Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Profesionalisme kebidanan pada kasus kompleks

Untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah Asuhan Pada Kasus Kompleks

Dosen Mata kuliah: Hasriani, S.ST., M.Keb

Disusun Oleh :

Kelompok II

Juhasmi Rusmeni (A1A221 005)

Andi Nurhayani (A1A221 014)

Ayu Lestari Has (A1A221 020)

Eka Arianti Rukmana (A1A221 040)

Evi Jumantri (A1A221 046)

JURUSAN KEBIDANAN UNIVERSITAS MEGA REZKY MAKASSAR

2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama allah SWT yang maha pengasih lagi maha

penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadiratnya, yang telah

melimpahkan rahmat, dan hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah Asuhan Pada Kasus Kompleks, Adapun makalah

tentang Profesionalisme Kebidanan Pada Kasus Kompleks Ini telah kami

usahakan semaksimal mungkin dan tentunya bantuan dari berbagai pihak sehingga

dapat memperlancar pembuatan makalah ini.

Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada

pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Namun tidak

lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik

dari segi penyusunan, Bahasa maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan

lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca

yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat

memperbaiki makalah Profesionalisme Kebidanan Pada Kasus Kompleks.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Profesionalisme

Kebidanan Pada Kasus Kompleks ini kita dapat mengambil hikmah dan

manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Makassar, 04 April 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................. 1

C. Tujuan................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Profesionalisme....................................................................... 2

B. Aspek-aspek profesionalisme............................................................... 2

C. Karakteristik dan ciri-ciri profesionalisme........................................... 3

D. Dimensi Profesionalisme...................................................................... 4

E. Indikator profesionalisme..................................................................... 5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................... 8

B. Saran..................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penyelenggaraan pelayanan publik atau penyelenggara merupakan institusi
penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan
Undang-Undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang
dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Pemerintah sebagai aktor
utama dalam penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki kualitas
pelayanan publik yang benar-benar berkualitas bagi masyarakat. Kualitas
pelayanan pubik merupakan suatu kondisi dimana tercipta hubungan yang
dinamis antara pengguna maupun pemberi layanan, baik jasa, manusia. Pelayanan
publik berkaitan erat dengan kemampuan, daya tanggap, ketepatan waktu, dan
sarana prasarana yang tersedia. Apabila layanan yang diberikan sudah sesuai
dengan yang diharapkan oleh pengguna layanan, maka dapat dikatakan pelayanan
tersebut merupakan pelayanan yang berkualitas. Sebaliknya jika layanan yang
diberikan tidak sesuai dengan harapan pengguna layanan, maka dapat dikatakan
pelayanan tersebut tidak berkualitas. Baik buruknya kualitas layanan bukan
berdasarkan sudut pandang atau persepsi penyedia jasa/layanan melainkan
berdasarkan pada persepsi konsumen dan aturan atau ketentuan tentang kualitas
pelayanan.
Banyaknya permasalahan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak, menjadi
perhatian penting pemerintah sehingga pemerintah mengupayakan fasilitas
kesehatan. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif,
B. Rumusan masalah
Menjelaskan tentang profesionalisme kebidanan pada kasus kompleks
C. Tujuan masalah
Untuk mengetahui apa itu profesionalisme kebidanan pada kasus kompleks
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi profesionalisme
Definisi profesionalisme (profesionalisme) menurut Reference.com
Dictionary (2003) bahwa profesionalisme adalah sebuah kata benda yang berarti
ciri khas kemahiran dari seorang yang profesional (the expertness characteristic of
a profesional person). Dengan katagori sebagai berikut: state (status), skillfulness
(kemahiran), expertness; expertise (pengalaman; keahlian), profesionalism
(profesionalisme).
Pengertian profesionalisme secara konseptual hanya dapat diterapkan pada
jabatan tertentu misalnya rekayasawan, yang memenuhi sejumlah kriteria.
Menurut Martin dan Schinzinger (dalam Dipohusodo 1996) yang memberikan
pandangan tentang profesionalisme, bahwa kriteria umum rekayasawan yang
profesional adalah:
1. Mencapai standar prestasi dalam pendidikan, kemampuan atau kreativitas
bekerja, dalam bidang rekayasa.
2. Bersedia menerima tanggung jawab moral terhadap masyarakat, konsumen
pelanggan, sejawat, atasan maupun bawahan sebagai kewajiban profesionalnya.
Profesionalisme adalah keandalan dalam melaksanakan tugas
sehingga terleksana dengan mutu yang tinggi, waktu yang tepat, cermat dan
dengan prosedur yang mudah di fahami dan diikuti.
Orang yang profesional merupakan orang – orang yang diandalkan
dan dipercaya karena mereka ahli, trampil , punya ilmu pengetahuan ,
bertanggung jawab,tekun penuh disiplin dan serius dalam menjalankan
tugas pekerjaan nya

B. A s p e k - A s p e k Profesionalisme
Aspek Profesionalisme, bahwa setiap tenaga kerja memiliki
kemampuan dan ketrampilan kerja atau kejuruan dalam bidang tertentu,
dengan kemampuan dan ketrampilan itu dia dapat mengabdikan dirinya
3

dalam lapangan kerja tertentu dan menciptakan hasil yang baik secara
optimal.
Adapun beberapa aspek diantaranya
1. Aspek Potensial
Aspek potensial yaitu mempunyai potensi herediter yang bersifat dinamis
yang terus berkembang dan dapat dikembangkan.
2. Aspek profesional/ vokasional
Aspek tersebut yaitu memiliki kemampuan dan ketrampilan kerja atau kejujuran
dalam bidang tertentu dengan kemampuan dan ketrampilan yang dapat
mengabdikan dirinya dalam bekerja dan menciptakan hasil secara optimal
3. Aspek fungsional
Aspek fungsional yaitu melaksanakan pekerjaannya secara tepat guna
dengan bekerja sesuai tugas fungsinya
4. Aspek operasional
Aspek operasional yaitu mendayagunakan kemampuan dan ketrampilannya
dalam proses dan prosedur pelaksanaan kegiatan kerja yang ditekuni
5. Aspek Produktivitas
Aspek produktivitas yaitu memiliki motif berptestasi, berusaha agar berhasil
dan memberikan hasil yang baik secara kuantitas dan kualitas.

C. K a r a k t e r i s t i k Dan C i r i - C i r i P r o f e s i o n a l i s m e
Karakteristik profesional mengacu pada kualitas yang dicontohkan
seseorang dalam lingkungan profesi. Profesionalisme mencakup standar
perilaku dan kemampuan seseorang untuk mewujudkan nilai-nilai institusi
dan melakukan apa yang diharapkan pemilik dari mereka.
Dalam lingkup Karakteristik profesional diantaranya :
a. Profesionalime menghendaki sifat mengejar kesempurnaan hasil sehingga di
tuntut untuk selalu mencari peningkatan mutu.
b. Profesionalisme memerlukan kesungguhan dan ketelitian kerja yang hanya dapat di
peroleh melalui pengalaman dan kebiasaan.
c. Profesionalisme menuntut ketekunan dan ketabahan.
4

d. Profesional memerlukan integritas tinggi yang tidak tergoyahkan oleh keadaan


terpaksa atau godaan iman.
e. Profesionalisme memerlukan adanya kebulatan pikiran dan perbuatan sehingga
terjaga efektifitas kerja yang tinggi.

D. Dimensi Profesionalisme

Profesionalisme adalah suatu pandangan yang dicerminkan oleh


dedikasi seseorang dalam menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang
dimiliki. Sikap ini berkaitan dengan keteguhan tekad individu untuk tetap
melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan instrinsik berkurang. Dimensi
profesionalisme memiliki sikap dan nilai-nilai yang dimunculkan oleh para
profesional dalam menjalani aktivitas dan tanggung jawab profesinya
diantaranya :
1. Pengabdian Pada Profesi
Profesionalisme adalah suatu pandangan yang dicerminkan oleh dedikasi seseorang
dalam menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Sikap ini
berkaitan dengan keteguhan tekad individu untuk tetap melaksanakan pekerjaaan
meskipun imbalan intrinsik berkurang. Sikap pada dimensi ini merupakan
ekspresi diri total terhadap pekerjaannya
2. Kewajiban Sosial
Dimensi ini menjelaskan manfaat yang diperoleh, baik oleh masyarakat dengan
adanya suatu pekerjaan maupun bagi yang professional.
3. Kemandirian
Dimensi inimenyatakan bahwa profesional harus mampu membuat keputusan
sendiri tanpa tekanan pihak pain. Rasa kemandirian berasal dari kebebasan
melakukan apa yang terbaik menurut pekerja yang bersangkutan dalam kondisi
khusus.
4. Keyakinan Tetrhadap Profesi
Keyakinan bahwa yang paling berhak dalam
5

menilai kinerja profesional adalah bukan pihak yang tidak mempunyai kompetensi
dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.

5. Hubungan Dengan Sesama Profesi


Profesionalitas mensyaratkan adanya ikatan profesi baik dalam organisasi
formal maupun kelompok kolega informal sebagai sumber utama ide utama
pekerjaan . Melalui ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran
terhadap profesinya

E. In di ka t or P r o f e s i o n s l i s m e Bi da n
Indikator profesionalisme adalah kemampuan, kualitas, sarana,
prasarana, jumlah sumber daya manusia dan teknologi informasi. indikator
profesionalisme bidan di Indonesia yaitu kode etik profesi, tanggung
jawab, melakukan kolaborasi dan rujukan yang tepat, pendidikan
berkelanjutan, kompetensi dan advokasi
a. Kode etik profesi
Adalah norma- norma yang harus di indahkan oleh setiap profesi
dalam melaksanakan tugas profesi nya dan hidup di masyarakat. Adalah
merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai nilai internal dan eksternal
sebagai pernyataan komprehensif suatu profesi yang memberikan tuntutan
anggotanya dalam pengabdian profesi
Kode Etik Profesi Bidan
• Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan
sumpah jabatannya dalam tugas pengbdiannya
• Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan
martabat kemanusiaan yang utuh dsn memelihara citra bidan
• Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran
tugan dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat
• Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien,
menghormati hak klien, menghormati nilai nilai yang berlaku di masyarakat
• Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan
6

klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya
• Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan
pelaksanaaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk
meningkatkan derajad kesehatannya secara optimal

b. Tanggung jawab
Bidan bertugas; mengembangkan pelayanan dasar kesehatan di
wilayah kerja. b. Berpartisipasi dalam tim. Bidan berpartisipasi dalam tim
untuk melaksanakan program kesehatan sektor lain melalui dukun bayi,
kader kesehatan, serta tenaga kesehatan lain yang berada di bawah
bimbingan dalam wilayah kerjanya. Dan beberapa tanggung jawab bidan
lainnya yaitu

• Tanggung jawab bidan terhadap tugasnya


• Tanggung jawab dalam praktek kebidanan
• Tanggung jawab bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya
• Tanggung jawab bidan terhadap pemerintah
• Tanggung jawab bidan terhadap profesi lain
• Tanggunggugat dalam praktek kebidanan
c. melakukan kolaborasi dan rujukan yang tepat

Dalam kebidanan kolaborasi interprofesional sangat penting untuk


keselamatan pasien. Karena kegagalan kolaborasi dan komunikasi juga akan
mengakibatkan angka kematian pada ibu dan bayi. Pelayanan kebidanan
kolaborasi adalah pelayanan yang dilakukan oleh bidan sebagi anggota tim yang
kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu urutan dari suatu
proseskegiatan pelayanan kesehatan.
Tujuan pelayanan kolaborasi, Tujuan pelayanan ini adalah berbagi otoritas
dalam pemberian pelayanan berkualitas sesuai ruang lingkup masing-masing.
Elemen dalam melakukan kolaborasi antara lain harus melibatkan tenaga ahli
dengan keahlian yang berbeda, yang dapat bekerjasama secara timbal balik dengan
7

baik, anggota kelompok harus bersikap tegas dan mau bekerjasama, kelompok
harus memberi pelayanan yang keunikannya dihasilkan dari kombinasi pandangan
dan keahlian yang diberikan oleh setiap anggota tim tersebut.
d. pendidikan berkelanjutan

pendidikan berkelanjutan adalah suatu usaha untuk meningkatkan


kemampuan, hubungan antar manusia dan moral bidan sesuai dengan pelayanan
dan standar yang telah di tentukan melalui pendidikan formal dan nonformal.
Tujuan pendidikan berkelanjutan bidan yaitu pemenuhan standar berupa
organisasi profesi bidan telah menentukan standar kemampuan bidan yang harus
dikuasai melalui pendidikan berkelanjutan.

e. Berkompeten

Kompetensi dibagi menjadi dua yaitu kompetensi inti atau dasar yaitu
kompetensi minimal yang mutlak dimiliki oleh bidan, kompetensi tambahan
atau lanjutan yaitu pengembangan dari pengetahuan dan ketrampilan dasar
untuk mendukung tugas bidan dalam memenuhi tuntutan/kebutuhan masyarakat
yang sngat dinamis serta perkembangan IPTEK. Kompetensi merupakan bagian
dari pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang diperlukan bidan dalam
melakukan pelayanan kebidanan.

f. Advokasi
Melakukan advokasi terhadap pengambilan keputusan dari kategoriprogram
ataupun sektor yang terkait dengan kesehatan maternal dan neonatal.
Melakukan advokasi berarti melakukan upaya-upaya agar pembuat keputusan atau
penentu kebijakan mencapai suatu kebijakan tersebut.
8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyelenggaraan pelayanan publik atau penyelenggara merupakan


institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang
dibentuk berdasarkan Undang-Undang untuk kegiatan pelayanan publik,
dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan
pelayanan publik. Pemerintah sebagai aktor utama dalam penyelenggaraan
pelayanan publik harus memiliki kualitas pelayanan publik yang benar-
benar berkualitas bagi masyarakat. Kualitas pelayanan pubik merupakan
suatu kondisi dimana tercipta hubungan yang dinamis antara pengguna
maupun pemberi layanan, baik jasa, manusia. Pelayanan publik berkaitan
erat dengan kemampuan, daya tanggap, ketepatan waktu, dan sarana
prasarana yang tersedia.

B. Saran

Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi pokok

bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan

kelemahannya kami mohon maaf.

Kami berharap pembaca dan mahasiswa dapat memberikan kritik dan saran

yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini dan

pembelajaran untuk penulisan makalah di lain kesempatan.

Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya, dan juga para

pembaca pada umumnya.


DAFTAR PUSTAKA

Amelia, Sylvi Wafda Nur. 2019. Asuhan Kebidanan kasus kompleks

maternal dan neonatal. Yogyakarta : Pustaka baru

Bidan Praktik Mandiri Kecamatan Tembalang. Prosedur Seminar Nasinonal

Unimus. 2, 107–112

Supratti., & Ashriady. (2016). Pendokumentasian Standar Asuhan

Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Mamuju Indonesia.

Jurnal Kesehatan

Yongky, dkk. 2012. Draft Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan.

Padang: Rumah kayu Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai