Komunkasi Efektif Kel.2
Komunkasi Efektif Kel.2
Komunikasi Efektif
Kelompok II
2020
1
Kata Pengantar
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan atas karunianya kami dapat
menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Komunikasi dalam Praktik Kebidanan.
Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan bagi baginda agung Rasulullah SAW yang
Adapun penulisan makalah bertema komunikasi dalam kebidanan ini dibuat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Komunikasi dalam Praktik Kebidanan.Semoga makalah ini mendapatkan
Dengan kerendahan hati,penulis mememohon maaf apabila ada ketidaksesuaian kalimat dan
kesalahan. Meskipun demikian, penulis terbuka pada kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan makalah.
Wassalamualaikum wr.wb
2
Table of Contents
Kata Pengantar......................................................................................................................................1
BAB I....................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.................................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................2
1.2 Tujuan....................................................................................................................................3
BAB II...................................................................................................................................................4
LANDASAN TEORI............................................................................................................................4
2.1 Pengertian Komunikasi Efektif....................................................................................................4
2.1.1 Komunikasi verbal................................................................................................................5
2.1.2 Komunikasi non verbal.........................................................................................................6
2.2 Proses Komunikasi Efektif..........................................................................................................7
2.3 Unsur-Unsur Dalam Membangun Komunikasi Efektif................................................................8
BAB III................................................................................................................................................22
KESIMPULAN & SARAN.................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................22
3.2 Saran..........................................................................................................................................22
Bibliography........................................................................................................................................23
3
BAB I
PENDAHULUAN
Kelancaran dalam komunikasi dengan pasien merupakan sesuatu yang harus dicapai oleh
tiap tenaga kesehatan. Hal ini dikarenakan informasi yang didapatkan dari hasil
komunikasi dengan pasien sangat penting untuk melakukan tidakan asuhan. Oleh karena
itu, penerapan komunikasi efektif merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh
beberapa pendapat para ahli mengenai arti dari komunikasi yaitu proses pertukaran
informasi atau proses yang menimbulkan dan meneruskan makna atau arti dan
Sesuai dengan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi merupakan
seni penyampaian komunikasi dari penyampai berita untuk mengubah serta membentuk
perilaku penerima berita pada pemahaman yang dikehendaki bersama. Oleh karena itu,
sangat penting untuk membangun komunikasi yang efektif di awal kontak dengan pasien.
Adapun mengenai pengertian, unsur, serta upaya yang dapat dilakukan dalam
membangun komunikasi yang efektif akan dibahas di bab kedua pada makalah ini.
4
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari dibuatnya makalah ini sesuai dengan tujuan di atas yaitu
5
BAB II
LANDASAN TEORI
Hubungan antar manusia dan manusia lainnya di pengaruhi oleh komunikasi. Dalam
hal ini, komunikasi memegang peranma penting dalam kelancaran hubungan antar satu
manusia dan lainnya. Komunikasi yang berasal dari bahasa latin yaitu communicatio
memiliki arti pemberitahuan atau pertukaran pikiran sehingga orang-orang yang terlibat harus
memiliki kesamaan. Namun apabila sekelompok orang tadi tidak memiliki kesamaan dalam
pikiran maka komunikasi tidak dapat terjalin. Sebagai contoh ketika ada orang yang bercerita
tentang apa yang dialaminya namun pendemgar tidak mengerti apa yang disampaikan olh si
pencerita maka komunikasi tadi dapat berlanjut. Dengan demikian pertukaran ide, fikiran dan
perasaan atau keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling mengerti, saling percaya
besar sekali perannya dalam mewujudkan hubungan yang baik antara seseorang dengan
Selain itu, Knapp (2003) menambahkan deskripsi komunikasi sebagai interaksi antar
pribadi yang menggunakan symbol linguistic seperti system symbol verbal maupun
nonverbal. Dalam hal ini komunikasi terbagi menjadi dua jenis yaitu komunikasi verbal dan
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang dilakukan melalui ucapan lisan, termasuk
6
digunakan oleh setiap individu dalam komunikasi verbal sangat bervariasi sesuai
kebudayaan, sosial, ekonomi, latar belakang, umur dan pendidikan. Keluasan variasi perasaan
semangat, antusias, kesedihan, gangguan atau godaan, lawakan dan lain-lain. Dengan kata-
kata seseorang menyampaikan pesan, ide, pikiran, dan perasaannya kepada orang lain. Cara
ini dapat dilakukan secara langsung, menggunakan telepon atau media-media lain.
Dalam komunikasi verbal informasi yang disampaikan bersifat faktual, akurat, dan efisien.
Untuk memvalidasi interpretasi bisa menggunakan komunikasi verbal dan non verbal.
Komunikasi nonverbal kadang-kadang disebut juga bahasa tubuh. Pesan yang dapat
disampaikan melalui komunikasi jenis ini adalah sama halnya dengan simbul-simbul yang
a. Roman muka / ekspresi wajah , gerak dan sikap Ekspresi wajah, sangat mendukung
situasi psikologis individu yang melakukan komunikasi, apakah dalam kondisi marah,
senang, sedih, kecewa, peduli atau perhatian. Beberapa orang menampakkan ekspresi
b. Tekanan suara, irama dan getaran Suara keras, menunjukkan seseorang dalam kondisi
marah, sebaliknya suara lirih bisa diartikan seseorang sedang tidak berdaya, atau
dalam kondisi ketakutan untuk bicara keras. Irama dan getaran suara juga
merdu, enak didengar, akan membuat seseorang merasa nyaman untuk terus
enak untuk didengarkan, dengan sendirinya orang akan berusaha untuk segera
7
c. Rabaan dan sentuhan ( touch ) Memberikan sentuhan, juga merupakan komunikasi
nonverbal. Media sentuhan sangat pribadi sifatnya, dan pemahaman antara satu orang
panca indera. Komunikasi non verbal ini meliputi gerak dan isyarat, gerakan tubuh,
penampilan fisik termasuk perhiasan. Komunikasi non verbal digunakan sebagai penguat
secara akurat dan sebenarnya proses pertukaran informasi antara pemberi pesan dan
penerima pesan. Adapun yang dimaksudkan sebagai komunikasi verbal yaitu komunikasi
yang tidak menggunakan lisan seperti ekspresi wajah, gerak-gerik, maupun sikap.
Dalam dunia kesehatan sering kita jumpai tenaga kesehatan termasuk bidan
berkomunikasi dengan pasien. Namun, tidak semua komunikasi berjalan lancar. Hal ini
disebabkan oleh tidak terjadinya komunikasi yang efektif antara pemberi pesan maupun
penerima pesan yang bisa jadi dikarenakan salah satu pihak ada yang tidak komunikatif
atau tidak memberikan respon yang baik seperti berbicara dengan nada ketus, tidak focus
dan lain-lain.
dengan pasien secara efektif dalam kontak sosial yang berlangsung secara baik
8
2.2 Proses Komunikasi Efektif
Oleh karena komunikasi merupakan proses pertukaran informasi maka di bawah ini
mengirimkan suatu pesan kepada orang tertentu. Pesan yang disampaikan itu bisa
berupa informasi dalam bentuk bahasa ataupun lewat simbol-simbol yang bisa
2. Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau saluran, baik
4. Komunikan (receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan atas pesan
yang dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami pesan yang
Secara umum dalam terdapat berbagai unsur yang membangun komunikasi yaitu :
b. Pesan merupakan alat atau bahan yang menjadi penghubung komunikasi antara
yang diterima
9
d. Media merupakan sarana atau alat dalam penyampaian pesan. Media dapat berupa
buku, brosur, laptop, lembar catatan klien, rekam medik dan lain-lain.
5. Umpan balik adalah respon yang diberikan oleh komunikan terhadap pesan yang
diterima. Adapun empat jenis umpan balik yang terdapat dalam komunikasi yaitu
zero umpan balik, umpan balik positif, umpan balik netral, dan umpan balik negative.
Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan menimbulkan
rasa nyaman dan puas bagi kedua belah pihak. Untuk mencapai komunikasi yang
a. Respect
Unsur pertama dalam mengambangkan komunikasi yang efektif yaitu respect atau
rasa hormat. Hal ini diperlukan agar baik komunikator maupun komunikan bisa saling
menghargai satu sama lain agar bisa terjalin sinergi yang baik
b. Empathy
Mampu untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi orang lain merupakan
salah satu unsur penting dalam komunikasi efektif. Hal ini karena dengan memahami
dan mendengar orang lain terlebih dahulu kita dapat membangun keterbukaan dan
kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerja sama dengan orang lain.
c. Audible
Audible bermakna dapat didengarkan. Maksudnya adalah pesan yang kita sampaikan
dapat diterima oleh penerima pesan dengan baik melalui sikap atau cara yang dapat
d. Clarity
10
Selain harus dapat dimengerti dengan baik sebuah pesan yang disampaikan harus
memiliki kejelasan atau dalam arti lain pesan tersebut tidak bersifat multi tafsir yang
bisa menyebabkan penafsiran yang berbeda dari apa yang disampaikan. Clarity dapat
juga berarti keterbukaan atau tidak ada yang ditutpi sehingga penerima pesan akan
e. Humble
Unsur kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati.
Sikap ini dapat tercermin pada saat menerima kritik seseorang tidak bersikap
Selain unsur -unsur di atas, terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan sebagai
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan pada saat
pasien untuk menjalin suatu hubungan profesional. Sebagai contoh ruangan dokter
praktek, apabila ruangan tersebut didominasi warna putih yang monoton, maka akan
menimbulkan image tersendiri bagi pasien yaitu formal dan jagalah kebersihan,
sehingga pasien sudah terbelenggu oleh warna yang menghakiminya, bahwa dia harus
sopan karena berhadapan dengan orang yang ahli di bidang kesehatan, serta hati -
hati agar jangan mengotori ruangan ini. Alangkah indahnya jika kesan formal tersebut
sedikit dirubah menjadi lebih welcome atau dinamis, menggunakan permainan warna
yang lembut, serta dekorasi yang indah, dengan tetap mengedepankan konsep bersih.
Pasien akan merasa lebih nyaman berada di lingkungan yang hangat, sehingga akan
11
lebih dapat membuka diri untuk mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya.
Efek ruangan yang dinamis dan welcome tersebut juga dengan sendirinya akan
orang yang ahli di bidang kesehatan. Demikian juga dengan tenaga kesehatan lain,
perawat atau bidan harus memperhatikan ruangan perawatan apakah nyaman bagi
pasien. Pasien tidak akan dapat berkomunikasi dengan baik jika ruangan gaduh, kotor,
atau privacy-nya tidak terjamin. Bagaimana pasien bisa terbuka menceritakan tentang
pembicaraannya. Hal tersebut sering dijumpai pada pasien yang harus menjalani
perawatan di bangsal dengan kapasitas tempat tidur yang banyak. Perawat, bidan, atau
komunikasi efektif. Sebagai contoh apabila pasien bisa berjalan atau mobilisasi, maka
perawat atau bidan bisa mengajak pasien berbicara di ruang perawat, taman, atau
atau perawat, sama sekali tidak diperkenankan untuk mengaggap bahwa kepribadian
petugas kesehatan untuk mengangkat harga diri pasien, dan memberikan pelayanan
kesehatan sebaik mungkin. Terkadang dijumpai pasien dengan kondisi yang kotor dan
bau, akibat kondisi/penyakitnya. Dokter atau perawat tidak boleh menunjukkan rekasi
baik verbal maupun nonverbal yang dapat menyebabkan pasien malu atau
menyinggung harga diri pasien. Harga diri pasien harus kita jaga dan lindungi.
12
Petugas kesehatan hendaknya tidak sekali-kali merendahkan harga diri pasien,
meskipun tidak di depan umum. Apabila pasien merasa dipermalukan dan harga
dirinya jatuh, maka dipastikan pasien tidak akan mau menjalin hubungan dengan
dokter atau perawat, sehingga komunikasi efektif tidak akan berlangsung, bahkan
Agar harga diri pasien tetap terjaga, petugas kesehatan harus siap menerima kondisi
pasien apa adanya, dan terus membina hubungan yang baik dan harmonis, siap
membatu mengatasi permasalah kesehatan yang dihadapi oleh pasien, dengan penuh
selanjutnya. Pasien akan merasa tidak nyaman apabila posisi antara dokter dan pasien
tidak sejajar, sebagai contoh pada saat komunikasi berlangsung pasien dalam posisi
duduk, sedangkan dokter berdiri. Situasi ini sangat tidak menyenangkan, pasien akan
merasa berada di posisi yang lebih rendah, atau akan timbul perasaan digurui atau
dihakimi. Sedangkan dokter akan merasa superior atau keberadaannya lebih tinggi
dari pasien. Keberadaan psikologis antara kedua belah pihak sangat berbeda, dan sifat
hubungan ini antara “aku dan dia”. Demikian juga sebaliknya, apabila petugas
kesehatan duduk sedangkan pasien berdiri, maka pasien akan merasa tidak nyaman,
atau tidak berani terbuka. Agar komunikasi dapat efektif, maka dalam berkomunikasi
usahakan posisi petugas kesehatan (dokter / perawat) dengan pasien sejajar, saling
berhadapan, dengan jarak personal (1,5 – 4 meter). Apabila kedua belah pihak dalam
13
posisi yang sama, maka sifat hubungan menjadi “kami / kita,” tidak ada pihak yang
mereka merasa perlu untuk menjalin suatu hubungan. Apabila salah satu dari kedua
belah pihak tidak menghendaki, maka komunikasi efektif tidak akan tercapai. Masing-
masing pribadi mempersiapkan diri untuk memulai suatu hubungan yang baik, dengan
menjalin hubungan baik dengan pasien, dengan harapan dapat memperoleh informasi
pasien terhadap bidan, pasien kooperatif dalam semua tindakan yang dilaksanakan,
serta mau menjalankan saransaran yang diberikan oleh bidan untuk mengatasi
permasalahan kesehatannya.
hal tersebut bertujuan untuk menghindari kesalahan atau hal-hal yang tidak
ada 8 (delapan) teknik keterampilan dasar yang dapat diterapkan pada semua situasi
14
Semua pasien ingin mendapat pelayanan yang terbaik bagi dirinya, pasien ingin
mendapat perhatian penuh dari dokter atau perawat yang menanganinya. Oleh
karena itu petugas kesahatan pada saat memberikan pelayanan kesehatan pada
pasien hendaknya tidak memecah perhatiannya pada orang atau obyek lain. Pasien
akan marah jika merasa diabaikan atau dilayani separuh hati. Dengan memberikan
untuk memenuhi harapan dan keinginan pasien. Fokus dari prinsip ini adalah
petugas kesehatan harus bisa membaca apa kebutuhan pasien. Beberapa pasien
membutuhkan waktu pelayanan kesehatan yang lebih lama, apabila pasien ingin
sangat sulit untuk memulai suatu komunikasi, dengan sendirinya waktu yang
data yang lengkap tentang penyakit pasien. Apabila petugas kesehatan melakukan
pada pasien. Tetapi jika petugas kesehatan terlalu lama melayani pasien, juga akan
15
3. Naikkan harga diri pasien Harga diri adalah segala-galanya bagi pasien. Dalam
kondisi apapun pasien akan berusaha untuk tetap mempertahankan harga dirinya.
Baginya tidak masalah mengeluarkan uang banyak, asal harga dirinya tetap
terjaga. Sering dijumpai keluhan pasien akan pelayan tenaga kesehatan yang tidak
memutuskan untuk pindah ke rumah sakit yang lebih mahal, bahkan bila perlu
berobat ke luar negeri. Pada suatu sore ada pasien baru anak-anak, dirawat di
ruang paviliun salah satu rumah sakit, secara fisik pasien tersebut tampak tidak
rapi dan seperti kalangan ekonomi lemah demikian juga dengan ibu dan keluarga
yang mengantar. Karena pasien masuk ruang paviliun otomatis dokter yang
menangani adalah dokter senior. Pada saat dokter senior datang, ibu pasien
bertanya berapa hari anaknya harus di rawat di rumah sakit. Dokter tersebut tidak
langsung menjawab tetapi dia sibuk membolak-balik status pasien yang ditulis
oleh dokter yuniornya. Si ibu pasien tampak tidak puas, tetapi dia tidak tampak
diopname di rumah sakit, karena dia harus mengatur jadwal kerjanya. Entah
karena capai atau ada masalah, si dokter ini menjawab “saya tidak tahu, tetapi
kalau ibu tidak niat anaknya dirawat di ruang paviliun rumah sakit ini, kenapa ibu
bawa kesini? Kalau niat berobat ya..serahkan semua kepada dokter, kalau anak
sakit jangan mikir pekerjaan, tetapi utamakan dulu anaknya.” Si ibu ini diam,
tetapi tidak selang lama, wajah ibu tersebut mulai memerah, si ibu tampak marah,
lalu muncul ucapan yang tidak mengenakkan “ Saya..minta ganti dokter!..., dokter
saya datangkan ke sini, karena saya bayar....kalau saya tidak niat merawat anak
saya, tidak mungkin saya bawah ke rumah sakit ini, dan saya memilih ruang
16
paviliun.” Dokter senior tersebut juga tidak terima, dengan sikap acuh dia
tinggalkan ibu yang marah tersebut. Si ibu lebih marah lagi dan dia langsung
memutuskan untuk pindah ke rumah sakit lain. Ibu tersebut merasa tersinggung
mampu membayar biaya perawatan di ruang paviliun. Dan kenapa ibu tersebut
memutuskan pindah rumah sakit, karena dia merasa tidak bisa menjalin hubungan
dengan dokter yang dianggap arogan, dengan alasan bagaimana dia harus
berhadapan dengan dokter tersebut setiap harinya, pada saat anaknya menjalani
perawatan. Permasalahan ini menjadi rumit, karena ibu tersebut merasa sakit hati
dan harga dirinya dilecehkan, mungkin menurut sang dokter kata-katanya tidak
Mari kita analisis contoh permasalahan di atas. Kalimat “tidak niat merawat anak
di rumah sakit,” sangat menyinggung harga diri pasien. Siapapun orangnya jika
sudah datang ke rumah sakit, berarti orang tersebut meminta perolongan, dan ada
semua pada dokter,” ini juga sangat tidak menyenangkan bagi pasien atau
keluarga, kalimat ini menunjukkan bahwa dokter mempunyai peran yang sangat
besar atau dominan. Kalimat ini juga merendahkan peran dari keluarga pasien,
keluarga yang sakit. Kalimat ini juga sangat membahayakan posisi dokter itu
sendiri, karena jika ada kejadian yang fatal, maka keluarga dapat menuntut, karena
dokter mengambil semua tanggung jawab yang berkaitan dengan pasien tersebut.
Kalimat “kalau anak sakit, jangan mikir pekerjaan,” kalimat ini juga sangat tidak
17
yang juga perlu mendapat perhatian, atau urusan lain. Dengan sendirinya keluarga
berusaha untuk mengatur agar semua urusannya dapat tertangani tanpa harus
kepada harga diri si pasien. Sebagai contoh, pasien yang menderita penyakit
kelamin akan malu datang ke tempat pelayanan kesehatan, dan biasanya pada
riwayat penyakitnya. Demikian juga dengan pasien / penderita kusta atau penyakit
lepra, sebagian besar dari mereka mengalami gangguan konsep diri, yaitu timbul
perasaaan malu dan rendah diri, terutama berkaitan dengan perubahan fisik atau
yang memalukan, menjijikkan, dan masih banyak stigma negatif lain tentang
penyakit ini. Dokter atau perawat harus berusaha agar harga diri pasien tidak
Seseorang akan terus melanjutkan interaksi dengan orang lain, apabila merasa
suatu hubungan, apabila merasa dirinya terancam, tidak nyaman atau dilecehkan.
Membina hubungan yang baik antara dokter / petugas kesehatan dengan pasien
sangat diperlukan , tanpa ini niscaya pasien tidak akan mau melanjutkan
18
pemeriksaan atau pengobatan berikutnya, apabila masing terus melanjutkan
apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh pasien. Coba anda bayangkan
bubungan antara kedua belah pihak sangat buruk. Bagaimana pasien akan tenang
di rawat jika dia merasa perawat tidak ramah terhadap dirinya, pasti pasien akan
malas untuk berbicara , curhat tentang penyakitnya, atau minta tolong pada
menghambat proses perawatan, pasien tidak akan terbuka tetang riwayat penyakti
Salah satu prinsip dasar dalam memberikan pelayanan jasa adalah menjaga
penting untuk kegiatan tersebut. Seseorang yang menderita sakit, tidak hanya
fisiknya saja, tetapi secara psikologis dan sosial juga sakit. Pasien akan menjadi
lebih sensitif, karena dihadapkan pada kondisi tidak nyaman, dan situasi
lingkungan yang baru. Dokter tidak akan bisa memeriksa pasien, apabila pasien
tidak percaya terhadap kredibilitas sang dokter, dengan sendirinya dokter juga
kooperatif. Pasien akan kooperatif terhadap keperawatan, apabila sudah ada trust
19
atau hubungan saling percaya antara pasien dengan perawat. Salah satu cara untuk
ketidaktahuan, akibat minimnya informasi yang diterima oleh pasien. Karena itu,
dilebihkan atau dikiurangi. Hal tersebut penting untuk meyakinkan, dan menjaga
kepercayaan pasien. Pelayanan kesehatan juga memiliki tingkat resiko yang cukup
besar bagi pasien, apabila salah dalam memberikan informasi. Sebagai contoh,
apabila dokter salah memberikan informasi tentang obat yang harus di minum,
entah itu dosis, cara dan waktu minum obat, maka akan bisa berakibat fatal bagi
pasien. Pernah ada kejadian di salah satu rumah sakit, seorang pasien dengan
infark miokart akut (IMA), kurang lengkap diberikan informasi secara rinci dan
jelas oleh petugas kesehatan baik dokter atau perawat, bahwa pasien harus bedtres
atau tinggal di tempat tidur selama kondisi serangan. Saat itu pasien ingin buang
air besar (BAB), karena tidak terbiasa BAB dengan menggunakan pispot di atas
tempat tidur, maka pasien mencoba turun dan BAB di kamar mandi. Akibatnya
cukup fatal, pasien terjatuh dan kondisi pasien semakin buruk. Salah satu kontra
indikasi pasien dengan serangan IMA adalah melakukan aktifitas fisik dan
mengejan, karena kegiatan ini dapat memacu kerja jantung. Oleh karena itu
pasien dapat mengerti tentang tindakan apa yang harus dilakukan agar mendukung
20
6. Ketahuilah apa yang diinginkan pasien
Memang sulit sekali mengetahui apa yang diinginkan orang lain, tetapi tenaga
kesehatan harus belajar dan terus mengasah ketrampilan perasaan atau insting,
“care” dan “peka” terhadap keinginan pasien, hal tersebut penting agar pasien
masih mengerti pasiennya dalam keadaan sedih, hal tersebut sangat bagus. Berarti
kesehatan akan dianggap tidak punya hati nurani, apabila mereka tidak tahu pasien
dalam kondisi sedih atau tidak. Mengetahui apa yang diinginkan oleh pasien, dan
diinginkan oleh pasien, petugas kesehatan dapat melihat respon pasien baik secara
verbal maupun non verbal. Sebagai contoh, pasien yang hilir mudik di ruang
tunggu dokter, menunjukkan dirinya sedang cemas atau gelisah. Pasien yang
sering menatap keluar jendela ruang perawatan, menunjukkan ada sesuatu yang
7. Jelaskan pelayanan atau tindakan medis yang akan dilakukan pada pasien
fisik, psikologis, sosial, maupun ekonomi. Oleh karena itu sebelum melakukan
21
tindakan medis, petugas kesehatan harus menginformasikan secara jelas tentang
penyakit yang diderita, atau tindakan yang akan dilakukan, alasan atau
keuntungan tindakan tersebut perlu untuk dilakukan, akibat atau kerugian yang
penolakan pasien / keluarga terhadap tindakan yang akan dilakukan setelah yang
8. Apabila dokter atau perawat tidak mampu melayani alihkan pada tenaga kesehatan
Terkadang dokter yang ahli di penyakit tertentu, perlu meminta bantuan tenaga
apabila tidak tahu atau tidak mampu, maka lebih baik mengatakan tidak tahu.
Dokter atau perawat tidak boleh melakukan tindakan medis, apabila yang
boleh dilakukan dengan dasar coba-mencoba, tetapi harus didasari oleh keahlian
22
dan ketrampilan. Lebih baik dokter atau perawat merujuk pasien kepada dokter
atau perawat lain yang lebih ahli. Hal ini penting, agar pasien bisa tertangani
secara baik.
23
BAB III
3.1 Kesimpulan
Komunikasi efektif merupakan suatu keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap
tenaga kesehatan khususnya bidan agar pasien merasa nyaman dalam berbagi apa yang ia
alami. Adapun hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan untuk membangun komunikasi
efektif ialah memiliki empati, rasa menghormati, sikap rendah diri, sikap transparan atau
3.2 Saran
Penulis berharap makalah ini dapat memeberikan ilmu yang bermanfaat untuk para
pembaca makalah ini.Apabila terdapat kekeliruan dalam informasi yang disajikan pada
Bibliography
24
Handajani, S. R. (2016). Komunikasi dalam Praktik Kebidanan. PUSDIK SDM
KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN INDONESIA.
Yusuf, A. (2017). konsep komunikasi efektif dalam keperawatan. Seminar, jawa timur.
25