Anda di halaman 1dari 38

Memberikan Asuhan Pada Ibu

Bersalin Kala II

BY :
Dessi Irmala Sari, AM.Keb, SKM, M.Kes
Perubahan Fisiologis Pada Kala II Persalinan

A. Kontraksi, dorongan otot-otot dinding


Kontraksi uterus pada persalinan mempunyai
sifat tersendiri. Kontraksi menimbulkan nyeri,
merupakan satu-satunya kontraksi normal
muskulus. Kontraksi ini dikendalikan oleh
syaraf intrinsik, tidak disadari, tidak dapat
diatur oleh ibu bersalin, baik frekuensi maupun
lama kontraksi (Sumarah, 2008).
Sifat khas :
1) Rasa sakit dari fundus merata ke seluruh
uterus sampai berlanjut ke punggung
bawah.
2) Penyebab rasa nyeri belum diketahui
secara pasti.
 Beberapa dugaan penyebab antara lain :
a) Pada saat kontraksi terjadi kekurangan O2
pada miometrium.
b) Penekanan ganglion syarat di serviks dan
uterus bagian bawah.
c) Peregangan serviks akibat dari pelebaran
serviks.
d) Peregangan peritoneum sebagai organ
yang menyelimuti uterus.
Pada waktu selang kontraksi/periode
relaksasi diantara kontraksi memberikan
dampak berfungsinya sistem-sistem dalam
tubuh, antara lain :
1) Memberikan kesempatan pada jaringan
otot-otot uterine untuk beristirahat agar
tidak menurunkan fungsinya oleh karena
kontraksi yang kuat secara terus menerus.
2) Memberikan kesempatan kepada ibu
untuk istirahat, karena rasa sakit selama
kontraksi.

3) Menjaga kesehatan janin karena pada saat


kontraksi uterus mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah plasenta sehingga bila
secara terus menerus berkontraksi, maka
akan menyebabkan hipoksia, anoksia, dan
kematian janin.
 Pada pemeriksaan kontraksi uterus tidak hanya
meliputi : frekuensi, durasi/lama dan
intensitas/kuat-lemah, tetapi perlu
diperhatikan juga pengaruh dari ketiga hal
tersebut mulai dari kontraksi yang belum
teratur hingga akhir persalinan. Misalnya pada
awal persalinan, kontraksi uterus setiap 20-30
menit selama 20-25 detik, intensitas ringan
lama-kelamaan menjadi 2-3 menit, lama 60-
90 detik, maka hal ini akan menghasilkan
pengeluaran janin.
 Bila ibu bersalin mulai berkontraksi selama 5
menit selama 50-60 detik dengan intensitas
cukup kuat maka dapat terjadi kontraksi
tidak dapat teratur, frekuensi lebih sering,
durasi lebih lama. Terkadang dapat terjadi
disfungsi uterin, yaitu kemajuan proses
persalinan yang meliputi dilatasi
servik/pelebaran serviks, mekanisme
penurunan kepala memakan waktu yang
lama, tidak sesuai dengan harapan.
 Kontraksi uterus bervariasi pada setiap
bagian karena mempunyai pola gradien.
Kontraksi yang kuat mulai dari fundus hingga
berangsur-angsur berkurang dan tidak ada
sama sekali kontraksi pada serviks. Hal ini
memberikan efek pada uterus sehingga
uterus terbagi menjadi dua zona yaitu zona
atas dan zona bawah uterus.
 Zona atas merupakan zona yang berfungsi
mengeluarkan janin karena merupakan zona yang
berkontraksi dan menebal, dan sifatnya aktif. Zona
ini terbentuk akibat mekanisme kontraksi otot.
Pada saat relaksasi panjang otot tidak bisa kembali
ke ukuran semula, ukuran panjang otot selama
masa relaksasi semakin memendek, dan setiap
terjadi relaksasi ukuran panjang otot semakin
memendek dan demikian seterusnya setiap kali
terjadi relaksasi sehingga zona atas semakin
menebal dan mencapai batas tertentu pada saat
zona bawah semakin tipis dan luas.
 Sedangkan zona bawah terdiri dari istmus dan
serviks uteri. Pada saat persalinan istmus uteri
disebut sebagai segmen bawah rahim. Zona ini
sifatnya pasif tidak berkontraksi seperti zona
atas. Zona bawah menjadi tipis dan membuka
akibat dari sifat pasif dan berpengaruh dari
kontraksi pada zona atas sehingga janin dapat
melewatinya. Jika zona bawah ikut berkontraksi
seperti zona atas maka tidak dapat terjadi
dilatasi/pembukaan servik, hal ini dapat
mempersulit proses persalinan.
B. Uterus
 Uterus terbentuk dari pertemuan duktus
Muller kanan dan kiri digaris tengah sehingga
otot rahim terbentuk dari dua spiral yang
saling beranyaman dan membentuk sudut
disebelah kanan dan kiri sehingga pembuluh
darah dapet tertutup dengan kuat saat terjadi
kontraksi (Myles, 2009).
Terjadi perbedaan pada bagian uterus :
 Segmen atas : bagian yang berkontraksi, bila

dilakukan palpasi akan teraba keras saat kontraksi.


 Segmen bawah : terdiri atas uterus dan cerviks,

merupakan daerah yang teregang, bersifat pasif. Hal


ini mengakibatkan pemendekan segmen bawah
uterus.
 Batas antara segmen atas dan segmen bawah uterus

membentuk lingkaran cincin retraksi fisiologis. Pada


keadaan kontraksi uterus inkoordinasi akan
membentuk cincin retraksi patologis yang
dinamakan cincin bandl.
Perubahan bentuk :
 Bentuk uterus menjadi oval yang disebabkan

adanya pergerakan tubuh janin yang semula


membungkuk menjadi tegap, sehingga uterus
bertambah panjang 5-10 cm.
C. Pergeseran organ dasar
panggul
 Jalan lahir disokong dan secara fungsional ditutup oleh
sejumlah lapisan jaringan yang bersama-sama
membentuk dasar panggul. Struktur yang paling penting
adalah m. levator ani dan fasia yang membungkus
permukaan atas dan bawahnya, yang demi praktisnya
dapat dianggap sebagai dasar panggul. Kelompok otot ini
menutup ujung bawah rongga panggul sebagai sebuah
diafragma sehingga memperlihatkan permukaan atas
yang cekung dan bagian bawah yang cembung. Di sisi
lain, m. levator ani terdiri atas bagian pubokoksigeus dan
iliokoksigeus. Bagian posterior dan lateral dasar panggul,
yang tidak diisi oleh m. levator ani, diisi oleh m.
piriformis dan m. koksigeus pada sisi lain.
 Ketebalan m. levator ani bervariasi dari 3 sampai 5
mm meskipun tepi-tepinya yang melingkari rektum
dan vagina agak tebal. Selama kehamilan, m. levator
ini biasanya mengalami hipertrofi. Pada pemeriksaan
pervaginam tepi dalam otot ini dapat diraba sebagai
tali tebal yang membentang ke belakang dari pubis
dan melingkari vagina sekitar 2 cm di atas himen.
Sewaktu kontraksi, m. levator ani menarik rektum dan
vagina ke atas sesuai arah simfisis pubis sehingga
bekerja menutup vagina. Otot-otot perineum yang
lebih superfisial terlalu halus untuk berfungsi lebih
dari sekadar sebagai penyokong (Sarwono, 2008).
 Pada kala satu persalinan selaput ketuban
dan bagian terbawah janin memainkan peran
penting untuk membuka bagian atas vagina.
Namun, setelah ketuban pecah, perubahan-
perubahan dasar panggul seluruhnya
dihasilkan oleh tekanan yang diberikan oleh
bagian terbawah janin.
 Perubahan yang paling nyata terdiri atas peregangan
serabut-serabut m. levatores ani dan penipisan bagian
tengah perineum, yang berubah bentuk dari massa
jaringan terbentuk baji setebal 5 cm menjadi (kalau
tidak dilakukan episiotomi) struktur membran tipis
yang hampir transparan dengan tebal kurang dari 1
cm. Ketika perineum teregang maksimal, anus nenjadi
jelas membuka dan terlihat sebagai lubang
berdiameter 2 sampai 3 cm dan di sini dinding anterior
rektum menonjol. Jumlah dan besar pembuluh darah
yang luar biasa yang memelihara vagina dan dasar
panggul menyebabkan kehilangan darah yang amat
besar kalau jaringan ini robek.
D. Ekspulsi janin
 Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan
berfungsi sebagai hypomochlion untuk
kelahiran bahu belakang. Kemudian setelah
kedua bahu lahir disusui lahirlah trochanter
depan dan belakang sampai lahir janin
seluruhnya. Gerakan kelahiran bahu depan,
bahu belakang, badan seluruhnya
Melaksanakan asuhan
kebidanan pada kala II persalinan

 Asuhan sayang Ibu


Menurut Rohani (2013) kebutuhan dasar
selama persalinan yaitu :
a. Asuhan Tubuh dan Fisik

1) Menjaga kebersihan diri. Menganjurkan ibu


untuk membersihkan kemaluannya setelah
buang air kecil atau buang air besar dan
menjaga agar tetap bersih dan kering.
2) Berendam dapat menjadi tindakan pendukung
dan kenyamanan yang paling menenangkan
3) Perawatan mulut untuk mencegah bau
mulut.
4) Pengipasan untuk mengurangi rasa
ketidaknyamanan ibu yang disebabkan oleh
keringat.
b. Kehadiran Seorang Pendamping
 Fungsi hadirnya seorang pendamping pada

saat persalinan yakni mengurangi rasa sakit,


membuat waktu persalinan lebih singkat, dan
menurunkan kemungkinan persalinan dengan
operasi. Pendamping persalinan bisa ditemani
oleh suami, anggota keluarga, atau teman
yang ibu inginkan selama proses persalinan.
c. Pengurangan Rasa Nyeri
 Pengendalian rasa nyeri dapat dilakuakan

dengan memberikan kompres panas dan


dingin. Kompres panas meningkatkan suhu
kulit lokal, mengurangi spasme otot, dan
meningkatkan ambang nyeri. Sedangan
kompres dingin, berguna untuk mengurangi
ketegangan nyeri sendi dan otot, mengurangi
pembengkakan, dan menyejukkan kulit.
d. Penerimaan Terhadap Kelakuan dan Tingkah
Lakunya
 Persalinan dan kelahiran merupakan hal yang

fisiologis namun banyak wanita yang tidak


siap untuk menghadapi persalinannya. Wanita
biasanya membutuhkan pergatian dari suami
atau keluarnya, bahkan bidan sebagai
penolong persalinan
e. Informasi dan Kepastian Tentang Hasil
Persalinan Yang Aman
 Setiap ibu membutuhkan informasi tentang

kemajuan persalinannya, sehingga ia mampu


mengambil keputusan dan juga perlu
diyakinkan bahwa kemajuan persalinannya
normal.
Posisi meneran
 Posisi meneran adalah posisi yang nyaman
bagi ibu bersalin. Ibu bersalin dapat berganti
posisi secara teratur selama persalinan kala
II, karena hal ini sering kali mempercepat
kemajuan persalinan dan ibu mungkin dapat
meneran secara efektif pada posisi tertentu
yang di anggap nyaman bagi ibu (Yanti,
2009, 54).
Macam posisi meneran/mengejan saat melahirkan

1. Posisi terlentang (supine)


 Posisi ini juga menyebabkan waktu persalinan

menjadi lebih lama, besar kemungkinan


terjadinya laserasi perineum dan dapat
mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki
dan punggung.
Dan juga menyebabkan beberapa hal seperti :
 Dapat menyebabkan hipotensi karena bobot

uterus dan isinya menekan aorta, vena cava


inferior serta pembuluh-pembuluh darah lain
sehingga menyebabkan suplai darah ke janin
menjadi berkurang, dimana akhirnya ibu
dapat pingsan dan bayi mengalami fetal
distress ataupun anoksia janin.
 Ibu mengalami gangguan untuk bernafas.
 Buang air kecil terganggu.
 Mobilisasi ibu kurang bebas.
 Ibu kurang semangat.
 Resiko laserasi jalan lahir bertambah.
 Dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf

kaki dan punggung.


 Rasa nyeri yang bertambah.
2. Posisi duduk/setengah duduk
 Posisi ini akan membantu dalam penurunan janin

dengan bantuan gravitasi bumi untuk menurunkan


janin kedalam panggul dan terus turun kedasar
panggul. Posisi berjongkok akan memaksimumkan
sudut dalam lengkungan Carrus, yang akan
memungkinkan bahu besar dapat turun ke rongga
panggul dan tidak terhalang (macet) diatas simpisis
pubis. Dalam posisi berjongkok ataupun berdiri,
seorang ibu bisa lebih mudah mengosongkan
kandung kemihnya, dimana kandung kemih yang
penuh akan dapat memperlambat penurunan bagian
bawah janin
3. Posisi jongkok/ berdiri
 Jongkok atau berdiri memudahkan penuran

kepala janin, memperluas panggul sebesar dua


puluh delapan persen lebih besar pada pintu
bawah panggul, memperkuat dorongan
meneran. Namun posisi ini beresiko terjadinya
laserasi ( perlukaan jalan lahir). Dalam posisi
berjongkok ataupun berdiri, seorang ibu bisa
lebih mudah mengosongkan kandung kemihnya,
dimana kandung kemih yang penuh akan dapat
memperlambat penurunan bagian bawah janin
4. Berbaring miring kekiri
 Posisi berbaring miring kekiri dapat

mengurangi penekanan pada vena cava


inferior sehingga dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya hipoksia, karena
suplay oksigen tidak terganggu, dapat
member suasana rileks bagi ibu yang
mengalami kecapekan dan dapat pencegahan
terjadinya laserasi/robekan jalan lahir.
5. Posisi merangkak
 Posisi ini akan meningkatkan oksigenisasi

bagi bayi dan bisa mengurangi rasa sakit


punggung bagi ibu. Posisi merangkak sangat
cocok untuk persalinan dengan rasa sakit
punggung, mempermudah janin dalam
melakukan rotasi serta peregangan pada
perineum berkurang. Posisi merangkak juga
dapat membantu penurunan kepala janin
lebih dalam ke panggul
CARA MENERAN
Beberapa cara meneran menurut berbagai sumber yang dapat
dilakukan yaitu :
1. Menurut Manuaba (2001), cara meneran yaitu :
 a. Anjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan

alamiahnya selama kontraksi.


 b. Jangan anjurkan untuk menahan nafas pada saat meneran.

 c. Anjurkan ibu untuk berhenti meneran dan beristirahat

diantara kontraksi.
 d. Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ibu mungkin

merasa lebih mudah untuk meneran jika ia menarik lutut


kearah dada dan menempelkan dagu ke dada.
 e. Anjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.

 f. Jangan melakukan dorongan pada fundus untuk membantu

kelahiran bayi.
 Menurut Sarwono (2005), ada 2 cara mengejan
yaitu :
1) Wanita tersebut dalam letak berbaring
merangkul kedua pahanya sampai batas siku,
kepala sedikit diangkat sehingga dagu mendekati
dadanya dan dapat melihat perutnya.
2) Sikap seperti diatas, tetapi badan dalam posisi
miring kekiri atau kekanan tergantung pada letak
punggung janin, hanya satu kaki dirangkul, yakni
kaki yang berda diatas. Posisi yang menggulung ini
memang fisiologis. Posisi ini baik dilakukan bila
putaran paksi dalam belum sempurna.
 Untuk mengkoordinasikan semua kekuatan menjadi optimal
saat his dan mengejan dapat dilakukan hal-hal sebagai
berikut
1) Parturien diminta untuk merangkul kedua pahanya,
sehingga dapat menambah pembukaan pintu bawah panggul.
2) Badan ibu dilengkungkan sampai dagu menempel di dada,
sehingga arah kekuatan menuju jalan lahir.
3) His dan mengejan dilakukan bersamaan sehingga
kekuatannya optimal.
4) Saat mengejan ditarik sedalam mungkin dan dipertahankan
denagn demikian diafragma abdominal membantu dorongan
kearah jalan lahir.
5) Bila lelah dan his masih berlangsung, nafas dapat
dikeluarkan dan selanjutnya ditarik kembali utnuk
dipergunakan mengejan.
HAL-HAL YANG PERLU
DIPERHATIKAN
 Menurut Sarwono (2002), juga ada beberapa hal yang harus
diperhatikan pada saat mengejan, yaitu :
1) Mengejan hanya diperbolehkan sewaktu ada his dan
pembukaan lengkap.
2) Pasien tidur terlentang, kedua kaki difleksikan, kedua tangan
memegang kaki atau tepi tempat tidur sebelah atas, bila kondisi
janin kurang baik, pasien mengejan dalam posisi miring.
3) Pada permulaan his, pasien disuruh menarik nafas dalam,
tutup mulut, mengejan sekuat-kuatnya dan selama mungkin,
bila his masih kuat menarik nafas pengejanan dapat diulang
kembali. Bila his tidak ada, pasien istirahat, menunggu
datangnya his berikutnya.
Thank’s
Four Your
Attantion

Anda mungkin juga menyukai