Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH EPIDEMIOLOGI K3

HIPERTENSI DAN INFERTILITAS (KEMANDULAN) DALAM LINGKUNGAN


KERJA

Disusun Oleh :

Ismiyatun Jariyah 2018710092

Suknia 2018710163

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah atas rahmat dan ridho Allah SWT, kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Menganalisis Penyakit Gangguan Darah dan Menganalisis Penyakit Reproduksi”.
Untuk tugas mata kuliah Epidemiologi K3 yang dibimbing oleh Bapak Kami mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah kami.
Kami menyadari dalam makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah yang kami
buat ini dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Tangerang , 28 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................
1.3 Tujuan.......................................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................

2.1 Definisi inferitas ......................................................................................................


2.1.1 Gejala...........................................................................................................
2.1.2 Diagnosis.....................................................................................................
2.1.3 Epidemiologi...............................................................................................
2.1.4 Faktor Risiko...............................................................................................
2.1.5 Upaya pencegahan ......................................................................................
2.2 Definisi Hipertensi ...................................................................................................
2.2.1 Gejala...........................................................................................................
2.2.2 Diagnosis.....................................................................................................
2.2.3 Epidemilogi ................................................................................................
2.2.4 Faktor Risiko...............................................................................................
2.2.5 Upaya Pencegahan.......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Ruang lingkup Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) harus tetap berada di
semua lini kegiatan, baik di sektor formal maupun non formal, sebab potensi
ancaman bahaya kecelakaan dan kesehatan kerja selalu akan mengancam dimanapun
berada. Banyak contoh yang bisa diambil, misalnya di sektor industri manufaktur
berbagai limbah padat maupun cair, pencemaran udara oleh partikel, bahan kimia,
suara bising penggunaan mesin-mesin semuanya berpotensi mengganggu kesehatan
para pekerjanya. Banyak media masa sering memberitakan betapa rentannya
kecelakaan dan kesehatan akibat tidak memperdulikan keselamatan dan kesehatan
kerja.
Menurut perkiraan International Labour Organization (ILO), setiap tahun
ada 2 juta kematian di seluruh dunia karena penyebab yang terkait pekerjaan. Sekitar
354.000 disebabkan oleh kecelakaan fatal, lebih dari 270 juta kecelakaan kerja, dan
ada 160 juta terjangkit penyakit akibat kerja dalam setiap tahun. Kerugian secara
finansial yang harus ditanggung oleh perusahaan akibat hal tersebut lebih dari $1,25
triliun. Angka kecelakaan kerja di Indonesia lima tahun terakhir masih sangat tinggi.
Menurut International Labour Organization (ILO) tahun 2009 terdapat 96.314
kasus, di tahun 2010 meningkat menjadi 98.711 kasus (2,5%). Selanjutnya periode
2011 terjadi 99.491 kasus, apabila dibandingkan periode sebelumnya meningkat
0,8%. Tahun 2012 peningkatan kasus tertinggi yaitu 103.074 kasus (3,6%). Tahun
2013 terjadi 103.285 kasus atau meningkat 0,2%. Angka kecelakaan kerja di
Indonesia lima tahun terakhir masih sangat tinggi.
Di seluruh dunia, 186 juta orang mengalami infertilitas dan mayoritas adalah
penduduk negara-negara berkembang. WHO secara global memperkirakan adanya
kasus infertil pada 8%-10% pasangan, jika dari gambaran global populasi maka
sekitar 5080 juta pasangan (1 dari 7 pasangan) atau sekitar 2 juta pasangan infertil
baru setiap tahun dan jumlahnya terus meningkat. Berdasarkan National Survey of
Family Growth (NSFG) di Amerika Serikat, persentase wanita infertil pada tahun
1982, tahun 1988 hingga tahun 1995 terus mengalami peningkatan dari 8.4%
1
menjadi 10.2% (6.2 juta). Kejadian ini diperkirakan akan terus meningkat hingga
mencapai 7.7 juta pada tahun 2025. Dibeberapa wilayah di dunia, seperti Asia
Selatan, beberapa negara Afrika subSahara, Timur Tengah dan Afrika Utara, Eropa
Tengah dan Timur dan Asia Tengah, tingkat infertilitas mencapai 30%6.
Infertilitas atau ketidak suburan merupakan ketidakmampuan pasangan usia subur
(PUS)untuk memperoleh keturunan setelah melakukan hubungan seksual secara
teratur dan benar tanpa usaha pencegahan lebih dari satu tahun. Angka satu tahun
ditetapkan karena biasanya 85% pasangan dalam satu tahun sudah memiliki
keturunan. Ini berarti, 15% pasangan usia subur mempunyai masalah infertilitas
(Andhyantoro dan Kumalasari, 2012).
Hasil penelitian yang telah di lakukan sesuai dengan teori yang
menyebutkan bahwa terdapat beberapa pekerjan yang melibatkan paparan bahan
berbahaya bagi kesuburan seseorang perempuan maupun laki-laki. Setidaknya
terdapat 104.000 bahan fisik dan kimia yang berhubungan dengan pekerjaan yang
telah teridentifikasi, namun efeknya terhadap kesuburan, 95% belum dapat
diidentifikasi. Bahan yang telah teridentifikasi dapat mempengaruhi kesuburan
diantaranya panas, radiasi sinar X, logam dan pestisida.
Paparan terhadap racun seperti lem, bahan pelarut organik yang mudah
menguap, silikon, pestisida, obat-obatan (misalnya: obat pelangsing), dan obat
rekreasional (rokok, kafein dan alkohol) dapat memengaruhi sistem reproduksi.
Kafein terkandung dalam kopi dan teh (Purwoastuti dan Walyani, 2015).
Menurut peneliti variabel pekerjaaan merupakan salah satu faktor risiko
kejadian infertilitas pria pada penelitian ini kemungkinan dikarenakan besar
persentase para pekerja yang terpapar dengan bahan-zat kimia berbahaya ataupun
logam berat pada kelompok pria yang mengalami infertilitas. Keterpaparan para
pekerja yang sebagian besar adalah buruh pada beberapa perusahaan perkebunan
sawit, karet maupun tebu terjadi selama proses bekerja yang tidak menggunakan alat
pengaman diri atau pelindung misalnya pada saat penyemprotan insektisida,
pemupukan dan proses pengolahan limbah.

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasrkan uraian dalam latar belakang diatas maka kita dapat merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dari penyakit Hipertensi dan penyakit Infertilitas
(Ketidaksuburan) ?
2. Gejala apa saya yang menyebabkan Hipetensi dan Infertilitas ?
3. Faktor resiko apa saja yang menyebabkan gangguan Hipertensi dan gangguan
Infertilitas ?
4. Bagaimana upaya pencegahan terhadap Penyakit Hipertensi dan penyakit
Infetilitas ?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui definisi dari Penyakit Hipertensi dan penyakit Infertilitas
2. Untuk mengetahui Faktor resiko yang menyebabkan Hipertensi dan Infertilitas
3. Untuk mengetahui upaya pencegahan terhadap penyakit Hipertensi dan
Infertilitas

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi Infertilitas

Infertilitas merupakan permasalahan pada sistem reproduksi yang digambarkan


dengan kegagalan untuk memperoleh kehamilan setelah 12 bulan atau lebih menikah dan
melakukan hubungan seksual minimal 2-3 kali seminggu secara teratur tanpa
menggunakan alat kontrasepsi
Berbagai pajanan di tempat kerja berpotensi menyebabkan infertilitas. Namun
diagnosis sulit ditegakkan karena dapat baru disadari berbulan-bulan atau bahkan
bertahun-tahun, kemudian antara lain karena status pekerja belum menikah sehingga sulit
menilai status kesuburannya. Pola pikir masyarakat yang masih berpandangan bahwa
ketidaksuburan hanya ‘monopoli’ wanita juga menghambat pekerja pria mencari
pengobatan yang berujung pada lambatnya penegakan diagnosis.
Penelitian National Survey on Family Growth di Amerika Serikat (1995)
mendapatkan kurang lebih 7,1% pasangan suami istri memiliki masalah infertilitas. Dari
jumlah tersebut, 40% diidap oleh pria, 40% yang lain menyerang wanita, sekitar 10%
mengenai kedua pasangan, sisanya tidak diketahui penyebabnya. Infertilitas menjangkiti
satu dari 25 pria di Amerika Serikat. Lebih dari 90% kasus karena rendahnya jumlah
sperma, rendahnya kualitas sperma atau keduanya. Penegakan diagnosis PAK
dilaksanakan dengan cara tujuh langkah diagnosis. Dengan cara ini dapat diketahui
pajanan yang diterima, apakah dari tempat kerja atau dari tempat lain. Dalam hal
penatalaksanaan, kemajuan teknologi dapat mengatasi keadaan yang dulu dianggap sudah
tidak mungkin diatasi, misalnya pada azoospermi non-obstruktif. Kendati demikian
masih ada beberapa keadaan yang memang irreversible (Firman, 2012).

1.1.1 Gejala
Gejala-gejala yang dapat dikategorikan sebagai gejala infertilitas antara lain:

a. Gejala yang timbul tidak kunjung hamil.


b. Reaksi emosional (baik pada isteri, suami maupun keduanya) kerena tidak
memiliki anak.

4
c. Kemandulan sendiri tidak menyebabkan penyakit fisik, tetapi dampak psikisnya
pada suami, isteri maupun keduanya bisa sangat berat.
d. Pasangan tersebut mungkin akan menghadapi masalah
e. Pernikahan (termasuk perceraian), depresi dan kecemasan

1.1.2 Diagnosis
Diagnosis infertilitas akibat kerja ditegakkan dengan tujuh langkah diagnosis
1. Diagnosis klinis
Ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
dan pemeriksaan khusus. Anamnesis mencakup pertanyaan tentang riwayat
penyakit sekarang dan dahulu, riwayat pekerjaan sekarang dan dulu.
Usia pasangan, lamanya pernikahan tanpa kontrasepsi dan kehamilan serta
pengobatan sebelumnya harus diperhatikan. Harus ditanyakan frekuensi dan saat
hubungan suami-istri dan juga siklus menstruasi istri. Mengingat sperma dapat
hidup 48 jam di dalam organ reproduksi wanita, waktu optimal untuk melakukan
aktivitas seksual adalah setiap hari atau dua hari sekali selama masa subur.
Disfungsi seksual harus dicari dan diobati. Disfungsi ereksi dan disfungsi
ejakulasi dapat menjadi tanda adanya penyakit yang mendasari, seperti penyakit
vaskular atau diabetes melitus. Evaluasi lebih lanjut keadaan ini dikerjakan sesuai
indikasi.
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mencari penyakit yang mendasari.
Derajat virilisasi dan penyebaran bulu badan dapat mencerminkan adanya
kelainan endokrin, seperti defi siensi androgen. Pemeriksaan kepala dan leher,
jantung dan paru penting dilakukan. Jaringan parut bekas operasi abdomen atau
inguinal merupakan petunjuk penting untuk membantu menilai keadaan umum
pasien. Fokus utama pemeriksaan infertilitas adalah pemeriksaan sistem
genitourinaria.10 Ukuran dan letak meatus uretra penting diperhatikan karena
hipospadia berat dapat mempengaruhi ejakulasi yang menyulitkan sperma masuk
ke vagina. Besar dan konsistensi testis juga perlu dianalisis. Testis normal
setidaknya berukuran 20 ml. Ukuran yang sangat kecil atau sangat lembut

5
menandakan adanya atrofi testis (‘No Title,’‫انه تلویزیون و سکوالریسم‬KK‫االت رس‬KK‫ه مق‬KK‫خالص‬
1387).

2. Pajanan yang dialami


Semua jenis pajanan di lingkungan kerja harus didaftar karena satu pajanan dapat
menyebabkan banyak penyakit dan atau satu penyakit bisa disebabkan banyak
pajanan. Alur poduksi atau cara kerja juga penting diketahui.
3. Hubungan pajanan dengan penyakit
Pajanan yang telah didapat didata untuk dicari hubungannya dengan keluhan
pasien.
4. Jumlah pajanan
Pajanan yang sesuai keluhan adakalanya jumlahnya masih di bawah ambang
batas; faktor akumulasi dapat berperan dalam menimbulkan penyakit.
5. Faktor individu
Penting diketahui adanya faktor individu yang berperan, seperti penyakit kronis,
penyakit dalam keluarga. Higiene perorangan juga penting diketahui.
6. Faktor lain Faktor lain di luar pekerjaan
termasuk kebiasaan hidup sehari-hari, pekerjaan sampingan, atau hobby yang
dijalankan.
7. Menentukan diagnosis PAK dengan menganalisis semua hal di atas berdasarkan
bukti dan referensi yang ada

1.1.3 Epidemiologi
Kejadian infertilitas mengenai sekitar 80-160 juta individu di seluruh dunia,
dengan perkiraan sekitar 5-26% pasangan mengalami infertilitas. Laju infertilitas
bervariasi diantara masing-masing daerah. Di Afrika Sub-Sahara, terdapat pasangan
infertil hingga sepertiga dari jumlah pasangan total dan sekitar 52% diantaranya
menderita infertilitas sekunder. Sebaliknya, persentase infertilitas sekunder ini
terdapat dengan jumlah paling rendah di Asia dan negara maju, yaitu sebanyak 23%
dan 29% secara berurutan. Pada penelitian di Pakistan didapatkan prevalensi
infertilitas sebesar 21.9%, dengan kejadian infertilitas primer sebanyak 3.9% dan

6
infertilitas sekunder sebanyak 18%. 2,3,7 Pada tahun 2000, dari sekitar 30 juta
pasangan usia subur di Indonesia terdapat 3.45 juta atau sekitar 10 –15% pasangan
yang memiliki masalah infertilitas

Infertlitas merupakan permasalahan global di bidang reproduksi kesehatan yang


sangat kompleks. Perlu penataan rasional dan terpadu. Data menunjukkan bahwa
pasangan infertil di Britain setiap tahun ada 25%, Swedia 10% . Prevalensi di dunia
yang mengalami masalah fertilitas setiap tahun adalah 1 dari 7 pasangan. Pasangan
infertil di Indonesia tahun 2009 adalah 50 juta pasangan atau 15-20%.

1.1.4 Faktor Risiko


Menurut penelitian (HIFERI, 2013). yang meningkat dan faktor tersebut sangat
beragam diantaranya yaitu :
a. usia,
b. pekerjaan,
c. tingkat stres,
d. body mass index kaitannya dengan status gizi,
e. dan kelainan organ reproduksi seperti ada atau tidaknya gangguan pada ovulasi,
f. gangguan tuba dan
g. pelvis, serta gangguan uterus

1.1.5 Upaya pencegahan


Upaya pencegahan infertilitas pada lingkungan kerja yaitu :

1. penggunaan APD (alat pelindung diri), membuka pola pikir pekerja. Juga
perlu regulasi yang dapat berupa sanksi atas pelanggaran pola kerja atau jika
tidak menggunakan APD karena alasan-alasan klasik, seperti tidak nyaman,
tidak terbiasa atau menjadi ‘kurang lincah’ dalam bekerja.
2. Kemandulan seringkali sebabkan oleh penyakit menular seksual, karena itu
dianjurkan untuk menjalani perilaku seksual yang aman guna meminimalkan
risiko kemandulan dimasa yang akan datang.

7
3. Beberapa jenis alat kontrasepsi memiliki risiko kemandulan lebih tinggi
misalnya: IUD, IUD tidak dianjurkan untuk dipakai pada wanita yang belum
pernah memiliki anak ( et al., 2017).

1.2 Definisi Hipertensi


Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah arteri dimana tekanan darah
sistol lebih atausama dengan 140 mmHg atau tekanan diastol lebih atau sama dengan 90
mmHg atau keduanya.1 Hipertensi disebut sebagai the silent killerkarena sering tidak
menunjukkan gejala apapun selama sepuluh sampai duapuluh tahun dan biasanya baru
diketahui apabila telah terjadi komplikasi pada organ target seperti jantung, ginjal, otak
dan mata sehingga pengobatannya terlambat dan mengurangi harapan hidup karena kele-
mahan fungsi organ-organ tersebut yang berakibat kecacatan bahkan kematian.1-7 Selain
itu, hipertensi akan menambah beban ekonomi yang secara tidak langsung juga akan
mempengaruhi kesejahteran baik di tingkat rumah tangga, regional maupun nasional.
Keterpaparan terhadap kebisingan yang melebihi nilai ambang batas pada kurun
waktu yang cukup lama akan berakibat pada gangguan pendengaran ringan dan jika
terjadi terus menerus akan menyebabkan ketulian permanen. Selain itu kebisingan juga
diduga menimbulkan gangguan emosional yang memicu meningkatnya tekanan darah.
Energi kebisingan yang tinggi mampu juga menimbulkan efek viseral, seperti perubahan
frekuensi jantung, perubahan tekanan darah dan tingkat pengeluaran keringat, dapat juga
terjadi efek psikososial dan psikomotor ringan jika seseorang berada di lingkungan yang
bising (Harrington, 2005). Pengulangan paparan yang terus menerus dapat mempercepat
perkembangan perubahan struktur vascular pembuluh perifer sehingga menghasilkan
kenaikan tekanan darah yang menetap sampai menuju tingkat tekanan darah tinggi
(Wardana, 1999).

1.2.1 Gejala
Gejala-gejala hipertensi bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama
dengan gejala penyakit lainnya (Masyarakat and Sriwijaya, 2018). Gejala-gejala itu
adalah :
a. Sakit kepala.

8
b. Jantung berdebar-debar.
c. Sulit bernapas setelah bekerja keras atau mengangkat beban berat.
d. Mudah lelah.
e. Penglihatan kabur.
f. Wajah memerah.
g. Hidung berdarah.
h. Sering buang air kecil, terutama di malam hari.
i. Dunia terasa berputar (vertigo).

1.2.2 Diagnosis
Peninggian tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya tanda klinis
hipertensi esensial, sehingga diperlukan pengukuran tekanan darah secara akurat.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingginya tekanan darah : faktor pasien,
faktor alat dan tempat pengukuran. Agar didapat pengukuran yang akurat, sebaiknya
pengukuran dilakukan setelah pasien beristirahat dengan cukup, minimal setelah 5
menit berbaring dan dilakukan pada posisi berbaring, duduk dan berdiri sebanyak 3 –
4 kali pemeriksaan, dengan interval antara 5 – 10 menit.
Tempat pemeriksaan dapat pula mempengaruhi hasil pengukuran. Pengukurana di
tempat praktek, biasanya mendapatkan hasil yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan pengukuran di rumah. Hasil pengukuran lebih tinggi di tempat praktek disebut
office hypertension. Mengingat hal tersebut di atas, untuk keperluan follow up
pengobatan sebaiknya dipakai pengangan hasil pengukuran tekanan darah di rumah.
Pengukuran pertama kali belum dapat memastikan adanya hipertensi, akan tetapi
dapat merupakan petunjuk untuk dilakukan observasi lebih lanjut.
1.2.3 Epidemiologi
Prevalensi di seluruh dunia diperkirakan sekitar 15 – 20 %. hipertensi banyak
menyerang orang kulit berwarna daripada orang kulit putih. Di Amerika Serikat, 10 -
15 % golongan kulit putih dewasa dan 20 – 30 % golongan kulit hitam dewasa adalah
pasien hipertensi. Di Indonesia, sampai saat ini belum terdapat penyelidikan yang
bersifat nasional, multisenter, yang dapat menggambarkan prevalensi hipertensi
secara tepat. Beberapa penelitian yang dilakukan tidak bisa menggambarkan

9
prevalensi di Indonesia karena metodologi yang digunakan belum baku (Babba,
2007).
Hampir 1 milyar orang diseluruh dunia memiliki tekanan darah tinggi. Tekanan
darah tinggi adalah salah satu penyebab utama kematian dini diseluruh dunia. Di
tahun
2020 sekitar 1,56 miliar orang dewasa akan hidup dengan tekanan darah tinggi.
Tekanan darah tinggi membunuh hampir 8 miliyar orang setiap tahun di dunia dan
hampir 1,5 juta orang setiap tahunnya di kawasan Asia Timur-Selatan. Sekitar
sepertiga dari orang dewasa di Asia Timur-Selatan menderita tekanan darah tinggi
(WHO, 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Siswati menyebutkan bahwa pada industri
kemasan semen di Tuban Indonesia tingkat bising di seluruh area unit produksi
melebihi nilai ambang batas (lebih 85 dBA). Sebagian besar pekerja berumur 42
tahun., telah bekerja selama 15 tahun. Sebanyak 77,3% pekerja menggunakan alat
pelindung telinga berupa ear plug saat bekerja. Tekanan darah sistolik maupun
diastolik sebelum terpapar bising adalah normal, akan tetapi setelah terpapar bising
menunjukkan gejala pre hipertensi. Rerata denyut nadi pekerja sebelum dan sesudah
terpapar bising masingmasing 76,64 x/menit dan 86,91 x/menit. Sampel diambil
sebanyak 22 pekerja denan teknik random random. Penelitian tersebut menemukan
adanya perbedaan secara signifikan (tekanan daran sistolik, diastolik, dan denyut
nadi) antara sebelum dan sesudah bekerja (terpapar bising). Ada hubungan
signifiakan antara tingkat bising dengan peningkatan tekanan darah sistolik, diastlik,
dan denyut nadi pekerja industri kemasan semen. Para pekerja disarankan untuk
selalu menggunakan alat pelindung telingan saat melakukan pekerjaannya
(Babba,2007).

1.2.4 Faktor Risiko

a.Otak menyebabkan stroke.


b. Mata menyebabkan retinopati dan dapat menimbulkan kebutaan.
c.Jantung menyebabkan penyakit jantung koroner (termasuk infark jantung),dan gagal
jantung.

10
d. Ginjal menyebabkan penyakit ginjal kronik dan gagal ginjal terminal. Untuk
mengetahui terjadinya komplikasi tersebut diperlukan pemeriksaan laboratorium
disamping pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan fisik oleh dokter.

1.2.5 Upaya Pencegahan


Upaya yang harus dilakukan perusahaan untuk mengurangi panjanan kebisingan
yaitu dengan cara menyediakan APT (alat pelindung telinga) yang biasa disebut
dengan ear plug dan ear muff. Namun berdasarkan pengamatan masih banyak pekerja
yang mengalami hipertensi akibat pajanan kebisingan walaupun mereka
menggunakan ART, karena cara pemakaiannya ART yang salah (Harianto et al.,
2011).

DAFTAR PUSTAKA
Babba, J. (2007) ‘Hubungan antara intensitas kebisingan di lingkungan kerja dengan peningkatan
tekanan darah’, Semarang : Universitas Diponegoro Semarang, p. 104. Available at:
http://eprints.undip.ac.id/17966/1/JENNIE_BABBA.pdf.
Firman, S. (2012) ‘Infertilitas Pria Akibat Kerja’, Cbk, 39(7), pp. 508–511.
Harianto, E. et al. (2011) ‘Pajanan Kebisingan dan Hipertensi di Kalangan Pekerja Pelabuhan
Noise Exposure and Hypertension among Harbor Worker’, Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional, 8(5), pp. 1–6.
Masyarakat, F. K. and Sriwijaya, U. (2018) ‘Di Area Mesin Breaker Dan Hammer Mill Pt .
Sunan Rubber Palembang Tahun 2018 Di Area Mesin Breaker Dan Hammer Mill Pt . Sunan
Rubber Palembang Tahun 2018’.
‘No Title)1387( ’‫خالصه مقاالت رسانه تلویزیون و سکوالریسم‬, pp. 1–8. Available at:
http://www.ghbook.ir/index.php?name= ‫مجموعه مقاالت دومین هم اندیشی سراسری رسانه تلویزیون و‬
‫&سکوالریسم‬option=com_dbook&task=readonline&book_id=13629&page=108&chkhashk=03C7
06812F&Itemid=218&lang=fa&tmpl=component.
et al. (2017) ‘Analysis of Factors Influencing Female Infertility’, Journal of Maternal and Child
Health, 02(02), pp. 150–161. doi: 10.26911/thejmch.2017.02.02.06.

11
12

Anda mungkin juga menyukai