Disusun Oleh :
Suknia 2018710163
Alhamdulillah atas rahmat dan ridho Allah SWT, kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Menganalisis Penyakit Gangguan Darah dan Menganalisis Penyakit Reproduksi”.
Untuk tugas mata kuliah Epidemiologi K3 yang dibimbing oleh Bapak Kami mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah kami.
Kami menyadari dalam makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah yang kami
buat ini dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ruang lingkup Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) harus tetap berada di
semua lini kegiatan, baik di sektor formal maupun non formal, sebab potensi
ancaman bahaya kecelakaan dan kesehatan kerja selalu akan mengancam dimanapun
berada. Banyak contoh yang bisa diambil, misalnya di sektor industri manufaktur
berbagai limbah padat maupun cair, pencemaran udara oleh partikel, bahan kimia,
suara bising penggunaan mesin-mesin semuanya berpotensi mengganggu kesehatan
para pekerjanya. Banyak media masa sering memberitakan betapa rentannya
kecelakaan dan kesehatan akibat tidak memperdulikan keselamatan dan kesehatan
kerja.
Menurut perkiraan International Labour Organization (ILO), setiap tahun
ada 2 juta kematian di seluruh dunia karena penyebab yang terkait pekerjaan. Sekitar
354.000 disebabkan oleh kecelakaan fatal, lebih dari 270 juta kecelakaan kerja, dan
ada 160 juta terjangkit penyakit akibat kerja dalam setiap tahun. Kerugian secara
finansial yang harus ditanggung oleh perusahaan akibat hal tersebut lebih dari $1,25
triliun. Angka kecelakaan kerja di Indonesia lima tahun terakhir masih sangat tinggi.
Menurut International Labour Organization (ILO) tahun 2009 terdapat 96.314
kasus, di tahun 2010 meningkat menjadi 98.711 kasus (2,5%). Selanjutnya periode
2011 terjadi 99.491 kasus, apabila dibandingkan periode sebelumnya meningkat
0,8%. Tahun 2012 peningkatan kasus tertinggi yaitu 103.074 kasus (3,6%). Tahun
2013 terjadi 103.285 kasus atau meningkat 0,2%. Angka kecelakaan kerja di
Indonesia lima tahun terakhir masih sangat tinggi.
Di seluruh dunia, 186 juta orang mengalami infertilitas dan mayoritas adalah
penduduk negara-negara berkembang. WHO secara global memperkirakan adanya
kasus infertil pada 8%-10% pasangan, jika dari gambaran global populasi maka
sekitar 5080 juta pasangan (1 dari 7 pasangan) atau sekitar 2 juta pasangan infertil
baru setiap tahun dan jumlahnya terus meningkat. Berdasarkan National Survey of
Family Growth (NSFG) di Amerika Serikat, persentase wanita infertil pada tahun
1982, tahun 1988 hingga tahun 1995 terus mengalami peningkatan dari 8.4%
1
menjadi 10.2% (6.2 juta). Kejadian ini diperkirakan akan terus meningkat hingga
mencapai 7.7 juta pada tahun 2025. Dibeberapa wilayah di dunia, seperti Asia
Selatan, beberapa negara Afrika subSahara, Timur Tengah dan Afrika Utara, Eropa
Tengah dan Timur dan Asia Tengah, tingkat infertilitas mencapai 30%6.
Infertilitas atau ketidak suburan merupakan ketidakmampuan pasangan usia subur
(PUS)untuk memperoleh keturunan setelah melakukan hubungan seksual secara
teratur dan benar tanpa usaha pencegahan lebih dari satu tahun. Angka satu tahun
ditetapkan karena biasanya 85% pasangan dalam satu tahun sudah memiliki
keturunan. Ini berarti, 15% pasangan usia subur mempunyai masalah infertilitas
(Andhyantoro dan Kumalasari, 2012).
Hasil penelitian yang telah di lakukan sesuai dengan teori yang
menyebutkan bahwa terdapat beberapa pekerjan yang melibatkan paparan bahan
berbahaya bagi kesuburan seseorang perempuan maupun laki-laki. Setidaknya
terdapat 104.000 bahan fisik dan kimia yang berhubungan dengan pekerjaan yang
telah teridentifikasi, namun efeknya terhadap kesuburan, 95% belum dapat
diidentifikasi. Bahan yang telah teridentifikasi dapat mempengaruhi kesuburan
diantaranya panas, radiasi sinar X, logam dan pestisida.
Paparan terhadap racun seperti lem, bahan pelarut organik yang mudah
menguap, silikon, pestisida, obat-obatan (misalnya: obat pelangsing), dan obat
rekreasional (rokok, kafein dan alkohol) dapat memengaruhi sistem reproduksi.
Kafein terkandung dalam kopi dan teh (Purwoastuti dan Walyani, 2015).
Menurut peneliti variabel pekerjaaan merupakan salah satu faktor risiko
kejadian infertilitas pria pada penelitian ini kemungkinan dikarenakan besar
persentase para pekerja yang terpapar dengan bahan-zat kimia berbahaya ataupun
logam berat pada kelompok pria yang mengalami infertilitas. Keterpaparan para
pekerja yang sebagian besar adalah buruh pada beberapa perusahaan perkebunan
sawit, karet maupun tebu terjadi selama proses bekerja yang tidak menggunakan alat
pengaman diri atau pelindung misalnya pada saat penyemprotan insektisida,
pemupukan dan proses pengolahan limbah.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasrkan uraian dalam latar belakang diatas maka kita dapat merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dari penyakit Hipertensi dan penyakit Infertilitas
(Ketidaksuburan) ?
2. Gejala apa saya yang menyebabkan Hipetensi dan Infertilitas ?
3. Faktor resiko apa saja yang menyebabkan gangguan Hipertensi dan gangguan
Infertilitas ?
4. Bagaimana upaya pencegahan terhadap Penyakit Hipertensi dan penyakit
Infetilitas ?
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi Infertilitas
1.1.1 Gejala
Gejala-gejala yang dapat dikategorikan sebagai gejala infertilitas antara lain:
4
c. Kemandulan sendiri tidak menyebabkan penyakit fisik, tetapi dampak psikisnya
pada suami, isteri maupun keduanya bisa sangat berat.
d. Pasangan tersebut mungkin akan menghadapi masalah
e. Pernikahan (termasuk perceraian), depresi dan kecemasan
1.1.2 Diagnosis
Diagnosis infertilitas akibat kerja ditegakkan dengan tujuh langkah diagnosis
1. Diagnosis klinis
Ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
dan pemeriksaan khusus. Anamnesis mencakup pertanyaan tentang riwayat
penyakit sekarang dan dahulu, riwayat pekerjaan sekarang dan dulu.
Usia pasangan, lamanya pernikahan tanpa kontrasepsi dan kehamilan serta
pengobatan sebelumnya harus diperhatikan. Harus ditanyakan frekuensi dan saat
hubungan suami-istri dan juga siklus menstruasi istri. Mengingat sperma dapat
hidup 48 jam di dalam organ reproduksi wanita, waktu optimal untuk melakukan
aktivitas seksual adalah setiap hari atau dua hari sekali selama masa subur.
Disfungsi seksual harus dicari dan diobati. Disfungsi ereksi dan disfungsi
ejakulasi dapat menjadi tanda adanya penyakit yang mendasari, seperti penyakit
vaskular atau diabetes melitus. Evaluasi lebih lanjut keadaan ini dikerjakan sesuai
indikasi.
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mencari penyakit yang mendasari.
Derajat virilisasi dan penyebaran bulu badan dapat mencerminkan adanya
kelainan endokrin, seperti defi siensi androgen. Pemeriksaan kepala dan leher,
jantung dan paru penting dilakukan. Jaringan parut bekas operasi abdomen atau
inguinal merupakan petunjuk penting untuk membantu menilai keadaan umum
pasien. Fokus utama pemeriksaan infertilitas adalah pemeriksaan sistem
genitourinaria.10 Ukuran dan letak meatus uretra penting diperhatikan karena
hipospadia berat dapat mempengaruhi ejakulasi yang menyulitkan sperma masuk
ke vagina. Besar dan konsistensi testis juga perlu dianalisis. Testis normal
setidaknya berukuran 20 ml. Ukuran yang sangat kecil atau sangat lembut
5
menandakan adanya atrofi testis (‘No Title,’انه تلویزیون و سکوالریسمKKاالت رسKKه مقKKخالص
1387).
1.1.3 Epidemiologi
Kejadian infertilitas mengenai sekitar 80-160 juta individu di seluruh dunia,
dengan perkiraan sekitar 5-26% pasangan mengalami infertilitas. Laju infertilitas
bervariasi diantara masing-masing daerah. Di Afrika Sub-Sahara, terdapat pasangan
infertil hingga sepertiga dari jumlah pasangan total dan sekitar 52% diantaranya
menderita infertilitas sekunder. Sebaliknya, persentase infertilitas sekunder ini
terdapat dengan jumlah paling rendah di Asia dan negara maju, yaitu sebanyak 23%
dan 29% secara berurutan. Pada penelitian di Pakistan didapatkan prevalensi
infertilitas sebesar 21.9%, dengan kejadian infertilitas primer sebanyak 3.9% dan
6
infertilitas sekunder sebanyak 18%. 2,3,7 Pada tahun 2000, dari sekitar 30 juta
pasangan usia subur di Indonesia terdapat 3.45 juta atau sekitar 10 –15% pasangan
yang memiliki masalah infertilitas
1. penggunaan APD (alat pelindung diri), membuka pola pikir pekerja. Juga
perlu regulasi yang dapat berupa sanksi atas pelanggaran pola kerja atau jika
tidak menggunakan APD karena alasan-alasan klasik, seperti tidak nyaman,
tidak terbiasa atau menjadi ‘kurang lincah’ dalam bekerja.
2. Kemandulan seringkali sebabkan oleh penyakit menular seksual, karena itu
dianjurkan untuk menjalani perilaku seksual yang aman guna meminimalkan
risiko kemandulan dimasa yang akan datang.
7
3. Beberapa jenis alat kontrasepsi memiliki risiko kemandulan lebih tinggi
misalnya: IUD, IUD tidak dianjurkan untuk dipakai pada wanita yang belum
pernah memiliki anak ( et al., 2017).
1.2.1 Gejala
Gejala-gejala hipertensi bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama
dengan gejala penyakit lainnya (Masyarakat and Sriwijaya, 2018). Gejala-gejala itu
adalah :
a. Sakit kepala.
8
b. Jantung berdebar-debar.
c. Sulit bernapas setelah bekerja keras atau mengangkat beban berat.
d. Mudah lelah.
e. Penglihatan kabur.
f. Wajah memerah.
g. Hidung berdarah.
h. Sering buang air kecil, terutama di malam hari.
i. Dunia terasa berputar (vertigo).
1.2.2 Diagnosis
Peninggian tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya tanda klinis
hipertensi esensial, sehingga diperlukan pengukuran tekanan darah secara akurat.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingginya tekanan darah : faktor pasien,
faktor alat dan tempat pengukuran. Agar didapat pengukuran yang akurat, sebaiknya
pengukuran dilakukan setelah pasien beristirahat dengan cukup, minimal setelah 5
menit berbaring dan dilakukan pada posisi berbaring, duduk dan berdiri sebanyak 3 –
4 kali pemeriksaan, dengan interval antara 5 – 10 menit.
Tempat pemeriksaan dapat pula mempengaruhi hasil pengukuran. Pengukurana di
tempat praktek, biasanya mendapatkan hasil yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan pengukuran di rumah. Hasil pengukuran lebih tinggi di tempat praktek disebut
office hypertension. Mengingat hal tersebut di atas, untuk keperluan follow up
pengobatan sebaiknya dipakai pengangan hasil pengukuran tekanan darah di rumah.
Pengukuran pertama kali belum dapat memastikan adanya hipertensi, akan tetapi
dapat merupakan petunjuk untuk dilakukan observasi lebih lanjut.
1.2.3 Epidemiologi
Prevalensi di seluruh dunia diperkirakan sekitar 15 – 20 %. hipertensi banyak
menyerang orang kulit berwarna daripada orang kulit putih. Di Amerika Serikat, 10 -
15 % golongan kulit putih dewasa dan 20 – 30 % golongan kulit hitam dewasa adalah
pasien hipertensi. Di Indonesia, sampai saat ini belum terdapat penyelidikan yang
bersifat nasional, multisenter, yang dapat menggambarkan prevalensi hipertensi
secara tepat. Beberapa penelitian yang dilakukan tidak bisa menggambarkan
9
prevalensi di Indonesia karena metodologi yang digunakan belum baku (Babba,
2007).
Hampir 1 milyar orang diseluruh dunia memiliki tekanan darah tinggi. Tekanan
darah tinggi adalah salah satu penyebab utama kematian dini diseluruh dunia. Di
tahun
2020 sekitar 1,56 miliar orang dewasa akan hidup dengan tekanan darah tinggi.
Tekanan darah tinggi membunuh hampir 8 miliyar orang setiap tahun di dunia dan
hampir 1,5 juta orang setiap tahunnya di kawasan Asia Timur-Selatan. Sekitar
sepertiga dari orang dewasa di Asia Timur-Selatan menderita tekanan darah tinggi
(WHO, 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Siswati menyebutkan bahwa pada industri
kemasan semen di Tuban Indonesia tingkat bising di seluruh area unit produksi
melebihi nilai ambang batas (lebih 85 dBA). Sebagian besar pekerja berumur 42
tahun., telah bekerja selama 15 tahun. Sebanyak 77,3% pekerja menggunakan alat
pelindung telinga berupa ear plug saat bekerja. Tekanan darah sistolik maupun
diastolik sebelum terpapar bising adalah normal, akan tetapi setelah terpapar bising
menunjukkan gejala pre hipertensi. Rerata denyut nadi pekerja sebelum dan sesudah
terpapar bising masingmasing 76,64 x/menit dan 86,91 x/menit. Sampel diambil
sebanyak 22 pekerja denan teknik random random. Penelitian tersebut menemukan
adanya perbedaan secara signifikan (tekanan daran sistolik, diastolik, dan denyut
nadi) antara sebelum dan sesudah bekerja (terpapar bising). Ada hubungan
signifiakan antara tingkat bising dengan peningkatan tekanan darah sistolik, diastlik,
dan denyut nadi pekerja industri kemasan semen. Para pekerja disarankan untuk
selalu menggunakan alat pelindung telingan saat melakukan pekerjaannya
(Babba,2007).
10
d. Ginjal menyebabkan penyakit ginjal kronik dan gagal ginjal terminal. Untuk
mengetahui terjadinya komplikasi tersebut diperlukan pemeriksaan laboratorium
disamping pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan fisik oleh dokter.
DAFTAR PUSTAKA
Babba, J. (2007) ‘Hubungan antara intensitas kebisingan di lingkungan kerja dengan peningkatan
tekanan darah’, Semarang : Universitas Diponegoro Semarang, p. 104. Available at:
http://eprints.undip.ac.id/17966/1/JENNIE_BABBA.pdf.
Firman, S. (2012) ‘Infertilitas Pria Akibat Kerja’, Cbk, 39(7), pp. 508–511.
Harianto, E. et al. (2011) ‘Pajanan Kebisingan dan Hipertensi di Kalangan Pekerja Pelabuhan
Noise Exposure and Hypertension among Harbor Worker’, Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional, 8(5), pp. 1–6.
Masyarakat, F. K. and Sriwijaya, U. (2018) ‘Di Area Mesin Breaker Dan Hammer Mill Pt .
Sunan Rubber Palembang Tahun 2018 Di Area Mesin Breaker Dan Hammer Mill Pt . Sunan
Rubber Palembang Tahun 2018’.
‘No Title)1387( ’خالصه مقاالت رسانه تلویزیون و سکوالریسم, pp. 1–8. Available at:
http://www.ghbook.ir/index.php?name= مجموعه مقاالت دومین هم اندیشی سراسری رسانه تلویزیون و
&سکوالریسمoption=com_dbook&task=readonline&book_id=13629&page=108&chkhashk=03C7
06812F&Itemid=218&lang=fa&tmpl=component.
et al. (2017) ‘Analysis of Factors Influencing Female Infertility’, Journal of Maternal and Child
Health, 02(02), pp. 150–161. doi: 10.26911/thejmch.2017.02.02.06.
11
12