Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PERUBAHAN DAN ADAPTASI FISIOLOGI DAN


PSIKOLOGI DALAM PERSALINAN KALA II

Disusun Oleh :

1. Arie Azizah Cahyani (22540)

2. Hilda Ayu Dzulfiyanti (22545)

3. Dewi Diah Sari Ningrum (22550)

Dosen Pengampu:

Adeyle Ratna, S.ST, MPH

AKADEMIK KEBIDANAN SITI FATIMAH SLAWI-TEGAL


TAHUN 2022-2023
Jalan Jatibarang-slawi, kalipinang kalisapu kec.dukuhwaru,

kabupaten tegal, jawa tengah.


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Perubahan Fisiologi Dan Psikologi
Masa Persalinan kala II Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka
menambah pengetahuan juga wawasan .

Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik
dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Mudah-mudahan
makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya bagi para pembaca. Kami
mohon maaf yang sebesar- besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan merupakan proses alamiah atau fisiologi yang akan dialami oleh setiap
wanita/ibu. Persalinan dapat dibagi dalam 4 tingkat yaitu: kala Idimulai dari kontraksi uterus
yang teratur dan berakhir pada pembukaan lengkap serviks, kala II dimulai dari pembukaan
lengkap serviks sampaidengan bayi lahir, dan kala III dari bayi lahir sampai keluarnya
plasenta. Rata-rata lama kala IlI berkisar 15-30 menit, baik pada primipara
maupunmultipara,dan kala IV yaitu plasenta lahir sampai dengan dua jam.Persalinan memang
hal yang fisiologis tetapi keadaan ini dapat berubah menjadi patologi apabila terjadi kelalaian
dan kurang hati-hati. Jika hal yang patologik tersebut tidak segera ditangani maka dapat
mengakibatkan berbagai macam komplikasi yang dapat membahayakan nyawa ibu. Untuk
mencegah hal itu sebaiknya selama masa kehamilan ibu selalu memeriksakan dirikepetugas
kesehatan dan jika sudah waktunya melahirkan ibu harus ditolong oleh petugas kesehatan
pula (Dr/bidan).Tingginya angka kematian ibu dan anak umumnya akibat ahli kebidananatau
bidan terlambat mengenali, terlambat merujuk pasien ke perawatan yanglebih lengkap,
terlambat sampai di tempat rujukan, dan terlambat ditangani.Penanganan rujukan obstetri
merupakan mata rantai yang penting,menjadi faktor penentu dari hasil akhir dari kehamilan
dan persalinan. Kuranglebih 40% kasus di RS merupakan kasus rujukan. Kematian maternal
di RSpendidikan 80-90% merupakan kasus rujukan. Kematian perinatal di RS pendidikan
kurang lebih 60% berasal dari kelompok rujukan.Oleh karena itu bidan wajib mempelajari
materi ini untuk dapatmencegah dan menangani langsung komplikasi-koplikasi yang
mungkin Terjadi pada persalinan kala II

B. Rumusan Masalah
1.Apa saja perubahan fisiologi dan psikologi kala II?
2. Apa saja adaptasi fisiologi dan psikologi kala II?

C. Tujuan
1.Untuk mengetahui perubahan fisiologi dan psikologi kala II
2.Untuk mengetahui adaptasi fisiologi dan psikologi kala II
BAB ll

PEMBAHASAN

B. Pengertian persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi atau yang biasa kita sebut sebagai
janin atau bayi dalam kandungan. Prosesnya bisa jadi hal yang membahagiakan karena
menjadi ujung dari penantian selama 9 bulan. Namun ia juga bisa sekaligus menakutkan dan
melelahkan karena prosesnya membutuhkan banyak kesabaran.

1. Kontraksi, dorongan otot-otot dinding

Kontraksi uterus pada persalinan mempunyai sifat tersendiri. Kontraksi menimbulkan


nyeri, merupakan satu-satunya kontraksi normal muskulus. Kontraksi ini dikendalikan oleh
syaraf intrinsik, tidak disadari, tidak dapat diatur oleh ibu bersalin, baik frekuensi maupun
lama kontraksi (Sumarah, 2008).

Sifat khas :

1) Rasa sakit dari fundus merata ke seluruh uterus sampai berlanjut ke punggung bawah.

2) Penyebab rasa nyeri belum diketahui secara pasti. Beberapa dugaan penyebab antara
lain :

a) Pada saat kontraksi terjadi kekurangan O2 pada miometrium.

b) Penekanan ganglion syarat di serviks dan uterus bagian bawah.

c) Peregangan serviks akibat dari pelebaran serviks.

d) Peregangan peritoneum sebagai organ yang menyelimuti uterus.

Pada waktu selang kontraksi/periode relaksasi diantara kontraksi memberikan dampak


berfungsinya sistem-sistem dalam tubuh, antara lain :

1) Memberikan kesempatan pada jaringan otot-otot uterine untuk beristirahat agar tidak
menurunkan fungsinya oleh karena kontraksi yang kuat secara terus menerus.

2) Memberikan kesempatan kepada ibu untuk istirahat, karena rasa sakit selama
kontraksi.

3) Menjaga kesehatan janin karena pada saat kontraksi uterus mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah plasenta sehingga bila secara terus menerus berkontraksi, maka akan
menyebabkan hipoksia, anoksia, dan kematian janin.

Pada pemeriksaan kontraksi uterus tidak hanya meliputi : frekuensi, durasi/lama dan
intensitas/kuat-lemah, tetapi perlu diperhatikan juga pengaruh dari ketiga hal tersebut mulai
dari kontraksi yang belum teratur hingga akhir persalinan. Misalnya pada awal persalinan,
kontraksi uterus setiap 20-30 menit selama 20-25 detik, intensitas ringan lama-kelamaan
menjadi 2-3 menit, lama 60-90 detik, maka hal ini akan menghasilkan pengeluaran janin. Bila
ibu bersalin mulai berkontraksi selama 5 menit selama 50-60 detik dengan intensitas cukup
kuat maka dapat terjadi kontraksi tidak dapat teratur, frekuensi lebih sering, durasi lebih
lama. Terkadang dapat terjadi disfungsi uterin, yaitu kemajuan proses persalinan yang
meliputi dilatasi servik/pelebaran serviks, mekanisme penurunan kepala memakan waktu
yang lama, tidak sesuai dengan harapan.

Kontraksi uterus bervariasi pada setiap bagian karena mempunyai pola gradien.
Kontraksi yang kuat mulai dari fundus hingga berangsur-angsur berkurang dan tidak ada
sama sekali kontraksi pada serviks. Hal ini memberikan efek pada uterus sehingga uterus
terbagi menjadi dua zona yaitu zona atas dan zona bawah uterus. Zona atas merupakan zona
yang berfungsi mengeluarkan janin karena merupakan zona yang berkontraksi dan menebal,
dan sifatnya aktif. Zona ini terbentuk akibat mekanisme kontraksi otot. Pada saat relaksasi
panjang otot tidak bisa kembali ke ukuran semula, ukuran panjang otot selama masa relaksasi
semakin memendek, dan setiap terjadi relaksasi ukuran panjang otot semakin memendek dan
demikian seterusnya setiap kali terjadi relaksasi sehingga zona atas semakin menebal dan
mencapai batas tertentu pada saat zona bawah semakin tipis dan luas.

Sedangkan zona bawah terdiri dari istmus dan serviks uteri. Pada saat persalinan
istmus uteri disebut sebagai segmen bawah rahim. Zona ini sifatnya pasif tidak berkontraksi
seperti zona atas. Zona bawah menjadi tipis dan membuka akibat dari sifat pasif dan
berpengaruh dari kontraksi pada zona atas sehingga janin dapat melewatinya. Jika zona
bawah ikut berkontraksi seperti zona atas maka tidak dapat terjadi dilatasi/pembukaan servik,
hal ini dapat mempersulit proses persalinan.

B. Uterus

Uterus terbentuk dari pertemuan duktus Muller kanan dan kiri digaris tengah sehingga
otot rahim terbentuk dari dua spiral yang saling beranyaman dan membentuk sudut disebelah
kanan dan kiri sehingga pembuluh darah dapet tertutup dengan kuat saat terjadi kontraksi
(Myles, 2009).

Terjadi perbedaan pada bagian uterus :

1) Segmen atas : bagian yang berkontraksi, bila dilakukan palpasi akan teraba keras saat
kontraksi.

2) Segmen bawah : terdiri atas uterus dan cerviks, merupakan daerah yang teregang,
bersifat pasif. Hal ini mengakibatkan pemendekan segmen bawah uterus.

3) Batas antara segmen atas dan segmen bawah uterus membentuk lingkaran cincin
retraksi fisiologis. Pada keadaan kontraksi uterus inkoordinasi akan membentuk
cincin retraksi patologis yang dinamakan cincin bandl.
Perubahan bentuk :

Bentuk uterus menjadi oval yang disebabkan adanya pergerakan tubuh janin yang semula
membungkuk menjadi tegap, sehingga uterus bertambah panjang 5-10 cm.

Persalinan Kala II

1. Perubahan Fisiologis

a. Sifat kontraksi otot Rahim

1) Setelah kontraksi, otot rahim tidak berelaksasi kembali seperti keadaan sebelum
kontraksi, tetapi menjadi sedikit lebih pendek walaupun tonusnya seperti sebelum
kontraksi, yang disebut retraksi. Dengan retraksi, ukuran rongga rahim akan mengecil
dan janin secara perlahan akan berangsur di dorong ke bawah dan tidak naik lagi ke
atas setelah his hilang.

2) Kontraksi tidak sama kuatnya, tetapi paling kuat di daerah fundus uteri dan berangsur
berkurang ke bawah dan paling lemah pada segmen bawah rahim. Sebagian dari isi
rahim yang keluar dari SAR diterima oleh SBR sehingga SAR makin mengecil,
sedangkan SBR makin teregang dan makin tipis, dan isi rahim pindah ke SBR sedikit
demi sedikit.

b. Perubahan bentuk rahim

1) Adanya kontraksi mengakibatkan sumbu panjang rahim bertambah panjang,


sedangkan ukuran melintang maupun ukuran muka belakang berkurang.

2) Pengaruh perubahan bentuk rahim yaitu ukuran melintang berkurang, rahim


bertambah panjang. Hal ini merupakan salah satu sebab dari pembukaan serviks.

c. Igamentum rotundum

Mengandung otot-otot polos dan jika uterus berkontraksi, otot-otot ini ikut berkontraksi
sehingga igamentum rotundum menjadi pendek.

d. Perubahan pada serviks

Agar janin dapat keluar dari rahim, maka perlu terjadi pembukaan dari serviks Pembukaan
serviks biasanya di dahului oleh pendataran dari serviks.

Faktor-faktor yang menyebabkan pembukaan serviks :

1) Otot serviks menarik pada pinggir ostium

2) Waktu kontraksi semen bawah rahim dan serviks teregang oleh isi rahim terutama
oleh air ketuban dan ini menyebabkan tarikan pada serviks

3) Waktu kontraksi, bagian dari selaput yang terdapat di atas canalis cervicalis ialah
yang disebut ketuban
e. Perubahan pada vagina dan dasar panggul

1) Pada kala I, ketuban ikut meregangkan bagian atas vagina.

2) Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada dasar panggul di timbulkan
oleh bagian depan anak. Oleh karena bagian depan yang maju tersebut, dasar panggul
teregang menjadi saluran dengan dinding yang tipis. Pada kepala sampai di vulva,
lubang vulva menghadap kedepan atas.

3) Dari luar, pereganagan oleh bagian depan tampak pada perineum yang menonjol dan
menjadi tipis sedangkan anus menjadi terbuka.

f. Perubahan fisik lain yang mengalami perubahan

1) Perubahan system reproduksi

Kontraksi uterus pada prsalinan bersifat unik mengingat kontraksi ini merupakan kontraksi
otot fisiologis yang menimbulkan nyeri pada tubuh. Selama kehamilan terjadi keseimbangan
antara kadar progesterone dan estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar
estrogen dan progesterone menurun kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai sehingga
menimbulkan kontraksi uterus. Kontraksi uterus mula-mula jarang dan tidak teratur dengan
intensitasnya ringan, kemudian menjadi lebih sering, lebih lama dan intensitasnya semakin
kuat seiring kemajuan persalinan.

2) Perubahan tekanan darah

Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi disertai peningkatan sistolik rata-rata 10-20
mmHg. Pada waktu-waktu di antara kontraksi tekanan darah kembali ke tingkat sebelum
persalinan. Dengan mengubah posisi tubuh dari terlentang ke posisi miring, perubahan
tekanan darah selama kontraksi dapat dihindari. Nyeri, rasa takut dan kekhawatiran dapat
semakin meningkatkan tekanan darah.

3) Perubahan Metabolisme

Selama persalinan metabolisme karbohidrat meningkat dengan kecepatan tetap. Peningkatan


ini terutama disebabkan oleh aktivitas otot. Peningkatan aktivitas metabolic terlihat dari
peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan, denyut jantung dan cairan yang hilang.

4) Perubahan suhu

Perubahan suhu sedikit meningkat selama persalinan dan tertinggi selama dan segera setelah
melahirkan. Perubahan suhu dianggap normal bila peningkatan metabolism selama
persalinan.

5) Perubahan denyut nadi

Perubahan yag mencolok selama kontraksi disertai peningkatan selama fase peningkatan,
penurunan selama titik puncak sampi frekuensi yang lebih rendah dari pada frekuensi di
antara kontraksi dan pningkatan selama fase penurunan hingga mencapai frekuensi lazim di
antara kontraksi. Penurunan yang mencolok selama kontraksi uterus tidak terjadi jika wanita
berada pada posisi miring bukan terlentang. Frekuensi denyut nadi di antara kontraksi sedikit
lebih meningkat dibandingkan selama periode menjelang persalinan. Hal ini mencerminkan
peningkatan metabolism yang terjadi selama persalinan.

6) Perubahan pernafasan

Peningkatan frekuensi pernafasan normal selama persalinan dan mencerminkan peningkatan


metabolism yang terjadi. Hiperventelasi yang menunjang adalah temuan abnormal dan dapat
menyebabkan alkalosis (rasa kesemutan pada ekstremitas dan perasaan pusing).

7) Perubahan pada ginjal

Polyuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat di akibatkan peningkatan lebih
lanjut curah jantung selama persalinan dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomelurus
dan aliran plasma ginjal. Poliura menjadi kurang jelas pada posisi terlentang karena posisi ini
membuat aliran urine berkurang selama persalinan.

8) Perubahan pada saluran cerna

Absorbsi lambung terhadap makanan padat jauh lebih berkurang. Apabila kondisi ini di
perburuk oleh penurunan lebih lanjut sekresi asam lambung selama persalinan, maka saluran
cerna bekerja dengan lambat sehingga waktu pengosongan lambung menjadi lebih lama.
Cairan tidak dipengaruhi dan waktu yang dibutuhkan untuk pencernaan dilambung tetap
seperti biasa. Lambung yang penuh dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan penderitaan
umum selama masa tansisi. Oleh karena itu, wanita harus dianjurkan untuk tidak makan
dalam posisi besar atau minum berlebihan, tetapi makan dan minum ketika keinginan timbul
guna mempertahankan energy dan hidrasi. Mual dan muntah umum terjadi selama fase
transisi yang menandai akhir fase pertama persalinan.

9) Perubahan hematologi

Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2 gr/100 ml selama persalinan dan kembali ke kadar
sebelum persalinan pada hari pertama pascapartum jika tidak ada kehilangan dan terdapat
peningkatan fibrinogen plasma lebih lanjut selama persalinan.

2. Perubahan Psikologis

1) Sering timbul rasa jengkel, tidak nyaman, saat bersalin ibu merasakan nyeri akibat
kontraksi uterus yang semakin kuat dan semakin sering, berkeringat dan mulas ini juga
menyebabkan ketidaknyamanan.

2) Badan selalu kegerahan, karena saat ini metabolism ibu meningkat denyut jantung
meningkat, nadi, suhu, pernapasan meningkat ibu berkeringat lebih banyak, akibatnya ibu
merasa lelah sekali kehausan ketika bayi sudah di lahirkan karena tenaga habis dipakai untuk
meneran.
3) Tidak sabaran, sehingga harmoni antara ibu dan janin yang dikandungnya terganggu. Hal
ini disebabkan karena kepala janin sudah memasuki panggul dan timbul kontraksi-kontraksi
pada uterus. Muncul rasa kesakitan dan ingin segera mengeluarkan janinnya.

4) Setiap ibu akan tiba pada tahap persalinan dengan antisipasinya dan tujuannya sendiri serta
rasa takut dan kekhawatiran. Para ibu mengeluh bahwa bila mampu mengejan “terasa lega”.
Tetapi ibu lain sangat berat karena intensitas sensasi yang dirasakan. Efek yang dapat terjadi
pada ibu karena mengedan, yaitu Exhaustion, ibu merasa lelah karena tekanan untuk

mengejan sangat kuat. Dua, Distress ibu merasa dirinya distress dengan ketidaknyamanan
panggul ibu karena terdesak oleh kepala janin. Tiga panik ibu akan panik jika janinnya tidak
segera keluar dan takut persalinannya lama.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pemberian dukungan fisik, emosional dan psikologis selama persalinan akan dapat
membantu mempercepat proses persalinan dan membantu ibu memperoleh kepuasan dalam
melalui proses persalinan normal, karena dalam persalinan sejumlah perubahan-perubahan
fisiologi psikologi terjadi pada ibu yang normal akan terjadi selama persalinan, hal ini
bertujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang dapat dilihat secara klinis bertujuan
untuk dapat secara tepat dan cepat mengintreprestasikan tanda-tanda, gejala tertentu dan
penemuan perubahan fisik dan laboratorium apakah normal apa tidak pada setiap kala. Agar
dapat mendiagnosa persalinan, bidan harus memastikan perubahan cerviks dan kontraksi
yang cukup.

B. SARAN

Bidan sebagai tenaga kesehatan harus jeli dalam menilai perubahan-perubahan


keadaan fisiologi dan psikologis dari ibu dalam persalinan pada setiap kala persalinan agar
bidan dapat mengenal dengan baik faktor resiko yang akan terjadi pada ibu bersalin. Serta
dapat menentukan diagnosis dengan benar dan melakukan rujukan ibu atau bayi ke fasilitas
kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapi penyulit. Jika bidan lemah
atau lalai dalam melakukannya, akan berakibat fatal bagi keselamatan ibu dan bayi.
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti IP (2014) Buku Ajar: Asuhan kebidanan komprehensif pada ibu bersalin dan bayi
baru lahir. Yogyakarta: DeepublishDixon L, Skinner, Foureur (2013). The emotional and
hormonal pathways oflabour and birth:integrating mind, body and behaviour. New
Zealand:Collage of Midwive Journal 48.Erawati AD (2010) Buku ajar asuhan kebidnan
persalinan normal. Jakarta:EGC.Grant N, Strevens H, Thor J (2015). Physiology of labor.
Dalam : Capogna G(ed). Epidural labor analgsia : Childbirth without pain. New
York:Springer Cham Heidelberg, p:1.Hidayat A, Sujiatini (2010). Asuhan Kebidnaan
Persalinan. Yogyakarta: NuhaMedika.Johariyah, Ningrum EW (2012). Asuhan kebidnaan
Persalinan dan Bayi BaruLahir. Jakarta: CV.Trans Info Medika.Macfarlane A (1980). The
psychology of childbirth. United states of America:Library of congress cataloguing in
publication data.Rukiah AY, dkk (2009). Asuhan Kebidanan II Persalinan. Jakarta: CV.
TransInfo Medika.Sella(2014). INC Perubahan Psikologi kala I II III IV.
http://bidanbasilahsilmi .blogspot.co.id/2014/10/inc-perubahan-

Anda mungkin juga menyukai