Anda di halaman 1dari 4

PERSEMBAHAN

MUSIKALISASI DRAMATISASI PUISI


Oleh : Kelompok 1 IPAI A 2019
Pertunjukan ini memadukan tiga jenis kesenian dalam satu kemasan. Drama, Puisi, dan Musik.
Namun, basis yang dipakai menjadi pertunjukan adalah puisi. Menceritakan tentang realita zaman yang
semakin tua. Dengan nuansa islami, kami berusaha menampilkan sebuah pertunjukan yang akan
membuat penonton merefleksi tentang akhir zaman.

Teknis Pertunjukan:
1. Drama
Terdapat sekelompok wanita yang melalaikan solat, ghibah, dan berfoya-foya. Kemudian
terjadilah suatu bencana yang meluluh-lantahkan pemukiman penduduk. Hampir
membinasakan para wanita-wanita tersebut.
2. Ade Setyaningrum sadar terlebih dahulu dibanding yang lainnya, kemudian berpuisi.

Membaca Tanda Tanda


Taufik Ismail

Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan dan meluncur lewat sela-sela jari kita
Ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas tapi kini kita mulai merindukannya
Kita saksikan udara abu-abu warnanya
Kita saksikan air danau yang semakin surut jadinya
Burung-burung kecil tak lagi berkicau pagi hari

Hutan kehilangan ranting


Ranting kehilangan daun
Daun kehilangan dahan
Dahan kehilangan hutan

Kita saksikan zat asam didesak asam arang dan karbon dioksid itu menggilas paru-paru
Kita saksikan gunung memompa abu
Abu membawa batu
Batu membawa lindu
Lindu membawa longsor
Longsor membawa air
Air membawa banjir
Banjir membawa air
Air mata

Kita telah saksikan seribu tanda-tanda


Bisakah kita membaca tanda-tanda? Allah, kami telah membaca gempa Kami telah disapu
banjir Kami telah dihalau api dan hama Kami telah dihujani abu dan batu
Allah, ampuni dosa-dosa kami Beri kami kearifan membaca Seribu tanda-tanda

3. Backsound : Iringan lagu Bila Tiba oleh Ungu


Saat tiba nafas di ujung hel
aMata tinggi tak sanggup bicara
Mulut terkunci tanpa suara
Bila tiba saat berganti dunia
Alam yang sangat jauh berbeda
Siapkah kita menjawab semua
Pertanyaan
Bila nafas akhir berhenti sudah
Jatung hatipun tak berdaya
Hanya menangis tanpa suara
Mati tak bisa untuk kau hindari
Tak mungkin bisa engkau lari
Ajalmu pasti menghampiri
Mati tinggal menunggu saat nantiKemana kita bisa lariKita pastikan mengalamiMati
Mati tak bisa untuk kau hindariTak mungkin bisa engkau lariAjalmu pasti menghampiri
Mati tinggal menunggu saat nantiKemana kita bisa lariKita pastikan mengalami
Mati

4. Nasyilla Putri Nirwan berpuisi tentang penyesalan, puisi ciptaannya sendiri.


Sore ini aku bercengkrama dengan diriku sendiri
Agak lucu mungkin didengar
Bagiku, ini bagian dari muhasabbah.
Sempat terpikir “Sudah Sejauh mana?”
Realitanya, langkahpun masih belum mantap
Untuk terus maju dan mengukir cerita
Terlalu sering menengok kebelakang yang
Menghambat langkah
Jatuh lagi … dan terputus
Wahai diri, siapkah raga terbujur kaku padahal bekalpun tak seberapa
Apa yang bisa dipertanggungjawabkan?
Jika ruh dalam diri terus future dan tak kunjung bangkit
Jika iman di dalam hati terus lemah dan tak juga
Mencari jalan keluar
Jika hidup yang ditangisi adalah kesulitan,
Bukan dosa dari kemunafikan diri
Lalu, masih terus berharap surga Firdaus?
5. Iringan lagu :
Opick-Rapuh
Detik waktu terus berjalan
Berhias gelap dan terang
Suka dan duka, tangis dan tawa
Tergores bagai lukisan
Seribu mimpi, berjuta sepi
Hadir bagai teman sejati
Di antara lelahnya jiwa
Dalam resah dan air mata
Kupersembahkan kepada-Mu
Yang terindah dalam hidupku
Meski kurapuh dalam langkah
Kadang tak setia kepada-Mu
Namun cinta dalam jiwa
Hanyalah pada-Mu
Maafkanlah bila hati
Tak sempurna mencintai-Mu
Dalam dada kuharap hanya
Diri-Mu yang bertahta
Maafkanlah bila hati
Tak sempurna mencintai-Mu
Dalam dada kuharap hanya
Diri-Mu yang bertahta
Meski kurapuh dalam langkah
Kadang tak setia kepada-Mu
Namun cinta dalam jiwa
Hanyalah pada-Mu
Maafkanlah bila hati
Tak sempurna mencintai-Mu
Dalam dada kuharap hanya
Diri-Mu yang bertahta
Meski kurapuh dalam langkah
Kadang tak setia kepada-Mu
Namun cinta dalam jiwa
Hanyalah pada-Mu
Maafkanlah bila hati
Tak sempurna mencintai-Mu
Dalam dada kuharap hanya
Diri-Mu yang bertahta
Detik waktu terus berlalu
Semua berakhir pada-Mu

1. Ade Setyaningrum Sutrisno


2. Nasyilla Putri Nirwan
3. Nurul Aeni Agustini
4. Nurul Latifah H
5. Siti Satira

Anda mungkin juga menyukai