Anda di halaman 1dari 26

Makalah Etikolegal

Etika Dan Kode Etik Kebidanan Serta Perspektif HAM Dan Gender Dalam
Praktik Kebidanan

Di susun oleh :

Kelompok 1 :
1. Anggraini Dwi Fadila Ningsih (PO71241200026)
1) Shafira Salsabila Azzahra (PO71241200035)
2) Lufiah Sinta Rahmadon (PO71241200024)
3) Nadila Riski Rahmanda (PO71241200009)
4) Astuti ulandari Hsb (PO71241200027)
5) Lola Tri Ningsih (PO71241200017)
6) Shaqillah Aldev (PO71241200036)
7) Nursakila (PO71241200011)

Dosen Pengampu :

Sri Yun Utama,S.Pd,SST,MKM

Jurusan D-IV kebidanan


Poltekkes Kemenkes Jambi
2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT,atas limpah kasih dan anugerahnya sehinga penulis mampu
menyelesaikan penulisan makalah dengan baik.Penulisan makalah ini merupakan salah satu
tugas kuliah yaitu ETIKOLEGAL.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
juga bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kebidanan. Penulis sadar
makalah ini masih jauh dari kata sempurna,jadi penulis mohon kritikan dan saran demi untuk
kelangsungan dan pembenaran makalah selanjutnya.

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................2


DAFTAR ISI .....................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................4


1.1 Latar Belakang .....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................5
1.3 Tujuan ..................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................6


2.1. Hak Asasi Manusia ............................................................................................6
2.2. Menjelaskan Konsep Dasar Etika .......................................................................10
2.3. Prinsip Etika Umum Dalam Kehidupan Sehari-hari ..........................................23

BAB III PENUTUP ..........................................................................................................25


3.1. Kesimpulan .........................................................................................................25
3.2. Saran ...................................................................................................................25

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Etika adalah nilai-nilai atau norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya, arti ini bisa dirumuskan sebagai sistem
nilai. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Etika dirumuskan dalam 3 arti yaitu tentang apa
yang baik dan apa yang buruk, nilai yang berkenaan dengan akhlak, dan nilai mengenai benar
dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Dalam konteks lain secara luas
dinyatakan bahwa «etika» adalah aplikasi dari proses dan teori filsafat moral terhadap kenyataan
yang sebenarnya. Hal ini berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar dan konsep yang
membimbing makhluk hidup dalam berpikir dan bertindak serta menekankan nilai-nilai mereka
setiap agama mengandung ajaran moral yang menjadi pegangan bagi perilaku para anggotanya.
Beranjak dari pengertian moral, pada prinsipnya moral merupakan alat penuntun, pedoman
sekaligus alat kontrol yang paling ampuh dalam mengarahkan kehidupan manusia. Seorang
manusia yang tidak memfungsikan dengan sempurna moral yang telah ada dalam diri manusia
yang tepatnya berada dalam hati, maka manusia tersebut akan menjadi manusia yang akan selalu
melakukan perbuatan atau tindakan-tindakan yang sesat. Dengan demikian, manusia tersebut
telah merendahkan martabatnya sendiri.
Etiket berasal dari bahasa Perancis etiquette. etiket adalah perilaku yang dianggap pas,
cocok, sopan, dan terhormat dari seseorang yang bersifat pribadi seperti gaya makan, gaya
berpakaian, gaya berbicara, gaya berjalan, gaya duduk dan gaya tidur.
Etika Deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya: adat kebiasaan,
anggapan-anggapan tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan atau tidak
diperbolehkan. Etika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu-individu
tertentu, dalam berbagai kebudayaan atau subkultur tertentu, dalam suatu periode sejarah, dan
sebagainya. Karena etika deskriptif hanya melukiskan, maka tidak memberi penilaian.

4
1.2. Rumusan Masalah

1. Menjelaskan hak asasi manusia dalam praktik kebidanan ?


2. Menjelaskan konsep dasar etika ?
3. Apa prinsip etika umum dalam kehidupan sehari-hari ?

1.3. Tujuan

1. Makalah Etikolegal ini dibuat untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Etikolegal dalam
praktek kebidanan
2. Mempelajari tentang hak asasi manusia dalam praktik kebidanan, konsep dasar rtika
kebidanan dan prinsip etika umum dalam kehidupan sehari-hari

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Hak Asasi Manusia Dalam Praktik

2.1.1. Bidan

DEFENISI Menurut ICM, FIGO, dan WHO Tahun 1993, mengatakan bahwa defenisi Bidan
(Midwife) adalah Seorang yang telah mengikuti pendidikan kebidanan yang diakui oleh
pemerintah setempat, telah menyelesaikan pendidikan tersebut dan lulus serta terdaftar atau
mendapat izin melakukan praktek kebidanan. Bidan di Indonesia (IBI) adalah seorang wanita
yang mendapat pendidikan bidan formal dan lulus serta terdaftar di badan resmi pemerintah dan
mendapat izin serta kewenangan melakukan kegiatan praktek mandiri

Menurut ICM dan FIGO Istilah Bidan berasal dari kata “Widwan” berasal dari Bahasa
Sanksekerta yang berarti “Cakap”. Disamping itu terdapat istilah “Membidan” yang artinya
mengadakan sedekah bagi penolong persalinan yang minta diri setelah bayi berumur 40
hari.Sedangkan dalam Bahasa Inggris “Midwife” berarti with woman as birth ,the renewal of
life continues throught the ages.”With Woman” maksudnya adalah pada saat mendampingi
perempuan selama proses persalinan dan pada saat memberikan pelayanan kebidanan, seorang
bidan harus mempunyai rasa empati, keterbukaan, menumbuhkan rasa saling percaya , bidan
harus mengetahui pikiran dan perasaan serta proses yang dialami ibu dan keluarganya.

Menurut WHO Bidan adalah seseorang yang telah diakui secara reguler dalam
program pendidikan kebidanan sebagaimana yang diakui yuridis, dimana ia ditempatkan dan
telah menyelesaikan pendidikan kebidanan dan telah mendapatkan kualifikasi serta terdaftar
disahkan dan mendapatkan ijin melaksanakan praktik kebidanan.

2.1.2. Perspektif Ham Dan Keadilan Gender Dalam Praktik Kebidanan

A. Hak kesehatan reproduksi IPPF (International planened parenthood federation)

Terdapat 12 hak-hak reproduksi yang dirumuskan oleh International Planned Parenthood


Federation (IPPF) pada tahun 1996 yaitu :

6
1) Hak untuk hidup Setiap perempuan mempunyai hak untuk bebas dari risiko kematian
karena kehamilan.
2) Hak atas kemerdekaan dan keamanan setiap individu berhak untuk menikmati dan
mengatur kehidupan seksual dan reproduksinya dan tak seorang pun dapat dipaksa
untuk hamil, menjalani sterilisasi dan aborsi.
3) Hak atas kesetaraan dan bebas dari segala bentuk diskriminasi setiap individu
mempunyai hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi termasuk kehidupan
seksual dan reproduksinya.
4) Hak Hak atas kerahasiaan pribadi setiap individu mempunyai hak untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi dengan menghormati
kerahasiaan pribadi. Setiap perempuan mempunyai hak untuk menentukan sendiri
pilihan reproduksinya.
5) Hak atas kebebasan berpikir setiap individu bebas dari penafsiran ajaran agama yang
sempit, kepercayaan, filosofi dan tradisi yang membatasi kemerdekaan berpikir
tentang pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual.
6) Hak mendapatkan informasi dan Pendidikan setiap individu mempunyai hak atas
informasi dan pendidikan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi dan seksual
termasuk jaminan kesehatan dan kesejahteraan perorangan maupun keluarga.
7) Hak untuk menikah atau tidak menikah serta membentuk dan merencanakan
keluarga
8) Hak untuk memutuskan mempunyai anak atau tidak dan kapan mempunyai anak
9) Hak atas pelayanan dan perlindungan kesehatan setiap individu mempunyai hak atas
informasi, keterjangkauan, pilihan, keamanan, kerahasiaan, kepercayaan, harga diri,
kenyamanan, dan kesinambungan pelayanan.
10) Hak untuk mendapatkan manfaat dari kemajuan ilmu pengetahuan setiap individu
mempunyai hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi dengan
teknologi mutakhir yang aman dan dapat diterima.
11) Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik setiap individu
mempunyai hak untuk mendesak pemerintah agar memprioritaskan kebijakan yang
berkaitan dengan hak-hak kesehatan seksual dan reproduksi.

7
12) Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk hak-hak
perlindungan anak dari eksploitasi dan penganiayaan seksual. Setiap individu
mempunyai hak untuk dilindungi dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan
pelecehan seksual.

B. Kerangka Konsep Pelayanan Kebidanan Dengan Perspektif Gender

Pada masa lampau beberapa pekerjaan hanya dapat dilakukan oleh seorang laki-laki,
terdapat perbedaan gender yang mempengaruhi suatu pekerjaan tersebut. Seorang laki-laki yang
bekerja mempunyai harapan dapat memenuhi kebutuhan keluarganya dan umumnya perempuan
bekerja di dalam rumah atau sering disebut ibu rumah tangga. Namun seiring berkembangnya
jaman membawa perubahan terhadap konsep gender, khususnya pada seorang perempuan.
Perempuan adalah makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki karakteristik tertentu (yang dapat
menstruasi, hamil, dan melahirkan anak). Saat ini sudah banyak perempuan yang telah
menyelesaikan pendidikannya sehingga memiliki pengetahuan dan keterampilan. Hal itu
merupakan modal bagi seorang perempuan untuk bekerja, sehingga terdapat kesetaraan gender
antara perempuan dan laki-laki dalam bekerja. Setiap perempuan dan laki-laki yang melakukan
pekerjaan yang sama, berhak mendapatkan atas hak yang sama. Pada saat ini terdapat berbagai
bidang pekerjaan. Salah satu pekerjaan yang diminati yaitu pekerjaan dibidang kesehatan. Hal ini
dikarenakan semakin tinggi angka kehidupan seseorang, maka kebutuhan kesehatan juga akan
semakin naik. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. 7 Dari
batasan ini terlihat jelas kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk melakukan suatu
kegiatan apapun. Faktor yang membuat manusia berminat untuk bekerja dibidang kesehatan
yaitu dari segi keuangan, sosial dan juga cita–cita yang ingin diwujudkanya. Profesi dibidang
kesehatan dari segi keuangan sangat menjanjikan untuk kehidupan di masa depan. Dari segi
sosial, profesi dibidang kesehatan bertujuan untuk membantu orang lain, sebagai bentuk
pengabdian kepada masyarakat. Pengabdian kepada masyarakat merupakan pelaksanaan
pengamalan ilmu pengetahuan langsung pada masyarakat. Profesi dibidang kesehatan di masa
depan akan banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Profesi dibidang kesehatan atau disebut sebagai
tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan, serta
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk

8
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan
terbagi dalam 7 jenis, tenaga medis (dokter, dokter gigi, dokter hewan) tenaga keperawatan
(perawat, bidan), tenaga kefarmasian (apoteker, analis farmasi, asisten apoteker), tenaga
kesehatan masyarakat (epidemiolog kesehatan, penyuluh kesehatan dan lain-lain), tenaga gizi 6
(nutrionis, dietisien), tenaga keterapian fisik (fisioterapis, radioterapis dan lain-lain) dan tenaga
(radiographer, radiotrapis dan lain-lain) 8 Profesi bidan sebagai tenaga kesehatan yang memiliki
peran sangat sentral dalam pelayanan kesehatan dasar.9 Profesi bidan merupakan profesi yang
paling dekat dengan perempuan, berjuang untuk kelayakan hidup perempuan. Ikatan Bidan
Indonesia (IBI) tidak mengatur profesi bidang berjenis kelamin laki-laki. Di negara maju, banyak
laki–laki berprofesi sebagai bidan, contohnya di United Kingdom atau dikenal dengan Inggris.
Dahulu di Inggris profesi kebidanan dianggap sebagai perawatan kehamilan yang lazim
dilakukan oleh perempuan kepada perempuan juga. Namun pada abad ke-16 kaum laki–laki
mulai tertarik, sekaligus terlibat dalam profesi bidan. Sehingga pada masa ini istilah “Bidan
Laki-Laki” mulai digunakan. Tindakan medis yang terjadi pada tahun di abad tersebut menjadi
pelopor bergabungnya bidan lelaki menjadi spesialis kebidanan. Pada tahun 1952 Undang-
Undang Kebidanan di Inggris melarang bidan laki-laki untuk mengikuti pelatihan dan berpraktek
sebagai bidan. Tetapi pada akhir 1960 sejumlah kecil perawat laki-laki mulai menentang gagasan
bahwa laki-laki tidak diperkenankan menjadi bidan. Selanjutnya pada tahun 1975 mulai
diperkenalkan Rancangan UndangUndang yang tujuannya menghapus diskriminasi seks dalam
suatu pekerjaan. Tahun tersebut merupakan tahun terakhir yang menjadi penghambat kelamin
laki–laki untuk memasuki sekolah kebidanan. Sejak saatu itu didirikan dua sekolah kebidanan
yang dialokasikan untuk pelatihan bidan lelaki, yang akan terus di pantau untuk memastikan
kesesuaian laki-laki sebagai bidan. Pada tahun 1977 laki-laki pertama masuk pelatihan
kebidanan. Pada tahun 1979 “percobaan pelatih kebidanan kepada laki–laki” itu dianggap
sukses, dan ternyata “bidan lelaki pada umumnya dapat diterima oleh ibu, suami, para bidan
umumnya dan staf medis lainnya”. Kemudian Royal College of Midwives merekomendasikan
bahwa pendidikan bidan harus dibuka untuk laki-laki. Pada 16 Maret 1983 menteri luar negeri
mengumumkan bahwa hambatan yang terdapat dalam Undang-Undang Diskriminasi Seks (1975)
yang berkaitan dengan bidan laki-laki itu harus dihapus.10 Percobaan pelatihan bidan kepada
laki-laki merupakan hal baru yang dapat dicoba untuk memberikan ilmu pengetahuan mengenai
kebidanan kepada lakilaki. Dengan adanya pendidikan bidan dengan gender laki-laki, hal

9
tersebut memberikan peluang dengan gender laki-laki yang ingin berprofesi sebagi bidan.
Peristiwa tersebut memberikan gambaran bahwa di negara maju, seorang laki-laki diperbolehkan
untuk berprofesi sebagai bidan. Secara medis tugas yang dilakukan oleh bidan dan dokter
kandungan umumnya sama, yaitu menangani kesehatan alat reproduksi wanita khususnya bagi
wanita. Salah satu tugasnya untuk membantu pemeriksaan ibu hamil dan proses persalinan.
Dokter adalah seorang lulusan pendidikan kedokteran yang ahli dalam penyakit dan
pengobatanya (Menurut Undang–Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran).
Istilah dokter dalam konteks medis, ialah semua profesional medis dengan gelar dokter (dr.) dan
spesialis (Sp.) atau berbagai gelar lainnya. Dokter spesialis adalah dokter yang mengkhususkan
keahliannya dalam suatu macam penyakit. Dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi (Kebidanan
dan Kandungan) atau disingkat dengan Sp.Og berasal dari bahasa Latin “obstare”, yang berarti
“siap siaga/ to stand by”) adalah spesialisasi pembedahan yang menangani pelayanan kesehatan
wanita selama masa kehamilan, persalinan dan nifas. Ginekologi berasal dari kata Gynaecology.
Secara umum ginekologi adalah ilmu yang mempelajari kewanitaan (science of women). Namun
secara khusus adalah ilmu yang mempelajari dan menangani kesehatan alat reproduksi wanita
(organ kandungan yang terdiri atas rahim, vagina dan indung telur)

2.2. Menjelaskan Konsep Dasar Etika

2.2.1. Pengertian Etik

A. Etika
Menurut Bertens, Etika adalah nilai-nilai atau norma-norma moral yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya, arti ini bisa
dirumuskan sebagai sistem nilai. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Etika dirumuskan
dalam 3 arti yaitu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, nilai yang berkenaan dengan
akhlak, dan nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Dalam
konteks lain secara luas dinyatakan bahwa «etika» adalah aplikasi dari proses dan teori filsafat
moral terhadap kenyataan yang sebenarnya. Hal ini berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar
dan konsep yang membimbing makhluk hidup dalam berpikir dan bertindak serta menekankan
nilai-nilai mereka setiap agama mengandung ajaran moral yang menjadi pegangan bagi perilaku
para anggotanya.

10
Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya adat
kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan atau
tidak diperbolehkan. Etika deskriptif tidak memberikan penilaian tetapi
menggambarkan moralitas pada individu-individu tertentu, kebudayaan atau subkultur
tertentu dalam kurun waktu tertentu.

B. Moral
Beranjak dari pengertian moral, pada prinsipnya moral merupakan alat penuntun,
pedoman sekaligus alat kontrol yang paling ampuh dalam mengarahkan kehidupan manusia.
Seorang manusia yang tidak memfungsikan dengan sempurna moral yang telah ada dalam diri
manusia yang tepatnya berada dalam hati, maka manusia tersebut akan menjadi manusia yang
akan selalu melakukan perbuatan atau tindakan-tindakan yang sesat. Dengan demikian, manusia
tersebut telah merendahkan martabatnya sendiri.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata "moral" memiliki arti; ajaran tentang baik
buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, susila;
kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, isi hati
atau keadaan perasaan.
Sejalan dengan pengertian moral sebagaimana disebutkan di atas, K Bertens (1994)
mengatakan bahwa kata yang sangat dekat dengan "etika" adalah "moral". Kata ini berasal dari
bahasa latin "mos", jamaknya "mores" yang juga berarti adat kebiasaan. Secara etimologis, kata
etika sama dengan kata moral, keduanya berarti adat kebiasaan. Perbedaannya hanya pada
bahasa asalnya, etilca berasal dari bahasa Yunani, sedangkan moral berasal dari bahasa Latin."
Dengan merujuk pada arti kata etika yang sesuai, maka arti kata moral sama dengan arti
kata etika, yaitu nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan seseorang, atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Berbicara mengenai tingkah laku seseorang, maka
ini pula berkaitan dengan kesadaran yang harus dijalankan oleh seseorang dalam memaknai
dirinya sebagai manusia ciptaan Tuhan. Disinilah manusia membedakan antara yang halal dan
yang haram, yang boleh dan tidak boleh dilakukan walaupun tindakan ini bersifat kejam.
Sebagai contoh adalah aborsi, di dalam keadaan medis tertentu seorang dokter terpaksa
melakukan aborsi untuk menyelamatkan salah satu nyawa. Namun moralitas tidak dapat
membenarkan tindakan tersebut, karena seorang dokter tidak punya hak atau wewenang untuk
memilih mana yang harus diselamatkan si ibu atau si anak. Atas pertimbangan apa seorang

11
dokter berlaku sebagai Tuhan yang menentukan siapa berhak hidup dan siapa harus mati? Hal
tersebut sampai hari ini masih menjadi polemik diantara kelompok pro choice dan pro life.
Moralitas terkadang menjadi tidak fleksibel di dalam menghadapi berbagai kasus yang
menuntut keputusan yang cepat dan benar. Moral merupakan aturan dimana manusia harus
bertindak baik secara lisan maupun tulisan secara batin maupun lahiriah. Fungsi moral adalah
memberi pedoman pada tindakan manusia agar selalu dalam koridor kebenaran.
Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat di antara
sekelompok manusia. Adapun nilai moral adalah kebaikan manusia sebagai manusia.  Etika
Profesi dan Hukum Kesehatan  3 Norma moral adalah tentang bagaimana manusia harus
hidup. Supaya menjadi baik sebagai manusia. Ada perbedaan antara kebaikan moral dan
kebaikan pada umumnya. Kebaikan moral merupakan kebaikan manusia sebagai manusia
sedangkan kebaikan pada umumnya merupakan kebaikan manusia dilihat dari satu segi saja,
misalnya sebagai suami atau isteri, sebagai pustakawan.
Moral berkaitan dengan moralitas. Moralitas adala sopan santun, segala sesuatu yang
berhubungan dengan etiket atau sopan santun. Moralitas dapat berasal dari sumber tradisi atau
adat, agama atau sebuah ideologi atau gabungan dari beberapa sumber. Hubungan antara etika
dan moralitas, etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan filsafat yang
mereflesikan ajaran moral. Pemikiran filsafat mempunyai lima ciri khas yaitu rasional, kritis,
mendasar, sistematik dan normatif.
Rasional berarti mendasarkan diri pada rasio atau nalar, pada argumentasi yang bersedia
untuk dipersoalkan tanpa perkecualian. Kritis berarti filsafat ingin mengerti sebuah masalah
sampai ke akar-akarnya, tidak puas dengan pengertian dangkal. Sistematis artinya membahas
langkah demi langkah. Normatif menyelidiki bagaimana pandangan moral yang seharusnya.

C. Etiket
Etiket berasal dari bahasa Perancis etiquette. etiket adalah perilaku yang dianggap pas,
cocok, sopan, dan terhormat dari seseorang yang bersifat pribadi seperti gaya makan, gaya
berpakaian, gaya berbicara, gaya berjalan, gaya duduk dan gaya tidur.
Etiket menyangkut cara suatu perbuatan, kebiasaan, adat istiadat atau sejarah tertentu
yang dianut oleh sekelompok masyarakat dalam melakukan sesuatu. Contoh sebuah etiket adalah
memberi dengan tangan kanan.

12
Penggunaan kata etika dan etiket sering dicampuradukan. Padahal antara kedua istilah
tersebut terdapat perbedaan yang sangat mendasar walaupun ada juga persamaanya. Kata Etika
berarti moral, sedangkan kata etiket berarti sopan santun, tata krama. Persamaan antara kedua
istilah tersebut adalah keduanya mengenai perilaku manusia. Baik etika maupun etiket mengatur
perilaku manusia secara normatif, artinya memberi norma perilaku manusia bagaimana
seharusnya berbuat atau tidak berbuat. Dari pertanyaan tersebut Bertens dalam Abdulkadir
Muhammad menyampaikan:  Etika Profesi dan Hukum Kesehatan  10
1. Etika menetapkan norma perbuatan, apakah perbuatan itu boleh dilakukan atau tidak,
misalkan masuk rumah orang lain tanpa izin. Bagaimana cara masuknya, bukan menjadi
permaslahan, akan tetapi etiket menetapkan cara melakukan perbuatan, menunjukan
apakah cara itu baik, benar dan tepat sesuai yang diharapkan.
2. Etika bergantung pada ada tidaknya orang lain, misalnya larangan mencuri selalu
berlaku, baik atau tidak ada orang lain. Etiket hanya berlaku pada pergaulan jika tidak
ada orang lain etiket tidak berlaku.
3. Etika bersifat absolut, tidak dapat ditawar menawar, misalnya jangan mencuri dan
jangan membunuh. Etiket bersifat relatif, yang dianggap tidak sopan dalam suatu
kebudayaan dapat saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain, misalnya di Indonesia
memegang kepala orang, di Indonesia tidak sopan, akan tetapi di negara lain bisa saja
sopan.
4. Etika memandang manusia dari segi dalam (batiniah), orang yang bersifat etis adalah
orang yang benar-benar baik, sifatnya tidak bersifat munafik. Etiket memandang
manusia dari segi luar (lahiriah), tampaknya dari luar sangat sopan dan halus, tetapi
didalam dirinya penuh kebusukan dan kemunafikan.

D. Kode Etik
Berdasarkan definisi “kode” dan “etika” dapat diartikan bahwa kode etik merupakan
sekumpulan atau ketentuan yang menjadi pedoman tingkah laku masyarakat yang bersumber
atau yang didasar pada moral. Dari sudut filsafat kode etik sebagai asas yang diwujudkan dalam
norma yang diterima sekelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku karena norma itu
diturunkan dari asas. Menurut Harlen Sinaga (2011) kode etik dapat disimpulkan mengandung:
1) Sekumpulan asas yang bersumber dan berkaitan dengan akhlak atau moral

13
2) Asas tersebut diwujudkan dalam peraturan atau norma sebagai landasan tingkah laku
sekelompok masyarakat.

Menurut Abdulkadir Muhammad, dalam kode etik profesi merupakan produk etika terapan
karena dihasilkan berdasarkan penerapan pemikiran etis atas suatu profesi. Kode etik profesi
dapat berubah dan diubah seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sehingga anggota kelompok profesi tidak akan ketinggalan zaman.
Sejalan dengan pemikiran Abdulkadir Muhammad di atas, Bartens menyatakan bahwa
etika profesi merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh kelompok profesi, melakukan
pembinaan, mengarahkan dan memberi petunjuk kepada anggoranya agar kualitas atau mutu
dimata masyarakat selalu terjamin. Hal tersebut organisasi profesi mempunyai otonomi
berdasarkan ketentuan-ketentuan di organisasi. Kode etik profesi merupakan hasil pemikiran
kontrol diri profesi yang bersangkutan, dan ini perwujudan dasar dari nilai moral, yang tidak ada
intervensi dari luar.
Kode etik profesi akan berlaku dengan baik jika ruh nya didasari nilai-nilai luhur didalam
profesi itu sendiri. Kode etik menjadi tolok ukur bagi anggota profesinya agar anggota tidak
melanggar etik. Setiap kode etik profesi selalu dibuat tertulis yang tersusun secara teratur, rapi,
lengkap, dalam bahasa yang baik, sehingga menarik perhatian dan menyenangkan bagi
pembacanya. Semua yang tergambar adalah perilaku yang sebaik-baiknya. Tetapi semua di balik
itu terdapat kelemahan adanya kode eti himpunana norma akan tetapi sangsi yang diberikan tidak
keras karena berlaku semata-mata atas kesadaran professional dimasingmasing diri seseorang. Di
Indonesia ada lembaga yang membina dan mengawas tentang pelanggran etik yang disebut
dengan Majelis Kehormatan Etik.

E. Hukum
Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan yang dibuat oleh penguasa negara atau
pemerintah secara resmi melalui lembaga atau institusi hukum untuk mengatur tingkah laku
manusia dalam masyarakat, bersifat memaksa, dan memiliki sanksi yang harus dipenuhi oleh
masyarakat.
Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan
kelembagaan. Bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi dan masyarakat

14
dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara utama dalam hubungan sosial antar
masyarakat terhadap kriminalisasi dalam hukum pidana, hukum pidana yang berupayakan cara
negara dapat menuntut pelaku dan konstitusi hukum penyediaan kerangka kerja bagi penciptaan
hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas kekuasaan politik serta cara perwakilan
mereka yang akan dipilih.
Perbedaan antara hukum dan moral adalah :
Hukum bersifat memaksa dan mempunyai sanksi. Hukum didasarkan atas kehendak
masyarakat dan negara, masyarakat atau negara dapat merubah hukum. Hukum tidak menilai
moral.
Sedangkan moral, tidak memiliki daya seperti demikian, sanksi dari tatanan moral
hanyalah kesetujuan atas perilaku yang sesuai norma dan ketidaksetujuan terhadap perilaku yang
bertentangan dengan norma, dan tidak ada tindakan paksa.
2.2.2. Sistematika Etika/Pendekatan Dalam Etika
A. Etika Deskripsi
Etika Deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya: adat kebiasaan,
anggapan-anggapan tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan atau tidak
diperbolehkan. Etika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu-individu
tertentu, dalam berbagai kebudayaan atau subkultur tertentu, dalam suatu periode sejarah, dan
sebagainya. Karena etika deskriptif hanya melukiskan, maka tidak memberi penilaian. Misalnya,
etika deskriptif melukiskan adat mengayau kepala yang ditemukan dalam masyarakat yang
disebut primitif, tetapi tidak memberikan penilaian moral bahwa adat semacam itu dapat diterima
atau harus ditolak. Pendekatan etika deskriptif ini dijalankan oleh ilmu-ilmu sosial, seperti:
antropologi budaya, psikologi, sosiologi, sejarah, dan sebagainya. Berbagai studi terkenal
tentang perkembangan kesadaran moral dalam hidup seorang manusia oleh psikolog Swiss Jean
Piaget (1896-1980) dan psikolog Amerika
Lawrence Kohlberg (1917-1988) merupakan contoh bagus mengenai etika deskriptif ini.
Berbagai studi sosiologis yang dilakukan banyak negara tentang masalah prostitusi dapat disebut
sebagai contoh lain lagi. Akan tetapi, karena ilmu-ilmu sosial masih berumur agak muda
dibandingkan dengan filsafat, maka tidak mengherankan bila sebelum ilmu-ilmu sosial muncul
pendekatan ini sering dipraktikkan dalam rangka filsafat. Setelah mencapai kemandirian, ilmu-
ilmu sosial tidak perlu bekerja di bawah naungan filsafat. Salah satu perbedaan pokok antara

15
filsafat dan ilmu-ilmu lain (termasuk ilmu-ilmu sosial) bersifat empiris, artinya membatasi diri
pada pengalaman indrawi, sedangkan filsafat melampaui tahap empiris. Oleh karena itu dapat
dimengerti bahwa etika deskriptif ini sebenarnya termasuk ilmu empiris, dan bukan filsafat.
Sekalipun antara etika deskriptif dan etika filsafati tidak dapat disejajarkan, namun keduanya
berhubungan erat. Filsuf yang mempraktikkan etika, membutuhkan pengetahuan luas dan
mendalam tentang moralitas dalam berbagai konteks budaya, agar dapat menjalankan tugasnya
dengan baik. Misalnya, seorang ahli etika ingin mengadakan penelitian yang berbobot tentang
masalah korupsi, maka ia perlu mengetahui terlebih dahulu bagaimana korupsi berfungsi dalam
masyarakatnya sendiri dan dalam masyarakat-masyarakat lain, baik pada masa sekarang maupun
masa lalu. Dengan kata lain, sebelum mengemukakan pandangan filosofisnya tentang masalah
korupsi, ada baiknya terlebih dahulu mengetahui pandangan sosiologis dan historis tentang
masalah itu. Sebaliknya, seorang antropolog, psikolog, sosiolog, atau sejarawan yang menyoroti
fenomena moral, sebaiknya mempunyai pengetahuan cukup mendalam tentang teori etika.
Sekiranya ia mengenal sedikit etika dalam arti filsafat moral, penelitiannya tentang masalah
moral akan lebih terarah dan lebih berbobot.

B. Etika Normatif
Etika normatif merupakan bagian terpenting dari etika dan bidang di mana berlangsung
diskusi paling menarik tentang masalah moral. Etika normatif dalam hal ini tidak bertindak
sebagai penonton netral, seperti halnya dalam etika deskriptif, melainkan melibatkan diri dengan
mengemukakan penilaian tentang perilaku manusia. Filsuf etika normatif bukan sekedar
melukiskan adat mengayau yang pernah terdapat dalam kebudayaan pada masa lalu, melainkan
menolak adat tersebut karena bertentangan dengan martabat manusia.
Demikian pula, etika normatif bukan hanya membatasi diri dengan memandang fungsi
prostitusi dalam suatu masyarakat, melainkan menolak prostitusi sebagai suatu lembaga yang
bertentangan dengan martabat wanita, biarpun dalam praktik belum tentu dapat diberantas
sampai tuntas. Penilaian itu dibentuk atas dasar norma-norma. Misalnya, norma bahwa “martabat
manusia harus dihormati”.
Etika deskriptif tentu saja dapat berbicara tentang norma-norma bila membahas berbagai
tabu yang terdapat dalam suatu masyarakat primitif. Akan tetapi, etika deskriptif hanya
melukiskan norma-norma tersebut. Etika deskriptif tidakmenyelidiki apakah norma-norma itu
sendiri benar atau tidak.

16
Etika normatif itu meninggalkan sikap netral itu dengan mendasarkan pendiriannya atas
norma. Filsuf etika normatif akan mempertanyakan berbagai norma yang diterima dalam suatu
masyarakat, atau diterima oleh filsuf lain. Etika normatif disebut bersifat preskriptif
(memerintahkan), yaitu menentukan benar tidaknya tingkah laku atau anggapan moral.
Sehubungan dengan itu, etika normatif mengemukakan berbagai argumentasi mengapa berlaku
harus disebut baik atau buruk, dan mengapa suatu anggapan moral dapat dianggap benar atau
salah. Berbagai argumentasi tersebut bertumpu pada norma-norma atau prinsip-prinsip etis yang
dianggap tidak dapat ditawar-tawar. Oleh karena itu, etika normatif bertujuan merumuskan
prinsip-prinsip etis yang dapat dipertanggungjawabkan dengan cara rasional dan dapat digunakan
dalam praktik.

2.2.3. Pengenalan Etika Umum

Etika umum adalah etika yang berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana
manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mangambil keputusan etis, teori-teori etika
dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak
ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat dianalogkan dengan
ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori

A. Hati Nurani
Hati nurani akan memberikan penghayatan tentang baik atau buruk, hal ini berhubungan
dengan tingkah laku kita.Hati nurani memerintahkan atau melarang kita untuk melakukan
sesuatu sekarang atau nanti.Ketika kita tidak mengikuti hati nurani, berarti kita mengahncurkan
integritas kepribadian kita dan mengkhianati martabat terdalam kita.Hati nurani berkaitan erat
dengan kenyataan bahwa manusia mempunyai kesadaran.Dalam hati nurani ada suatu kesadaran
bahwa ada yg turut mengetahui tentang perbuatan-perbuatan kita.
Hati nurani, semacam SAKSI terhadap perbuatan moral kitaHati nurani merupakan
penilaian terhadap perbuatan yang telah berlangsung dimasa lampau (Retrospektik)Hati nurani
bisa merupakan penilaian perbuatan yg sedang dilaksanakan saat ini/ penilaian terhadap
perbuatan kita dimasa yg akan datang (Prospektif).

17
B. Kebebasan Dan Tanggung Jawab
Terdapat hubungan timbal balik antara kebebasan dan tanggung jawab, sehingga pengertian
bahwa MANUSIA bebas, dengan sendirinya juga bahwa manusia itu bertanggung jawab.Tidak
mungkin kebebasan tanpa tanggung jawab dan tidak mungkin tanggung jawab tanpa kebebasan.
- Batas-batas KEBEBASAN :
Faktor internal Lingkungan Kebebasan orang lain Generasi penerus yang akan datang
- Tanggung jawab dalam arti SEMPIT :
Bahwa seseorang harus mampu menjawab, tidak boleh mengelak bila dimintai penjelasan
tentang perbuatannya.
- Tanggung jawab meliputi :
Tanggung jawab perbuatan yang telah berlangsung tanggung jawab terhadap perbuatan yang
sedang dilaksanakan tangung jawab terhadap perbuatan yang akan datang.

C. Nilai Dan Norma


NILAI adalah sesuatu yg baik, sesuatu yang menarik, sesuatu yang dicari, sesuatu yang
menyenangkan, sesuatu yang disukai, sesuau yang diinginkan.
NORMA adalah aturan atau kaidah yg dipakai sebagai tolak ukur menilai sesuatu.
Norma kesopanan, hukum, agama dan moral
Norma merupakan hal yang terpenting bagi martabat manusia. Sumber dari nilai dan norma
adalah agama, kebudayaan, nasionalisme dll.

D. Hak Dan Kewajiban Amoral Dan Immoral


Hak berkaitan dengan manusia yang bebas, terlepas dari segala ikatan dengan hukum
obyektif. Hak merupakan pengakuan yang dibuat oleh orang atau sekelompok orang terhadap
orang atau sekelompok orang lain. Meliputi hak legal, hak moral, hak individu, hak positiv, hak
negatif. Hak legal didasarkan hukum Hak moral didasarkan prinsip dan etika
Kewajiban Setiap kewajiban seseorang berkaitan dengan hak orang lain dan setiap hak
seseorang berkaitan dengan kewajiban orang lain untuk memenuhi hak tersebut. Menurut John
Stuart Mill, kewajiban meliputi kewajiban sempurna dan kewajiban tidak sempurna.
Kewajiban sempurna : didasarkan atas keadilan, selalu terkait dengan hak orang lain.
Kewajiban tidak sempurna : tidak terkait dengan hak orang lain tetap bisa didasarkan atas
kemurahan hati atau niat berbuat baik.

18
E. Moral Dan Agama
Tidak bisa disangkal, agama mempunyai hubungan erat dengan moral. Setiap agama
mengandung suatu ajaran moral. Ajaran moral yang terpendam dalam suatu agama dapat
dipelajari secara kritis, metodis, dan sistematis dengan tetap tinggal dalam konteks agama itu.
Ajaran moral yang terkandung dalam suatu agama meliputi dua macam peraturan.
Di satu pihak ada macam-macam peraturan yang kadang-kadang agak mendetail tentang
makanan yang haram, puasa, ibadat, dan sebagainya. Peraturan seperti itu sering berbeda dengan
agama yang berlain-lainan. Di lain pihak ada peraturan etis lebih umum yang melampaui
kepentingan agama tertentu saja, seperti : jangan membunuh, jangan berdusta, jangan berzina,
jangan mencuri.
Bila agama berbicara tentang topik-topik etis, pada umumnya ia berkhotbah, artinya ia
berusaha memberikan motivasi serta inspirasi, supaya umatnya mematuhi nilai-nilai dan norma-
norma yang sudah diterimanya berdasarkan iman.

2.2.4. Pengenalan Etika Khusus

A. Etika Sosial
Merupakan suatu etika sehubungan dengan relasi manusia dengan sesamanya dalam
sosialitas (masyarakat). Etika Sosial menunjuk pada etika yang berkenaan dengan suatu sosietas
yang secara khusus berhubungan dengan pengaturan secara normatif relasi-relasi sosial dalam
rangka tatanan hidup bersama. Yang diurusi oleh etika sosial tidak berbeda dengan kesibukan
etika sendiri sebagai suatu cabang dari filsafat. Sebagai cabang dari ilmu etika ia mempelajari
realitas sosialitas manusia, sosietas itu sendiri dan dalam lingkup- lingkupnya seperti sosietas
konjugal atau keluarga, sosietas yang di tengah-tengah antara keluarga dan negara, sosietas
politis,dan sosietas internasional, relasi-relasi individu-individu dan komunitas-komunitas, dan
bidang- bidang hidup-tindakan individual maupun kolektif manusiawi yang melibatkan relasi
sosial. Semuanya itu ditinjau dan dielaborasi dari sudut pandang etis (baik-buruk dan
seharusnya) dengan akal budi dengan terang hukum kodrat. Tidak dipakai pendekatan
bersumberkan Pewahyuan di sini.
Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia

19
sebagai anggota umat manusia. Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak
dapat dipisahkan satu sama lain dengan tajam, karena kewajiban manusia terhadap diri sendiri
dan sebagai anggota umat manusia saling berkaitan. Etika sosial menyangkut hubungan manusia
dengan manusia baik secara langsung maupun secara kelembagaan (keluarga, masyarakat,
negara), sikap kritis terhadpa pandangan-pandangana dunia dan idiologi-idiologi maupun
tanggung jawab umat manusia terhadap lingkungan hidup. Dengan demikian luasnya lingkup
dari etika sosial, maka etika sosial ini terbagi atau terpecah menjadi banyak bagian atau bidang.
Dan pembahasan bidang yang paling aktual saat ini adalah sebagai berikut :
1) Sikap terhadap sesama
2) Etika keluarga
3) Etika profesi
4) Etika politik
5) Etika lingkungan
6) Etika idiologi

Dari sistematika di atas, kita bisa melihat bahwa ETIKA PROFESI merupakan bidang etika
khusus atau terapan yang merupakan produk dari Etika sosial

1. Titik berat penilaian etika sebagai suatu ilmu, adalah pada perbuatan baik atau
jahat,susila atau tidak susila.
2. Perbuatan atau kelakuan seseorang yang telah menjadi sifat baginya atau telah mendarah
daging, itulah yang disebut akhlak atau budi pekerti. Budi tumbuhnya dalam jiwa, bila
telah dilahirkan dalam bentuk perbuatan namanya pekerti. Jadi suatu budipekerti, pangkal
penilaiannya adalah dari dalam jiwa; dari semasih berupa angan-angan, cita-cita, niat
hati, sampai ia lahir keluar berupa perbuatan nyata.
3. Burhanuddin Salam, Drs. menjelaskan bahwa sesuatu perbuatan di nilai pada 3
(tiga)tingkat :
A. Tingkat pertama, semasih belum lahir menjadi perbuatan, jadi masih berupa rencana
dalam hati, niat.
B. Tingkat kedua, setelah lahir menjadi perbuatan nyata, yaitu pekerti.

20
C. Tingkat ketiga, akibat atau hasil perbuatan tersebut, yaitu baik atau buruk. Kata hati atau
niat biasa juga disebut karsa atau kehendak, kemauan, wil. Dan isi dari karsa inilah yang
akan direalisasikan oleh perbuatan. Dalam hal merealisasikan ini ada (4 empat) variabel
yang terjadi :
a) Tujuan baik, tetapi cara untuk mencapainya yang tidak baik.
b) Tujuannya yang tidak baik, cara mencapainya ; kelihatannya baik.
c) Tujuannya tidak baik, dan cara mencapainya juga tidak baik.
d) Tujuannya baik, dan cara mencapainya juga terlihat baik.

B. Etika Individu
Etika individual menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri.
Etika dan Etiket Sering kali istilah “etika” dan “etiket” digunakan secara rancu, padahal
perbedaan antara keduanya sangat hakiki. Etika (ethics) berarti moral, sedangkan etiket
(etiquette) berarti sopan santun.
Terdapat persamaan antara etika dengan etiket, yaitu:
A. etika dan etiket menyangkut perilaku manusia. Istilah tersebut tidak berkaitan dengan
binatang, karena binatang tidak mengenal etika maupun etiket.
B. kedua-duanya mengatur perilaku manusia dengan menyatakan apa yang harus dilakukan
dan apa yang tidak boleh dilakukan. Karena keduanya mempunyai sifat normatif maka
kedua istilah tersebut sering rancu.

Selanjutnya diuraikan empat macam perbedaan antara etika dan etiket (Bertens, 2005: 9-10):
A. Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Etiket menunjukkan
cara yang tepat dalam arti cara yang diharapkan serta ditentukan dalam lingkungan
tertentu. Misalnya, jika saya menyerahkan sesuatu kepada atasan harus menggunakan
tangan kanan. Bila saya menyerahkan dengan tangan kiri, maka dianggap melanggar
etiket. Akan tetapi etika tidak terbatas pada cara suatu tindakan dilakukan, melainkan
etika memberi norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah apakah
suatu perbuatan boleh dilakukan atau tidak, seperti: “Jangan mencuri”. Tidak menjadi
persoalan apakah seseorang mencuri dengan tangan kiri atau tangan kanan. Jadi norma

21
etika tidak terbatas pada cara perbuatan dilakukan, melainkan menyangkut perbuatan itu
sendiri.
B. Etiket hanya berlaku untuk pergaulan dalam masyarakat. Apabila tidak ada saksi mata
pada saat melakukannya, maka etiket tidak berlaku. Misalnya, dianggap melanggar
etiket bila seseorang makan denganmeletakkan kaki di atas meja. Akan tetapi, bila
seseorang makan sendirian tidak dianggap melanggar etiket. Etika selalu berlaku
walaupun tidak ada orang lain, seperti larangan untuk mencuri selalu berlaku meskipun
tidak ada orang lain yang melihat.
C. Etiket bersifat relatif artinya dalam sebuah kebudayaan dianggap tidak sopan, tetapi
bagi kebudayaan lain merupakan perbuatan yang wajar. Misalnya, makan dengan tangan
atau bersendawa waktu makan. Lain halnya dengan etika merupakan prinsip-prinsip
yang bersifat absolut, seperti “jangan berbohong”, “jangan mencuri”, “jangan
membunuh” ini tidak dapat ditawar-tawar atau mudah diberi dispensasi.
D. Etiket hanya memandang manusia dari segi lahiriah, sedangkan etika memandang
manusia dari segi batiniah. Misalnya, seseorang yang berpenampilan menawan
memegang etiket, namun penampilannya dapat mengelabui niat jahat sebagai penipu.
Bukan kontradiksi, bila seseorang selalu berpegang pada etiket dan sekaligus bersikap
munafik. Akan tetapi, orang yang etis sifatnya tidak mungkin sekaligus bersifat munafik.
Seandainya seseorang munafik, berarti ia tidak bersikap etis. Orang yang bersikap etis
adalah orang yang sungguh-sungguh baik. Perbedaan terakhir ini yang paling penting di
antara empat perbedaan tersebut.

C. Etika Terapan
Etika terapan artinya etika yang menyoroti bidang-bidang khusus seperti suatu profesi
atau suatu masalah. Etika terapan merupakan disiplin filsafat yang mencoba menerapkan teori
etika untuk situasi kehidupan nyata.

D. Bioetik
Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam etik,
menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Bioetik juga difokuskan pada pertanyaan etik yang
muncul tentang hubungan antara ilmu kehidupan, bioteknologi pengobatan, politik, hukum, dan

22
theologi. Bioetik lebih berfokus pada dilema yang menyangkut pada perawatan kesehatan,
kesehatan modern, aplikasi teori etik dan prinsip etik terhadap masalah – masalah pelayanan
kesehatan.

2.3. Prinsip Etika Umum Dalam Kehidupan Sehari-hari

Dalam peradaban sejarah manusia sejak abad keempat sebelum Masehi para pemikir telah
mencoba menjabarkan berbagai corak landasan etika sebagai pedoman hidup bermasyarakat.
Para pemikir itu telah mengidentifikasi sedikitnya terdapat ratusan macam ide agung (great
ideas). Seluruh gagasan atau ide agung tersebut dapat diringkas menjadi enam prinsip yang
merupakan landasan penting etika, yaitu keindahan, persamaan, kebaikan, keadilan, kebebasan,
dan kebenaran.
1) Prinsip Keindahan
Prinsip ini mendasari segala sesuatu yang mencakup penikmatan rasa senang terhadap
keindahan. Berdasarkan prinsip ini, manusia memperhatikan nilai-nilai keindahan dan
ingin menampakkan sesuatu yang indah dalam perilakunya. Misalnya dalam
berpakaian, penataan ruang, dan sebagainya sehingga membuatnya lebih bersemangat
untuk bekerja.
2) Prinsip Persamaan
Setiap manusia pada hakikatnya memiliki hak dan tanggung jawab yang sama, sehingga
muncul tuntutan terhadap persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, persamaan
ras, serta persamaan dalam berbagai bidang lainnya. Prinsip ini melandasi perilaku yang
tidak diskrminatif atas dasar apapun.
3) Prinsip Kebaikan
Prinsip ini mendasari perilaku individu untuk selalu berupaya berbuat kebaikan dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Prinsip ini biasanya berkenaan dengan nilai-nilai
kemanusiaan seperti hormat- menghormati, kasih sayang, membantu orang lain, dan
sebagainya. Manusia pada hakikatnya selalu ingin berbuat baik, karena dengan berbuat
baik dia akan dapat diterima oleh lingkungannya. Penyelenggaraan pemerintahan dan
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat sesungguhnya bertujuan untuk
menciptakan kebaikan bagi masyarakat.

23
4) Prinsip Keadilan
kemauan yang tetap dan kekal untuk memberikan kepada setiap orang apa yang
semestinya mereka peroleh. Oleh karena itu, prinsip ini mendasari seseorang untuk
bertindak adil dan proporsional serta tidak mengambil sesuatu yang menjadi hak orang
lain.
5) Prinsip Kebebasan
sebagai keleluasaan individu untuk bertindak atau tidak bertindak sesuai dengan
pilihannya sendiri. Dalam prinsip kehidupan dan hak asasi manusia, setiap manusia
mempunyai hak untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kehendaknya sendiri sepanjang
tidak merugikan atau mengganggu hak-hak orang lain. Oleh karena itu, setiap
kebebasan harus diikuti dengan tanggung jawab sehingga manusia tidak melakukan
tindakan yang semena-mena kepada orang lain. Untuk itu kebebasan individu disini
diartikan sebagai: kemampuan untuk berbuat sesuatu atau menentukan
pilihan.kemampuan yang memungkinkan manusia untuk melaksana-kan pilihannya
tersebut.kemampuan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
6) Prinsip Kebenaran
Kebenaran biasanya digunakan dalam logika keilmuan yang muncul dari hasil
pemikiran yang logis/rasional. Kebenaran harus dapat dibuktikan dan ditunjukkan agar
kebenaran itu dapat diyakini oleh individu dan masyarakat. Tidak setiap kebenaran
dapat diterima sebagai suatu kebenaran apabila belum dapat dibuktikan.Semua prinsip
yang telah diuraikan itu merupakan prasyarat dasar dalam pengembangan nilai-nilai
etika atau kode etik dalam hubungan antarindividu, individu dengan masyarakat, dengan
pemerintah, dan sebagainya. Etika yang disusun sebagai aturan hukum yang akan
mengatur kehidupan manusia, masyarakat, organisasi, instansi pemerintah, dan pegawai
harus benar-benar dapat menjamin terciptanya keindahan, persamaan, kebaikan,
keadilan, kebebasan, dan kebenaran bagi setiap orang.

24
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Etika adalah nilai-nilai atau norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya, arti ini bisa dirumuskan sebagai sistem
nilai. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Etika dirumuskan dalam 3 arti yaitu tentang apa
yang baik dan apa yang buruk, nilai yang berkenaan dengan akhlak, dan nilai mengenai benar
dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Dalam konteks lain secara luas
dinyatakan bahwa «etika» adalah aplikasi dari proses dan teori filsafat moral terhadap kenyataan
yang sebenarnya. Hal ini berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar dan konsep yang
membimbing makhluk hidup dalam berpikir dan bertindak serta menekankan nilai-nilai mereka
setiap agama mengandung ajaran moral yang menjadi pegangan bagi perilaku para anggotanya.
Beranjak dari pengertian moral, pada prinsipnya moral merupakan alat penuntun, pedoman
sekaligus alat kontrol yang paling ampuh dalam mengarahkan kehidupan manusia. Seorang
manusia yang tidak memfungsikan dengan sempurna moral yang telah ada dalam diri manusia
yang tepatnya berada dalam hati, maka manusia tersebut akan menjadi manusia yang akan selalu
melakukan perbuatan atau tindakan-tindakan yang sesat. Dengan demikian, manusia tersebut
telah merendahkan martabatnya sendiri.
Terdapat persamaan antara etika dengan etiket, yaitu:
A. etika dan etiket menyangkut perilaku manusia. Istilah tersebut tidak berkaitan dengan
binatang, karena binatang tidak mengenal etika maupun etiket.
B. kedua-duanya mengatur perilaku manusia dengan menyatakan apa yang harus dilakukan
dan apa yang tidak boleh dilakukan. Karena keduanya mempunyai sifat normatif maka
kedua istilah tersebut sering rancu.

3.2. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat memperluas ilmu tentang Etika dan kode etik
kebidanan serta perspektif HAM dan gender dalam praktik kebidanan pada pembaca. Penulis
tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari

25
kesempurnaan.Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak
sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.

26

Anda mungkin juga menyukai