Si Budi kecil kuyup menggigil Masa depan kami dan negeri ini
Menahan dingin tanpa jas hujan Dari Sabang sampai Merauke
Di simpang jalan Tugu Pancoran Saudara dipilih bukan dilotre
Tunggu pembeli jajakan koran Meski kami tak kenal siapa saudara
Menjelang Magrib, hujan tak reda Kami tak sudi memilih para juara
Si Budi murung menghitung laba Juara diam, juara he-eh, juara hahaha
Surat kabar sore dijual malam Untukmu yang duduk sambil diskusi
Selepas Isya, melangkah pulang Untukmu yang biasa bersafari
Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu Di sana, di gedung DPR
Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu Di hati dan lidahmu kami berharap
Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu Suara kami tolong dengar lalu sampaikan
Dipaksa pecahkan karang, lemah jarimu terkepal Jangan ragu, jangan takut karang menghadang
Cepat langkah waktu pagi menunggu Bicaralah yang lantang, jangan hanya diam!
Si Budi sibuk siapkan buku Wakil rakyat seharusnya merakyat
Tugas dari sekolah selesai setengah Jangan tidur waktu sidang soal rakyat
Sanggupkah si Budi diam di dua sisi? Wakil rakyat bukan paduan suara
Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu Hanya tahu nyanyian lagu "setuju"
Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu Wakil rakyat seharusnya merakyat
Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu Jangan tidur waktu sidang soal rakyat
Dipaksa pecahkan karang, lemah jarimu terkepal Wakil rakyat bukan paduan suara
Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu Hanya tahu nyanyian lagu "setuju"
Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu Wakil rakyat seharusnya merakyat
Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu Jangan tidur waktu sidang soal rakyat
Dipaksa pecahkan karang, lemah jarimu terkepal Wakil rakyat bukan paduan suara
Hanya tahu nyanyian lagu "setuju"
Wakil rakyat seharusnya merakyat
Jangan tidur waktu sidang soal rakyat
Wakil rakyat bukan paduan suara
Surat Buat Wakil Rakyat
Hanya tahu nyanyian lagu "setuju"
Untukmu yang duduk sambil diskusi
Wakil rakyat seharusnya merakyat
Untukmu yang biasa bersafari
Jangan tidur waktu sidang soal rakyat
Di sana, di gedung DPR
Wakil rakyat kumpulan orang hebat Wakil rakyat bukan paduan suara
Hanya tahu nyanyian lagu "setuju"
Bukan kumpulan teman-teman dekat
Wakil rakyat seharusnya merakyat
Apalagi sanak famili
Jangan tidur waktu sidang soal rakyat
Di hati dan lidahmu kami berharap
Wakil rakyat bukan paduan suara
Suara kami tolong dengar lalu sampaikan
Hanya tahu nyanyian lagu "setuju"
Jangan ragu, jangan takut karang menghadang
Wakil rakyat seharusnya merakyat
Bicaralah yang lantang, jangan hanya diam!
Jangan tidur waktu sidang soal rakyat
Bukan paduan suara
Hanya tahu nyanyian lagu "setuju"
Ibu Sarjana Muda
Ribuan kilo jalan yang kau tempuh Berjalan seorang pria muda
Lewati rintang untuk aku, anakmu Dengan jaket lusuh di pundaknya
Ibuku sayang, masih terus berjalan Di sela bibir tampak mengering
Walau tapak kaki penuh darah, penuh nanah Terselip sebatang rumput liar
Seperti udara Jelas menatap awan berarak
Kasih yang engkau berikan Wajah murung semakin terlihat
Tak mampu ku membalas Ibu Dengan langkah gontai tak terarah
Ibu Keringat bercampur debu jalanan
Ingin kudekap Engkau sarjana muda
Dan menangis di pangkuanmu Resah mencari kerja
Sampai aku tertidur Mengandalkan ijazahmu
Bagai masa kecil dulu Empat tahun lamanya
Lalu doa-doa Bergelut dengan buku
Baluri sekujur tubuhku 'Tuk jaminan masa depan
Dengan apa membalas Ibu? Langkah kakimu terhenti
Ibu Di depan halaman sebuah jawatan
Ribuan kilo jalan yang kau tempuh Tercenung lesu engkau melangkah
Lewati rintang untuk aku, anakmu Dari pintu kantor yang diharapkan
Ibuku sayang, masih terus berjalan Tergiang kata tiada lowongan
Walau tapak kaki penuh darah, penuh nanah Untuk kerja yang didambakan
Seperti udara Tak peduli berusaha lagi
Kasih yang engkau berikan Namun kata sama kau dapatkan
Tak mampu ku membalas Ibu
Jelas menatap awan berarak
Ibu
Wajah murung semakin terlihat
Engkau sarjana muda
Resah tak dapat kerja
Tak berguna ijazahmu
Empat tahun lamanya
Bergelut dengan buku
Sia-sia semuanya
Setengah putus asa dia berucap
"Maaf, Ibu ..."