan politik dalam rangka meningkatkan kesadaran akan
hak dan kewajiban sebagai warga negara yang memiliki tanggung jawab.

Selain ketiga cara diatas, penerapan prinsip patriotisme dan nasionalisme dapat
dilakukan dengan cara Pewarisan dan Keteladanan.

Cara Pewarisan

Cara pewarisan dilakukan dengan mengadakan serangkaian kegiatan yang dapat


menumbuh kembangkan jiwa patriotisme  dan nasionalisme pada generasi muda.
Kegiatan tersebut seperti mengenal perjuangan tokoh-tokoh pahlawan, mengunjungi
tempat-tempat bersejarah seperti museum, dan tapak tilas perjuangan bangsa.

Sikap nasionalisme dan patriotisme hanya didapat pada orang yang meletakkan
nasionalisme dan patriotisme sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Sikap tersebut
perlu ditanamkan sejak dini. dan dapat diwujudkan di berbagai lingkungan, baik di
sekolahan, lingkungan keluarga, masyarakat maupun berbangsa dan bernegara.

Wujud sikap Patriotisme dan Nasionalisme di lingkungan keluarga:

 mendengarkan nasihat orang tua.


 membantu orang tua.
 menghormati dan menghargai orang tua.
 menjaga nama baik keluarga.

Wujud sikap Patriotisme dan Nasionalisme di lingkungan sekolah:

 menghormati guru;
 mengikuti upacara bendera dengan baik;
 menjaga keamanan lingkungan kelas.
 melaksanakan tata tertib sekolah;

Wujud sikap Patriotisme dan Nasionalisme di lingkungan masyarakat, berbangsa, dan


bernegara:

 menghargai lagu kebangsaan;


 bangga memiliki kebudayaan nasional;
 menghormati bendera kenegaraan;
 mencintai produksi dalam negeri;
 berani membela kebenaran dan keadilan.
 menjaga dan melestarikan benda-benda bersejarah;
 menghormati jasa para pahlawan;

Cara Keteladanan

Dalam hal ini generasi sebelumnya memberikan keteladanan (contoh) sikap hidup
yang mencerminkan patriotisme dan nasionalisme. Keteladanan dapat diberikan di
berbagai aspek lingkungan, seperti masyarakat, sekolah dan keluarga.

8
Keteladanan di lingkungan keluarga biasanya diberikan oleh ibu, ayah, atau anak
yang lebih tua. Contoh keteladanan di lingkungan keluarga:

 seorang kakak yang memberi teladan / contoh yang baik dalam hal kegiatan
keagamaan.

Keteladanan di lingkungan sekolah biasanya diberikan oleh Senior kelas (Kakak


Kelas), guru maupun kepala sekolah. Contoh keteladanan di lingkungan.

 Turut serta secara aktif pada gerakan pramuka.

Keteladanan di lingkungan masyarakat biasanya diberikan oleh tokoh masyarakat.


Contoh keteladanan di lingkungan masyarakat.

 Turut serta secara aktif pada gerakan Karang Taruna.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Nasionalime adalah suatu paham yang menganggap bahwa kesetiaan
yang tertinggi atas setiap pribadi yang diserahkan kepada Negara dan kebangsaan.
Patriotism adalah rasa cinta tanah air seserorang dan rasa rela beekorban pada setiap
individu masyarakat. Perbedaan antara Nasionalisme dan Patriotisme dapat dilihat
dari tujuan dan pengertiannya. Dan rasa patriotism dan nasionalime harus ada dalam
setiap individu masyarakat.
B. Saran

10
DAFTAR PUSTAKA

http://www.markijar.com/2015/12/pengertian-dan-penerapan-patriotisme_1.html

http://www.markijar.com/2015/12/pengertian-dan-penerapan-patriotisme_1.html

Fahd Reza Abdullah’s Blog. Landasan Teori Tentang Nasionalisme

Febi’s Blog. Manfaat Sikap Patriotisme dalam Pendidikan

Jamli, Edison dkk. Kewarganegaraan. 2005. Jakarta: Bumi Akasara

11

Anda mungkin juga menyukai