Anda di halaman 1dari 13

Hubungan Kemandirian Keluarga Dengan Perawatan

Hipertensi Pada Keluarga Binaan Puskesmas Sukaresmi


Garut

Disusun Oleh :
Nama : Widia (18220013)
Prodi : S1 Keperawatan / 6
Mata Kuliah : Keperawatan Keluarga

Dosen Pengampu: Ns. Miftah Apriani, S.Kep., M.Kep

YAYASAN KADER BANGSA


UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG
FAKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2021

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 1


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Hubungan Kemandirian Keluarga Dengan Perawatan
Hipertensi Pada Keluarga Binaan Puskesmas
Sukaresmi Garut
Udin Rosidin1, Iwan Shalahuddin2, Umar Sumarna3
1
Universitas Padjadjaran, Email: dinr8629@gmail.com
2
Universitas Padjadjaran, Email: shalahuddin.iwan@gmail.com
3
Universitas Padjadjaran, Email: sumarna111058@gmail.com

ABSTRAK
Penyakit kardiovaskuler kini menjadi penyebab utama kematian di dunia, termasuk di
Indonesia. Dari data Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan RI tahun 2007
diketahui bahwa 31,9 % kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler.
diantaranya adalah penyakit hipertensi sebesar 12,3 %, sebagai penyebab kematian
kedua setelah stroke. Selain menjadi penyebab kematian, penyakit hipertensi juga
prevalensinya sangat tinggi yaitu 31,7 %. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor
faktor apa saja yang berhubungan dengan kemandirian keluarga dalam melaksanakan
perawatan hipertensi pada keluarga binaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif, dengan metode penelitian adalah cross sectional. Variabel dalam penelitian ini
adalah pengetahuan, akses ke pelayanan kesehatan dan perilaku petugas kesehatan sebagai
variabel independen dan kemandirian keluarga dalam melaksanakan perawatan hipertensi di
rumah adalah variabel dependennya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa p ada variabel
independen pengetahuan responden 50% baik, akses ke pelayanan kesehatan 52,6%
jauh, dan perilaku petugas kesehatan 55,3% tidak melakukan standar pelayanan
kesehatan. Sedangkan variabel dependen 39,5 % responden berada pada tingkat
kemandirian I. Kesimpulan berdasarkan hasil uji statistik didapatkan hasil adanya hubungan
antara pengetahuan dengan kemandirian keluarga (p value = 0,042), adanya hubungan
antara akses ke pelayanan kesebatan dengan tingkat kemandirian keluarga (p value = 0,044)
dan ada hubungan antara perilaku petugas kesehatan terhadap tingkat kemandirian (p value =
0,030). Saran untuk Puskesmas Sukaresmi yang dapat diberikan adalah untuk tetap
melakukan pembinaan keluarga khususnya pada penderita hipertensi, mendekatkan
jangkauan pelayanan kesehatan kepada keluarga binaan dan selalu bekerja sarna dengan
keluarga dalam melaksanakan program pembinaan keluarga.
Kata Kunci: Hipertensi, Kemandirian, Pengetahuan

ABSTRACT
Cardiovascular disease is now the leading cause of death in the world, including in Indonesia.
From the data of Basic Health Research of the Ministry of Health of the Republic of Indonesia,
it is known that 31.9% of deaths in Indonesia are caused by cardiovascular disease. including
hypertension by 12.3%, as the second cause of death after stroke. In addition to causing death,
hypertension disease is also very high prevalence of 31.7%. The purpose of this study to
determine what factors are associated with family independence in implementing hypertension
treatment in the assisted family. This research use quantitative approach, with research method
is cross sectional. Variables in this research are knowledge, access to health service and
behavior of health officer as independent variable and family independence in carrying out
hypertension treatment at home is dependent variable. The results showed that the independent
variable of knowledge of 50% respondents good, access to health service 52,6% far, and
behavior of health officer 55,3% not doing health service standard. While the dependent
variable 39.5% of respondents are at the level of independence I. The conclusion based on the

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 2


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
result of statistical test showed that there was a correlation between knowledge with family
independence (p value = 0,042), existence of relation between access to service of debate with
family independence level (p value = 0,044) and there is correlation between behavior of health
officer to level of independence (p value = 0,030). Suggestions for Sukaresmi Puskesmas that
can be given is to keep doing family coaching, especially on hypertension patient, closer the
reach of health service to assisted family and always work together with family in executing
family development program
Keywords: Hypertension, Independence, Knowledge

Diterima:10 Januari 2018, Direvisi: 19 Februari 2018, Diterbitkan: 15 April 2018

PENDAHULUAN Riset
Pembangunan kesehatan adalah bagian dari
pembangunan nasional yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi tingginya (Depkes RI, 2004).
Untuk menjamin tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan tersebut sangat
ditentukan oleh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang
kesehatan. Keberhasilan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan
tersebut selain berdampak pada hasil
pembangunan juga dapat meningkatnya
produktifitas penduduk, penurunan angka
kematian akibat sakit dan meningkatnya usia
harapan hidup serta terjadi pergeseran pola
penyakit, dari penyakit infeksi dan malnutrisi
ke penyakit non infeksi (Sarvasti, 2012).
Pergeseran pola penyakit dari penyakit
infeksi dan malnutrisi ke penyakit non infeksi
tersebut sangat di tentukan pula oleh
perilaku masyarakat yang tidak mendukung
hidup sehat. Keadaan ini sesuai dengan
konsep transisi epidemiologi yang
diperkenalkan oleh Sarvasti (2012). Konsep
transisi epidemiologi tersebut
menggambarkan adanya
kecenderungan dominasi penyakit degenaritf.
Penyakit degeneratif yang merupakan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas
saat ini adalah penyakit kardiovaskuler yaitu
jantung koroner, hipertensi dan diabetes
melitus, (Sarvasti, 2012).
Penyakit kardiovaskuler kini menjadi
penyebab utama kematian didunia, termasuk
di Indonesia. World Health Organization
(WHO) memprediksikan bahwa dimasa yang
akan datang 80 % kematian akibat penyakit
kardiovaskuler akan terjadi di Negara
berkembang (Sarvasti, 2012). Dari data
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian
Kesehatan tahun 2007 diketahui bahwa
31,9
% kematian di Indonesia disebabkan oleh
penyakit kardiovaskuler. Penyakit
kardiovaskuler tersebut diantaranya adalah
penyakit hipertensi sebesar 12,3 %, sebagai
penyebab kematian kedua setelah stroke
sebesar 26,9 %.
Selain menjadi penyebab kematian,
penyakit hipertensi juga prevalensinya
sangat tinggi. Sekitar 600 juta penderita
hipertensi tersebar dibeberapa negara
berkembang. Angka kejadian penyakit
hipertensi di Indonesia berkisar 2 – 18 %
yaitu kira kira terdapat 20 juta orang
penderita hipertensi (Arza, P. A., & Yenni,
N. (2014). Menurut Rahajeng, E., &
Tuminah, S. (2009) prevalensi penyakit
hipertensi di Indonesia mencapai 31,7 %
sedangkan diabetes mellitus 5,7 % dan
stroke 0,8 %
Dilihat dari jumlah penderita hipertensi
yang terjadi di Indonesia, jumlah penderita
hipertensi ini tersebar di beberapa provinsi
termasuk di Provinsi Jabar. Tingkat
prevalensi di Provinsi Jabar mencapai
9,5%, sedangkan rata-rata nasional 7,2 %
(Riskesdas, 2007). Berdasarkan profil
kesehatan Kabupaten Garut tahun 2011
pola penyakit rawat inap dan rawat jalan di
puskesmas, penyakit hipertensi menduduki
urutan ke 6 (4.2%) setelah influenza
(17,1%), infeksi saluran nafas akut (11,2%),
gastroduodenitis tidak spesifik 6,3%), tukak
lambung (5,6%), dan gastroenteritis (5,5%)
(Garut, D. K. K, 2012).
Hipertensi yaitu suatu penyakit dimana
tekanan darah berkisar 140/90 mmHg yang
disebabkan oleh faktor-faktor pencetus,
seperti gaya hidup yang kurang baik seperti
merokok, kurangnya olah raga dan pola
makan yang tidak sehat (Utami, P, 2009).
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 1 April 2018

Seperti halnya yang dikatakan oleh Brunner sebanyak 38 keluarga (36,89 %),
dan Suddart bahwa Tekanan darah adalah rheumatoid 26 keluarga (25,24 %), gastritis
tekanan yang ditimbulkan pada dinding 24 keluarga (23,30 %) dan sisanya 15
arteri. Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh keluarga (14,56%) adalah penderita TBC,
beberapa faktor seperti curah jantung, stroke, asma dan diabetes mellitus. Dari data
ketegangan arteri, laju serta kekentalan tersebut hampir setengahnya keluarga
(viskositas) darah. Tekanan darah biasanya binaan dengan entry point penyakit
digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik hipertensi. Pembinaan keluarga
terhadapa tekanan diastolik dengan nilai dilaksanakan selama lima minggu, dan hasil
dewasa normalnya berkisar dari 100/60 dari kegiatan tersebut adalah keluarga
sampai 140/90(Brunner dan Suddart, 2000). dengan tingkat kemandirian I sebanyak 47
Melihat karakteristik penyakit tersebut maka keluarga (41,59 %), keluarga dengan tingkat
penyakit hipertensi perlu ditangani dengan kemandirian II ada 42 keluarga (37,17 %)
baik. Untuk mencegah hal tersebut perlu ada dan keluarga dengan tingkat kemandirian III
keterlibatan keluarga sebagai deteksi dini sebanyak 24 keluarga (21,24 %).
dan pelaksana perawatan hipertensi di Apabila kita lihat data hasil kegiatan
rumah. Melihat hal tersebut diperlukan pembinaan tersebut, terdapat perbedaan
kemandirian keluarga, karena keluarga tingkat kemandirian walaupun dibina secara
mempunyai tugas dalam penanganan bersamaan. Perbedaan tingkat kemandirian
masalah kesehatan di rumah (Padila, 2012). tersebut sangat ditentukan oleh faktor faktor
Kemandirian keluarga adalah kemampuan yang mendukung keluarga dalam
dan inisiatif keluarga dalam mengenal dan melaksanakan perawatan di rumah. Dari
mengatasi masalah kesehatan secara latar belakang di atas, maka tujuan
mandiri. penelitian ini adalah untuk mengetahui
Kemandirian keluarga dalam hal ini adalah faktor faktor apa saja yang berhubungan
perilaku keluarga dalam melaksanakan dengan kemandirian keluarga dalam
tindakan keperawatan secara mandiri. melaksanakan perawatan hipertensi pada
Menurut Green yang diambil dari Ardi keluarga binaan Puskesmas Sukaresmi
perilaku kesehatan terbentuk dari tiga factor, Kabupaten Garut tahun 2014.
yaitu 1). Predisposing factors yang
terwujud dalam pengetahuan, sikap, KAJIAN LITERATUR
kepercayaan, keyakinan dan nilai nilai, 2), Kemandirian berasal dari kata dasar diri
Enabling factors yang terwujud dalam yang mendapatkan awalan "·ke" dan
lingkungan fisik dan sarana (fasilitas) akhiran "-an" yang kemudian membentuk
kesehatan dan 3). Reinforcing factors yang suatu kata keadaan atau kata benda.
terwujud dalam sikap dan perilaku petugas Karena kemandirian berasal dari kata
kesehatan(Ardi, 2012). dasar diri, pembaha san mengenai
Petugas kesehatan khususnya tenaga kemandirian tidak dapat dilepaskan dari
keperawatan di puskesmas mempunya peran pembahasan mengenai perkembangan diri
yang sangat penting dalam pelaksanaan itu sendiri, yang dalam konsep Carl Rogers
pembinaan keluarga mandiri. Dalam upaya disebut dengan istilah self (Ardi, 2012).
tersebut, petugas keperawatan sering bekerja Karena diri itu merupakan inti dari
sama dengan mahasiswa keperawatan dalam kemandirian. Senada dengan definisi diatas,
pelaksanaan kegiatan pembinaan keluarga. Ardi (2012) menyatakan bahwa kemandirian
Pada tahun 2013 Puskesmas Sukaresmi rnerupakan suatu kemampuan individu
Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Garut untuk mengatur dirinya sendiri dan tidak
bekerja sama dengan mahasiswa Akademi tergantung kepada orang lain. Mu'tadin juga
Keperawatan Pemerintah Kabupaten Garut menyatakan bahwa kemandirian meliputi
melaksanakan kegiatan pembinaan keluarga perilaku mampu berinisiatif, mampu
di tujuh desa wilayah Puskesmas Sukaresmi. mengatasi hambatan/masalah, mempunyai
Keluarga yang dibina sebanyak 113 keluarga rasa percaya diri dan dapat melakukan
dengan entry point penderita hipertensi sesuatu sendiri orang lain (Ardi,
tanpa bantuan 2012).
ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 14
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 1 April 2018

Untuk dapat melatih Tekanan darah itu a. Hindari


rnandiri seseorang kemandirian sendiri makanan
rnembutuhkan seseorang didefinisikan berlemak
kesempatan, sangatlah sulit, sebagai tekanan (daging, keju,
dukungan dan namun hal itu yang terjadi di jeroan,
dorongan dari dapat dilakukan dalam pembuluh santan,
keluarganya, agar walau dengan cara arteri manusia gorengan)
dapat mencapai bertahap. Prinsip ketika darah b. Kurangi
otonomi atas diri yang perlu diingat dipompa oleh garam dapur
sendiri. adalah bahwa jantung ke seluruh ( 14 sendok
Berdasarkan seseorang akan anggota tubuh. teb perhari)
beberapa terlatih menjadi (Ridwan, 2009 ). c. Hindari
pengertian di atas mandiri bila ia Tindakan makanan
maka dapat diberi peluang keperawatan yang yang
disimpulkan untuk dapat dilakukan di diawetkan
kemandirian melakukannya. rumah oleh (sarden, ikan
adalah Hipertensi keluarga pada asin, mie
kemampuan merupakan klien Hipertensi instan)
seseorang untuk gangguan menurut Sudiharto d) Kendalikan
rnengontrol asimptomatik yang (2005) adalah stress dengan
perilakunya dan sering terjadi : teknik
menyelesaikan ditandai dengan relaksasi, nafas
masalahnya secara peningkatan dalam, yoga,
bebas, tekanan darah bercerita).
bertanggung secara persisten d. Lakukan
jawab, percaya diri (Potter & Perry, latihan fisik
dan penuh inisiatif 2005). Menurut secara teratur
serta dapat Brunner & (jalan pagi,
memperkecil Suddarth senam
ketergantungannya Hipertensi dapat relaksasi)
pada orang lain. didefinisikan e. Kontrol Berat
Aspek-aspek sebagai tekanan Badan
kemandirian darah persisten f. Berhenti
meliputi dimana tekanan merokok / kopi
mengambil sistoliknya di atas g. Periksa
inisiatif meneoba 140 mmHg dan Tekanan
mengatasi tekanan diastolik darah
rintangan dalam di atas 90 rmnHg. secara
lingkungannya, Pada populasi rutin/perming
meneoba manula, hipertensi gu (
mengarahkan didefinisikan Sudiharto,
perilakunya sebagai tekanan 2005)
menuju sistolik 160 rmnHg Keluarga adalah
kesempurnaan, dan tekanan suatu ikatan atau
memperoleh diastolik 90 mmHg persekutuan hidup
kepuasan dari (Brunner & atas dasar
bekerja dan Suddarth, 2002) perkawinan antara
mencoba Hipertensi orang dewasa yang
mengerjakan merupakan berlainan jenis
tugas- tugas rutin penyakit yang yang hidup
oleh dirinya berhubungan bersama atau
sendiri (Ardi, dengan tekanan seorang
2012). Dalam darah man usia. perempuan yang
ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 15
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 1 April 2018

sudah send irian mempengaruh dalam hal ini data secara


dengan atau tanpa i kesehatan akan menyeluruh,
anak, baik anggota mempengaruhi akurat dan
anaknya sendiri keluarga keluarga untuk sistematis, perawat
atau adopsi dan secara mengambil menggunakan data
tinggal dalam keseluruhan. keputusan pengkajian untuk
sebuah rumah c. Masalah yang tepat menentukan
tangga (Padila, kesehatan terhadap diagnose
2012). dalam satu masalah keperawatan,
Alasan keluarga keluarga kesehatan Perawat
sebagai salah saling yang dialami. mengembangkan
satu unit dalam berkaitan. e. Keluarga rencana,
pelayanan Misalnya Ibu merupakan menetapkan tujuan
kesehatan hamil kurang perantara yang berdasrakan
adalah: gizi, akan efektif dan dioagnosa
a. Keluarga mengalami mudah untuk keperawatan,
merupakan penurunan mengatasi perawat dipandu
unit terkecil daya tahan berbagai oleh rencana
dari tubuh masalah untuk memberikan
komunitas/m sehingga kesehatan kenyamanan,
asyarakat, mudah masyarakat pemulihan,
keluarga terserang (DepKes, R. I. perbaikan dan
merupakan penyakit dan 2004) pendidikan
lembaga yang pada akhirnya Dalam kesehatan,Secara
menyangkut akan melaksanakan berkelanjutan
kehidupan mempengaruh pembinaan perawat
masyakat. i keluarga petugas mengevaluasi
Dari pertumbuhan kesehatan respon klien dan
keluarga dan diharuskan keluarga, perawat
yang sehat perkembanga mengikuti standart bertanggung jawab
akan tercipta n janin. pelayanan terhadap
komunitas d. Dalam kesehatan kenyamanan klien
yang sehat. penyelesaian terhadap tempat dan keluarga,
b. Keluarga masalah pelayanan perawat memulai
sebagai kesehatan, kesehatan yaitu : kerjasama dengan
kelompok keluarga Seluruh pelayanan semua pelaksana
yang dapat sebagai kesehatan pelayanan
menimbulkan pengambil dirumah kesehatan, dan
, mencegah, keputusan. direncanakan, perawat
mengabaikan Keluarga diorganisir menggunakan
atau pada langsung oleh kode etik dalam
memperbaiki akhirnya yang tenaga perawatan melaksnakan
masalah menentukan professional, perawatan
kesehatan apakah perawat (Sumijatun, at, al,
yang ada. masalah menerapkan 2006)
Jika salah keserhatan konsep teori
satu anggota akan sebagai dasar METODE
keluarga , dibiarkan pengambilan PENELITIAN
sakit atau atau bahkan keputusan
Rancangan
mengalami mendatangka Secara penelitian yang
masalah n maslah berkelanjutan dilakukan dalam
kesehatan, kesehatan perawat penelitian ini
maka akan lain, sehingga mengumpulkan adalah survey
ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 16
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 1 April 2018

analitik dilakukan perawatan responden kesehatan yaitu


dengan hipertesnsipada sebagian besar 52,6%.
menggunakan keluarga binaan hanya lulus Persepsi
pendekatan dan variabel Sekolah Dasar responden
kuantitatif, metode independennya yaitu berjumlah terhadap perilaku
penelitiannya adalah 86.8 %, petugas
adalah cross pengetahuan Sedangkan kesehatan, lebih
sectional, karena pekerjaan
responden dari setengahnya
dalam penelitian pelayanan responden memiliki persepsi
ini variabel terikat kesehatan dan lebihdari “ya” melakukan
dan variabel bebas perilaku petugas setengahnya tidak standar pelayanan
di kumpulkan kesehatan. Karena bekerja yaitu keperawatan
pada saat variabel tersebut sebesar 72%. masyarakat, yaitu
bersamaan dan akan Pengetahuan sebesar 55,3 %.
sifatnya sesaat mempengaruhi responden di
(Notoatmojo, kepada daerah binaan Tingkat
2012). Ini berarti kemandirian Puskesmas kemandirian
setiap subyek keluarga dalam Sukaresmi Keluarga binaan
hanya melaksanakan tentang cara Puskesmas
diobservasisatu perawatan pencegahan dan Sukaresmi kurang
kali saja dan hipertensi di perawatan dari setengahnya
pengukuran rumah. hipertensi di berada pada
dilakukan terhadap rumah tingkat
status karakter PEMBAHASAN setengahnya kemandirian I,
atau variabel Analisis univariat responden berada yaitu sebanyak
subyek pada saat karakteristik pada kelompok 39,5%.
pemeriksaan. responden dari yang rnemiliki Analisis biavariat
Variabel dependen umur, jenis pengetahuan baik menggambarkan
penelitian ini kelamin, yaitu 50%. hubungan antara
adalah pendidikan dan Persepsi variabel bebas
kemandirian pekerjaan responden dengan variabel
keluarga dalam didapatkan terhadap jarak terikat, Variabel
melaksanakan sebagai berikut: rumah ke tempat bebas dalam
rata- rata umur pelayanan penelitian ini
responden adalah kesehatan lebih adalah
55,24 tahun, umur dari setengahnya pengetahuan,
tertua 73 tahun menyatakan akses ke
dan umur rumahnya jauh pelayanan
termuda dari tempat kesehatan dan
35 tahun. pelayanan perilaku petugas.
Kurang dari Sedangkan Hasil analisi
setengahnya bivariat antara pada
responden berada variabel penelitian adalah
pada kelompok sebagai berikut
usia 55 - 64 tahun. terikatnya
Sedangkan Jenis
kelamin adalah tingkat
responden lebih kemandirian
dari setengahnya keluarga.
adalah perempuan
yaitu sebanyak
55,3%. Tabel 1
Pendidikan Analisis Uji Hubungan antara
ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 17
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 1 April 2018

Pengetahuan Responden dengan


Kemandirian Keluarga di Puskesmas
Sukaresmi Kabupaten Garut Tahun
2014
Kemandirian

Pengetahuan KM III KM
II KM I
F % f %
Baik 9 47,4 6 31,6
Kurang 3 15,8 5 26,3
Jumlah 12 11

Tabel 2
Analisis Uji Hubungan Antara
Akses ke Yankes dengan
Kemandirian Keluarga di
Puskesmas Sukaresmi
Kabupaten Garut Tahun 2014

Akses Kemandirian
ke Keluarga Jumlah
Yan KM III F % Value
f % F %
kes Dekat KM 9I 50 5 27,8 4 22,2 18 0,044
Jauh 3 15 6 30 11 55 20
Jumlah 12 11 15 38

Tabel 3
Analisis Uji Hubungan Antara
Perilaku Petugas dengan
Kemandirian Keluarga di
Puskesmas Sukaresmi
Kabupaten Garut Tahun 2014

Perila Kemandirian
ku Keluarga Jumlah
Petug KM III F % F % F %
as Melakukan KM10 I 50 5 25 5 25 20 0,030
Tidak 2 11,1 6 33,3 10 55,6 18
Jumlah 12 11 15 38

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 18


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 1 April 2018

Terbuktinya ada hubungan antara pelayanan kesehatan maka akan semakin


pengetahuan tersebut terhadap tingkat baik tingkat kemandirian keluarga dalam
kemandirian keluarga dalam melaksanakan melaksanakan perawatan hipertensi di
perawatan hipertensi pada daerah binaan rumah. Kesimpulannya adalah pada alpha
Puskesmas Sukaresmi sesuai dengan 5% ada hubungan yang signifikan antara
pendapat Agrina, A., & Zulfitri, R. (2013) tingkat kemandirian keluarga dengan
bahwa kemandirian adalah sebuah perilaku persepsi responden tentang akses ke
yang merupakan respon seseorang terhadap pelayanan kesehatan.
stimulus. Respon tersebut diolah dalam Hasil penelitian tersebut sesuai dengan
pikiran seseorang berdasarkan pengetahuan pernyataan, bahwa perilaku seseorang
yang dimiliknya. Pendapat lain menyatakan sangat ditentukan oleh sarana yang
bahwa kemandirian merupakan suatu mendukung terhadap perilaku yang akan
kemampuan individu untuk mengatur dibentuk. Salah satu sarana tersebut adalah
dirinya sendiri dan tidak tergantung kepada keterjangkauan terhadap pelayanan
orang lain (Ardi, 2012). Pendapat lain juga kesehatan. Karena penyakit hipertensi sering
menyatakan bahwa kemandirian meliputi terjadi tanpa keluhan maka penyakit
perilaku mampu berinisiatif, mampu hipertensi memerlukan pelayanan rutin dan
mengatasi hambatan atau masalah, berkala, baik di sarana pelayanan kesehatan
mempunyai rasa percaya diri dan dapat maupun tindakan perawatan di rumah
melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan (Ridwan, 2009).
orang lain. Kemampuan-kemampuan hubungan antara perilaku petugas dengan
tersebut harus didukung oleh pengetahuan kemandirian keluarga menunjukan bahwa
yang cukup untuk dapat mandiri dalam responden mempunyai persepsi (“ya”)
mengatasi masalah atau hambatan (Ardi, terhadap petugas kesehatan dalam
2012). melaksanakan standar pelayanan kesehatan,
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka responden tersebut cenderung memiliki
untuk meningkatkan kemandirian keluarga tingkat kemandirian yang baik dan
dalam perawatan hipertensi di rumah perlu sebaliknya apabila responden mempunyai
diberikan pengetahuan secara rutin tentang persepsi tidak terhadap petugas kesehatan
permasalahan penyakit hipertensi. Dengan dalam melaksanakan standar pelayanan
pengetahuan yang dimilikinya maka kesehatan, responden tersebut cenderung
keluarga akan dapat melaksanakan cara memiliki tingkat kemandirian yang kurang.
pencegahan dan cara perawatan hipertensi. Hasil penelitian sesuai dengan pendapat
Upaya untuk meningkatkan pengetahuan yang menyatakan bahwa dalam
keluarga tersebut adalah melalui program melaksanakan pembinaan keluarga petugas
perawatan kesehatan masyarakat dan secara kesehatan diharuskan mengikuti standart
bertahap melalui kegiatan kunjungan rumah pelayanan kesehatan. Petugas kesehatan
yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan. yang dimaksud adalah tenaga keperawatan
Selain itu dalam pembinaan keluarga untuk yang mengkoordinir seluruh kegiatan
dapat meningkatkan kemandirian pembinaan keluarga. Standar pelayanan
seseorang dalam melaksanakan perawatan kesehatan yang harus dilaksanakan tersebut
hipertensi di rumah membutuhkan yaitu Seluruh pelayanan kesehatan dirumah
kesempatan, dukungan dan dorongan dari direncanakan, diorganisir langsung oleh
keluarganya, maka libatkanlah keluarga tenaga perawatan professional; Perawat
dalam setiap pembinaan yang dilaksanakan menerapkan konsep teori sebagai dasar
oleh petugas Puskesmas. pengambilan keputusan; Secara
Hubungan antara akses ke yankes dengan berkelanjutan perawat mengumpulkan data
kemandirian keluarga menunjukkan secara menyeluruh, akurat dan sistematis;
semakin jauh tempat tinggal responden Perawat menggunakan data pengkajian
dengan tempat pelayanan kesehatan maka untuk menentukan diagnosa keperawatan;
akan semakin rendah tingkat Perawat mengembangkan rencana,
kernandiriannya dan sebaliknya semakin menetapkan tujuan berdasarkan diagnosa
dekat rumah responden dengan tempat keperawatan; Perawat dipandu oleh rencana
untuk memberikan kenyamanan,
ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 19
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 1 April 2018

pemulihan, membimbing hubungan yang kemandirian


perbaikan dan keluarga dalam signifikan antara keluarga dalam
pendidikan melaksanakan pengetahuan melaksanakan
kesehatan; Secara tugas keluarga di responden dengan perawatan
berkelanjutan bidang kesehatan. tingkat hipertensi pada
perawat Sehubungan hal kemandirian keluarga binaan
mengevaluasi tersebut maka keluarga dalam Puskesmas
respon klien dan Puskesmas melaksanakan Sukaresmi
keluarga; Perawat Sukaresmi perawatan Kabupaten Garut
bertanggung jawab diharapkan dapat hipertensi. Tahun 2014.
terhadap mengembangkan Ada hubungan
kenyamanan klien standar pelayanan yang signifikan REFERENSI
dan keluarga; kesehatan tersebut antara akses Agrina, A., &
Perawat memulai menjadi standar responden ke Zulfitri, R.
kerjasarna dengan operasional yankes dengan (2013).
semua pelaksana prosedur yang tingkat Efektifitas
pelayanan tetap dan harus kemandirian Asuhan
kesehatan; dilaksanakan oleh keluarga dalam Keperawata
Perawat petugas kesehatan melaksanakan n Keluarga
menggunakan setiap akan perawatan terhadap
kode etik dalam melaksakan hipertensi pada Tingkat
melaksanakan kegiatan. keluarga binaan. Kemandiria
perawatan Ada hubungan n Keluarga
(Sumijatun, at, al, yang signifikan Mengatasi
2006). antara perilaku Masalah
Berdasarkan PENUTUP petugas kesehatan Kesehatan
permasalah Karakteristik dengan tingkat Di
tersebut diatas keluarga binaan Keluarga.
peran petugas dengan masalah Sorot, 7(2),
kesehatan hipertensi rata- 81-89.
sangatlah penting rata umur
dalam responden 55 Ardi (2012),
meningkatkan tahun, Konsep
kemandirian Pengetahuan Kemandiria
keluarga. Faktor responden tentang n, Fakultas
petugas kesehatan cara pencegahan Psikologi
sangat penting, dan perawatan UIN
petugas kesehatan hipertensi pada SUSKA,
sebagai pelaksana keluarga binaan Riau
dalam program setengahnya Pekanbaru
perawatan responden
kesehatan pengetahuan baik. Arza, P. A., &
masyarakat Persepsi Yenni, N.
melalui pembinaan responden tentang (2014).
keluarga, akses ke Faktor-
memfasilitasi pelayanan Faktor Yang
keluarga dalam kesehatanpada Berhubunga
penggunaan sarana keluarga binaan n Dengan
kesehatan, juga adalah lebih dari Kejadian
petugas kesehatan setengahnya Hipertensi
sebagai pendidik responden pada Orang
dalam bentuk berpersepsi jauh Dewasa D
pemberian ke tempat iwilayah
penyuluhan pelayanan Kerja
kesehatan dan kesehatan. Ada
ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 20
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 1 April 2018

UPTDK Sarvasti. (2012),


Puskesmas Penyakit
Simpang Jantung
Empat Dan
Pasaman Pembuluh
Barat Darah
Tahun Penyebab
2012. Utama
'AFIYAH, Kematian
1(2). Di Dunia,
RSU
DepKes, R. I. Husada
(2004). Utama
Sistem Surabaya
kesehatan
nasional Sudiharto. (2005).
2004. Asuhan
keperawata
Garut, D. K. K n keluarga
(2012). denzan
Profil pendekatan
Kesehatan keperawata
Kabupaten n
Garut transkulura
Tahun l. Penerbit
2011. Buku
Dinkes Kedokteran.
Garut.
Sumijatun, S.,
Padila, N. (2012). Payapo, T.
Buku Ajar A.,
Keperawat Maruhawa,
an Medikal J., &
Bedah. Sumartini,
Yogyakarta M. (2005).
: Nuha Konsep
Medika.

Rahajeng, E., &


Tuminah,
S. (2009).
Prevalensi

dan
determinan
nya di
Indonesia.
Majalah
Kedoktera
n
Indonesia,
59(12),
580-
587.

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 21


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Dasar Keperawatan
Komunitas. Jakarta: EGC.

Utami, P. (2009). Solusi Sehat Mengatasi


Hipertensi. Jakarta:

Agromedia Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai