Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh
Kelompok 1 :
2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. R KEHAMILAN
TRIMESTER I
KUNJUNGAN KE I
1. PENGKAJIAN
BIODATAIDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Lingkungan VI Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan
Polonia.
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Golongan Darah :O
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
No, register :
Diagnosa medis : Nausea
Tanggal pengkajian : 16 Maret 2021
2. KELUHAN UTAMA
Ny.R mengeluh mual muntah 4 sampai 5 kali dalam sehari yaitu pada pagi dan sore hari
terutama setelah makan. Ny. R mengatakan mudah lelah ketika beraktivitas dan nafsu
makan menurun. Ny. R mengatakan tidak mengetahui penyebab mual dan muntahnya.
6. RIWAYAT OBSTETRIK
G:1 P:0 A:0 HPHT : 10 – 2 – 2021 TTP : 17 – 11– 2021
1) Kepala dan rambut : Kulit kepala terlihat bersih dan tidak berbau.
2) Wajah : Struktur wajah bulat dan simetris.
3) Mata : Bola mata simetris, palpebra normal, dan konjungtiva terlihat pucat.
4) Hidung : Tulang hidung dan posisi septum nasi normal, simetris,dan tidak ada
terdapat cuping hidung.
5) Mulut dan faring : Keadaan bibir terlihat kering, pecah-pecah. Keadaan gigi
dan gusi bersih, tidak terlihat adanya perdarahan. Keadaan lidah bersih.
Kedudukan leher trachea normal , tidak ada massa ataupun nyeri tekan. Tidak
ada pembengkakan kelenjar thyroid. Suara jelas, tidak ada gangguan
komunikasi.
6) Pemeriksaan Integument : Integument bersih, hangat, dan berwarna kuning
langsat. Turgor kembali > 2 detik, tidak lembab dan tidak terdapat kelainan pada
kulit.
7) Pemeriksaan thorak/dada : Pernafasan Ny. R normal, frekuensinafas
22x/menit, suara nafas vesikuler. Tidak terdapat kesulitan saat bernafas.
8) Pemeriksaan abdomen : Bentuk abdomen masih seperti biasa.
8. Kebiasaan sehari - hari Pola makan dan minum
a. Frekuensi makan sehari : 2 x/hari
b. Nafsu/selera makan : Nafsu makan Ny. R kurang terutama pada
sayuran hijau.
c. Nyeri ulu hati : Tidak ada
d. Alergi : Tidak ada riwayat alergi
e. Mual dan muntah : Ya
f. Waktu pemberian makan : sesuai keinginan Ny. R.
g. Jumlah dan jenis makan : Menu biasa
h. Waktu pemberian cairan/minum : Minum sehabis makan, setiap kali
haus.
i. Masalah makan dan minum : Ny. R tidak mengalami kesulitan menelan
maupun mengunyah.
1. D.0076 (halaman 170) Nausea b/d L.10099 Kontrol mual muntah I.03117 (halaman 197)
Biokimia (halaman 57) Manajeman mual
Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan 1x 24 jam diharapkan 1. Identifikasi pengalaman mual
mual muntah pada pasien menurun 2. Identifikais dampak mual terhadap kualitas
dengan kriteria hasil : hidup
1. Menghindari bau tidak enak 3. Identfikasi faktor penyebab mual
meningkat 4. Monitor mual (Frekuensi, durasi, dan tingkat
2. Mengenali gejala mual muntah keparahan)
meningkat 5. Monitor asupan nutrisi dan kalori
3. Melaporkan mual dan muntah Terapeutik :
terkontrol 1. Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual
2. Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab
mual (kecemasan dan kelelahan)
3. Berikan makanan dalam jumlah kecil dan
menarik
Edukasi :
1. Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
2. Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali
jika merangsang mual
3. Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan
rendah lemak
4. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis
untuk mengatasi mual (missal, biofeedback,
hypnosis, relaksasi, terapi musik, akupresur)
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian antiemik, jika perlu
2. Perubahan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan oral hygiene yang baik; sebelum dan
kebutuhan tubuh b/d proses keperawatan 1x 24 jam diharapkan sesudah makan, gunakan sikat gigi yang halus
kehamilan. kebutuhan nutrisi ibu hamil dapat untukmenyikat gigidengan lembut.
terpenuhi dengan kriteria hasil : 2. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang
1. Terjadi peningkatan berat badan. disukai.
2. Tidak mengalami tanda 3. Timbang berat badan pasien.
malnutrisi. 4. Anjurkan makan sedikitdenganfrekuensi sering
3. Nafsu makan kembali normal. / makan diantara waktu makan.
3. D.0037 (halaman 88) Resiko L.03020 (halaman 41) I.03102 (halaman 168)
ketidakseimbangan elektrolit b/d Keseimbanagan Elektrolit Management Elektrolit
Muntah Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan 1x 24 jam diharapkan 1. Identifikasi tanda dan gejala
keseimbangan cairan Meningkat ketidakseimbangan kadar elektrolit
dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi penyebab ketidakseimbangan
1. Asupan cairan membaik elektrolit
2. Kelembapan membrane 3. Identifikasi kehilangan elektrolit melalui cairan
mukosa membaik 4. Monitor kadar elektrolit
3. Tekanan darah membaik Terapeutik :
4. Turgor kulit membaik 1. Berikan cairan, jika perlu
5. Berat berat badan meningkat 2. Pasang akses intravena, jika perlu
Edukasi :
1. Jelaskan jenis, penyebab dan penanganan
ketidakseimbangan elektrolit
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian supplement elektrolit
(misl Oral,IV)
4. D.0111 (halaman 246) Defisit L.12111 Tingkat Pengetahuan I.12383 (halaman 65)
pengetahuan b/d kurang terpapar (halaman 146) Edukasi Kesehatan
informasi ditandai dengan pasien Setelah dilakukan tindakan Observasi :
tidak mengetahui penyebab mual keperawatan 1x 24 jam diharapkan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
dan muntah. Tingkat Pengetahuan pada pasien informasi
meningkat dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi factor-faktor yang dapat
1. Perilaku sesuai anjuran meningkatkan dan menurunkan motivasi
meningkat perilaku hidup bersih dan sehat
2. Kemampuan menjelaskan Terapeutik :
pengetahuan tentang tanda dan 1. Berikan kesempatan untuk bertanya
gejala mual Edukasi :
3. Prilaku sesuai dengan 1. Jelaskan tanda dan gejala mual dan muntah
pengetahuan 2. Jelaskan penyebab terjadinya mual dan muntah
3. Edukasi tentang penyakit pada kehamilan
4. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
15. CATATAN PERKEMBANGAN
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
O:
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Daftar Pustaka
Serri, Hutahean.2009. Asuhan Keperawatan Dalam Maternitas & Ginekologi, Jakarta: TIM.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Tim PokJa SLKI DPP PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Tim PokJa SIKI DPP PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
LAPORAN PENDAHULUAN
Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN NAUSEA
Nausea adalah gejala yang wajar atau sering terdapat pada kehamilan trimester
pertama. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi ada yang timbul setiap saat dan
malam hari gejala-gejala ini biasa terjadi enam minggu setelah hari 9 pertama haid
terakhir dan berlangsung kurang lebih 10 minggu menurut Wiknjosastro (2009).
Nausea adalah keluhan umum yang disampaikan pada kehamilan muda.
Terjadinya kehamilan menimbulkan perubahan hormonal pada wanita karena terdapat
peningkatan hormon esterogen, progesteron, dan dikeluarkannya hormon chorionic
gonadthropin plasenta. Hormon-hormon inilah yang diduga menyebabkan nausea
(Manuaba, 2009)
Mual berasal dari Bahasa Latin Naus (kapal), merupakan sensasi yang sangat
tidak enak pada perut yang biasanya terjadi sebelum keinginan untuk muntah, untuk
segera muntah. Penyebab mual dan muntah disebabkan oleh pengaktifan pusat
muntah di otak.
Muntah merupakan aktivitas / kontraksi langsung otot perut, dada dan GI yang
mengarah ke pengeluaran isi perut melalui mulut. Muntah adalah aksi dari
pengosongan lambung secara paksa dan merupakan suatu cara perlindungan alamiah
dari tubuh.
G. PATOFISIOLOGI
Terdapat tiga fase emesis yaitu:
Nausea, berupa kebutuhan untuk segera muntah atau mual. Mual biasanya
terkait dengan penurunan motilitas lambung dan peningkatan tonus di usus
kecil. Selain itu, sering terjadi pembalikan gerakan peristaltik di usus kecil
proksimal.
Retcing , yaitu gerakan yang diusahakan otot perut dan dada sebelum muntah
Nafas kering (dry heaves) mengacu pada gerakan pernapasan spasmodik
dilakukan dengan glotis tertutup. Sementara ini terjadi, antrum kontrak perut
dan fundus dan kardia relax. Studi dengan kucing telah menunjukkan bahwa
selama muntah-muntah terjadi herniasi balik esofagus perut dan kardia ke
dalam rongga dada karena tekanan negatif yang ditimbulkan oleh upaya
inspirasi dengan glotis tertutup.
Emesis adalah ketika isi usus lambung dan sering dalam jumlah kecil
didorong sampai dan keluar dari mulut.
Vomiting atau muntah, yaitu pengeluaran isi lambung yang disebabkan oleh
retroperistalsis GI.
Muntah di pacu oleh impuls aferen ke pusat muntah pada medulla oblongata.
Impuls diterima dari pusat muntah di medulla berupa sinyal melalui CTZ
(chemoreceptor trigger zone). CTZ terletak di daerah postrema ventrikel otak,
merupakan kemosensor utama bagi emesis dan biasanya terkait dengan muntah
akibat rangsangan kimiawi.
Terapi farmakologi
Obat telah berhasil digunakan sebagai antiemetik sebelumnya Obat-obat yang dapat
digunakan yaitu:
a. Antasida
Dapat diberikan dalam dosis tunggal atau kombinasi, terutama yang
mengandung magnesium hydroxide, aluminum hydroxide, calcium
carbonate.
Kerjanya yaitu dengan membantu menetralisasi asam lambung. Dosis untuk
membantu memulihkan mual dan muntah akut atau intermitten yaitu 15
sampai 30 mL dari produk dengan dosis tunggal atau kombinasi.
b. Antihistamine – Antikolinergik
Obat antiemetik dari kategori antihistamin-antikolinergik ini bekerja
dengan menghambat berbagai jalur aferenviseral yang merangsang mual dan
muntah di otak. Efek samping yang dapat ditimbulkan yaitu mengantuk,
gelisah, penglihatan kabur, mulut kering, retensi urin, dan takikardia,
terutama pada pasien usia lanjut.
c. Butyrophenones
Dua senyawa butyrophenone yang memiliki aktivitas antiemetik
adalah haloperidol dan droperidol. Keduanya bekerja dengan memblokir
stimulasi dopaminergik di CTZ. Meskipun setiap agen efektif dalam
mengurangi mual dan muntah, haloperidol tidak dianggap sebagai terapi lini
pertama untuk mual dan muntah tanpa komplikasi tetapi digunakan untuk
perawatan keadaan paliatif.
d. Kortikosteroid
Kortikosteroid telah menunjukkan efikasi antiemetik sejak adanya
pasien yang menerima prednisone sebagai prosedur awal penanganan
penyakit Hodgkin untuk mengurangi mual dan muntah. Methyl prednisolone
juga telah digunakan sebagai antiemetik. Deksametason telah terbukti efektif
dalam pengelolaan mual dan muntah akibat kemoterapi dan pasca operasi
baik sebagai obat tunggal maupun dalam kombinasi dengan selektif serotonin
reuptake inhibitor (SSRI).
Terapi farmakologis muntah pada bayi dan anak adalah sebagai berikut:
1. Antagonis dopamin
Tidak diperlukan pada muntah akut disebabkan infeksi gastrointestinal
karena biasanya merupakan self limited . Obat-obatan antiemetik biasanya
diperlukan pada muntah pasca operasi, mabuk perjalanan, muntah yang
disebabkan oleh obat-obatan sitotoksik, dan penyakit refluks gastroesofageal.
Contohnya Metoklopramid dengan dosis pada bayi 0.1 mg/kgBB/kali PO 3-4 kali
per hari. Pasca operasi 0.25 mg/kgBB per dosis IV 3-4 kali/hari bila perlu. Dosis
maksimal pada bayi 0.75 mg/kgBB/hari. Akan tetapi obat ini sekarang sudah
jarang digunakan karena mempunyai efek ekstrapiramidal seperti reaksi distonia
dan diskinetik serta krisis okulonergik.
Domperidon adalah obat pilihan yang banyak digunakan sekarang ini
karenadapat dikatakan lebih aman. Domperidon merupakan derivate
benzimidazolin yang secara invitro merupakan antagonis dopamine. Domperidon
mencegah refluks esophagus berdasarkan efek peningkatan tonus sfingter
esophagus bagian bawah.
2. Antagonisme terhadap histamine (AH1)
Diphenhydramine dan Dimenhydrinate (Dramamine) termasuk dalam
golongan etanolamin. Golongan etanolamin memiliki efek antiemetik paling kuat
diantara antihistamin (AH1) lainnya. Kedua obat ini bermanfaat untuk mengatasi
mabuk perjalanan (motion sickness) atau kelainan vestibuler. Dosisnya oral: 1-
1,5mg/kgBB/hari dibagi dalam 4-6 dosis. IV/IM: 5 mg/kgBB/haridibagi dalam 4
dosis.
3. Prokloperazin dan Klorpromerazin
Merupakan derivate fenotiazin. Dapat mengurangi atau mencegah muntah
yang disebabkan oleh rangsangan pada CTZ. Mempunyai efek kombinasi
antikolinergik dan antihistamin untuk mengatasi muntah akibat obat-obatan,
radiasi dan gastroenteritis. Hanya boleh digunakan untuk anak diatas 2 tahun
dengan dosis 0.4 – 0.6 mg/kgBB/hari tiap dibagi dalam 3-4 dosis, dosis maksimal
berat badan
4. Antikolinergik
Skopolamine dapat juga memberikan perbaikan pada muntah karena faktor
vestibular atau stimulus oleh mediator proemetik. Dosis yang digunakan adalah
0,6 mikrogram/kgBB/ hari dibagi dalam 4 dosis dengan dosis maksimal 0,3mg
per dosis.
5. 5-HT3 antagonis serotonin
Yang sering digunakan adalah Ondanasetron. Mekanisme kerjanya diduga
dilangsungkan dengan mengantagonisasi reseptor 5-HT yang terdapat pada CTZ
di area postrema otak dan mungkin juga pada aferen vagal saluran cerna.
Ondansentron tidak efektif untuk pengobatan motion sickness. Dosis mengatasi
muntah akibat kemoterapi 4 – 18 tahun: 0.15 mg/kgBB IV 30 menit senelum
kemoterapi diberikan, diulang 4 dan 8 jam setelah dosis pertama diberikan
kemudiansetiap 8jam untuk 1-2 hari berikutnya. Dosis pascaoperasi: 2 – 12 yr 40
kg: 4 mg IV; >12 yr: dosis dewasa8 mg PO/kali.
1. D.0076 (halaman 170) Nausea b/d L.10099 Kontrol mual muntah I.03117 (halaman 197)
Biokimia (halaman 57) Manajeman mual
Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan 1x 24 jam diharapkan 1. Identifikasi pengalaman mual
mual muntah pada pasien menurun 2. Identifikais dampak mual terhadap kualitas
dengan kriteria hasil : hidup
1. Menghindari bau tidak enak 3. Identfikasi faktor penyebab mual
meningkat 4. Monitor mual (Frekuensi, durasi, dan tingkat
2. Mengenali gejala mual muntah keparahan)
meningkat 5. Monitor asupan nutrisi dan kalori
3. Melaporkan mual dan muntah Terapeutik :
terkontrol 1. Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual
2. Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab
mual (kecemasan dan kelelahan)
3. Berikan makanan dalam jumlah kecil dan
menarik
Edukasi :
1. Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
2. Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali
jika merangsang mual
3. Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan
rendah lemak
4. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis
untuk mengatasi mual (missal, biofeedback,
hypnosis, relaksasi, terapi musik, akupresur)
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian antiemik, jika perlu
2. Perubahan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan oral hygiene yang baik; sebelum dan
kebutuhan tubuh b/d proses keperawatan 1x 24 jam diharapkan sesudah makan, gunakan sikat gigi yang halus
kehamilan. kebutuhan nutrisi ibu hamil dapat untukmenyikat gigidengan lembut.
terpenuhi dengan kriteria hasil : 2. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang
1. Terjadi peningkatan berat badan. disukai.
2. Tidak mengalami tanda 3. Timbang berat badan pasien.
malnutrisi. 4. Anjurkan makan sedikitdenganfrekuensi sering
3. Nafsu makan kembali normal. / makan diantara waktu makan.
3. D.0037 (halaman 88) Resiko L.03020 (halaman 41) I.03102 (halaman 168)
ketidakseimbangan elektrolit b/d Keseimbanagan Elektrolit Management Elektrolit
Muntah Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan 1x 24 jam diharapkan 1. Identifikasi tanda dan gejala
keseimbangan cairan Meningkat ketidakseimbangan kadar elektrolit
dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi penyebab ketidakseimbangan
1. Asupan cairan membaik elektrolit
2. Kelembapan membrane 3. Identifikasi kehilangan elektrolit melalui cairan
mukosa membaik 4. Monitor kadar elektrolit
3. Tekanan darah membaik Terapeutik :
4. Turgor kulit membaik 1. Berikan cairan, jika perlu
5. Berat berat badan meningkat 2. Pasang akses intravena, jika perlu
Edukasi :
1. Jelaskan jenis, penyebab dan penanganan
ketidakseimbangan elektrolit
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian supplement elektrolit
(misl Oral,IV)
4. D.0111 (halaman 246) Defisit L.12111 Tingkat Pengetahuan I.12383 (halaman 65)
pengetahuan b/d kurang terpapar (halaman 146) Edukasi Kesehatan
informasi ditandai dengan pasien Setelah dilakukan tindakan Observasi :
tidak mengetahui penyebab mual keperawatan 1x 24 jam diharapkan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
dan muntah. Tingkat Pengetahuan pada pasien informasi
meningkat dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi factor-faktor yang dapat
1. Perilaku sesuai anjuran meningkatkan dan menurunkan motivasi
meningkat perilaku hidup bersih dan sehat
2. Kemampuan menjelaskan Terapeutik :
pengetahuan tentang tanda dan 1. Berikan kesempatan untuk bertanya
gejala mual Edukasi :
3. Prilaku sesuai dengan 1. Jelaskan tanda dan gejala mual dan muntah
pengetahuan 2. Jelaskan penyebab terjadinya mual dan muntah
3. Edukasi tentang penyakit pada kehamilan
4. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
Daftar Pustaka
Alimul, Aziz.2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta: Salemba Medika.
Bobak, LM., Lowdermilk, D.L., & Jensen, M.D.2005. (Alih Bahasa * Wijayarini, M.A.),
Buku Ajar Keperawatan Maternita, Edisi 4, Jakarta: EGC.
Indriyani, Diyan.2013. Keperawatan Maternitas: Pada Area Perawatan Antenatal,
Edisi Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Serri, Hutahean.2009. Asuhan Keperawatan Dalam Maternitas & Ginekologi, Jakarta: TIM.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Tim PokJa SLKI DPP PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Tim PokJa SIKI DPP PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI