Anda di halaman 1dari 47

Unduh

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN MASALAH


UTAMA DIABETES MELITUS PADA Ny.R DI WILAYAH
KERJA UPT PUSKESMAS JEKAN RAYA
KOTA PALANGKARAYA

Oleh :
David Elison
NIM : 2019.C.11a.1003

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA


RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN PRODI SARJANA
KEPERAWATAN TAHUN AKADEMIK
2022
LEMBAR PERSETUJUAN
Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:
 Nama: David Elison
 NIM: 2019.C.11a.1003
Program Studi : S1 Keperawatan

Judul : “Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Masalah Utama Diabetes Melitus


Pada Ny.R Di Wilayah Kerja Upt Puskesmas Jekan Raya Kota

Palangkaraya”.
Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menempuh Praktik  Praklinik Keperawatan IV (PPK IV) Pada Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah T

Laporan Keperawatan Telah Disetujui Oleh :

Pembimbing Akademik  Pembimbing Klinik 

Christephanie.,S. Kep., Ners Munita Widya Satanti, A.Md.Kep.

Iklan ditutup oleh


Terima Iklan
kasih.oleh
Masukan
membantu menyempurnakan
Kirim masukan

Mengapa iklan ini?


KATA PENGANTAR 
sa, karena atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat Menyelesaikan Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Masalah Utama Diabetes Melitus Pada Ny.R D Di Wilayah Kerja Upt Puskesmas Jekan Raya Kota Palangkaraya”. Asuhan Keperawatan Keluarga
ai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
Harap Palangka Raya.
Sarjana Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
V
telah banyak  memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan keperawatan ini.
esmas Jekan Raya Saya menyadari bahwa Asuhan Keperawatan ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh dari
kritik yang membangun dari
apai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 27 september 2022


 

David Elison
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ..........................................................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ..............................................................................
1.4 Manfaat...............................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keluarga ..............................................................................
2.1.1 Definisi.........................................................................................
2.1.2 Etiologi.........................................................................................
2.1.4 Patofisiologi.................................................................................
2.1.5 Gejala dan Tanda Klinis ..............................................................
2.1.6 Penegakan diagnostik...................................................................
2.1.7 Penatalaksanaan Medis................................................................
2.1.8 WOC............................................................................................
2.2 Konsep Dasar Diabetes Melitus .......................................................
2.2.1 Pengkajian Keperawatan .............................................................
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ...............................................................
2.2.3 Intervensi Keperawatan ..............................................................
2.2.4 Implementasi Keperawatan .........................................................
2.2.5 Evaluasi Keperawatan..................................................................
2.3 Manajemen Askep
Keluarga 2.3.1
2.3.2
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian..........................................................................................
3.2 Analisis Data......................................................................................
3.3 Prioritas Masalah..............................................................................
3.4 Intervensi............................................................................................
3.5 Implementasi......................................................................................
3.6 Evaluasi...............................................................................................
BAB 4 PENUTUP
4.2 Kesimpulan.........................................................................................
4.3 Saran...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang

Penyakit tidak menular (PTM) sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik 
secara global, regional, nasional dan lokal. WHO pada tahun 2015 melaporkan bahwa 60%
 penyebab kematian semua umur di dunia adalah karena PTM. PTM cenderung akan terus
meningkat tiap tahunnya (Kemenkes, 2016). Karakteristik dari sebagian besar PTM bersifat
kronis dan jangka panjang. PTM tidak akan sembuh seperti sebelumnya bahkan cenderung
memburuk. Di Indonesia, tren kematian akibat PTM meningkat dari 37% di tahun 1990
menjadi 57% di tahun 2014 (WHO, 2014). Salah satu PTM yang menyita banyak perhatian
masyarakat adalah penyakit Diabetes Melitus.
Diabetes Melitus (DM) menduduki peringkat ke – 5 sebagai penyebab kematian di
dunia. Diabetes Melitus merupakan kondisi kronis yang terjadi saat tubuh tidak dapat
menghasilkan atau memanfaatkan insulin yang ditandai dengan meningkatnya jumlah
glukosa dalam darah (hiperglikemi) (IDF, 2015). Diabetes Melitus adalah penyakit kronis
yang terjadi karena pankreas tidak cukup menghasilkan insulin, atau saat tubuh tidak efektif 
memanfaatkan insulin yang dihasilkan (WHO, 2017). Diabetes Melitus ini juga dikenal
sebagai penyakit silent killer karena saat diketahui sudah terjadi komplikasi (Riskesdas,
2013).
Studi global oleh IDF tahun 2015 menunjukkan bahwa angka penderita Diabetes
Melitus dari keseluruhan penduduk dunia mencapai 415 juta orang (WHO, 2016). Indonesia
 berada diperingkat ke – 6 di dunia dengan angka kejadian sebanyak 10,3 juta orang. Jika
tidak ditangan dengan baik angka kejadian Diabetes Melitus di Indonesia akan melonjak 
drastis menjadi 21,3 juta orang pada tahun 2030 (IDF, 2017). Prevalensi Diabetes Melitus di
Indonesia berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter mengalami peningkatan yakni
0,7% tahun 2007 menjadi 1,5% pada tahun 2013 dan Diabetes Melitus terdiagnosis dokter 
atau gejala juga meningkat dari 1,1% tahun 2007 menjadi 2,1% pada tahun 2013. Prevalensi
Diabetes Melitus di Provinsi Kalimantan Timur (2,3%). (Balitbangkes, 2013).
Prevalensi Penyakit Diabetes Melitus di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013,
tertinggi berada di Kota Samarinda sebanyak 4.1% (Riskesdas, 2013). Data menurut profil
kesehatan provinsi Kalimantan Timur tahun 2016, menyatakan bahwa Diabetes Melitus
masuk kedalam 10 besar penyakit morbiditas yang ada di Puskesmas. Morbiditas adalah
angka kesakitan, dapat berupa angka insidensi maupun angka prevalensi dari suatu
 penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi dan pada
kurun waktu tertentu. Morbiditas berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan
masyarakat di suatu wilayah (Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, 2016).
Jumlah pasien Diabetes Melitus yang melakukan kunjungan Puskesmas di wilayah
Samarinda pada tahun 2014 tercatat sebanyak 8.997 kunjungan. Kunjungan Puskesmas
untuk DM Tipe – 1 sebanyak 2.964 kunjungan dan untuk DM Tipe – 2 sebanyak 6033
kunjungan (Dinas Kesehatan Kota Samarinda, 2015). Tahun 2015 terjadi peningkatan
 jumlah kunjungan pasien Diabetes Melitus yaitu sebanyak 11.587 kunjungan. Untuk DM
Tipe – 1 sebanyak 4.204 kunjungan dan untuk kunjungan DM Tipe – 2 sebanyak 7.383
kunjungan (Dinas Kesehatan Kota Samarinda, 2016). Dengan banyaknya kasus yang terjadi
di masyarakat dukungan keluarga sangat diperlukan pada penderita Diabetes Melitus.
Penelitian tentang dukungan keluarga yang dilakukan oleh Firdaus, Sriyono, dan
Asmoro (2014) menunjukkan bahwa 32,8% penyandang Diabetes Melitus mendapat
dukungan keluarga yang baik dengan tingkat kepatuhan terapi insulin tinggi, 63.8%
mendapat dukungan keluarga sedang dengan tingkat kepatuhan sedang, dan 3,4% mendapat
dukungan keluarga kurang dengan tingkat kepatuhan rendah. Oleh karena itu dukungan
keluarga sangatlah penting dan berpengaruh besar dalam pengobatan Diabetes Melitus di
keluarga.
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah dalam
keluarga adalah “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Keluarga dengan kasus Diabetes
Melitus di wilayah kerja Puskesmas Jekan Raya?”
1.3. Tujuan penulisan
1.3.1. Tujuan umum
Lapran pendahuluan dan Asuhan keperawatan dibuat ini agar mahasiswa
memperoleh pengalaman nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada Ny.R 
dengan Diagnosa Medis Diabetes Melitus di Puskesmas Jekan Raya, Palangkaraya
1.3.2. Tujuan khusus
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan
Diagnosa Medis Diabetes Melitus di Puskesmas Jekan Raya, Palangkaraya
1.3.2.1. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan
Diagnosa Medis Diabetes Melitus di Puskesmas Jekan Raya, Palangkaraya
1.3.2.2. Mahasiswa mampu menentukan intervensi keperawatan pada klien dengan
Diagnosa Medis Diabetes Melitus di Puskesmas Jekan Raya, Palangkaraya
1.3.2.3. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada klien
dengan Diagnosa Medis Diabetes Melitus di Puskesmas Jekan Raya,
Palangkaraya
1.3.2.4. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan
Diagnosa Medis Diabetes Melitus di Puskesmas Jekan Raya, Palangkaraya
Manfaat
Bagi mahasiswa
Hasil Asuhan Keperawatan ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi yang bermakna bagi mahasiswa dan menambah wawasan penulis dalam melakukan studi kasus dan mengaplikasikan ilmu te
Bagi Klien Dan Keluarga
Hasil asuhan keperawatan ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada keluarga dengan asuhan keperawatan dengan Diabetes Melitus di dalam keluarga.
Bagi Institusi
Dapat memberikan masukan dalam pelayanan kesehatan yaitu dengan memberikan dan mengajarkan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan pada keluarga dan terutama untuk pasien sebagai salah
 berpartisipasi dalam mengimplementasikan strategi pelaksaan dalam asuhan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Keluarga
2.1.1 Definisi Keluarga

Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
 berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
 beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012). Sedangkan menurut Friedman
keluarga adalah unit dari masyarakat dan merupakan lembaga yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya
dengan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga atau unit
layanan perlu di perhitungkan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu sebuah ikatan
(perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun adopsi), tinggal dalam satu
atap yang selalu berinteraksi serta saling ketergantungan.
2.1.2 Fungsi Keluarga
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :
a. Fungsi Afektif 
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan
dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Komponen yang perlu
dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah (Friedman,
M.M et al., 2010) :
1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling
menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan
iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru.
 b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu
untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap
ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam hal ini keluarga dapat
Membina hubungan sosial pada anak, Membentuk norma-norma tingkah laku
sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk  memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujua
Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal.
Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan keperawatan, yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tug
Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga
Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan keluarga dibagi menjadi 8 :
Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu membina hubungan intim yang memuaskan, menetapkan tujuan bersama, membina h
 b. Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan menimbulkan krisis keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain yaitu adaptasi
 perubahan anggota keluarga, mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan, membagi peran dan tanggung jawab, bimbingan orangtua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, s
c. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan kebutuhan pada anak 
 pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kontak sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya.
Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan keluarga seperti membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, mendorong anak  untuk mencapai pengembangan daya in
Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan terhadap remaja, memelihara komunikasi terbuka, mempersiapkan perubahan sistem
 peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarganya.
Keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih banyak  waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan waktu santai, memulihkan hubungan antara generasi muda-tua, s
Keluarga lanjut usia
Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup, menerima kematian pasangan, dan mempersiapkan kematian, serta mela
Tugas keluarga
Tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah sebagai berikut :
Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan.
 b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan.
Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit.
Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan.
Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.
2.2 Konsep Dasar Medis Diabetes
2.2.1 Definisi
Diabetes berasal dari kata Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan” (siphon). Melitus berasal dari kata latin yang bermakna manis atau
madu. Penyakit Diabetes Melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume
urine yang banyak dengan kadar glukosa yang tinggi. Diabetes Melitus adalah
 penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau
 penurunan intensitivitas relatif sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
Diabetes Melitus adalah kelainan metabolisme, dimana kemampuan tubuh
untuk memanfaatkan glukosa, lemak dan protein terganggu karena defisiensi insulin
atau resistensi insulin (Dunning, 2014). Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi
karena pankreas tidak cukup menghasilkan insulin, atau saat tubuh tidak efektif 
memanfaatkan insulin yang dihasilkan (WHO, 2017).
2.2.2 Etiologi
Umumnya Diabetes Melitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau
sebagian besar dari sel-sel β dari pulau-pulau langerhans pada pankreas yang
 berfungsi menghasilkan insulin, akibatnya terjadi kekurangan insulin. Disamping itu
Diabetes Melitus juga dapat terjadi karena gangguan terhadap fungsi insulin dalam
memasukan glukosa kedalam sel. Gangguan itu dapat terjadi karena kegemukan atau
sebab lain yang belum diketahui (Smeltzer dan Bare, 2015). Diabetes Melitus atau
lebih dikenal dengan istilah penyakit kencing manis mempunyai beberapa penyebab,
antara lain :
1) Pola Makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan
oleh tubuh dapat memacu timbulnya Diabetes Melitus. Konsumsi makanan
yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah
yang memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan
 pastinya akan menyebabkan Diabetes Melitus.
2) Obesitas (kegemukan)
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90kg cenderung memiliki
 peluang lebih besar untuk terkena penyakit Diabetes Melitus. Sembilan dari
sepuluh orang gemuk berpotensi untuk terserang Diabetes Melitus.
3) Factor genetic
Penyebab Diabetes Melitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya
menderita Diabetes Melitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya
 bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.
4) Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang

Dipercayai oleh lebih dari 1 juta anggota

Coba Scribd GRATIS selama 30 hari untuk mengakses lebih dari 125 juta judul tanpa iklan atau gan

Mulai Coba Gratis


Batalkan Kapan Saja.
 pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas
menurun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untu proses
metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang
terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.
5) Penyakit dan infeksi
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan
radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun
sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh
termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan dislipedemia dapat
meningkatkan risiko terkena Diabetes Melitus.
6) Pola hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab Diabetes Melitus.
Jika orang malas berolahraga memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena
 penyakit Diabetes Melitus karena olahraga berfungsi untuk membakar kalori
yang tertimbun didalam tubuh, kalori yang tertimbun di dalam tubuh
merupakan faktor utama penyebab Diabetes Melitus selain disfungsi
 pankreas.
2.2.3 Patofisiologi
Pada Diabetes Melitus Tipe 1 terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan
insulin karena sel-sel β pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemi puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di
samping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati
meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial
(sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal
tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya
glukosa tersebut muncul dalam urine (glikosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di
eksresikan ke dalam urine, eksresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit
yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari
kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Difisiensi insulin juga akan menganggu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera
makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup
kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan
glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis
(pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino dan substansi lain). Namun pada
 penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut
akan turut menimbulkan hiperglikemia Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak 
yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk 
samping pemecahan lemak.
Diabetes Melitus Tipe 2 merupakan suatu kelainan metabolik dengan
karakteristik utama adalah terjadinya hiperglikemik kronik. Meskipun pola
 pewarisannya belum jelas, faktor genetik dikatakan memiliki peranan yang sangat
 penting dalam munculnya Diabetes Melitus Tipe 2. Faktor genetik ini akan
 berinteraksi dengan faktor-faktor lingkungan seperti gaya hidup, obesitas, rendahnya
aktivitas fisik, diet, dan tingginya kadar asam lemak bebas. Mekanisme terjadinya
Diabetes Melitus Tipe 2 umumnya disebabkan karena resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus
 pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut,
terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.
Resistensi insulin pada Diabetes Melitus tipe 2 disertai dengan penurunan
reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk 
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin
dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terjadi peningkatan jumlah
insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini
terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan
 pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel β
tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar 
glukosa akan meningkat dan terjadi Diabetes Melitus Tipe 2. Meskipun terjadi
gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas Diabetes Melitus Tipe 2, namun
masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan
lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu, Ketoasidosis
Diabetik tidak terjadi pada Diabetes Melitus Tipe 2.
2.2.4 Gejala dan Tanda klinis
Diabetes seringkali muncul tanpa gejala. Namun demikian ada beberapa gejala
yang harus diwaspadai sebagai isyarat kemungkinan diabetes. Gejala tipikal yang
sering dirasakan penderita diabetes antara lain poliuria (sering buang air kecil),
 polidipsia (sering haus), dan polifagia (banyak makan/mudah lapar). Selain itu sering
 pula muncul keluhan penglihatan kabur, koordinasi gerak anggota tubuh terganggu,
kesemutan pada tangan atau kaki, timbul gatal-gatal yang seringkali sangat
mengganggu (pruritus), dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas. Tanda atau
gejala penyakit Diabetes Melitus (DM) sebagai berikut (Perkeni,2015):
1) Pada Diabetes Melitus Tipe I gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah
 poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa lelah
(fatigue), iritabilitas, dan pruritus (gatal-gatal pada kulit).
2) Pada Diabetes Melitus Tipe 2 gejala yang dikeluhkan umumnya hampir 
tidak ada. Diabetes Melitus Tipe 2 seringkali muncul tanpa diketahui, dan
 penanganan baru dimulai beberapa tahun kemudian ketika penyakit sudah
 berkembang dan komplikasi sudah terjadi. Penderita DM Tipe 2 umumnya lebih mudah terkena infeksi, sukar sembuh dari luka, daya penglihatan makin buruk, dan umumnya men
Penegakan diagnostik
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan plas
Keluhan klasik Diabetes Melitus: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan
 berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi
 pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.

Penatalaksanaan Medis
Menurut Brunner & Suddarth (2015), tujuan utama terapi Diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk  mengurangi Ko
Diet yang tepat
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan Diabetes Melitus. Menurut Departemen Kesehatan RI menetapkan bahwa kebutuhan kalori individu seb
 pada penderita Diabetes Melitus diarahkan untuk mencapai tujuan berikut ini :
a. Memberikan semua unsur seumur hidup
 b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
c. Memenuhi kebutuhann energi
d. Mencegah fluktasi kadar glukosa darah mendekati normal melalui caracara
yang aman dan praktis.
e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat.
2) Latihan fisik 
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan Diabetes Melitus karena efeknya
dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor resiko
kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan
meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian
insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan berolahraga.
3) Pemantauan Kadar Glukosa Darah Secara Mandiri
Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri
(SMBG, Self Monitoring of Blood Glucose) penderita Diabetes Melitus kini
dapat mengatur terapinya untuk mengendalikan kadar glukosa darah secara
optimal. Cara ini memungkinkan deteksi dengan pencegahan hipoglikemia serta
hiperglikemia dan berperan untuk menentukan kadar glukosa darah normal yang
kemungkinan akan mengurangi komplikasi Diabetes Melitus jangka panjang.
Beberapa metode kini tersedia untuk melakukan pemantauan mandiri
kadar glukosa darah. Kebanyakan metode tersebut mencakup pengambilan
setetes darah dari ujung jari tangan, aplikasikan darah tersebut pada strip
 pereaksi khusus. Strip tersebut pertama-tama dimasukkan ke dalam alat
 pengukur sebelum darah ditempelkan pada strip. Setelah darah melekat pada
strip, darah tersebut dibiarkan selama pelaksanaan tes. Alat pengukur akan
memperlihatkan kadar glukosa darah dalam waktu yang singkat (kurang dari 1
menit).
4) Terapi obat oral atau insulin (jika diperlukan)
Menurut Rendy, M. Clevo dan Margareth TH (2012) pada individu sehat, sekresi
insulin mengimbangi jumlah asupan makanan yang bermacam-macam dengan
latihan fisik, sebaliknya, individu dengan Diabetes Melitus tidak mampu
menyekresi jumlah yang cukup untuk mempertahankan kadar glukosa darah.
Sebagai akibatnya, kadar glukosa meningkat tinggi sebagai respon terhadap
makanan dan tetap tinggi dalam keadaan puasa.
5) Pendidikan Kesehatan
Menurut Corwin (2009) pasien Diabetes Melitus relatif dapat hidup normal
asalkan mereka mengetahui dengan baik keadaan dan cara penatalaksanaan
 penyakit yang dideritanya. Menurut Prince dan Wilson (2006) mereka dapat
 belajar menyuntikkan insulin sendiri, memantau kadar glukosa darah mereka dan memanfaatkan informasi untuk mengatur dosis insulin serta merencanakan diet serta latihan sedemikian rupa sehingga d
 pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer merupakan semua aktivitas yang ditujukan untuk mencegah timbulnya hiperglikemia pada populasi umum misalnya dengan kampanye maka
 penyuluhan dan pendidikan kesehatan. Upaya pencegahan ini memberikan memerlukan keterlibatan semua pihak untuk mensukseskannya baik dokter,
 perawat, ahli gizi, keluarga dan pasien itu sendiri. Perawat sebagai edukator  sangat berperan untuk memberikan informasi yang tepat pada pasien Diabetes Melitus tentang penyakit, pencegahan, komp
Pemeriksaan Penunjang Diabetes Melitus
Pemeriksaan Diagnostik:
Glukosa Darah sewaktu
Kadar glukosa darah
Tes toleransi
Kriteria diagnostik menurut WHO untuk Diabetes Melitus pada sedikitnya 2 kali
 pemeriksaan:
Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dL (11,1 mmol/L).
Glukosa plasma puasa >140 mg/dL (7,8 mmol/L).
Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post pradinal (pp) >200 mg/dL (Hasdianah, 2014).
2.2.8 WOC
Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu kegiatan yang ada di dalam praktek  keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada tatanan komunitas dengan menggunakan prose
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu kegiatan yang diberikan melalui praktik  keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini mempunyai tujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang di
Pengkajian
Pengkajian adalah Tahap dimana seorang perawat dapat menggali data-data dari
 pasien. Data- data ini didapatkan dengan cara melakukan observasi kepada pasien, melakukan wawancara kepada pihak keluarga serta melakukan pemeriksaan fisik  sesuai fokus pengkajian sehingga seb
Data Umum
Data umum ini meliputi nama, alamat, jenis kelamin, umur, pekerjaan, agama dan lain-lainnya.
Anggota keluarga
Riwayat keluarga yang hipertensi (faktor keturunan). Faktor keturunan (genetik) ini mempertinggi resiko dapat terkenanya hipertensi. Jika kedua orang tua kita mempunyai hipertensi, kemungkinan kita
Tipe Keluarga
Pada type-type keluarga yang ada di dalam rumah tangga itu berbeda antara satu dengan yang lainnya. Pada umumya masing-masing keluarga mengalami kesulitan berkomunikasi, kesulitan dalam ekon
Status Sosial Ekonomi
Status sosial dan ekonomi juga menjadi faktor yang perlu dikaji. Karena, dari faktor ini lah sebuah keluarga dikatakan cukup atau dapat merawat atau melakukan perawatan pada keluarga umtuk memper
5. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi:
a. Riwayat kesehatan ini yang menjelaskan tentang kesehatan masing-masing
anggota keluarga, upaya keluarga dalam memenuhi kesehatan anggota
keluarganya difasilitas kesehatan.
 b. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Menjelaskan tentang riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular di
keluarga, riwayat kebiasaan/gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan.
6. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Menjelaskan tentang hasil identifikasi rumah yang di huni keluarga meliputi
luas, type, jumlah ruangan, pemanfaatan ruangan, jumlah ventilasi, peletakan
 perabot rumah tangga, sarana air bersih dan minum yang digunakan.
Keadaan rumah akan lebih mudah dipelajari bila digambar sebagai denah
rumah. Ukuran rumah menentukan besarnya rasio antara penghuni dan
tempat yang tersedia. Semakin besar rumah dan semakin sedikit
 penghuninya, maka akan semakin besar rasio terjadinya stres. Sebaliknya,
semakin kecil rumah dan semakin banyak penghuninya, maka akan semakin
kecil rasio terjadinya stress yang dapat menyebabkan hipertensi
(Erlinda,2016).
 b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW (Perkumpulan yang diikuti oleh
keluarga dan interaksi dengan masyarakat)
Karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat, yaitu tempat keluarga
 bertempat tinggal, meliputi kebiasaan, seperti lingkungan fisik, nilai atau
norma serta aturan atau kesepakatan penduduk setempat, dan budaya
setempat yang mempengaruhi kesehatan khususnya ketidakpatuhan terapi
hipertensi sehingga peningkatan tekanan darah sering terjadi.
c. Mobilitas Geografis Keluarga.
Menggambarkan mobilitas keluarga dan anggota keluarga. Mungkin
keluarga sering berpindah tempat atau anggota keluarga yang tinggal jauh
dan sering berkunjung pada keluarga yang di bina.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi denganmasyarakat.
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul
serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga berinteraksi
dengan masyarakatsekitarnya.
e. System pendukung keluarga.
Yaitu jumlah anggota keluarga yang sehat dan fasilitas keluarga yang
menunjang kesehatan (BPJS , jamsostek, kartu sehat, asuransi, atau yang
lain). Fasilitas fisik yang dimiliki anggota keluarga (peralatan kesehatan),
dukungan psikologis anggota keluarga atau masyarakat, dan fasilitas sosial yang ada disekitar keluarga yang dapat digunakan untuk meningkatkan upaya kesehatan.
Fungsi Keluarga
Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji dalam hal ini adalah sejauh mana keluarga mampu dalam mengenal, mengambil sebuah keputusan dalam tindakan, merawat anggota keluarga yang
 pengetahuan.
Stres dan koping keluarga
Sumber koping ini adalah kemampuan keluarga untuk mengontrol dan memiliki cara, keputusan atau sebagai support system yang ada serta menjadikan sumber 
 penguat didalam keluarga antara anggota keluarga satu dan lainnya. (Susanto, 2012).
Pemeriksaan Fisik 
Pemeriksaan fisik dilakukan kepada semua anggota keluarga. Metode yang digunakan dalam pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik. Pemeriksaan ini menggunakan 4 teknik y
 perkusi dan yang lainnya (Nursalam,2008:40)
Tanda-tanda Vital yaitu meliputi tekanan darah, nadi, suhu, respirasi. Dikatakan hipertensi apabila tekanan darah sistolik diatas 140mmHg dan tekanan diastolic kurang lebih 90mmHg.
Antropometri
Yaitu berat badan yang meningkat (obesitas ) adalah factor resiko penyebab hipertensi (Bakri,2017).
Pemeriksaan kepala dan leher 
Pada pasien hipertensi pasien akan mengeluh sakit pada kepala bagian belakang atau dirasakan pusing dan kaku. Pada leher mungkin didapatkan adanya terjadi
 pembengkakan vena jugularis (Bakri,2017).
Head To toe
Kepala : terdapat nyeri tekan pada bagian kepala belakang, ada atau tidaknya oedema dan lesi, serta apakah adakah kelainan bentuk kepala.
 b. Mata : biasanya didapatkan hasil conjungtivitis dan anemis.
Hidung : biasanya dapat dijumpai epistaksis jika didapatkan hasil vaskuler  itu karena akibat dari hipertensi.
Mulut : biasanya terdapat perdarahan pada gusi.
e. Leher : apakah dijumpai ada pembesaran kelenjar limfe atau juga ada
 pembesaran tonsil.
f. Dada : sering dijumpai tidak ditemukan kelainan pada dada, inspeksi bentuk 
dada, simetris atau tidak serta lihatlah ictus cordis nampak atau tidak. Palpasi
didapatkan dengan hasil vocal fremitus ha positif disemua kuadran. Perkusi
hasilnya sonor, dan auskultasi tidak terdengar suara nafas tambahan.
g. Perut : tidak dijumpai atau ditemukan kelainan. Inspeksi meliputi bentuk 
 perut. Palpasi didapatkan dengan hasil teraba kenyal atau supel, tidak 
terdapat distensi. Hasil perkusi tympani, dan bunyi auskultasi terdengar suara
 bising usus normal.
h. Ekstremitas atas dan bawah : pada pasien dengan hipertensi sering tidak 
terjadi kelainan tonus otot, terkecuali jika memang sudah terjadi komplikasi
dari hipertensi itu sendiri seperti stroke, maka penyebab yang akan terjadi
yaitu penurunan tonus otot atau hemi parase.
14. Harapan Keluarga
Harapan ini berisi tentang harapan keluarga baik kepada penderita ataupun
kepada perawat. Harapan tersebut diusahakan semaksimal mungkin agar 
keluarga merasa puas oleh tindakan keperawatan yang dilakukan perawat dan
 pelayanan kesehtan yang diberikan (Bakri, 2017).
2.3.2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang dirumuskan berdasarkan data yang
terkumpul dari pengkajian dan berupa rumusan tentang respons klien terhadap
masalah kesehatan serta factor penyebab (etiologi ) yang berkonstribusi terhadap
timbulnya masalah yang perlu diatasi dengan tindakan atau intervensi keperawatan.
1. Diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul adalah :
a. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif, yaitu pola penanganan masalah
kesehatan dalam keluarga tidak memuaskan untuk memulihkan kondisi
kesehatan anggota keluarga.
 b. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif, yaitu ketidak mampuan
mengidentifikasi, mengelola dan atau menemukan bantuan untuk 
mempertahankan status kesehatan yang ada.
c. Kesiapan peningkatan koping keluarga yaitu pola adaptasi anggota keluarga
dalam mengatasi situasi yang dialami klien secara efektif dan menunjukkan
keinginan serta kesiapan untuk meningkatkan kesehatan keluarga dan klien.
d. Ketidak berdayaan, persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan
mempengaruhi hati secara signifikan, persepsi kurang kontrol pada situasi
saat ini atau yang akan datang.

Dipercayai oleh lebih dari 1 juta anggota

Coba Scribd GRATIS selama 30 hari untuk mengakses lebih dari 125 juta judul tanpa iklan atau gan

Mulai Coba Gratis


Batalkan Kapan Saja.
e. Ketidak mampuan koping keluarga, yaitu perilaku orang terdekat (anggota keluarga) yang membatasi kemampuan dirinya dan klien untuk beradaptasi dengan masalah kesehatan yang dihadapi klien.(S
Yang menjadi etiologi atau penyebab dari masalah keperawatan yang muncul adalah hasil dari pengkajian tentang tugas kesehatan keluarga yang meliputi 5 unsur sebagai berikut :
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi pada anggota keluarga
 b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
 penyakit hipertensi
Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi
Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanankesehatan guna
 perawatan dan pengobatan hipertensi. (Friedman,2010).
Tanda (Sign )
Adalah terkumpulnya data-data yang diperoleh baik dari penderita dan keluarga yang memunculkan penyebab atau etiologi sehingga dapat dijadikan suatu diagnosis yang pasti. Strategi didalam diagnose
Diagnosa Aktual yaitu masalah yang timbul dalam keluarga yang mengancam serta memerlukan bantuan dari petugas kesehatan salah satunya
 perawat dalam waktu yang tepat. Didalam masalah ini diperlukan tindakan yang tepat dan cepat karena dapat menyebabkan resiko tinggi apabila tidak  segera diselesaikan.
 b. Diagnosis Potensial adalah suatu keadaan keluarga yang sejahtera dari keluarga yang memiliki kebutuhan serta fasilitasnya untuk memenuhi kekurangan kesehatan.
2.3.3. Prioritas Masalah
Kriteria Skor Bobot
1. Sifat masalah
a. Aktual (tidak/kurang sehat) 3 1
 b. Ancaman Kesehatan 2
c. Krisis atau keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
a. Mudah 2 2
 b. Sebagian 1
c. Tidak dapat 0

Potensi masalah untuk dicegah


Tinggi
 b. Cukup 3 1
2

c. Rendah 1

Menonjol masalah
Masalah berat, harus segera di tangani
 b. Ada masalah, tetapi tidak harus segera di 2 1
1

tangan 0
c. Masalah tidak di rasakan
2.3.4. Intervensi
Perencanaan adalah acuan tertulis yang terdiri dari berbagai intervensi keperawatan yang direncanakan dapat mengatasi diagnose keperawatan sehingga
klien dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya. Perencanaan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

Diagnosis (SDKI) Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)

D.0115 Kriteria hasil: 1. Dukungan koping keluarga (I.09260)


Manajemen kesehatan 1. Pasien Mampu menjelaskan masalah Observasi:
keluarga tidak efektif  Kesehatan yang dialami a. Identifikasi respons emosional terhaadap kondisi saat ini

2. Meningkatkan Aktivitas keluarga dalam  b. Identifikasi beban prognosis secara psikologis

mengatasi masalah kesehatan c. Identifikasi pemahaman tentang keputusan perawatan


3. Tindakan untuk mengurangi factor resiko setelah pulang

meningkat. Terapeutik:

a. Dengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan keluarga


 b. Terima nilai-nilai keluarga dengan cara yang tidak 
menghakimi
c. Fasilitasi pengambilan keputusan secara kolaboratif
d. Hargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang
digunakan
e. Fasilitasi pemenuhan kebutuhan dasar keluarga
Edukasi:

a. Informasikan kemajuan pasien secara berkala


 b. Informasikan fasilitas perawatan kesehatan yang tersedia
Dukungan keluarga merencanakan perawatan (I.13477)

Observasi:

Identifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan


 b. Identifikasi tindakan yang dilakukan keluarga

Terapeutik:

a. Motivasi pengembangan sikap dan emosi yang mendukung upaya kesehatan


 b. Gunakan sarana dan fasilitas yang ada dalam keluarga

c. Ciptakan perubahan lingkungan rumah secara optimal

Kondisi Diskusi Keluarga (I.12482)


Edukasi:

Observasi:
a. Informasikan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga
 b. Anjurkan cara perawatan yang bisa dilakukan keluarga

Identifikasi gangguan kesehatan setiap anggota keluarga

Terapeutik:

a. Ciptakan suasana rumah yang sehat dan mendukung

 b. Fasilitasi keluarga mendiskusikan masalah kesehtaan yang


sedang dialami

c. Pertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas kesehatan.


Edukasi:

a. Anjurkan anggota keluarga dalam memanfaatkan sumber –  sumber yang ada dalam masyarakat
Implementasi
Pelaksanaan implementasi keperawatan merupakan suatu proses keperawatan dimana seorang perawat memberikan intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap pasien (Potter & Perry. 2
Evaluasi Keperawatan
Tahap penilaian atau evaluasi adalah tahap yang menentukan perbandingan yang terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang ditetapkan, dilakukan dengan cara bersambungan dengan melibatk
Di dalam tahap evaluasi ini yang harus dicapai yaitu sesuai dengan Standart Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) yaitu :
Kemampuan menjelaskan masalah kesehatan yang dialami (meningkat).
Aktivitas keluarga mengatasi masalah kesehatan tepat.
Tindakan untuk mengurangi factor resiko.
Verbalisasi kesulitan menjalankan perawatan yang ditetapkan (menurun).
Gejala penyakit anggota keluarga (menurun)
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Identitas klien / keluarga
 Nama KK : Tn.S
Umur Agama : 46
Jenis Kelamin : K risten P rotestan
: Laki-laki

Suku : Dayak 
Pendidikan : S MA

Pekerjaan : S wasta
Alamat : Jl.Raflesia VB

 No.Telp: 0857xxxxxxxxx
Komposisi Keluraga

Gender Hubungan
No Nama (Inisial) Umur Pendidikan Pekerjaan
(L / P) Dg KK
1 Ny.R 44 Ta hun P Istri SMA IRT
2 Ny.L 21 Ta hun P Anak SMA IRT
3 Nn.R 16 T ahun P Anak SMA Pelajar
4 An.R 9 Ta hun P Anak SD Pelajar
5 Tn.I 20 T ahun L Menantu SMK Karyawan
Bengkel
6 By.Z 5 Bul an L Cucu - -
7
8
9

Tipe Keluarga : Keluarga ini merupakan middle age family yang terdiri dari ayah, ibu, anak 
dan menantu. Tn.S (50 tahun) Anak pertama perempuan Ny.L (21 Tahun), Anak kedua Nn.R 
(16 Tahun), Anak ke tiga An.R (9 Tahun), Menantu Tn.I (20 Tahun) dan Cucu By.Z (5
Bulan).

B. Riwayat Perkembangan Keluarga


a) Tahap perkembangan keluarga Tn.S saat ini adalah tahap VI yaitu tahap kaluarga melepaskan anak dewasa muda karena anak pertama Tn.S sudah meninggalkan rumah untuk Men
 b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi yaitu anak Tn.S yang masih
 belum mendaptkan pekerjaan yang tetap.
Riwayat keluarga inti
 Ny.R menderita diabetes melitus sejak tahun 2018. Ny.R mengeluhan sering kencing dan mudah lelah. pasien tidak rutin ke puskesmas pasien dilakukan
 pemeriksaan GDS hasil > 200 mg/dL. kemudian dilakukan pemeriksaan TTV
 Nadi :80x/menit, RR : 20x/menit, TD : 140/80 mmHg, Suhu : 36,2 C dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik, pasien tampak lemah, kunjungtiva pucat, kulit tampak  kering, tidak nafs
Riwayat Keluarga Sebelumnya
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Tn. S bahwa Ny.R mengalami kecelakaan sehingga Ny.R di bawa ke Puskesmas Jekan Raya karna ada luka robek di bagian kepala dan
 Ny.R merasakan sakit perut dan Ny.R di bawa ke RS untuk di USG, setelah di USG ternyata hasil USG Ny.R tampak ada pembekuan darah di dalam perut sehingga Ny.R di Oper
 perut.

*Genogram (3 generasi)
C. Struktur Keluarga
a) Pola komunikasi
Komunikasi yang terjalin dalam keluarga Tn.S cukup baik. Cara komunikasi yang diterapkan yaitu komunikasi secara langsung karena Tn.S dan keluarga tingga serumah. Dalam komunikasi yang paling
 jika ada masalah akan diselesaikan secara bersama-sama.
 b) Struktur kekuatan keluarga
Tn.S dan Ny.R mendidik anak-anak dengan disiplin dan jika diberi nasehat akan dipatuhi.
Struktur peran
Tn.S berperan sebagai seorang suami yang mencari nafkah dan juga berperan sebagai ayah bagi anak-anaknya sedangkan Ny.R berperan sebagai seorang istri yang mengurus rumah tangga dan seorang
 perubahan peran ataupun konflik ketidak sesuaian peran dalam keluarga.
Nilai dan norma budaya
Dalam keluarga tidak ada nilai-nilai tertentu dan nilai agama yang bertentangan dengan kesehatan karena menurut keluarga kesehatan merupakan hal yang
 penting. Dalam mengobati penyakitnya, Ny.R mengkonsumsi obat-obat herbal dan juga dari rumah sakit.
D. Fungsi Keluarga
a) Fungsi Afektif 
keluarga Tn. S selalu menyayangi dan perhatian kepada seluruh anggota keluarganya terutama anak – anaknya, selalu mendukung untuk bersikap sopan dan santun.
 b) Fungsi Sosial
interaksi Tn. S dengan istri dan anaknya terjalin dengan sangat baik saling mendukung, bahu membahu, dan saling ketergantungan satu sama lain. Tn. S dan
 Ny.R selalu bersikap adil kepada seluruh anggota keluarganya.
Fungsi Perawatan Kesehatan
masalah kesehatan yang saat ini sedang dialami oleh keluarga Keluarga Tn. S adalah
 Ny.R yang saat ini memiliki penyakit Diabetes Melitus. Keluarga mengatakan tahu Diabetes Melitus adalah penyakit kencing manis. Ny.R mengatakan datang ke Puskesmas apabila ada keluarga yang sa
Stress dan Koping Keluarga
Tn. S mengatakan sedikit khawatir dengan penyakit istrinya, tetapi Tn. S dan keluarga tahu apabila dirawat dengan baik, penyakit gula darah istrinya dapat terkontrol. Keluarga Tn. S berusaha berobat d
E. Pola Koping Keluarga
a) Stressor jangka pendek
Yang menjadi beban pikiran jangka pendek Ny.R yaitu sakit dm nya sering kambuh. Dan jika sudah kambuh ia hanya dapat tidur dan tidak dapat melakukan apa-apa.
 b) Stressor jangka panjang
Yang menjadi beban jangka panjang Ny.R yaitu bagaimana ia membantu mencari
 penghasilan untuk keluarga . Juga ia yang selalu menjadi beban adalah penyakit yang diderita oleh Ny.R karena jika ia sakit tidak ada yang mengurus keluarga dan juga akan menjadi beban bagi kelua
Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Untuk mengatasi masalah tersebut Ny.R selalu menjaga pola makan nya agar  sakit magh nya tidak kambuh dan juga memilih makanan yang dikonsumsi yang tidak terlalu banyak mengandung gula
Strategi koping yang digunakan
Jika ada masalah yang tidak bisa diselesaikan Ny.R dan keluarga akan tetap mencari jalan keluar dengan musyawarah, tetapi jika sedang kesal Ny.R juga terkadang marah. Ny.R menerima apapun yan
 penyakitnya, karena beliau yakin semua sudah diatur oleh Tuhan.
Dipercayai oleh lebih dari 1 juta anggota

Coba Scribd GRATIS selama 30 hari untuk mengakses lebih dari 125 juta judul tanpa iklan atau gan

Mulai Coba Gratis


Batalkan Kapan Saja.

e) Strategi adaptasi disfungsinal


Jika merasa lelah dan sakit Ny.R akan beristirahat dan tidur.
F. Spiritual
Keluarga Ny.R taat ibadah dan mengikuti kegiatan gereja
G. Pola Aktivitas sehari-hari
Pola makan
 Ny.R dan keluarga rutin makan 3x sehari, tetapi Ny.R mengatakan terkadang mengkonsumsi makanan yang mengandung gula
 b) Pola Minum
 Ny.R dan keluarga selalu mengupayakan cukup minum air putih 8 gelas sehari
Istirahat
Tn. S dan keluarga selalu cukup tidur dan istirahat setiap hari
Pola BAK 
BAK baik, Ny.R dan keluarga tidak memiliki gangguan pencernaan
 Namun terkadang Ny.R sering BAK dikarenakan penyakit Diabetes yang dialami nya
a) Pola Kebersihan diri
Tn.R dan keluarga rutin mandi 2x sehari
e) Tingkat kemandirian
 Ny.R tidak mampu melakukan aktivitas mandiri ADL : dibantu keluarga
5 5
5 1

H. Psikososial
a) Keadaan emosi pada saat ini:
Tn. S mengatakan saat ini dirinya merasa sedih, dan khawatir tentang luka diabetes dan luka post operasi yang dialami Ny.R 
 b) Kurang interaksi dengan orang lain
Tn. S mengatakan masih berinteraksi dengan tetangga seperti biasa
Menarik diri dengan lingkungan
Tn. S mengatakan saat ini dirinya dan keluarga tidak menarik diri dari lingkungan
Konflik dengan keluarga
Tn. S mengatakan dirinya tidak ada konflik. Seluruh keluarga membantu dan memberikan semangat untuk kesembuhan Ny.R 
Penurunan harga diri
 Ny.R mengatakan saat ini dirinya merasa tidak berguna karna tidak bisa membantu keluarga dalam pekerjaan rumah
Gangguan gambaran diri
 Ny.R mengatakan dirinya merasa terganggu dengan penyakit yang dialami, yang mengakibatkan Ny.R kesulitan berjalan dan beraktifitas.
Faktor resiko masalah kesehatan
 Tidak pernah / jarang periksa kes.
 Ny.R mengatakan dirinya jarang memeriksakan Kesehatan kecuali sedang sakit
 parah seperti sekarang.
 b) Social ekonomi kurang
Tn. S mengatakan keluarganya termasuk yang berkecukupan untuk kebutuhan sehari hari
c) Total pendapatan kelurga per bulan:
Tn. S mengatakan pendapatan suaminya cukup untuk kebutuhan keluarga, berobat, dan menyekolahkan anak-anaknya. Pendapatan perbulan kisaran Rp. 1.000.000,- s/d 2.000.000.
VITAL SIGN
 Nama
BB/TB
(Inisial) TD N RR S Tanggal p emeriksaan Lain- l ain

Tn.S 130/60 99 24 36,1 C 50/160 29 September 2022 Tidak ada keluhan


 Ny.R 150/70 99 25 36 C 45/150 29 September 2022 Klien mengatakan Sering kencing dan
mudah Lelah,Keadaan luka Post
Operasi terbuka karna Ny.R sering
gerak, luka tampak merembes dan
Gula darah sewaktu Ny.R >200 g/dl
 Ny.L 120/60 98 21 36,5 C 40/150 29 September 2022 Tidak ada keluhan
 Nn.R 110/50 95 20 36,2 C 45/149 29 September 2022 Tidak ada keluhan
An.R 95/50 75 18 36 C 30/130 29 September 2022 Tidak ada keluhan
Tn.I 120/50 99 22 36,5 C 47/155 29 September 2022 Tidak ada keluhan
By.Z 100 30 36,7 C 5/70 29 S eptember 2 022 Tidak a da k eluhan

J. Pemeriksaan Fisik 
K. Pengkajian Lingkungan:
Keluarga Ny.R memiliki luas tanah 60-72 m2 dan memiliki luas bangunan rumah 9 x 4 m2 (tipe 24). Bangunan tersebut milik sendiri, Rumah Ny.R memiliki 2 kamar, 1 ruang tam
Untuk penggunaan air keluarga Ny.R menggunakan sumber air  Sumur Bor, dan sumber listrik dari PLN.
Denah Rumah Tn. S

a) Karakteristik Lingkungan Sekitar 


Keluarga Tn. S tinggal di lingkungan dengan warga mayoritas suku Banjar dan Dayak, Tn. S mengatakan tetangga nya ramah, terkadang mereka berkumpul untuk  mengobrol
 b) Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Tn. S berasal dari Parengean lalu pindah dan tinggal di Jln. Raflesia V B, dan menempati rumah tersebut sejak tahun 2021, keluarga Tn. S merasa senang
karena sudah memiliki rumah pribadi.
Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Tn. S sering berkumpul dan bercerita dengan tetangga untuk mengobrol ringan, dan saat ada waktu luang Tn. S sering bermain bersama anak anak di rumah.
Sistem Pendukung Keluarga
Semua anggota keluarga Tn. S dan Ny.R dalam kondisi sehat antara anggota keluarga saling menyayangi dan membantu satu sama lain.

Perawat yang mengkaji

 Nama : David Elison Tgl :29/09/2022 Pkl :15:35 WIB


Catatan Keperawatan Keluarga

II. Analisa Data


 No Data Penunjang Masalah Penyebab
1. DS :
- Ny.R mengatakan jarang Resiko ketidak stabilan gula Ketidakmamp uan

memeriksakan gula darah darah keluarga dalam

ke puskesmas mengenal masalah

- Ny.R mengatakan kesehatan diabetes

terkadang mengkonsumsi melitus

makanan yang
mengandung gula
DO :
- Ny.R tampak lemas
- Ny.R tampak kurus
Hasil TTV :
- TD : 130/80 mmHg
- N : 92 x/menit
- S :36,3 °C
- RR : 22 x/menit
- Gula darah sewaktu
>200 g/dl
- BB saat ini 45 kg

DS :
- Ny.R
mengatakansering
Perilaku Kesehatan Cenderung
2. menggaruk badan
Beresiko Berhubungan Ketidak mampuan
yang terasa gatal
Dengan Kurang Terpapar  keluarga dalam
- Tn.A mengatakan
Informasi merawat anggota
 jika luka akan lama
( D.0099 ) keluarga yang sakit
sembuh
diabetes melitus
DO :
- Terlihat luka akibat
garukan Ny.R 
- Terlihat luka post
operasi
Hasil TTV :
- TD : 130/80 mmHg
- N : 92 x/menit
- S :36,3 °C
- RR : 22 x/menit
- BB saat ini 45 kg
- Gula darah sewaktu
>200 g/dl

III. Skoring Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga


DX 1
No Kriteria Bobot Skore Pembenaran
1 Sifat masalah 1 2/3 x 1 Masalah ini sudah terjadi
Aktual = 3 = 0.6 namun jika tidak segera
Resiko = 2 ditingkatkan tentang
Potensial = 1  pengetahuannya maka kondisi
Kesehatan Ny.R akan segera membaik 

2Kemungkinan masalah dapat 2 1/2 x 2 Sumber daya keluarga ada


=1 keamauan untuk menerima
di ubah
 perubahan.Keluarga memiliki keinginan kuat untuk merawat klien agar  kondisi membaik 
Tinggi = 2
Sedang = 1
Rendah = 0

3 Potensial untuk di cegah 1 2/3 x 1 Masalah dapat dicegah agar 


Mudah = 3 = 0.6 tidak berlanjut dengan
Cukup = 2 melibatkan langsung
Tidak dapat = 1 keluarga, perawat, dan juga
keinginan klien mengingat
 banyaknya faktor yang
menyebabkantidak 
stabilnya kadar gula darah.
4 Menonjolnya masalah 1 2/2 x 1 Klien dan keluarga mau
Masalah dirasakan, =1  bekerja sama dengan tenaga
dan perlu segera medis untuk rutin
melakukan perawatan
ditanganidiabetes mellitus.
=2
Masalah dirasakan = 1

Masalah tidak 
dirasakan = 0 Total sk ore

5 3.2

DX 2
No
Kriteria Bobot Skore Pembenaran
1 Sifat masalah 1 2/3 x 1 Masalah ini sudah terjadi
Aktual = 3 = 0.6 namun jika tidak segera
Resiko = 2 ditingkatkan tentang
Potensial = 1  pengetahuannya maka kondisi
Kesehatan Ny.R akan segera membaik 

2 Kemungkinan masalah dapat 2 1/2 x 2 Sumber daya keluarga ada


di ubah =1 keamauan untuk menerima
Tinggi = 2  perubahan. Keluarga
Sedang = 1 memiliki keinginan kuat
Rendah = 0 untuk merawat klien agar  kondisi membaik 

3 Potensial untuk di cegah 1 2/3 x 1 Masalah dapat dicegah agar 


Mudah = 3 = 0.6 tidak berlanjut dengan
Cukup = 2 melibatkan langsung
Tidak dapat = 1 keluarga, perawat, dan juga
keinginan klien mengingat
 banyaknya faktor yang
menyebabkantidak 
stabilnya kadar gula darah.
4 Menonjolnya masalah 1 1/2 x 1 Klien dan keluarga mau
Masalah dirasakan, = 0.5  bekerja sama dengan tenaga
medis untukrutin
dan perlu segera
melakukan perawatan
ditangani
diabetes mellitus.
=2
Masalah dirasakan = 1
Masalah tidak  dirasakan = 0
Total sk ore

5 2.7

IV. Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga


Prioritas Diagnosa K eperawatan Skore
Klien dan keluarga mau Resiko ketidakstabilan gula 3,2
 bekerja sama dengan tenaga darah

medis untuk rutin melakukan


 perawatan diabetes mellitus.
Sumber daya keluarga ada keamauan untuk menerima
Perilaku Kesehatan 2,7
Cenderung Beresiko

 perubahan. Keluarga Berhubungan Dengan Kurang


memiliki keinginan kuat Terpapar Informasi
untuk merawat klien agar  ( D.0099 )
kondisi membaik 
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

V. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Diagnosa Keperawatan : Resiko ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan diabetes melitus

Tujuan K husus Kriteria Standart H asil Intervensi K eperawatan

Setelah dilakukan Keluarga Diabetes mellitus merupakan kondisi Identifikasi TTV


mampumasalah
kunjungan 3x, keluarga mampu mengenal menyebutkan dimana kadar gula darah sewaktu diatas 180 mg/dl dan gulapengetahuan
Gali darah puasa keluarga tentang
diabetes mellitus  pengertian diabetes mellitus
Diskusikan dengan keluarga tentang
 pengertian diabetes mellitus dengan menggunakan lembar balik dan leaflet
defenisi diabetes diatas 125 mg/dl.
Beri kesempatan keluarga untuk bertanya

mellitus dengan

 bahasa sendiri. - Beri reinforcement positif 


Diagnosa Keperawatan 2 : Resiko komplikasi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit

diabetes melitus.
Tujuan K husus
Kriteria Standart H asil Intervensi K eperawatan

.Setelah dilakukan kunjungan 3 Keluarga mampu Komplikasi diabetes melitus • Gali pengetahuan keluarga tentang pengertian
xmenyebutkan adalah gabungan komplikasi diabetes mellitus
, keluarga mampu mengenal dan defenisi
atau hadirnya penyakit baru • Diskusikan dengan keluarga tentang Komplikasi
yang bersarang dalam tubuh diabetes mellitus dengan menggunakan lembar 
diabetes mellitus diabetes mellitus
memahami diet pada pasien komplikasi
dengan bahasa sendiri. sebagai tambahan dari  balik dan leaflet
 penyakit diabetes melitus • Beri kesempatan keluarga untuk bertanya yang sebelumnya sudah ada • Berikan reinforcement positif 
danbiasanya

disebabkan karena
 penanganan yang lambat.
VI. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Keluarga

Hari/Tanggal Pukul Implementasi Evaluasi

Kamis13:30 Mengidentifikasi TTVS: Keluarga dan klien mengatakan “mengerti dan paham dari
29/09/2022 WIB Mengidentifikasi kesiapan dan pengertian, penyebab, tanda dan gejala penyakit diabetes kemampuan menerima informasimelitus serta pencegahan dan pengobatan penyakit
Menyediakan materi dan mediadiabetes melitus”.
 pendidikan kesehatanO:

4 Menjadwalkan pendidikan - TTV : Ny.R 

kesehatan sesuai kesepakatan - TD = 110/80 mmHg


Menjelaskan penyakit tuberculosis paru - S = 36,5 °C
Mendiskusikan tanda-tanda dan - RR = 18 x/m
 penyebab penyakit tuberculosis - N=100x/m.
- 80 mg/dl

 paru - Keluarga Ny.R tampak rileks

Memerikan kesempatan untuk Keluarga Ny.R lebih mudah memahami dengan adanya
 bertanya media (Sop dan leaflet)
Menanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.Pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan(13:00 WIB)
Keluarga Ny.R memberikan pertanyaan kepada perawat
Keluarga Ny.R memahami masalah diabetes melitus dan dapat menjawab dengan benar apa yang ditanyakan perawat.

A : Masalah telah teratasi


P : Hentikan Intervensi
Kamis — Mengidentifikasi TTV S:

29/09/2022 15.40 — Menjelaskan kepada — Ny.R dan keluarga mengatakan sudah memahami tentang

WIB keluarga dan pasien tentang  penyakit diabetes melitus

penyakit diabetes melitus — Keluarga mengatakan sudah memahami bagaimana diet


— Memberikan penjelasan diabetes melitus untuk Ny.R 
keluarga dan pasien tentang diet O:

 penderita diabetes melitus yaitu  Ny.R dan keluarga tampak mengikuti anjuran untuk tidak
daging tanpa lemak, rendah mengonsumsi makanan yang tidak sehat seperti tinggi lemak
lemak  karena dapat mempengaruhi kesehatannya

- TTV : Ny.R 

- TD = 110/80 mmHg

- S = 36,5 °C

- RR = 18 x/m

- N=100x/m.

- 80 mg/dl

A:

Masalah Teratasi

P:

Hentikan Intervensi
Tentang Dukungan

Tentang Scribd Bantuan / Pertanyaan Umum


Media Aksesibilitas
Blog kami Bantuan pembelian
Bergabunglah dengan tim kami! AdChoices
Hubungi Kami Penerbit
Undang teman

Hadiah Sosial

Scribd untuk perusahaan Instagram

Twitter
Hukum
Facebook
Syarat Pinterest
Privasi

Hak Cipta

Preferensi Cookie

Jangan menjual atau membagikan


informasi pribadi saya

Dapatkan aplikasi gratis kami

Buku audio • Buku • Dokumen • Majalah • Podcast • Partitur •


Snapshots

Bahasa: Bahasa Indonesia

Hak cipta © 2023 Scribd Inc.

Anda mungkin juga menyukai