DISUSUN OLEH:
ANGGRAINI DWI FADILLANINGSIH
(PO71241200026)
Enema (wash out) adalah suatu larutan yang dimasukan kedalam rectumdan kolon sigmoid.
Fungsinya adalah untuk meningkatkan defekasi/pengeluaranfeses dengan cara menstimulasi
peristaltik. Enema juga diberikan sebagai alattransfortasi obat-obatan yang menimbulkan efek
local pada mukosa rektum.enema dapat diklasifikasikan kedalam 4 golongan menurut cara
kerja, yaitu cleanising (membersihkan), Carminative (untuk mengobati flatulen),
retensi(menahan), dan mengembalikan (Perry, dkk., 2005).
Pada abad ke 20, enema atau huknah digunakan secara luas di negara tertentu seperti
Amerika serikat, saat itu enema merupakan ide yang sangat baik untuk cuci kolon pada kasus
fever, menjelang partus dengan tujuan untuk mengurangi keluarnya feses saat partus. Beberapa
kontroversi diperdebatkan penggunaan enema untuk mempercepat proses melahirkan dengan
menstimulasi terjadinya kontraksi, pada akhirnya enema atau huknah dengan tujuan ini
dilarang karena para obstetrik menggunakan oxytocin sebagai penggantinya selain dikarenakan
para ibu hamil merasa tidak nyaman dengan tindakan enema ini.
Kasus yang paling sering, enema diberikan karena klien tidak mampumengosongkan
usus secara alami. Enema membantu mengeluarkan feses tetapi,kecuali stimulasi normal dan
pola defekasi teratur telah terbentuk, otot dapatmelemah dan penggunaan enema dapat menjadi
kebiasaan atau kebutuhan dapatmencapai defekasi. Situasi ini harus dihindari, jika
memungkinkan program dari penyediaan layanan kesehatan primer diperlukan sebelum
memberikan enema.Program ini akan menyatakan jenis enema yang harus diberikan dan
frekuensi pemberian enema.
B. DEFINISI
Wash Out (sering juga di sebut huknah, enema, lavement), adalah suatutindakan
memasukan suatu larutan ke dalam rectum dan kolon sigmoid. Atau yang lebih sederhana
adalah suatu tindakan pemenuhan kebutuhan eliminasi dengan cara memasukkan cairan hangat
melalui anus ke rectum sampai colon desenden dengan mempergunakan kanul recti.
Tindakanini diberikan untuk meningkatkan defekasi dengan merangsang peristaltik. Obat-
obatan kadang diberikan dengan enema untuk mengeluarkan efek lokal padamukosa rectal.
Pemberian eneme dapat digunakan untuk melunakkan fases yangtelah menjadi impikasi atau
untuk mengosongkan rectum dan kolon bawah untuk prosedur diagnostik atau pembedahan
(Rosdahl, Caroline Bunker, 2014).
Wash Out (Enema) adalah tindakan memasukan larutan kedalam rectumdan kolon
untuk menstimulasi peristalsis sehingga menyebabkan eliminasi feses.Enema dapat juga
diberikan untuk memasukan obat atau agen sterapetik lain.Selain itu, enema terkadang
diberikan sebelum prosedur, seperti kolonskopi, atausebelum pembedaha n usus untuk
membersihkan usus (Hidayat, A. Aziz, 2008).
Wash Out (Enema) adalah suatu larutan yang dimasukan kedalam rectumdan kolon sigmoid.
Fungsinya adalah untuk meningkatkan defekasi/pengeluaranfeses dengan cara menstimulasi
peristaltik. Enema juga diberikan sebagai alattransfortasi obat-obatan yang menimbulkan efek
local pada mukosa rektum.enema dapat diklasifikasikan kedalam 4 golongan menurut cara
kerja, yaitu cleanising (membersihkan),Carminative (untuk mengobati flatulen),
retensi(menahan), dan mengembalikan (Perry, dkk., 2005).
D. INDIKASI
1. Untuk persiapan pemeriksaan radiologi.
2. Untuk persiapan opoerasi.
3. Pada ibu yang akan melahirkan.
4. Klien Tidak Mampu Menahan Enema.
Jika klien tidak mampu mengontraksikan otot sfinger anal untukmenahan larutan, posisikan
klien diatas bedpan, commode, atau toilet untukmemberikan enema. Jika klien di tempat tidur,
tinggikan kepala tempat tidursedikit dan letakan sebuah bantal di area lumba l untuk
mengurangi ketegangan punggung. Dalam beberpa kasus, selang enema disusupkan melalui
sebuah bola dan bola ditahan dilubang rectum untuk menahan cairan tetap di
dalam.Keuntungan unit enema sekali pakai untuk klien ini adalah bahwa hanyasejumlah kecil
larutan yang diperlukan. Selain itu, wadah enema sekali pakaidapat ditempelkan kelubang
rectum untuk membantu mempertahankan larutan.
5. Klien Tidak Mampu Mengeluarkan Enema.
Ketika sfingter tidak berespon terhadap stimulasi dan klien tidak mampumengeluarkan
enema, perawat harus menarik larutan. Jika menggunakansusunan kantong-dan-slang, letakan
bedpan diatas sebuah kursi di sampingtempat tidur klien, lebih rendah dari rectum. (prosedur
ini dilakukan dengancara yang sama seperti merendahkan kantong dalam H arris Flash.)
Ketikaselang rectum diarah kanke bedpan, dorongan gravitasi membantu mengalirkancairan.
Jika enema diberikan dengan jenis fleet, selang rectal tanpa kantongdapat dimasukan kedalam
rectum dan ujung slang rectum diarahkan ke bedpanyang letaknya lebih rendah. Jika ini tidak
efektif konsultasikan pemimpin timatau penyedia layanan kesehatan primer Anda untuk
intruksi lebih lanjut.
6. Memberikan Enema pada Klien Paralisis.
Memberikan enema memerlukan pendekatan khusus jika individumengalami paralisis.
Sering kali, klien paralisis tidak mampu menahan larutanenema. Jika klien harus mendapat
enema secara teratur, diberikan kepadamereka di jam yang sama setiap hari. Selanjutnya,
supositoria pada saat inimungkin adalah yang dibutuhkan untuk menstimulasi p ergerakan usus,
sampai pada akhirnya klien tidak memerlukan bantuan-bantuan tersebut. Tekanan jarisecara
manual ke abdomen atau disimpaksi manual dapat juga dilakukan untukmembantu klien ini
untuk defeksi.
E. KONTRA INDIKASI :
1. Pasien dengan diverticulitis, ulcerative colitis.
2. Pasien dengan gangguan fungsi jantung, gagal ginjal.
3. Perdarahan intra abdomen.
4. Ibu hamil dengan kontraksi uterus yang kuat.
5. Klien yang mengalami dehidrasi dan bayi yang masih muda, bilad iberikan enema
dengan tipe larutan hipertonik.
6. Pasien post operasi.
7. Keadaan patologi klinis pada rektum dan kolon seperti hemoroid bagiandalam atau
hemoroid besar.
8. Tumor rektum dan kolon.
F. KOMPLIKASI
1. Kerusakan reflek defekasi normal, bila terlalu sering enema.
2. Iritasi mukosa kolon, bila cairan sabun terlalu banyak.
3. Inflamasi usus yang serius, terjadi bila diberikan sabun atau deterjen yangkeras ke
dalam salin normal atau air kran.
4. Terjadi keracunan air atau beban sirkulasi berlebih, jika air kran diabsorpsidalam
jumlah besar, sehingga enema air kran tidak boleh berulang.
3 Bengkok
4 Pelumas
5 Sudip lidah
8 Selimut mandi
12 Tiang u/ irrigator
13 Sampiran
14 Set alat cuci tangan
2. Persiapan pasien
a) Memberitahu pasien prosedur yang akan dilakukan.
b) Mengatur posisi pasien.
3. Langkah kerja
a) Memberitahu pasien
b) Memasang sampiran
c) Mencuci tangan
d) Memasang selimut mandi
e) Membentang perlak dan alasnya
f) Memiringkan pasien ke kiri dengan lutut kanan ditekuk
g) Meletakkan bengkok kedekat pasien
h) Menggantungkan irrigator pada tiang infus. Lebih kurang 40-50cm dari bokong
pasien.
i) Mengoleskan pelumas pada canula, mengeluarkan udara dari dalam saluran
dengan membuka klem atau pengaturan cairan, airnya ditampung didalam
bengkok
j) Menutup klem agar air tidak mengalir,masukkan canule kedalam lubang anus
lebih kurang 5-7 cm
k) Membuka klem agar cairan masuk melalui selang karet kedalam kolon, pasien
diminta untuk menarik nafas panjang.
l) Menutup klem bila cairan hampir habis, mengeluarkan canule perlahan -lahan,
dilepas dari sambungan kemudiain diletkkan kedalam bengkok
m) Meminta pasien untuk menahan cairan sebentar sambil menarik nafas paanjang
lalu diberikam pispot.
n) Menolong pasien bab
o) Merapikan pasien
p) Membersikan alat
q) Mencuci tangan
r) Mendokumentasikan hasil pemeriksaan
Daftar Pustaka :
A.Aziz Alimul Hidayat,S.Kp, Musrifatul Uliyah, S.Kp.Kebutuhan Dasar
Manusia.2002.Jakarta.
Puruhito.1995,Dasar-Dasar Pemberian Cairan dan Elektrolit Pada Kasus-Kasus
Bedah. Airlangga Univercity Press: Surabaya.
Mubarak, Wahit Iqbal.,dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar Buku 2.
Jakarta : Salemba Medika.
Rosdahl, Caroline Bunker., dkk. 2014. Buku Ajar Keperawatan Dasar. Jakarta
:EGC.
http://muhsakirmsg.blogspot.com/2013/03/pemberian-huknah-rendah-dan-hukna-
tinggi.html
https://www.slideshare.net/septianraha/huknah-tinggi-rendah
https://dokumen.tips/documents/defenisi-huknah-rendah.html