Anda di halaman 1dari 3

Geriatri adalah ilmu yang mempelajari tentang penyakit kronis yang umumnya

berkaitan dengan proses menua, termasuk penegakan diagnosis dan pengobatan.


Sementara itu terapi gizi medis sebelumnya hanya dipraktikkan di rumah sakit / fasilitas
perawatan jangka panjang, namun seiring dengan bertambahnya jumlah lansia dan
kebutuhan maka pelayanan gizi berkembang ke rumah dan masyarakat yang fokusnya
adalah promosi kesehatan, penurunan risiko, dan pencegahan penyakit.
Menurut World Health Organization (WHO), lansia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun ke atas. Faktor-faktor perubahan yang mempengaruhi masalah
kesehatan pada lansia yang berpengaruh dengan status gizi :
Perubahan Fisiologis
Tubuh manusia mengalami perubahan sesuai dengan masanya. Semakin bertambah
usia, akan semakin berkurang fungsi tubuhnya dan terjadi berbagai perubahan baik
secara fisik maupun persepsi, penurunan massa tubuh, kecepatan metabolisme basal,
dan menurunnya fungsi organ-organ untuk bekerja yang kemudian mempengaruhi
kebutuhan gizi lansia.
Perubahan Komposisi Tubuh
Meliputi, terjadinya :

1. Penurunan massa tubuh (kurus) antara 1% – 2% per tahun dimulai pada usia 30
tahun.
2. Terjadi peningkatan jaringan adiposa, lemak berkurang di daerah kaki tetapi
meningkat sekitar organ dan perut. Peningkatan ini terkait erat dengan tingkat
kebugaran lansia dan berat badan.
3. Penurunan cairan tubuh total (penurunan cairan ekstraseluler dan intraseluler).
4. Penurunan densitas tulang.

Perubahan Indera Perasa dan Penciuman


Perubahan indera dan persepsi seperti kepekaan terhadap rasa, aroma, bahkan
pendengaran dan penglihatan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pemenuhan
gizi lansia. Contoh : ketika kemampuan seseorang untuk mengecap rasa berkurang,
makanan terasa hambar atau pahit sehingga mempengaruhi bagaimana seseorang
memilih jenis makanan dan berpengaruh terhadap jumlah asupan makan lansia.
Papila pengecap mulai mengalami atrofi pada usia 50 tahun, terutama penurunan
sensitivitas terhadap rasa manis dan asin. Selain itu muncul glossodyna atau nyeri pada
lidah. Namun penurunan indera pengecap juga perlu memperhatikan pengaruh obat-
obatan.
Perubahan Gigi dan Mulut Lansia
Penurunan sekresi air liur, kehilangan gigi geligi, penggunaan gigi tiruan
dan xerostomia (mulut kering) dapat menyebabkan gangguan mengunyah dan
menelan. Sehingga lansia dengan masalah gigi dan mulut lebih menyukai makanan
lunak yang lebih mudah dikunyah. Di sisi lain lansia akan membatasi makanan padat
gizi seperti biji-bijian, buah segar, sayur-sayuran dan daging. Oleh sebab itu persiapan
makanan lansia yang kaya cairan seperti sup, rebusan, dan makanan cincang akan
membuat makanan lebih mudah dikunyah dan ditelan.
Selain perubahan di atas kebutuhan gizi dan status gizi lansia juga dipengaruhi oleh
faktor komorbid lain seperti perubahan saluran cerna, perubahan pada ginjal,
kardiovaskular, neurologis dan masih banyak lagi.
Rekomendasi gizi seimbang untuk lansia :

1. Jaga keseimbangan energi untuk mencapai dan menjaga berat badan normal.
Makan utama dan selingan harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan lansia
sehingga mencukupi kebutuhan gizinya. Kebanyakan lansia tidak mampu
mengonsumsi makanan dalam jumlah banyak dalam sekali makan, sehingga
makanan diberikan porsi kecil namun sering.

Pola makan diutamakan seperti asupan makanan dan minuman padat gizi. Contoh pilih
susu dan hasil olahannya yang rendah lemak, seafood, daging has dan unggas, telur,
kacang-kacangan dan biji-bijian. Perhatikan cara pengolahannya yang disesuaikan
dengan kemampuan dan faktor penyakit lain yang diderita oleh lansia.

2. Batasi konsumsi gula, karbohidrat sederhana : tepung, garam, dan lemak jenuh.
3. Pilih sayuran, buah, biji-bijian dan hasil olahannya sebagai sumber kalium, serat
makanan, kalsium, dan vitamin D. Makan berbagai macam sayuran terutama
yang berwarna hijau, orange.
4. Biasakan mengkonsumsi sumber kalsium untuk menjaga kesehatan dan
kekuatan tulang dan gigi. Lansia dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang
kaya kalsium serta vitamin D seperti ikan, susu. Selain itu terpapar sinar
matahari pagi juga dapat membantu pembentukan vitamin D aktif dalam tubuh.
5. Kebutuhan gizi sebaiknya terpenuhi dari asupan makan. Bila dibutuhkan,
makanan yang difortifikasi dan suplemen diperbolehkan pada kondisi khusus
sesuai dengan intruksi medis.
6. Biasakan konsumsi makanan berserat karena lansia sering mengalami sembelit,
selain sayur dan buah lansia dapat mengonsumsi produk whole grain yang tinggi
serat.
7. Minum air putih sesuai kebutuhan. Karena Seiring dengan bertambahnya usia,
sistem hidrasi lansia menurun sehingga kurang peka terhadap kekurangan atau
kelebihan cairan. Sebaiknya lansia mengonsumsi 1500 – 1600 ml sekitar 6 gelas
atau 25 – 30 ml/Kg BB per hari. Ini lebih sedikit daripada anjuran konsumsi air
untuk orang dewasa yang sebanyak 8 gelas per hari.
8. Tetap melakukan aktivitas fisik dan kurangi waktu untuk aktivitas sedenter.
Lansia dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik ringan, seperti berjalan santai,
bersepeda, berkebun, yoga atau senam lansia.
9. Dari semua rekomendasi yang telah disebutkan tadi, tentunya bahan makanan
yang akan diolah harus disesuaikan dengan penyakit penyerta atau makanan
pantangan masing-masing individu, selain itu pengolahan yang tepat sehingga
makanan dapat diterima dengan baik oleh lansia.

Selain rekomendasi diet gizi seimbang untuk lansia, berikut ini ada beberapa bantuan
terhadap lansia yang dapat dilakukan oleh keluarga saat makan dan minum untuk
mencegah terjadinya malnutrisi :

1. Saat makan harus santai dan tidak tergesa-gesa.


2. Jika pasien gelisah atau tertekan, jangan paksa mereka untuk makan atau
minum. Tunggu sampai tenang sebelum menawarkan makanan atau minuman
untuk menghindari risiko tersedak.
3. Pastikan bahwa pasien nyaman dan duduk tegak. Jika terbaring di tempat tidur,
aturlah posisi yang baik sebelum memberikan makanan dan minuman (dudukkan
pasien antara 30-45 derajat untuk mrnghindari tersedak).
4. Berhati-hatilah ketika menawarkan makanan dan minuman panas karena
beberapa penderita demensia kehilangan kemampuan untuk menilai suhu.
5. Jika pasien kesulitan menggunakan sendok dan garpu, bimbinglah tangan
mereka ke mulut untuk mengingatkan cara makan.
6. Pasien dengan kesulitan menelan harus diberikan makanan dengan konsistensi
yang dapat mereka toleransi dan harus diberikan oleh keluarganya.
7. Pasien yang tidak dapat duduk lebih dari 15 menit dapat diberikan makanan
ringan antara waktu makan karena pasien sering merasa lapar akibat gelisah.
8. Pasien demensia stadium akhir memerlukan pemasangan selang makan untuk
mempertahankan berat badan.

Anda mungkin juga menyukai