Anda di halaman 1dari 4

Di Depan Teras Rumah

Di depan teras rumah, kita bersembunyi


Diam-diam menjelma abadi
Pelukan berarti
Obrolan tanpa arti

Di depan teras rumah, kita menangis


Tangan mengais
Tatap meringis
Untuknya yang sinis

Di depan teras rumah, kita bersembunyi


Tak berarti;
Kita abadi
Titik Akhir

Untuk saya ,kamu lukiskan waktu


Saya bingung, bertanya pada kamu yang penuh peluh

"Sebab apa kamu beri saya waktu?"

Kamu jawab sambil tertawa


"Saya ingin temani kamu."

"Sampai mana?"
"Sampai lama, sampai kita abadi."

Bingung saya memenuhi,


Saya tak mengerti
Abadi saya, sudah terkunci
Pada senyum hangatmu hari ini
Ujung

Tanganku terulur
Menadah air, menadah syair

Mengalirlah dari sela


Lalu sampaikan
Pada ujung horizon biru

"Sudikah dirimu bertemu?"

Sebab, tanganku tak mampu


Dirimu, pasti bisa membantu
Denyut Nadi

"Lalu denyut nadimu tercipta dari apa?"

Kala itu, tangan tertaut.


Tuan bertanya, saya tertawa

"Menurut anda?"

Kening mengerut, tangan tertaut


Tuan bingung, saya menunggu

"Tidak tau."

Tatap bertemu, tangan bertaut


Tuan, izinkan saya curi sebentar sosokmu

"Anda, Tuan. Sebab dari segala denyut."

Sebab malam ini, pasti saya rindui tuan.

Anda mungkin juga menyukai