Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ETIKOLEGAL

UNDANG-UNDANG TENTANG ABORSI, ADOPSI,


BAYI TABUNG, DAN TRANSPLANTASI

DOSEN PENGAMPU:
SRI YUN UTAMI, S.Pd, SST,MKM

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :


NURSAKILA (PO71241200011)
NYIMAS MAHARANI
ANGGRAINI DWI FADILLANINGSIH (PO71241200026)
NORA PARAMITA

D4 KEBIDANAN + PROFESI BIDAN


POLTEKKES KEMENKES JAMBI
TAHUN AJARAN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpah kasih dan anugeranya,
sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik. Penulisan makalah
ini merupakan salah satu tugas mata kuliah yaitu Etikolegal.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Kebidanan.
Penulis sadar makalah ini masih jauh dari kata sempurna, jadi penulis mohon kritik dan
saran demi untuk kelangsungan dan pembenaran makalah selanjutnya.

Jambi, Maret 2021

PENYUSUN
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................i

Daftar isi.....................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang.........................................................................................1

1.2 Tujuan Penulisan......................................................................................3

1.3 Manfaat Penulisan....................................................................................3

Bab II Tinjauan Pustaka

A. Tinjauan Teori

2.1 Undang-Undang Aborsi .........................................................................2

2.2 Undang-Undang Adopsi..........................................................................2

2.3 Undang-Undang Bayi Tabung..................................................................

2.4 Undang-Undang Transplantasi.................................................................

B. Tinjauan Kasus
2.1.1 Kasus Aborsi ........................................................................................
2.1.2 Kasus Adopsi........................................................................................
2.1.3 Kasus Bayi Tabung ..............................................................................
2.1.4 Kasus Transplantasi..............................................................................

Bab III Pembahasan

A. Pembahasan Undang Undang ....................................................................


B. Pembahasan Kasus ......................................................................................

Bab IV Penutup

A. Kesimpulan..................................................................................................
B. Saran

Daftar Pustaka............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN
1. Pengertian Aborsi
Aborsi diserap dari bahasa Inggris yaitu abortion yang berasal dari bahasa latin
yang berarti pengguguran kandungan atau keguguran. Namun, aborsi dalam literatur
fikih berasal dari bahasa Arab al-ijhahd, ,merupakan mashdar dari ajhadha atau juga
dalam istilah lain bisa disebut dengan isqath al-haml, keduanya mempunyai arti
perempuan yang melahirkan secara paksa dalam keadaan belum sempurna
penciptaanya. Secara bahasa disebut juga lahirnya janin karena dipaksa atau dengan
sendirinya sebelum waktunya. Sedangkan makna gugurnya kandungan, menurut ahli
fikih tidak keluar dari makna bahasa, diungkapkan dengan istilah menjatuhkan
(isqath), membuang (tharh), melempar (ilqaa’), dan melahirkan dalam keadaan mati
(imlaash).
Sementara dalam kamus besar Bahasa Indonesia sendiri aborsi adalah
terpencarnya embrio yang tidak mungkin lagi hidup sebelum habis bulan keempat
dari kehamilan atau aborsi bisa didenfinisikan pengguran janin atau embrio setelah
melebihi masa dua bulan kehamilan.
Sedangkan definisi aborsi menurut kedokteran sebagaimana dikatakan Dr.
Gulardi: ”Aborsi ialah berhentinya (mati) dan dikeluarkannya kehamilan sebelum 20
minggu (dihitung dari haid terakhir) atau berat janin kurang dari 500 gram atau
panjang janin kurang dari 25 cm. Pada umumnya abortus terjadi sebelum kehamilan
tiga bulan”.
Pengertian aborsi menurut kedokteran tersebut berbeda dengan ahli fikih, karena
tidak menetapkan usia maksimal, baik pengguran kandungan dilakukan dalam usia
kehamilan nol minggui, 20 minggu maupun lebih dari itu dianggap sama sebagai
aborsi. Pengertian aborsi menurut para ahli fikih seperti yang dijelaskan oleh al-
Ghazali, aborsi adalah pelenyapan nyawa yang ada di dalam janin, atau merusak
sesuatu yang sudah terkonsepsi, jika tes urine ternyata hasilnya positif, itulah awal
dari suatu kehidupan. Dan, jika dirusak, maka hal itu merupakan pelanggaran pidana
(jinayah), sebagaimana beliau mengatakan : Pengguguran setelah terjadi pembuahan
adalah merupakan perbuatan jinayah, dikarenakan fase kehidupan janin tersebut
bertingkat. Fase pertama adalah terpencarnya sperma ke dalam vagina yang kemudian
bertemu dengan ovum perempuan. Setelah terjadi konsepsi, berarti sudah mulai ada
kehidupan (sel-sel tersebut terus berkembang), dan jika dirusak, maka tergolong
Jinayah.
2. Pengertian Adopsi
Adoption artinya pengangkatan, pemungutan, adopsi, dan untuk
pengangkatan anak disebut adoption of child. Dalam bahasa arab disebut
tabanny yang menurut Prof. Mahmud Yunius diartikan dengan mengambil anak
angkat. Sedangkan dalam Kamus Munjid diartikan ittikhadzahu, yaitu
menjadikannya sebagai anak.
Menurut M. Djojodiguno dan R. Tirtawinata, anak adopsi adalah
pengambilan anak orang lain dengan maksud supaya anak itu menjadi anak dari
orang tua angkatnya. ditambahkan bahwa adopsi ini dilakukan dengan sedemikian
rupa sehingga anak itu baik lahir maupun batin merupakan anaknya sendiri.
Pengertian adopsi menurut ensiklopedi umum, seperti dikutip Muderis
Zaini, adopsi dijelaskan sebagai suatu cara untuk mengadakan hubungan antara
orang tua dan anak yang diatur dalam pengaturan perundang-undangan. Biasanya
adopsi dilaksanakan untuk mendapatkan pewaris atau untuk mendapatkan anak bagi
orang tua yang tidak beranak. Akibat dari adopsi yang demikian itu ialah bahwa anak
yang diadopsi kemudian memiliki status sebagai anak kandung yang sah dengan
segala hak dan kewajiban. Selain disebut adopsi dan pengangkatan anak, perbuatan
hukum seperti ini juga disebut dengan “keluarga buatan”, yang dalam bahasa
Inggrisnya disebut kindship. Akan tetapi, istilah yang terakhir ini sepertinya tidak
begitu populer dalam wacana hukum.
Berdasarkan Staatsblad 1917 No. 129, adopsi dapat menimbulkan
putusnya hubungan anak angkat dengan orang tua kandungnya sehingga
menimbulkan hubungan hukum antara anak angkat dengan orang tua angkatnya.
Dengan adanya hubungan hukum tersebut maka timbul hak dan kewajiban antara
anak angkat dengan orang tua angkatnya dan anak angkat tersebut tidak lagi memiliki
hak dan kewajiban dengan orang tua kandungnya.
Tetapi menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 54 Tahun 2007
dan Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 41/HUK/KEP/VII/1984 tanggal 14 Juli
1984 pengangkatan anak tidak memutuskan hubungan darah antara anak yang
diangkat dengan orang tua kandungnya. Dengan putusnya hubungan darah antara
anak angkat dengan orang tua kandungnya maka anak angkat tersebut tidak lagi
memiliki hak dan kewajiban dengan orang tua kandungnya.
Sehingga berdasarkan pengertian-pengertian yang telah disebutkan maka adopsi
adalah berpindahnya kekuasaan orang tua kandung terhadap anak angkat ke orang tua
angkat yang dapat menimbulkan putusnya hubungan antara orang tua kandung
dengan anak angkat dan timbulnya hubungan hukum antara orang tua angkat dengan
anak angkat selayaknya anak kandung dengan segala akibat hukumnya.
3. Pengertian Bayi Tabung
Bayi tabung alias in fitro vertilization (IVF) adalah suatu prosedur yang dilakukan
untuk membantu proses kehamilan. Prosedur ini dapat menjadi salah satu solusi bagi
pasangan yang mengalami gangguan kesuburan untuk memiliki anak.
Proses kehamilan bermula ketika sel telur yang matang dibuahi oleh sperma di
saluran indung telur. Jika sel telur yang sudah dibuahi ini menempel di dinding rahim,
normalnya janin akan mulai tumbuh di rahim dan akan lahir 9 bulan kemudian. Bayi
tabung atau fertilisasi in vitro (IVF) adalah teknik pembuahan sel telur oleh sel
sperma di luar tubuh. Teknik ini dilakukan pada sebuah medium khusus yang
dilakukan di laboratorium. IVF digunakan untuk menangani masalah infertilitas
seperti kualitas sperma yang rendah atau kerusakan tuba fallopi.

Seorang wanita yang akan melakukan prosedur bayi tabung harus melewati
serangkaian proses pemeriksaan hingga pemberian obat dan hormon. Kemudian
dilakukan pengambilan sel telur, bersamaan dengan pengambilan semen yang
mengandung sperma pada pria. Sel telur dan sperma akan ditempatkan pada medium
khusus untuk diinkubasi di laboratorium dan diharapkan dapat terjadi pembuahan.
Telur yang sudah dibuahi (embrio) dipindahkan kedalam rahim wanita saat memasuki
fase blastosit. Embrio pada fase ini sudah mampu menempel dengan baik pada rahim.
Fertilisasi in vitro sebagai hasil terapan sains modern yang pada prinsipnya
bersifat netral sebagai bentuk kemajuan ilmu kedokteran dan biologi yang mampu
menolong pasangan yang kesulitan mendapatkan keturunan.1 Hal ini menunjukkan
bahwa perkembangan tekhnologi seakan melaju cepat. Realitas inilah yang akhirnya
mendorong adanya payung hukum untuk melindungi kepentingan masyarakat secara
umum, sehingga tidak akan bertabrakan satu sama lain.
Fertilisasi in Vitro pertama kali diperkenalkan oleh dokter asal Inggris,
Patrick C. Steptoe dan Robert G. Edwards sekitar tahun 1970-an dan melahirkan bayi
tabung pertama di dunia bernama Louise Brown di rumah sakit Oldham General
Hospital Inggris. Di Indonesia, bayi tabung pertama bernama Nugroho Karyanto
lahir pada tanggal 2 Mei 1988 di Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita
Jakarta yang dipimpin oleh Prof. Dr. dr. Sudraji Sumapraja, SpOG. Pada awalnya,
teknologi ini ditentang oleh kalangan kedokteran dan agama karena kedua dokter itu
dianggap mengambil alih peran Tuhan dalam menciptakan manusia.

4. Pengertian Transplantasi
Transplantasi Rahim adalah prosedur bedah yang hingga saat ini masih dalam uji
klinis. Pembedahan ini dilakukan untuk memperbesar kemungkinan seseorang untuk
bisa hamil. Sayangnya, prosedur ini mengandung risiko yang jauh lebih besar
daripada potensi manfaatnya.
Salah satu lembaga penelitian yang berhasil mencetak kelahiran hidup dari
transplantasi rahim adalah Cleveland Clinic. Namun, mereka pun menggunakan
donor dari wanita yang baru saja meninggal untuk mengurangi risiko transplantasi
yang terjadi jika dilakukan oleh pendonor yang masih hidup.
Faktanya, prosedur transplantasi rahim juga tidak dimaksudkan untuk menjadi hal
yang permanen. Jika transplantasi berhasil, konsumsi obat imunosupresan dalam
jangka panjang dikhawatirkan dapat mengancam jiwa. Jadi, seseorang harus
menjalani histerektomi (pengangkatan rahim) setelah satu atau dua kehamilan.

B. TUJUAN PENULISAN
1.

C. MANFAAT PENULISAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI
1. Undang-undang tentang Aborsi
Aborsi didalam pengertian hukum pidana termasuk kategori yaitu kejahatan
terhadap nyawa anak yang masih ada didalam kandungan (Aborsi), yang telah diatur
di KUHP Pidana, Pasal 346-349, perbuatan ini dilakukan sengaja oleh si ibu sendiri,
dan/atau dilakukan orang lain (dapat melakukan kerjasama atau tidak), hal ini
dilakukan adanya unsur subyektifnya kesengajaan, unsur obyeknya nyawa jabang
bayi, dan motifnya diakibatkan karena peristiwa melahirkan tersebut merupakan
peristiwa yang dirahasiakan bagi si ibu. Batasan pengertian aborsi yang melanggar
tindak pidana adalah unsur kesengajaan dari ibu yang masih dalam kondisi
mengandung akibat, Kondisi usia masih muda atau menurutnya belum layak memiliki
anak, Malu diketahui oleh orang tua atau keluarga dan masyarakat, Pria yang
menghamilinya tidak bertanggung jawab, atau Masih sekolah.
Meskipun aborsi secara teknis ilegal dalam Hukum Pidana tapi pada tahun 1992,
muncul Undang-Undang yang lebih liberal yaitu,: Undang-Undang nomor 23 tahun
1992. “Although abortion was tecnically ilegal under the criminal code, a judcial
interpretation in the early 1970s permitted medical professionals to offer the
procedure so long as they were discreet and careful. The numbers of medical
abortions carried out in Indonesia rose dramatically, and there was evidence of
matching declines in the incedence of morbidity and mortality caused by dangerous
illegal procedures. Medical and community groups campaigned for a more liberal
abortion law to protect legal pratitioners and stamp out illegal traditional practices”
(Studies In Family Planning, 1993; 24, 4 : 241-251).
Tujuan Penyelenggaraan Aborsi Peratuan Pemerintah No. 61 Tahun 2014,
tentang Kesehatan Reproduksi, merupakan tujuan pemerintah untuk menjamin
kesehatan organ reproduksi yang sehat. Aborsi merupakan salah satu bagian tindakan
medis yang mengarah mengenai tujuan dari kesehatan reproduksi. Hal ini telah diatur
tata cara penyelenggaraan aborsi, yang tertuang didalam Pasal 31, Peraturan
Pemerintah No 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan reproduksi, tindakan aborsi hanya
dapat dilakukan apabila terjadi kedaruratan medis seperti halnya letak jabang bayi
yang tidak di rahim sehingga mengakibatkan pendarahan, dan kehamilan akibat
perkosaan, tindakan aborsi ini bukan karena motifnya melakukan sex diluar dari
pernikahan sehingga ingin menutupi aib akibat kecerobohannya ingin menghilangkan
jejak akibat dari perbuatanya.
2. Undang-undang tentang Adopsi
3. Undang-undang tentang Bayi Tabung
Untuk membantu dan mengatasi kasus-kasus infertilitas (ketidaksuburan) pada
pasangan suami istri yang menginginkan keturunan dapat dilaksanakan upaya
kehamilan di luar cara alami yang kita kenal dengan istilah bayi tabung. Pelaksanaan
bayi tabung ini akan menimbulkan suatu permasalahan jika dikaitkan dengan dari
mana sperma, ovum maupun rahim tempat transplantasi embrionya. Untuk itu hukum
di negara kita telah mengatur apa dan bagaimana mengenai program bayi tabung yang
diperbolehkan diIndonesia, walaupun belum ada suatu peraturan yang khusus
mengenai program bayi tabung ini.
Sementara hanya pengaturan mengenai kedudukan yuridis anak yang dilahirkan
secara alamiah yang diaturdalam KUH Perdata dan UU Nomor 1 Tahun 1974.
Kedudukan anak hasil proses bayi tabung dalam tinjauanhukum perdata adalah anak
yang dihasilkan dari proses bayitabung yang dihasilkan dari proses yang
menggunakan sper-ma suami, maka anak tersebut baik secara biologis ataupunyuridis
mempunyai status sebagai anak sah dari pasangantersebut. Tentu saja ia memiliki
hubungan mewaris danhubungan keperdataan lainnya
Walaupun situasi hukum seperti ini tak ada halanganbagi pasangan suami istri
untuk memiliki momongan. Kare-na dari semua kasus bayi tabung yang berhasil di
Indonesiaadalah dari pasangan suami istri yang sah. Pada tahap ini se-cara kedudukan
yuridis anak selesai, tak ada masalah.Jika teknik bayi tabung yang menggunakan
spermadan ovum/sel telur dari pasangan suami istri yang sah danembrionya
ditransplantasikan ke dalam rahim istri, makakedudukan yuridis anak adalah sebagai
anak sah. Secaraotomatis hak dan kewajibannya sama dengan anak yangdilahirkan
secara alami.
Persoalan baru akan muncul, jika sperma dan sel teluritu bukan dari pasangan
suami istri yang sah. Atau spermadan sel telur berasal dari suami istri sah, tetapi
ditanam dirahim perempuan lain. Biasa disebut sewa rahim (surro-gate mother).
Menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI) insemina-si buatan/bayi tabung
dibenarkan dalam Islam, asalkansperma dan ovum/sel telur diambil dari pasangan
suamiistri yang sah atau dalam ikatan perkawinan. (PutusanMUI Nomor: Kep-
952/MUI/XI/1990). Sementara sewarahim secara tegas dilarang dalam Undang-
Undang no-mor 36 tahun 2009 pasal 127 tentang kesehatan (hlm. 53).Karena itu,
segala bentuk perjanjian sewa rahim di Indo-nesia batal demi hukum, sebab
bertentangan dengan Undang-Undang Kesehatan.
Dalam pasal 4 ayat (2c) UU Nomor 1 Tahun 1974 diatur tentang kewenangan
pengadilan untuk memberikanizin kepada suami untuk kawin lebih dari satu apabila
istritidak dapat melahirkan keturunan. Melalui teknologi bayitabung, maka syarat
yang tercantum dalam pasal tersebutperlu diadakan penyempurnaan

4. Undang-undang tentang Transplantasi


B. Tinjauan Kasus
1. Kasus Aborsi

MAHASISWI ABORSI PAKAI PIL SAKIT KEPALATERNATE

Warga Kota Ternate Utara, Kamis(3/5/2012), dibuat heboh dengan kasus aborsi
yang dilakukan seorangmahasiswi di salah satu universitas ternama di Ternate
berinisial IK. IKdiketahui merupakan anak seorang pegawai di Kementerian
AgamaKabupaten Pulau Morotai.IK diketahui hamil bersama kekasihnya J yang juga
sebagai salah satumahasiswa di universitas berbeda di Ternate. Keduanya langsung
dibekuk polisi ke Mapolres Ternate, Kamis. Di hadapan penyidik, J
mengisahkan,awalnya dia mengajak IK untuk menikah lantaran mengetahui
kekasihnyahamil dua bulan. Namun, IK yang mengaku takut kepada keluarganya
memilihmenggugurkan kandungan dengan meminum pil sakit kepala yang
dicampurdengan minuman bersoda. Namun, diduga IK tidak hanya mengaborsi
sendiri dengan cara meminum obat sakit kepala dicampur minuman bersoda.
“Waktusaya datang ke rumahnya, semua sudah bersih (sudah diaborsi),” ungkap J.
Karena takut, J lantas menguburkan ari-ari janinnya di belakang rumah IK di
Akehuda, Ternate utara. Sepulang dari kampus, J lantas mengambil janin yang masih
di rumah IK, lali dibawa ke Bula, Ternate Utara, untuk dibuang ke pantai. Warga
sekitar baru mengetahuinya pada Selasa (1/5/2012), meskihanya segelintir
orang.Warga makin heboh saat aroma tindakan tak terpuji itu mulai terungkap. Jdan
IK bahkan sempat menjadi amukan beberapa anggota keluarganya.Petugas polisi baru
mengetahuinya pada Kamis ini, dan langsung membekukkeduanya ke Mapolres
Ternate. “Kita belum bisa berikan keterangan karena masih dalam penyelidikan,”
ucap seorang penyidik. Untuk kepentingan penyelidikan, sang mahasiswi ini dibawa
ke rumah sakit guna menjalani visum. “Agar bisa dipastikan apakah yang digugurkan
itu janin atau ari- ari,” tambah petugas penyidik tersebut.

2. Kasus Adopsi

PRAKTEK ADOPSI ANAK ILEGAL

Pasangan R dan P memperoleh bayi perempuan mereka pada tanggal 27 Juli 2017
lalu. Di mata hukum, apa yang dilakukan pasangan ini termasuk dalam praktek adopsi
anak ilegal sekaligus jual beli manusia atau human trafficking.
Namun, R dan P membantah bahwa apa yang mereka lakukan adalah human
trafficking. Mereka dengan kesadaran penuh mengganti biaya persalinan dan
kehamilan sang ibu kandung, Lentina Panjaitan.
Uang yang mereka bayarkan ke bidan Ernani dan Eni bertujuan murni untuk
membiayai persalinan. Sedang uang yang diberikan pada Lentina hanyalah sebagai
bekal dan ucapan terimakasih karena ia sudah membiarkan mereka berdua jadi
keluarga angkat bayinya tanpa ada penetapan tarif tertentu seperti dalam jual beli.
Bayi yang lahir tanggal 23 Juli 2017 lalu memang lahir dari ibu yang miskin dan
membutuhkan biaya. Namun, dinas sosial selama ini merekam pola yang dilakukan
Lentina dan segera menanganinya.

3. Kasus Bayi Tabung

Kasus Bayi Tabung, MA Vonis 3 Dokter di RS di


Menteng Tak Langgar Etik

Mahkamah Agung (MA) memvonis 3 dokter sebuah rumah sakit elite di Menteng,
Jakarta Pusat tidak melanggar etik. Hal itu terkait pelaporan pasien atas kasus bayi
tabung yang lahir dengan menderita Edward Syndrome.
Kasus bermula saat seorang ibu inisial AKS yang tinggal di Jalan Hang Tuah,
Jaksel bersama suaminya sudah menikah 3 tahun tetapi tidak mendapatkan keturunan.
Pada Maret 2014, keduanya kemudian mengajukan permohonan program bayi tabung
atau dalam istilah kedokteran disebut In Vitro Fertilization.
Pihak Rumah Sakit kemudian menurunkan 3 dokter ahli untuk melakukan
program bayi tabung itu. Program ini berjalan untuk 28 pekan dan hasilnya AKS bisa
hamil. Menurut pihak dokter kehamilan semuanya berjalan normal. Pada 8 Desember
2014, AKS melahirkan dengan cara Seksio Caesarea. Bayi lahir dengan berat 2,2 kg
dan tinggi 42 cm.
Berdasarkan pemeriksaan dengan electrocardiogram/EKG dan
cardiotocography/CTG yang dilakukan sebelum proses persalinan, diketahui detak
jantung janin yang dikandung AKS dalam keadaan normal.
Namun pada saat lahir ternyata kondisi bayi dalam keadaan tidak menangis,
mengalami kesulitan bernafas, serta mempunyai bentuk telinga yang tidak utuh. Oleh
karenanya, bayi kemudian dirawat di ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RS
itu. Pada 9 Desember 2014, melalui informasi dan penjelasan yang diberikan dokter
ahli di bidang Perinatologi, pihak rumah sakit secara klinis menyatakan kepada si ibu
bahwa bayi tersebut menderita Edward Syndrome. Si ibu dianjurkan untuk segera
menjalani tes analisa kromosom terhadap bayi.
Hasil laboratorium menunjukkan terdapat kelebihan 1 buah kromosom 18 (trisomi
18). Yang mana kelainan ini disebut dengan Edward Syndro.
Si ibu kemudian mengadukan ketiga dokter itu ke Majelis Kehormatan Disiplin
Kedokteran Indonesia (MKDKI). Akhirnya, pada 2 Mei 2018 menyatakan ketiga
dokter tidak ditemukan pelanggaran profesi. Keputusan serupa juga diketok oleh
Konsil Kedokteran Indonesia (KKI).
Keputusan itu tidak diterima dan dibawa si ibu ke Pengadilan Tata Usaha Negara
(PTUN) Jakarta. Pada 22 April 2019, PTUN Jakarta menolak gugatan si ibu
seluruhnya. Duduk sebagai ketua majelis yaitu Adhi Budhi Sulistyo dengan anggota
Baiq Yuliani dan Joko Setiono.
Majelis menyatakan Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI)-MKDKI
merupakan lembaga independen dan otonom. Selain itu, substansi/materi hasil
pemeriksaannya tidak hanya berisi tindakan hukum semata akan tetapi lebih
mengarah pada aspek non-hukum seperti profesionalitas, akademis, integritas dan
prinsip kehati-hatian berkaitan dengan suatu penilaian /atau pengujian berdasarkan
disiplin keilmuan.
Sehingga tidak dapat diartikan adanya pelanggaran dan/atau kesalahan di bidang
hukum, termasuk pada penilaian atas kemampuan (kompetensi) akademis si dokter.
Si ibu masih tidak terima dan mengajukan banding. Hasilnya, pada 26 Agustus 2019,
Pengadilan Tinggi (PT) TUN Jakarta menguatkan putusan PTUN Jakarta. Lagi-lagi
isi ibu tidak terima dan mengajukan kasasi. Apa kata MA?
"Menolak kasasi pemohon," demikian lansir singkat amar putusan kasasi di website
MA, Senin (23/3/2020). Perkara nomor 65 K/TUN/2020 itu diketok pada 10 Maret
2020.

4. Kasus Transplantasi

Kasus Transplantasi Rahim di Amerika Utara

Seorang wanita, yang namanya tidak disebutkan karena alasan privasi, telah
berhasil melahirkan dari transplantasi rahim yang diterimanya dari seorang pendonor.
Wanita dari Ohio ini melahirkan di Cleveland Clinic, yang diumumkan pada Selasa
(9/7/2019) kemarin dalam laporan mereka.
Menurut Klinik Cleveland, ini adalah kasus pertama di Amerika Utara dan kedua
di dunia yang mana seorang wanita melahirkan bayi dari rahim yang
ditransplantasikan.
“Kami tidak dapat meminta hasil yang lebih baik lagi. Semuanya berjalan sangat baik
selama persalinan. Ibu dan bayi perempuannya melakukannya dengan baik,” kata
Uma Perni, MD, spesialis kedokteran janin ibu Klinik Cleveland. Momen ini juga
menjadi 'media' bagi para peneliti untuk melakukan studi terkait transplantasi rahim.
Memungkinkan adanya evolusi di masa depan.
“Penting untuk diingat bahwa ini masih penelitian. Bidang transplantasi rahim
berkembang pesat, dan menarik untuk melihat apakah (ada) pilihan untuk wanita di
masa depan," sambungnya
Transplantasi dan kelahiran adalah bagian dari percobaan klinis yang sedang
berlangsung. Percobaan klinis ini disebut dengan Transplantasi Uterus untuk
Pengobatan Infertilitas Faktor Uterin, di Klinik berbasis AS ini. Menurut para dokter
ini menawarkan harapan bagi wanita di seluruh dunia yang tidak dapat memiliki bayi
karena infertilitas akibat faktor rahim. Diperkirakan 1 dari 500 wanita usia subur di
seluruh dunia dipengaruhi oleh kondisi yang tidak dapat disembuhkan.
Persalinan yang dilakukan pada Juni 2019 lalu ini melibatkan spesialis dalam
operasi transplantasi, kebidanan dan ginekologi, kesuburan, neonatologi, bioetika,
psikiatri, keperawatan, anestesiologi, penyakit menular, radiologi intervensi, advokasi
pasien dan pekerjaan sosial.
Mereka dengan suka cita menyambut seorang bayi perempuan melalui operasi
caesar. Rahimnya, didapat dari seorang pendonor yang telah meninggal,
ditransplantasikan pada akhir 2017. Sedangkan pada akhir 2018, sang ibu yang
berusia pertengahan 30-an, hamil melalui in vitro fertilization (IVF) atau bayi
tabung."Sungguh menakjubkan betapa normal persalinan ini, mengingat betapa luar
biasanya kesempatannya," kata ahli bedah transplantasi Klinik Cleveland Andreas
Tzakis, MD, Ph. D.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pembahasan Undang-Undang Aborsi, Adopsi, Bayi Tabung, dan Transplantasi


1. Pembahasan undang-undang aborsi
Mengenai Hukum Aborsi di Indonesia, terdapat beberapa Undang-Undang yang
berkaitan dengan masalah aborsi yang masih berlaku hingga saat ini, diantara
Undang-Undang tersebut yang paling berkaitan adalah :
1. Undang-Undang nomor 1 tahun 1946 tentang Kitab Undang-undang Hukum
Pidana Pada Pasal 346-349 KUHP tersebut mengkategorikan aborsi sebagai
tindak pidana, sebagaimana bunyi lengkap pasal-pasal tersebut di bawah ini :
a. Pasal 346: “Seorang wanita yang dengan sengaja menggugurkan kandungan
atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam
dengan pidana paling lama empat tahun”
b. Pasal 347:
1) Barangsiapa dengan sengaja mengggugurkan kandungan atau mematikan
kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan penjara
pidana paling lama dua belas tahun.
2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam
dengan pidana paling lama lima belas tahun.
c. Pasal 348 :
1) Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun enam bulan.
2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam
dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
d. Pasal 349: “Jika seorang tabib, dukun beranak atau tukang obat membantu
melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348,
maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga
dan ia dapat dipecat dari jabatan yang digunaka untuk melakukan kejahatan”.
2. Undang-Undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
Meskipun aborsi secara teknis ilegal dalam Hukum Pidana tapi pada tahun
1992, muncul Undang-Undang yang lebih liberal yaitu,: Undang-Undang nomor
23 tahun 1992. Although abortion was tecnically ilegal under the criminal code, a
judcial interpretation in the early 1970s permitted medical professionals to offer
the procedure so long as they were discreet and careful. The numbers of medical
abortions carried out in Indonesia rose dramatically, and there was evidence of
matching declines in the incedence of morbidity and mortality caused by
dangerous illegal procedures. Medical and community groups campaigned for a
more liberal abortion law to protect legal pratitioners and stamp out illegal
traditional practices (Studies In Family Planning, 1993; 24, 4 : 241-251).
“Meskipun aborsi secara ilegal ilegal di bawah hukum pidana, interpretasi
yudisial di awal tahun 1970-an mengizinkan para profesional medis untuk
menawarkan prosedur selama mereka masih bisa bijaksana dan hati-hati. Jumlah
aborsi medis yang dilakukan di Indonesia meningkat secara dramatis, dan ada
buktinya mencocokkan penurunan dalam kejadian morbiditas dan mortalitas
disebabkan oleh prosedur ilegal yang berbahaya. Tenaga Medis dan kelompok
masyarakat berkampanye untuk hukum aborsi yang lebih liberal melindungi
pelaku hukum dan membasmi praktik tradisional ilegal”. (Studies In Family
Planning, 1993; 24, 4 : 241-251)

Dalam Pasal 15 ayat 1,2, dan 3 Undang-Undang ini yang berkaitan


dengan aborsi berbunyi sebagai berikut :
a. Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil
dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
b. Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam
Ayat1 hanya dapat dilakukan :
1) Berdasarkan indikasi medis yang mengaharuskan diambil tindakan
tersebut.
2) Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk
itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan
pertimbangan tim ahli.
3) Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau
keluarga.
4) Ada sarana kesehatan tertentu.
5) Ketentuan lebih lanjut mengenaI tindakan medis tertentu sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan (2) ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
3. Pasal 31 Peraturan Pemerintah No. 61
Dalam Pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan
Reproduksi dapat dijalankan berdasarkan indikasi mengenai kedaruratan medis,
yaitu : Spontananeous abortion, Induced abortion atau procured abortion , dan
kehamilan akibat diperkosa, yaitu : Therapeutic abortion. Sedangkan aborsi yang
dapat dikategorikan menjadi tindakan kejahatan yaitu : melakukan tindakan aborsi
diluar dari pengertian kedaruratan medis dan diluar dari perkosaan, seperti contoh
akibat Elective abortion adalah menggugurkan yang dilakukan karena alasan-
alasan lain, hal ini yang mengandung unsur tindakan negatif sampai terjadinya
kehamilan, hal ini sesuai dengan Pasal 346-349 Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (KUHP).
2. Pembahasan undang-undang Adopsi

3. Pembahasan undang-undang Bayi Tabung


Bayi tabung adalah hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang sah
yang ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum berasal. Pengaturan hukum
terkait dengan bayi tabung ini dapat kita temui dalam Pasal 127 ayat (1) UU No. 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan. Dalam pasal tersebut diatur bahwa upaya
kehamilan di luar cara alamiah hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri
yang sah dengan ketentuan:
a. Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang
bersangkutan ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum berasal;
b. dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu;
c. pada fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.
 
Jadi, pada dasarnya sperma dan ovum dalam upaya kehamilan melalui bayi tabung
adalah milik suami istri yang sah yang pembuahannya dilakukan di luar rahim. Hal
ini dilakukan oleh para pasangan suami-istri yang sperma dan ovumnya sulit
melakukan pembuahan di dalam rahim. Sehingga harus dilakukan pembuahan di luar
rahim dengan bantuan tenaga kesehatan dan teknologi yang ada. Kemudian hasil
pembuahan tersebut ditanamkan kembali ke rahim istri dari mana ovum itu berasal.
Jadi, anak atau bayi hasil pembuahan melalui bayi tabung ini adalah anak kandung
suami istri itu sendiri.
 
Dengan demikian, anak hasil bayi tabung dalam hukum waris termasuk ke dalam ahli
waris golongan I yang diatur dalam Pasal 852 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata yaitu:
 
“Anak-anak atau keturunan-keturunan, sekalipun dilahirkan dan berbagai
perkawinan, mewarisi harta peninggalan para orangtua mereka, kakek dan nenek
mereka, atau keluarga-keluarga sedarah mereka selanjutnya dalam garis lurus ke
atas, tanpa membedakan jenis kelamin atau kelahiran yang lebih dulu.”

Jadi, hukum waris yang berlaku bagi anak hasil bayi tabung adalah sama dengan
hukum waris yang berlaku terhadap anak kandung.
4. Pembahasan undang-undang Transplantasi

B. Pembahasan Kasus
1. Pembahasan Kasus Aborsi
Kasus aborsi di atas merupakan kasus aborsi illegal. Karena dilakukan atas dasar
malu atau takut terhadap keluarga pelaku, bukan dari saran dokter karena janin
memiliki kelainan atau membahayakan kesehatan si ibu. Selain itu, proses aborsi
yang dilakukan pun tidak sesuai bidang kedokteran dengan meminum pil sakit kepala
bercampur minuman bersoda. Berdasarkan asas etik keperawatan, kasus aborsi yang
telah disebutkan di atasdiperbolehkan sesuai dengan asas etik autonomy (otonomi)
yang dimiliki pelaku aborsi. Pelaku aborsi boleh memilih dan memutuskan untuk
melakukan aborsi tanpa paksaan sebab keputusan itu adalah hak dia.
Tetapi, melanggar asas beneficience (berbuat baik / manfaat). Karena kasus di
atas bukanlah merupakan tindakan yang baik dan tidak memberikan manfaat apa pun,
sekalipun alasannya karena takut atau malu atas janin yang dikandungnya pada
keluarga dan orang lain. Ketika seorang wanita memilih aborsi sebagai jalan untuk
mengatasi kehamilan yang tidak diinginkan, maka wanita tersebut dan pasangannya
akan mengalami perasaan kehilangan, kesedihan yang mendalam, dan/atau rasa
bersalah (Perry&Potter, 2010).
Menurut pendapat saya, peran keluarga sangat penting dalam kasus tersebut, jika
ada dukungan dari keluarga pasti akan ada solusi tanpa harus melakukan aborsi,
aborsi tersebut bukan hanya membunuh seorang anak yang tidan bersalah, tetapi juga
dapat membahayakan nyawa si pelaku aborsi tersebut jika cara aborsinya salah.
2. Pembahasan kasus Adopsi
3. Pembahasan kasus Bayi Tabung
Mendapatkan keturunan menjadi dambaan pasangan yang sudah menikah. Bagi
pasangan suami istri (pasutri) yang sudah menikah bertahun-tahun, pasti rela
melakukan berbagai cara demi mendapatkan buah hati. Keberhasilan bayi
tabung sendiri dipengaruhi beberapa faktor seperti usia dan penyebab infertilitas itu
sendiri. Dari kasus bayi tabung diatas, kemungkinan beberapa hal terjadi saat proses
infertilisasi berlangsung. Salah satunya faktor usia, tidak menjaga asupan makanan,
dan mengkonsumsi makanan sembarangan.
Jika saya diposisikan menjadi pasutri yang mengalami kasus ini, saya sangat amat
sedih dan kecewa karena kelahiran buah hati tidak sesuai dengan harapan. Tapi apa
boleh buat, itu semua sudah menjadi kehendak Tuhan. Saya yakin, semua tenaga
medis sudah melakukan yang terbaik untuk Kesehatan serta keselamatan bayi
tersebut. Jika Tuhan sudah berkehendak menjadikan sesuatu, dia cukup berkata
“kunfayakun” maka “Jadilah”. Maka dari itu kita sebegaii manusia tidak bisa
menghindari takdirnya. Dari kasus ini, kita bisa belajar untuk menerima kenyaatan
yang terjadi. Karena proses yang dilakukan tetap memiliki risiko yang harus
dipertimbangkan oleh pasangan suami-istri. Salah satu risiko yaitu saat prosedur
pengambilan sel telur, mungkin terjadi infeksi, pendarahan atau menyebabkan
gangguan pada usus atau organ lain. Ada pula risiko dari obat-obatan yang digunakan
untuk menstimulasi ovarium yaitu sindrom hiperstimulasi ovarium. Efek yang
dirasakan beragam, mulai dari kembung, kram atau nyeri ringan, penambahan berat
badan hingga rasa sakit yang tak tertahankan pada perut. Efek yang berat harus
ditangani di rumah sakit walaupun biasanya gejala hilang ketika siklus ovarium
selesai.
Selain itu, masih ada beberapa risiko lain dari prosedur bayi tabung, yaitu risiko
keguguran, kehamilan kembar, jika embrio yang ditanamkan ke dalam rahim lebih
dari satu, kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah, kehamilan ektopik atau di
luar Rahim, bayi lahir dengan cacat fisik, stres karena prosedur bayi tabung dapat
menguras tenaga, emosi dan keuangan.

4. Pembahasan Kasus Transplantasi


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Aborsi (dalam bahasa Latin dikenal sebagai abortus atau awam mengenalnya sebagai
keguguran) adalah kondisi terjadinya kematian janin atau keluarnya hasil konsepsi atau
janin sebelum usia kehamilan 20 minggu.
Keguguran tanpa didahului tindakan tertentu yang memicunya disebut sebagai aborsi atau
abortus spontan.
Adopsi adalah berpindahnya kekuasaan orang tua kandung terhadap anak angkat ke
orang tua angkat yang dapat menimbulkan putusnya hubungan antara orang tua kandung
dengan anak angkat dan timbulnya hubungan hukum antara orang tua angkat dengan
anak angkat selayaknya anak kandung dengan segala akibat hukumnya.
Bayi tabung alias in fitro vertilization (IVF) adalah suatu prosedur yang dilakukan
untuk membantu proses kehamilan. Prosedur ini dapat menjadi salah satu solusi bagi
pasangan yang mengalami gangguan kesuburan untuk memiliki anak.

Proses kehamilan bermula ketika sel telur yang matang dibuahi oleh sperma di saluran
indung telur. Jika sel telur yang sudah dibuahi ini menempel di dinding rahim, normalnya
janin akan mulai tumbuh di rahim dan akan lahir 9 bulan kemudian.
Transplantasi rahim adalah prosedur bedah yang hingga saat ini masih dalam uji
klinis. Pembedahan ini dilakukan untuk memperbesar kemungkinan seseorang untuk bisa
hamil.

B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca/mahasiswa. Apabila ada saran dan kritik yang membangun, mohon disampaikan
untuk pembekalan dan pembelajaran di masa yang akan datang.
Dan untuk para mahasiswa diharapkan untuk senantiasa memperbaiki apa yang salah
pada makalah ini. Mengkritik sesuatu yang dipelajari jauh lebih berguna untuk
pembelajaran selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

 Maria Ulfah Anshor. Fikih Aborsi (Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan).
(Jakarta: Kompas, 2006), h. 32
 Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa (Indonesia), Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 56
 Bambang Poernomo, 1982, Hukum Pidana Kumpulan Karangan Ilmiah, Bina Aksara,
Jakarta, h.137.
 Mien Rukmini, 2009, Aspek hukum pidana dan kriminologi (sebuah bunga rampai),
Cetakan ke dua, PT Alumni, Bandung,
 Irma Setyowati Soemitro, 1990, Aspek Hukum Perlindungan Anak , Bumi Aksara,
Semarang, h.34.
 M. Jusuf Hanafiah dan Amri Amir, 1999, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Edisi
3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
 Sari Mandiana, Prospek Perlindungan Hukum Bayi Tabung di Indonesia, Makalah Pada
Seminar Bayi Tabung Ditinjau dari Aspek Medis, Hukum, Psikologis dan Sosial, 1995,
Ikatan Alumni Fakultas Hukum dan Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.
 Soegiharto Soebijanto, Inseminasi Hingga Bayi Tabung, Makalah pada Seminar Bayi
Tabung Ditinjau dari Aspek Medis, Hukum, Psikologi, dan Sosial, 1995, Ikatan Alumni
Fakultas Hukum dan Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai