Anda di halaman 1dari 71

PERBANDINGAN PERSENTASE PEMERIKSAAN

BLASTOCYSTIS HOMINIS MENGGUNAKAN TEKNIK PCR


DAN PEMERIKSAAN LANGSUNG DAN TINJAUANNYA
MENURUT PANDANGAN ISLAM

SKRIPSI

WIDYA RACHMA

NPM 1102017242

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UMUM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI

JANUARI, 2021
PERBANDINGAN PERSENTASE PEMERIKSAAN
BLASTOCYSTIS HOMINIS MENGGUNAKAN TEKNIK PCR
DAN PEMERIKSAAN LANGSUNG DAN TINJAUANNYA
MENURUT PANDANGAN ISLAM

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

WIDYA RACHMA

NPM 1102017242

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UMUM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI

JANUARI, 2021

i
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh:


Nama : Widya Rachma
NPM : 1102017242
Program Studi : Kedokteran Umum
Judul Skripsi : Perbandingan Persentase Pemeriksaan Blastocystis hominis
Menggunakan Teknik PCR dan Pemeriksaan Langsung dan
Tinjauannya Menurut Pandangan Islam
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Komisi Penguji skripsi pada 26 Januari
2021 dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh
gelar Sarjana Kedokteran pada Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran
Universitas YARSI.
Mengesahkan
Pembimbing Ilmu Pembimbing Agama

Dr. Dra. Ndaru Andri D., M.Sc Drs. M. Arsyad, MA


NIK: 531111117256 NIK: 531101189003
Penguji

dr. Rika Ferlianti, M.Biomed


NIK. 531111107180

Mengetahui

Prof. dr. Hj. Rika Yuliwulandari, M.Hlt.Sc., Ph.D., Sp.KKLP


NIK. 531111100087
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas YARSI

ii
SURAT PERNYATAAN
Telah disetujui oleh dosen pembimbing, skripsi dari:

Nama : Widya Rachma

NPM : 1102017242

Program Studi : Kedokteran Umum

Judul Skripsi : Perbandingan Persentase Pemeriksaan Blastocystis hominis


Menggunakan Teknik PCR dan Pemeriksaan Langsung dan
Tinjauannya Menurut Pandangan Islam

Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi ini benar karya Saya sendiri dan bukan
merupakan karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di
suatu Perguruan Tinggi serta dari yang Saya ketahui bukan pula karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang menjadi
rujukan di dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Jakarta, 16 Januari 2021

Peneliti

Widya Rachma

iii
ABSTRAK

Nama : Widya Rachma (1102017242)


Program Studi : Kedokteran
Judul : Perbandingan Persentase Pemeriksaan Blastocystis hominis
MenggunakanTeknik PCR dan Pemeriksaan Langsung dan
Tinjauannya Menurut Pandangan Islam
Latar Belakang: Blastocystis hominis merupakan protozoa yang paling sering
ditemukan pada sampel feses manusia yang termasuk sebagai organisme komensal,
tetapi dapat juga sebagai patogen bila jumlahnya berlebih dalam tubuh. Infeksi B.
hominis ditularkan secara fecal-oral dan keluhan paling umum yang terjadi yaitu
sakit perut dan diare. Pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya infeksi B. hominis adalah pemeriksaan mikroskopik, kultur,
serologi, dan pemeriksaan molekular dengan teknik PCR. Orang yang beriman pasti
akan diberi ujian ataupun masalah, dan ketika dihadapkan pada sebuah masalah,
manusia akan dihadapkan pada proses pengambilan keputusan yang dalam mencari
solusi pemecahannya pun seharusnya kita juga melibatkan Allah. Tujuan penelitian
ini adalah mengetahui adanya perbandingan persentase pemeriksaan B. hominis
menggunakan teknik PCR dan pemeriksaan langsung serta tinjauannya menurut
pandangan Islam.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik, yang menggambarkan
perbandingan di antara kedua uji diagnostik. Penelitian ini dilakukan di Desa
Pangulah Selatan. Sampel dalam penelitian ini adalah warga RW02 Desa Pangulah
Selatan yang berjumlah 38 orang.
Hasil: Ditemukan bahwa hasil pemeriksaan feses menggunakan mikroskop
ditemukan kista B. hominis pada 4 sampel (10,5%), dengan PCR didapatkan hasil
positif B. hominis sejumlah 7 sampel (18,4%), dan berdasarkan hasil uji Mc-Nemar
tidak ada perbedaan bermakna antara identifikasi B. hominis menggunakan
pemeriksaan mikroskopis dan pemeriksaan PCR dengan nilai P-values 0,375 (P <
0,15).
Kesimpulan: Hasil pemeriksaan PCR menunjukkan angka yang lebih tinggi
daripada hasil pemeriksaan mikroskopis, namun hasil uji Mc-Nemar menunjukkan
tidak ada perbedaan yang bermakna secara statistik. Menurut pandangan Islam,
untuk memilih cara diagnosis yang tepat manusia harus memilih berdasarkan yang
paling banyak maslahat daripada mudaratnya.

Kata Kunci: Blastocystis hominis, PCR, mikroskopis

iv
ABSTRACT

Name : Widya Rachma (1102017242)


Study Program : Medicine
Title : Comparison of the Percentage of Blastocystis hominis
Examination Using PCR Techniques and Direct Examination
and the Review According to Islamic View
Background: Blastocystis hominis is the most common protozoan found in human
faecal samples which is included as a commensal organism, but can also be a
pathogen if the amount is excessive in the body. B. hominis infection is transmitted
by fecal-oral route and the most common complaints are abdominal pain and
diarrhea. Laboratory tests that can be used to detect the presence of B. hominis
infection are microscopic examination, culture, serology, and molecular
examination using PCR technique. People who believe will definitely be given a test
or problem, and when faced with a problem, humans will be faced with a decision-
making process in which we should also involve God in finding solutions. The
purpose of this study was to determine the comparison of the percentage of B.
hominis examination using the PCR technique and direct examination and review
according to the Islamic view.
Methods: This study is an analytical study, which describes a comparison between
the two diagnostic tests. This research was conducted in South Pangulah Village.
The sample in this study were residents of RW02 South Pangulah Village, totaling
38 people.
Results: It was found that the results of stool examination using a microscope found
B. hominis cysts in 4 samples (10.5%), by PCR, 7 samples were found to be positive
for B. hominis (18.4%), and based on the Mc-Nemar test results there was no
difference significant difference between the identification of B. hominis using
microscopic examination and PCR examination with P-values 0.375 (P < 0.15).
Conclusion: The results of the PCR examination showed a higher number than the
results of the microscopic examination, but the results of the Mc-Nemar test showed
no statistically significant difference. According to the Islamic view, to choose the
right method of diagnosis, humans must choose based on the most benefit rather
than harm.

Keywords: Blastocystis hominis, PCR, microscopic

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah


SWT, Berkat Rahmat dan HidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Perbandingan Persentase Pemeriksaan Blastocystis hominis
Menggunakan Teknik PCR dan Pemeriksaan Langsung dan Tinjauannya Menurut
Pandangan Islam”. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas YARSI. Pada
penulisan dan penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan,
dukungan, serta kerjasama dari berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada:

1. Dr. Dra. Ndaru Andri D., M.Sc selaku dosen pembimbing atas waktu,
ilmu, dan bimbingannya dalam pembuatan skripsi ini.
2. Drs. M.Arsyad, MA selaku dosen pembimbing agama Islam atas waktu,
ilmu, dan bimbingannya dalam pembuatan skripsi ini.
3. Prof. dr. Hj. Rika Yuliwulandari, M.Hlt.Sc, Ph.D, Sp.KKLP selaku
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas YARSI beserta jajarannya.
4. dr. Zwasta Pribadi M, M.MedEd selaku Ka. Prodi Akademik Kedokteran
Umum Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
5. dr. H. Lilian Batubara, M.Kes selaku ketua komisi skripsi.
6. dr. Rika Ferlianti, M.Biomed selaku dosen penguji.
7. Kedua orang tua tersayang bapak Trihadi Kusmiantoro, ibu Ida Lutfiati
dan kakak Syaiful Bachtiar dan Fahmi Rizal atas segala doa dan
dukungannya selama ini.
8. Sita Romita Putri dan Shavira Wadya Putri Wahyudi selaku teman
kelompok skripsi atas kerjasama dan saling menyemangati dalam
pembuatan skripsi ini.

vi
9. Pak Ratim dan Bu Riri yang telah banyak membantu dan membimbing
pada penelitian di laboratorium parasitologi maupun di laboratorium
molekuler.
10. Mas Feri selaku warga RW02 Desa Pangulah Selatan yang membantu kami
dalam pengumpulan sampel.
11. Teman dan sahabat yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu
yang selalu menyemangati dan menghibur dalam pembuatan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih jauh dari
sempurna dan masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun dari segi
materi. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun untuk perbaikan pada penulisan dan penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap skripsi ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan semua pihak yang telah
membantu. Aamiin.

Jakarta, 16 Januari 2021


Penulis

Widya Rachma

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
SURAT PERNYATAAN....................................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
ABSTRACT .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 4
1.3 Pertanyaan Penelitian ............................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
BAB II ..................................................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 6
2.1 Kajian Pustaka .......................................................................................... 6
2.2 Kerangka Teori ....................................................................................... 15
2.4 Perumusan Hipotesis .............................................................................. 16
2.5 Definisi Operasional ............................................................................... 16
BAB III ................................................................................................................. 19
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 19
3.1. Jenis Penelitian ....................................................................................... 19
3.2 Rancangan Penelitian ............................................................................. 19
3.3 Populasi .................................................................................................. 19
3.4 Sampel .................................................................................................... 19
3.5 Cara Penetapan Sampel .......................................................................... 19

viii
3.6 Penetapan Besar Sampel ........................................................................ 20
3.7 Jenis Data ............................................................................................... 20
3.8 Cara Pengumpulan dan Pengukuran Data .............................................. 20
3.9 Instrumen Pengumpulan Data ................................................................ 21
3.10 Analisa Data ........................................................................................... 21
3.11 Alur Penelitian ........................................................................................ 24
3.12 Jadwal Penelitian .................................................................................... 25
BAB IV ................................................................................................................. 26
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 26
4.1 Hasil Penelitian....................................................................................... 26
4.2 Pembahasan ............................................................................................ 31
BAB V................................................................................................................... 34
PERBANDINGAN PERSENTASE PEMERIKSAAN BLASTOCYSTIS HOMINIS
MENGGUNAKAN TEKNIK PCR DAN PEMERIKSAAN LANGSUNG DAN
TINJAUANNYA MENURUT PANDANGAN ISLAM ...................................... 34
5.3 Pemeriksaan Mikroskop Menurut Pandangan Islam .............................. 43
5.4 Perbandingan Persentase Pemeriksaan Blastocystis hominis
Menggunakan Teknik PCR dan Pemeriksaan Langsung dan Tinjauannya
Menurut Pandangan Islam ................................................................................. 45
BAB VI ................................................................................................................. 49
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 49
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 49
4.2 Saran ....................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 50
BIODATA PENELITI .......................................................................................... 52
Lampiran 1. Surat Kelayakan Etik .................................................................... 53
Lampiran 2. Formulir Informasi Persetujuan Penelitian ................................... 54
Lampiran 3. Data Statistik ................................................................................. 55
Lampiran 4. Dokumentasi ................................................................................. 58

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Diagnostik Morfologi B. hominis ..............................................8

Tabel 2.2 Definisi Operasional ..............................................................................15

Tabel 3.1 Tabulasi Tabel 2 x 2 B. hominis dengan Teknik pemeriksaan Mikroskopis


dan PCR ................................................................................................................20

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ...................................................................................24

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden ......................................................25

Tabel 4.2 Persentase B. hominis dengan Teknik Pemeriksaan Mikroskopis .........27

Tabel 4.3 Persentase B. hominis dengan Teknik Pemeriksaan PCR ......................27

Tabel 4.4 Analisis Tabulasi Silang B. hominis dengan Teknik Pemeriksaan


Mikroskopis dan PCR ...........................................................................................28

Tabel 4.5 Hasil Uji Diagnosis PCR untuk Mendeteksi B. hominis .......................29

Tabel 4.6 Analisis Statistik Mc-Nemar untuk Melihat Perbandingan Deteksi B.


hominis dengan Pemeriksaan Mikroskopis dan Pemeriksaan PCR ......................30

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Hidup B. hominis .......................................................................6

Gambar 2.2 Kerangka Teori. ..................................................................................14

Gambar 2.3 Kerangka Konsep ...............................................................................14

Gambar 3.1 Alur Penelitian....................................................................................23

xi
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Blastocystis hominis merupakan protozoa yang paling sering
ditemukan pada sampel feses manusia, baik dari pasien bergejala, maupun
dari individu yang sehat. Oleh karena itu, organisme ini termasuk sebagai
organisme komensal, tetapi dapat juga sebagai patogen bila jumlahnya
berlebih dalam tubuh. Blastocystis hominis tersebar di negara-negara
beriklim tropis. (Tasić, et al., 2017) Prevalensi B. hominis rendah di negara
maju seperti Jepang (0,5-1%) dan Singapura (3,3%) dan tinggi di negara
berkembang seperti Argentina (27,2%), Brazil (40,9%), Kuba (38,5%),
Mesir (33,3%), dan Indonesia (60%). Hal ini dikaitkan dengan buruknya
hygiene, kontak dengan hewan, dan konsumsi makanan dan air yang
terkontaminasi. Infeksi B. hominis ditularkan secara fecal-oral, yaitu seperti
infeksi protozoa usus lainnya. (Tan, 2008) Sakit perut dan diare merupakan
keluhan yang paling umum terjadi pada infeksi B. hominis. Keluhan
gastrointestinal lainnya yang tidak spesifik seperti mual, anoreksia,
kembung, gatal perianal, juga dapat dikaitkan dengan infeksi B. hominis.
Gejalanya berkisar dari ringan dan sedang, hingga kejadian akut dan kronis
yang parah. Jumlah parasit yang ditemukan pada spesimen feses
menentukan keparahan gejala dan tanda-tanda infeksi. (STENZEL &
BOREHAM, 1996) Adapun pemeriksaan laboratorium yang dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya infeksi B. hominis adalah pemeriksaan
mikroskopik, kultur, serologi, dan pemeriksaan molekular. (Tan, 2008)

Pemeriksaan mikroskopis masih dianggap sebagai "gold standard"


untuk diagnosis penyakit parasit. (CDC, 2019) Tetapi, dalam pemeriksaan
mikroskopis, sifat polimorfik pada sediaan basah dari B. hominis dapat
menimbulkan kebingungan karena morfologinya mirip dengan yeast,
Cyclospora sp., atau gumpalan lemak. Pemeriksaan mikroskopik

1
menggunakan pewarnaan langsung yang terdiri dari pewarnaan lugol-iodin,
apusan permanen dengan acid-fast, Field’s, trichrome dan teknik
konsentrasi formolether (FECT). (Tan, 2008) Jika identifikasi B. hominis
tidak dapat ditegakkan, spesimen feses dapat dianalisis menggunakan
teknik molekuler. (CDC, 2019) Sejak berkembangnya penelitian tentang
pemeriksaan molekuler, telah dilakukannya deteksi dan amplifikasi DNA
B. hominis dari spesimen feses menggunakan teknik PCR. (Nofita, et al.,
2015) Pemeriksaan molekular dengan teknik PCR sangat berguna untuk
studi epidemiologi berskala besar karena cara kerjanya yang cepat, sensitif,
dan spesifik. (Tan, 2008)

Ujian atau masalah merupakan sesuatu yang kita hadapi setiap hari.
Allah SWT menghendaki keadaan manusia berbeda-beda sebagai sebuah
ujian. Ujian kesulitan, ujian kehilangan, kekurangan, musibah, penyakit,
kemiskinan adalah masalah biasa yang dihadapi oleh manusia selama hidup
di dunia ini. Tidak ada satupun manusia di dunia ini yang meminta kepada
Allah untuk hidup susah, namun berhatikanlah firman Allah berikut ini,

Artinya:

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)


mengatakan: ’Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan
sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka,
maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al-Ankabut
(29):2-3)”

2
Melalui ayat ini, Allah menjelaskan bahwa setiap orang yang
beriman pasti akan diberi ujian ataupun masalah, dan ketika dihadapkan
pada sebuah masalah, manusia akan dihadapkan pada proses pengambilan
keputusan terkait dengan pemecahan masalah tersebut. Sikap seseorang
dalam menghadapi sebuah permasalahan tentu saja berbeda-beda, proses
seseorang dalam pengambilan keputusan pun juga bermacam-macam. Kita
sebagai umat Islam, berdasarkan QS. Al-Ankabut: 2-3 yang telah
disebutkan diatas, meyakini bahwa setiap masalah yang ada adalah datang
dari Allah, dalam mencari solusi pemecahannya pun seharusnya kita juga
melibatkan Allah. Tidak ada salahnya menggunakan human
judgment dalam pengambilan keputusan, tapi kita tetap harus yakin bahwa
Allah-lah sebaik-baiknya pemberi keputusan.

Artinya:

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu


dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu,
Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al-Baqarah
(2):216)”

Dijelaskan pada ayat di atas bahwa Allah-lah sebaik-baiknya tempat


kembali ketika kita dihadapkan pada sebuah masalah dan pada sebuah
proses pengambilan keputusan. (Khasanah, 2018) Tetapi sebagai muslim
kita juga harus memilah dan membandingkan keputusan yang terbaik yaitu
lebih banyak maslahatnya daripada mudaratnya. Seperti firman Allah yang
mengatakan:

3
Artinya:
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu. (QS. Al- Baqarah (2):185)”
Pada ayat di atas, Allah SWT menekankan bahwa ajaran Islam yang
diturunkan beserta dengan aturan-aturanya tidaklah untuk menyulitkan
manusia karena hal ini bertentangan dengan iradah Allah SWT yang
menginginkan kemudahan dan kelapangan tanpa hendak menyulitkan
manusia. (Ikromi, 2015)

1.2 Perumusan Masalah


Beberapa penelitian menyimpulkan terdapat perbedaan pada hasil
antara pemeriksaan menggunakan teknik PCR dan pemeriksaan langsung
dalam identifikasi B. hominis. Hal ini yang mendorong peneliti untuk
melakukan penelitian mengenai perbedaan persentase pemeriksaan B.
hominis menggunakan teknik PCR dan pemeriksaan langsung.

1.3 Pertanyaan Penelitian


1. Berapa persentase ditemukannya Blastocystis hominis menggunakan
teknik PCR?
2. Berapa persentase ditemukannya Blastocystis hominis menggunakan
pemeriksaan langsung?
3. Berapa perbandingan persentase pemeriksaan Blastocystis hominis
menggunakan teknik PCR dan pemeriksaan langsung?
4. Bagaimana pandangan Islam mengenai perbandingan persentase
pemeriksaan Blastocystis hominis menggunakan teknik PCR dan
pemeriksaan langsung?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
1. Mengetahui perbandingan persentase pemeriksaan Blastocystis
hominis menggunakan teknik PCR dan pemeriksaan langsung

4
2. Mengetahui perbandingan persentase pemeriksaan Blastocystis
hominis menggunakan teknik PCR dan pemeriksaan langsung
serta tinjauannya menurut pandangan Islam
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui persentase ditemukannya Blastocystis hominis
menggunakan teknik PCR
2. Mengetahui persentase ditemukannya Blastocystis hominis
menggunakan pemeriksaan langsung

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti
1. Peneliti dapat meningkatkan kemampuan dalam memahami
langkah-langkah dilakukannya penelitian dengan baik dan benar
2. Peneliti dapat menambah pengetahuan tentang Blastocystis
hominis serta menambah keterampilan dalam penelitian berbasis
PCR dan pemeriksaan langsung
3. Peneliti dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dari hasil
penelitian
1.5.2 Manfaat Bagi Institusi
1. Penelitian dapat digunakan sebagai tambahan bahan pustaka dan
literatur untuk Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
1.5.3 Manfaat Bagi Masyarakat
1. Dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan mengenai
infeksi Blastocystis hominis

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Blastocystis hominis
2.1.1.1 Morfologi

Blastocystis hominis adalah salah satu protozoa yang paling


umum ditemukan di manusia. (Roberts, et al., 2014) Blastocystis
hominis adalah sebuah protozoa yang berbentuk polimorfik dengan
empat bentuk utama, yaitu bentuk vakuolar, kista, granular, dan
amoeboid. Bentuk vakuola sentral berbentuk bulat dan memiliki
variasi ukuran yang luas mulai dari 2 sampai 200 μm (rata-rata 4
sampai 15 μm). Bentuk vakuolar ditandai dengan adanya vakuola
sentral yang besar yang berisi sekitar 90% volume sel. Karena
vakuolanya besar, sitoplasma dan organel lain menjadi terdesak ke
tepi. Organel yang berbentuk seperti mitokondria dan nukleus
biasanya berada dalam bagian sitoplasma yang menebal di ujung
sel yang berlawanan. Vakuola sentral dapat terlihat kosong maupun
berisi material yang halus sampai berlipat-lipat yang mengandung
karbohidrat dan lemak. Vakuola juga berperan dalam reproduksi
mirip skizogoni dengan menyediakan lingkungan untuk
perkembangan parasit. (Tan, 2008)

Bentuk granula terlihat mirip seperti bentuk vakuolar. Hal


yang membedakannya adalah adanya granula dalam sitoplasma
atau pun dalam vakuola sentral yang membuat bentuk granula
digambarkan sebagai bentuk vakuolar yang mengandung granula
daripada sebagai tahap yang berbeda. Granula intraselular bersifat
heterogen dan digambarkan sebagai inklusi mirip seperti mielin,
vesikel-vesikel kecil, butiran-butiran kristal, dan lipid. Bentuk
amoeboid jarang terlihat dalam pemeriksaan. Bentuk amoeboid

6
berukuran 10 sampai 15 μm memiliki ciri khas seperti bentuk
vakuolar dengan satu atau dua pseudopoda. Bentuk kista berukuran
paling kecil yaitu 2 sampai 5 μm berbentuk oval atau bulat dengan
dinding kista yang berlapis-lapis. Sitoplasma kista mengandung 1
sampai 4 nukleus, mitokondria, simpanan glikogen, dan vakuola
kecil. (Tan, 2008)

2.1.1.2 Siklus Hidup

Blastocystis hominis bereplikasi dengan cara pembelahan


biner. Cara penularannya adalah fecal-oral. Individu dapat
terinfeksi B. hominis dengan cara tertelan kista dari feses individu
yang terinfeksi atau dari tanah yang terkontaminasi feses. (Parija &
Jeremiah, 2013) Kista dapat tertelan jika individu meminum air
yang tidak diolah, memakan tumbuhan air tidak matang yang
terkontaminasi, dan makan dengan tangan yang kotor. (Anuar, et
al., 2013) Saat tertelan, kista berkembang ke dalam bentuk vegetatif
hanya pada hospes yang sesuai. Bentuk kista lalu mengalami
ekskistasi di dalam usus besar dan berkembang menjadi bentuk
vakuolar yang memiliki berbagai macam bentuk seperti vakuola
sentral, amoeboid, dan granular yang diduga memiliki peran dalam
perkembangan. Setelah itu, bentuk vakuolar mengalami enkistasi
di lumen usus untuk membentuk kista yang akan terkandung dalam
feses untuk transmisi berikutnya. (Parija & Jeremiah, 2013)

7
Bentuk infektif belum dikonfirmasi.

Transmisi fecal-oral.

Bentuk kista dan vacuolar


keluar bersama feses.

Bentuk kista Bentuk vakuolar Bentuk mitotik. Bentuk granular Bentuk amoeboid.

Beberapa bentuk yang dapat ditemukan pada sampel feses


manusia dan kultur.

Gambar 2.1 Siklus Hidup Blastocystis hominis (CDC, 2019)

2.1.1.3 Manifestasi Klinik

Berbagai tanda dan gejala mulai dari gejala pencernaan


sampai gangguan kulit telah dikaitkan dengan infeksi B. hominis.
Gejala pencernaan yang paling umum terjadi adalah diare dan nyeri
perut. Ada pun gejala non spesifik seperti nausea, anoreksia,
kembung, flatus, dan diare akut atau kronik juga turut dilaporkan.
Diare dapat terjadi ringan dan sembuh dengan sendirinya atau

8
kronik dengan gastroenteritis akut. (Beyhan, et al., 2015) Pada kulit
dapat terjadi urtikaria yang juga dihubungkan dengan infeksi.
(Katsarou-Katsari, et al., 2008) Infeksi B. hominis dapat
menyebabkan gejala yang serupa dengan irritable bowel syndrome
(IBS) dikarenakan gejalanya yang sama, seperti diare, nyeri perut,
kram, dan mual. Selain itu, hal yang memungkinkan lainnya juga
adanya perubahan lingkungan di usus yang disebabkan oleh IBS
adalah lingkungan yang disukai Blastocystis untuk tumbuh.
(Salvador, et al., 2016) Irritable bowel syndrome (IBS)
didefinisikan sebagai kelompok fungsional gangguan usus di mana
nyeri perut dikaitkan dengan buang air besar atau perubahan
kebiasaan buang air besar tanpa adanya penyebab organik. (Coyle,
et al., 2012)

2.1.1.4 Pemeriksaan Laboratorium


a. Pemeriksaan Mikroskopis
Pada pemeriksaan mikroskopis, bentuk vakuola tidak
mendominasi pada sediaan feses segar, tetapi yang mendominasi
adalah bentuk kista yang sulit untuk diidentifikasi. Pemeriksaan
mikroskopis langsung biasanya dilakukan dengan pewarnaan
spesimen. Sediaan basah dengan pewarnaan lugol-iodine dan
pewarnaan permanen dengan acid-fast, Giemsa, Field’s, dan
Trichrome yang merupakan pewarnaan yang paling sering
digunakan. (Tan, 2008)
Di antara sediaan basah apusan langsung seperti lugol-
iodine, formol ether concentration technique (FECT), dan
trichrome, diketahui pewarnaan lugol-iodine adalah yang paling
sensitif, dan pewarnaan menggunakan trichrome adalah yang
paling banyak didapatkan hasil positif dalam sediaan feses.
(Elghareeb, et al., 2015)

9
Tabel 2.1 Kriteria Diagnostik Morfologi B. hominis (Tan, 2008)

Tahap Ukura Vakuola Jumlah Sampel Deskripsi


Bentuk n (μm) Sentral Nukleus
Vakuolar 2-200 Ada 1-4 Kultur, Vakuola
(biasan (biasany feses sentral
ya 5- a 1-2) menempati
15) 70-90%
volume sel;
terkadang
ada sel
besar
dengan
nukleus
multipel

Granular 6.5-8 Ada 1-4 Feses, Terdapat


kultur granula
dalam
vakuola
sentral
Multivaku 5-8 Ada atau 1-2 Feses, Jarang
olar tidak ada kultur terlihat

Avakuolar ~5 Tidak ada 1-2 Usus, Jarang


feses terlihat di
feses

Amoeboid 2.6-7.8 Ada atau 1-2 Feses, Jarang


tidak ada kultur terlihat

Kista 3-10 Tidak ada 1-4 Feses, Jarang


kultur terlihat di
kultur;
terdapat
dinding
kista yang
berlapis-
lapis

b. Kultur

Teknik kultur merupakan teknik yang lebih sensitif daripada


apusan langsung pada pemeriksaan mikroskopik tetapi tidak

10
umum digunakan di laboratorium diagnostik. (Coyle, et al.,
2012) Biakan laboratorium xenic atau monoxenic dari isolat
Blastocystis di mana Blastocystis ditanam in vitro dengan
mikroorganisme non-spesifik dapat dilakukan pada medium
Jones atau Boeck and Drbohlav’s egg serum. (Roberts, et al.,
2011)

c. Serologi

Infeksi Blastocystis menyebabkan respon imunoglobulin G


(IgG) dan IgA dan dapat dideteksi oleh uji indirect fluorescent
antibody (IFA) dan uji enzyme-linked immunosorbent assay
(ELISA). Titer ELISA pada infeksi Blastocystis berkisar mulai
dari 1:50 sampai 1:1600, tingginya titer dihubungkan dengan
adanya infeksi simptomatik. (Tan, 2008)

d. Molekular
Diagnosis molekular oleh Polymerase chain reaction (PCR)
menggunakan small subunit ribosomal RNA (SSU rRNA)
menjadi suatu teknik yang banyak digunakan untuk mendeteksi
berbagai infeksi parasit di saluran cerna karena sifatnya yang
lebih sensitif dari pemeriksaan mikroskopi dan kultur. Karena
genotip rDNA Blastocystis sangat beragam, pemilihan primer
sangatlah penting. Beberapa primer dapat lebih mengamplifikasi
subtipe spesifik yang dapat melewatkan beberapa subtipe dalam
analisis. Akan lebih baik jika primer PCR cocok dengan DNA
yang diekstraksi langsung dari feses. (Roberts, et al., 2011)
2.1.1.5 Epidemiologi

Prevalensi B. hominis berbeda-beda di setiap negara. Secara


umum prevalensinya lebih tinggi pada negara berkembang
dibandingkan negara maju. Hal tersebut berhubungan dengan
hygiene yang kurang baik, paparan binatang, dan konsumsi air

11
minum yang terkontaminasi parasit. Prevalensi B. hominis
berdasarkan usia dari berbagai penelitian tidak menunjukkan
hubungan yang signifikan. Ada penelitian yang menyatakan bahwa
infeksi B. hominis lebih banyak terjadi pada orang dewasa. Hal ini
dikarenakan orang dewasa lebih banyak melakukan aktivitas di luar
rumah sehingga mendapatkan paparan yang lebih besar sebagai
sumber infeksi protozoa usus. Penelitian lain menyatakan
sebaliknya bahwa prevalensi parasit ini banyak terjadi pada
kelompok usia di bawah 10 tahun dengan alasan hygiene dan toilet
training pada usia tersebut belum cukup dan penularan silang
melalui close personal contact. (Pramestuti & Saroh, 2017)

2.1.1.6 Pengendalian

Jalur penularan B. hominis melalui fecal-oral ketika manusia


mengonsumsi makanan dan air yang tidak higienis. Oleh karena itu,
tindakan pencegahan yang dapat dilakukan dengan menjaga
hygiene perorangan dengan cuci tangan dengan sabun sebelum dan
sesudah menggunakan toilet, menjaga kebersihan fasilitas umum,
mencegah kontaminasi feses dalam makanan dan air, mengupas
dan mencuci buah dan sayuran mentah. (Sadaf, et al., 2013)

2.1.2 Polymerase Chain Reaction (PCR)

Polymerase chain reaction (PCR) adalah sebuah metode


untuk amplifikasi sebuah segmen spesifik dari DNA. PCR
ditemukan oleh Kary Mullis pada tahun 1984. Teknik ini saat ini
banyak digunakan oleh dokter dan peneliti untuk mendiagnosis
penyakit, gen sekuens, dan melakukan penelitian kuantitatif dan
genomik yang canggih dengan cara yang cepat dan sangat sensitif.
Salah satu aplikasi medis yang paling penting dari metode PCR
klasik adalah deteksi patogen. Selain itu, uji PCR digunakan dalam
kedokteran forensik untuk mengidentifikasi suatu kejahatan.

12
(Garibyan & Avashia, 2013) Prinsip PCR didasarkan pada
penggunaan DNA polimerase yang merupakan replikasi in vitro
dari urutan DNA spesifik. Metode ini dapat menghasilkan puluhan
miliar salinan fragmen DNA yang diinginkan dari ekstrak DNA
(templat DNA). (Kadri, 2019)

2.1.2.1 Tahapan PCR

Terdapat 3 tahap utama pada teknik PCR yaitu denaturasi,


penempelan primer (annealing), dan elongasi (extension). Pada
langkah pertama, DNA didenaturasi pada suhu tinggi (dari 90-
97°C). Pada langkah dua, primer menempel ke untai templat DNA
untuk elongasi. Pada langkah ketiga, elongasi terjadi pada ujung
tempat menempelnya primer untuk membuat untai salinan
komplementer dari DNA. Ini secara efektif menggandakan
kuantitas DNA melalui langkah ketiga dalam siklus PCR. Untuk
dapat mengamplifikasi suatu segmen DNA menggunakan PCR,
sampel harus dipanaskan agar DNA terdenaturasi atau berpisah dua
bagian menjadi DNA untai tunggal. Selanjutnya, enzim yang
disebut Taq-polymerase mensintesis dua untai baru DNA
menggunakan untaian asli sebagai templat. Proses ini
menghasilkan duplikasi DNA templat. Lalu masing-masing untai
ini dapat digunakan untuk membuat dua salinan baru dan
seterusnya. Fase annealing terjadi pada suhu yang lebih rendah
yaitu 50-60°C. Untai DNA yang baru terbentuk dari primer yang
melekat pada DNA templat kemudian digunakan untuk membuat
salinan identik dari untai DNA templat yang diinginkan. Taq-
polymerase menambahkan nukleotida yang tersedia ke ujung
primer. Perpanjangan primer oleh Taq-polymerase terjadi pada
suhu sekitar 72°C selama 2-5 menit. Ketika proses denaturasi,
annealing, dan elongasi polimerase dilanjutkan, primer berulang
kali berikatan dengan templat DNA asli dan sekuen komplementer

13
dalam untaian yang baru disintesis dan diperluas untuk
menghasilkan salinan DNA baru. Hasil akhirnya adalah
peningkatan eksponensial dalam jumlah total fragmen DNA. (Joshi
& J.D, 2011)

2.1.2.2 PCR dan Pemeriksaan Feses

Cara mendiagnosis protozoa usus dengan pendekatan


molekular seperti PCR telah terbukti bermanfaat untuk studi
epidemiologi yaitu memberikan informasi tentang distribusi
berbagai genotipe di antara populasi. Banyak penelitian yang telah
membuktikan bahwa PCR lebih unggul yaitu lebih spesifik dan
sensitif dalam hal diagnosis. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Termmathurapoj et al., pewarnaan trichrome, FECT, kultur in vitro,
dan teknik PCR dibandingkan dengan menggunakan 107 sampel
dari 93 pasien dengan dugaan penyakit enteroparasit. Pendekatan
dengan PCR terbukti lebih unggul daripada pendekatan lain, dan
deteksi DNA spesifik B. sama sensitifnya dengan metode kultur.
(Tan, 2008) Laporan lainnya, dari penelitian Nofita et al. di RSUP.
Dr. M. Djamil Padang, dikumpulkan sampel sebanyak 61 buah dan
dilakukan pemeriksaan mikroskopis serta PCR untuk mendeteksi
adanya Blastocystis. Pada pemeriksaan mikroskopis diidentifikasi
keberadaan B. hominis 21,3% dari 61 sampel yang diperiksa.
Sedangkan hasil PCR mengidentifikasi keberadaan B. hominis pada
32.8% dari 61 sampel yang diperiksa. Hal ini memmbuktikan
bahwa pendekatan molekular dengan teknik PCR lebih unggul
karena pada teknik PCR dilakukan amplifikasi DNA secara invitro,
sehingga hasil yang didapatkan lebih sensitif. Sementara
pemeriksaan mikroskopis langsung memiliki banyak keterbatasan.
Hal ini antara lain disebabkan oleh morfologi Blastocystis yang
tidak khas. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa paling
tidak terdapat empat macam morfologi dari Blastocystis, dan

14
penyebarannya di feses masih belum jelas. Bentuk kista dari
Blastocystis sangat sukar diidentifikasi, sehingga luput dari
pemeriksaan mikroskopis secara langsung. (Nofita, et al., 2015)

Pada penelitian lainnya, dilakukan pemeriksaan pada 513


sampel dan ditemukan 98 sampel positif dan dilakukan
perbandingan pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop,
kultur, dan PCR. Pemeriksaan dengan PCR merupakan yang paling
sensitif dengan ditemukan 92 dari 98 sampel positif. Pada kultur
ditemukan hasil positif sebanyak 81 sampel feses. Sedangkan
pemeriksaan dengan mikroskop didapatkan hasil positif yang
paling rendah yaitu hanya 44 sampel yang menunjukkan hasil
positif B. hominis. Dari hasil penelitian tersebut, kita telah
ditunjukkan bahwa metode diagnostik yang paling efektif adalah
pemeriksaan PCR pada sampel feses. Meskipun PCR adalah
metode yang paling sensitif, keterbatasannya yaitu harga yang
mahal, memakan waktu, dan membutuhkan peralatan khusus. Di
laboratorium diagnostik klinis standar, uji mikroskopis dengan
pewarnaan permanen adalah standar emas untuk diagnosis protozoa
usus. (Roberts, et al., 2011)

2.2 Kerangka Teori

Infeksi Blastsocystis hominis

Pemeriksaan Kultur Serologi PCR


Mikroskopis

Perbandingan Persentase

15
Gambar 2.2 Kerangka Teori

2.3 Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Perbandingan 1. Pemeriksaan
Persentase pada Mikroskopis
Pemeriksaan 2. PCR
Blastocystis hominis

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

2.4 Perumusan Hipotesis


H0 = Tidak terdapat perbedaan perbandingan pada pemeriksaan
Blastocystis hominis menggunakan teknik PCR dan pemeriksaan
langsung.

H1 = Terdapat perbedaan perbandingan pada pemeriksaan Blastocystis


hominis menggunakan teknik PCR dan pemeriksaan langsung.

2.5 Definisi Operasional


Tabel 2.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional
1 Perbandingan Perbandinga PCR dan Membandingk 1.Pada feses Nominal
Persentase n feses Mikroskop an feses ditemukan B.
Pada positif positif hominis saat
Pemeriksaan terdeteksi B. terdeteksi B. dilakukan
B. hominis hominis hominis yang pemeriksaan
menggunaka menggunakan mikroskopis
n teknik mikroskop 2. Pada feses
PCR dan dan PCR ditemukan
pemeriksaan DNA B.
langsung hominis saat
dilakukan
pemeriksaan
dengan teknik
PCR

16
3. Dilakukan
perbandingan
persentase
antara feses
positif
terdeteksi B.
hominis yang
menggunakan
pemeriksaan
langsung dan
teknik PCR
2 Pemeriksaan Pemeriksaan Mikroskop Melihat 1. Terdapat kista Nominal
Feses mikroskopis bentuk kista B. hominis
Menggunakan B. hominis pada
Pemeriksaan menggunakan pemeriksaan
Langsung Lugol mikroskopis
menggunakan
Lugol
2. Tidak terdapat
kista B.
hominis pada
pemeriksaan
mikroskopis
menggunakan
Lugol
3 Pemeriksaan PCR Mesin PCR 1. Mengekstr 1. Feses tidak Nominal
Feses konvensional aksi DNA terdeteksi B.
Menggunakan 2. Membuat hominis pada
Teknik PCR DNA mix pemeriksaan
3. Memasukk teknik PCR
an DNA 2. Feses
mix ke terdeteksi B.
dalam hominis pada
mesin PCR pemeriksaan
4. Membuat teknik PCR
Agarose
5. Mencampu
rkan
Loading
Dye dan
PCR mix
ke dalam
Agarose
6. Melakukan
Elektrofor
esis

17
7. Memasukk
an Agarose
ke dalam
Gel Doc

18
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian
analitik, yang akan menggambarkan perbandingan di antara kedua uji
diagnostik.
3.2 Rancangan Penelitian
Studi ini merupakan studi analitik dengan pendekatan uji diagnostik,
di mana pemeriksaan PCR dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopis.
3.3 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah warga RW02 Desa Pangulah
Selatan, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang

3.4 Sampel
Sampel penelitian yang digunakan adalah sampel feses warga RW02
Desa Pangulah Selatan yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

Kriteria Inklusi:

a. Bersedia menjadi responden dengan menandatangani informed


consent
b. Responden merupakan warga RW02 Desa Pangulah Selatan

Kriteria Eksklusi:

a. Bukan merupakan warga RW02 Desa Pangulah Selatan


b. Tidak memberi sampel pada waktu yang ditentukan
3.5 Cara Penetapan Sampel
Sampel berasal dari warga RW02 Desa Pangulah Selatan dengan
cara penetapan sampel dengan teknik purposive sampling.

19
3.6 Penetapan Besar Sampel
Besar sampel akan ditentukan dengan rumus slovin, yaitu:

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑑)2

Keterangan:

N : jumlah populasi

n : jumlah sampel

d : derajat kemaknaan (%)

Maka jika dimasukkan ke rumus:

723
𝑛=
1 + 723(15%)2

723
𝑛=
1 + 723(0,0225)

723
𝑛=
17,2635

𝑛 = 41

3.7 Jenis Data


Jenis data adalah data primer yakni data kuantitatif yang didapatkan
dari instrumen pemeriksaan feses menggunakan teknik PCR dan
pemeriksaan langsung.

3.8 Cara Pengumpulan dan Pengukuran Data


Data dalam penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh dari
pemeriksaan sampel feses menggunakan teknik PCR dan pemeriksaan
langsung. Setelah feses diperiksa menggunakan PCR dan pemeriksaan
langsung, akan diperoleh data positif jika didapatkan B. hominis dan data
negatif jika tidak didapatkan B. hominis.

20
3.9 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah lembar
informed consent dan pot feses sebagai bukti kesediaan subjek penelitian
dan pot feses untuk mengumpulkan feses sampel penelitian.

3.10 Analisa Data


Data yang telah terkumpul dari pemeriksaan PCR dan pemeriksaan
mikroskopis ditabulasi ke tabel 2x2. Dari tabel 2x2 kemudian dilakukan
penghitungan untuk mencari sensitivitas, spesifisitas, true positive (TP),
true negative (TN), false positive (FP), false negative (FN), nilai duga
positif (NDP), dan nilai duga negatif (NDN). Selain itu data akan dianalisa
menggunakan program SPSS 16.0 dengan uji MC-Nemar karena kedua
data berpasangan untuk melihat perbandingan perbandingan persentase
pemeriksaan B. hominis menggunakan teknik PCR dan pemeriksaan
langsung.

Tabel 3.1 Tabulasi Tabel 2 x 2 Pemeriksaan Mikroskopis dan PCR untuk


Deteksi B. hominis
Pemeriksaan mikroskopis

Positif Negatif Total


Positif A B A+B
Pemeriksaan PCR Negatif C D C+D
Total A+C B+D Total

Keterangan:
TP : jumlah sampel yang dideteksi positif Blasticystis
hominis pada pemeriksaan PCR dan dinyatakan
positif dengan pemeriksaan mikroskopis. TP
didapatkan pada nilai A pada tabel 2 x 2.
TN : jumlah sampel yang dideteksi negatif B. hominis
pada pemeriksaan PCR dan dinyatakan negatif

21
dengan pemeriksaan mikroskopis. TN didapatkan
pada nilai D pada tabel 2 x 2.
FP : jumlah sampel yang dideteksi positif B. hominis
pada pemeriksaan PCR dan dinyatakan negatif
dengan pemeriksaan mikroskopis. FP didapatkan
pada nilai B pada tabel 2 x 2.
FN : jumlah sampel yang dideteksi negatif B. hominis
pada pemeriksaan PCR dan dinyatakan positif
dengan pemeriksaan mikroskopis. FN didapatkan
pada nilai C pada tabel 2 x 2.
NDP : probabilitas sampel yang dideteksi positif B.
hominis pada pemeriksaan PCR dan dinyatakan
positif dengan pemeriksaan mikroskopis.

NDN : probabilitas sampel yang dideteksi negatif B.


hominis pada pemeriksaan mikroskopis dan
dinyatakan negatif dengan pemeriksaan
mikroskopis.

Sensitivitas : proporsi subyek yang sakit dengan hasil uji


diagnostik positif (true positive) dibanding
seluruh subyek yang sakit (true positive + false
negative).

22
Spesifisitas : proporsi subyek sehat yang memberikan hasil uji
diagnosis negatif (true negative) dibandingkan
dengan seluruh subyek yang tidak sakit (true
negative + false positive).

23
3.11 Alur Penelitian

Pelaksanaan

Pengumpulan Sampel Feses

Coding

PCR Pemeriksaan Mikroskopis

Ekstraksi DNA Pewarnaan Lugol

Membuat DNA Mix Melihat dengan


Perbesaran 10x dan 40x

Memasukkan DNA Mix


ke Mesin PCR Lihat dan Catat

Membuat Agarose

Mencampurkan Loading
Dye dan PCR Mix ke
Agarose Gel

Melakukan Elektroforesis
selama 40 Menit dengan
tegangan 100 Volt

Memasukkan Agarose
Gel ke dalam Gel Doc
Gambar 3.1 Alur Penelitian

24
3.12 Jadwal Penelitian
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian
Kegiatan

Agustus

Oktober
Januari
(bulan)

Maret

April

Sept

Nov
Juni
Mei
Des

Des
Feb

Juli
Penyusunan
Proposal
Skripsi
Sidang
Proposal
Skripsi
Pelaksanaan
Penelitian
Pengolahan
dan Analisis
Data
Sidang
Skripsi

25
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian
Sampel penelitian didapatkan dari responden warga RW02 Desa Pangulah
Selatan, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang. Jumlah sampel yang
didapatkan sebanyak 38 sampel dan tidak mencapai target karena terdapat 3
responden yang tidak mengumpulkan sampel pada waktu yang telah ditentukan.
Sampel dikumpulkan pukul 8.00 WIB dan langsung dibawa dari Desa Pangulah
Selatan ke Universitas YARSI dengan menggunakan cool box yang telah diisi
es. Sampel feses yang didapat dipisahkan ke dalam 2 pot untuk diperiksa
langsung dengan pemeriksaan mikroskopis dan disimpan di freezer untuk
pemeriksaan PCR. Setiap tabung diberi nomor dan dicatat nama, umur, dan
jenis kelamin. Jenis data yang digunakan merupakan data primer yang diperoleh
melalui pemeriksaan sampel feses menggunakan pemeriksaan mikroskopis dan
teknik PCR. Setelah feses diperiksa menggunakan pemeriksaan mikroskopis
dan PCR akan diperoleh data positif jika didapatkan B. hominis dan data negatif
jika tidak didapatkan B. hominis.

4.1.1 Gambaran Karakteristik Responden


Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden (N=38)
Karakteristik N %
Jenis Kelamin
Laki-laki 17 44,7
Perempuan 21 55,3
Usia (tahun)
0-12 6 15,8
13-24 6 15,8
25-36 9 23,7
37-48 6 15,8
49-60 9 23,7
>60 2 5,2
Pendidikan
Tidak bersekolah 1 2,6

26
SD/MI/Sederajat 15 39,5
SMP/MTS/Sederajat 7 18,4
SMA/SMK/MA/MAK/Sederajat 15 39,5
Mencuci Tangan Setelah BAB
Sangat Sering 1 2,6
Sering 35 92,1
Kadang-kadang 1 2,6
Jarang 0 0
Tidak Pernah 1 2,6
Sumber air bersih
Ada, bukan milik sendiri dan tidak memenuhi 3 7,9
syarat kesehatan (keruh, berbau, berwarna,
berasa)
Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat 15 39,5
kesehatan (keruh, berbau, berwarna, berasa)
Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat 2 5,3
kesehatan (keruh, berbau, berwarna, berasa)
Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat 18 47,4
kesehatan (keruh, berbau, berwarna, berasa)
Tempat sampah
Tidak ada 2 5,3
Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada tutup 21 55,3
Ada, kedap air dan tidak tertutup 12 31,6
Ada, kedap air dan tertutup 3 7,9

Berdasarkan Tabel 4.1 sampel yang didapatkan lebih banyak responden


perempuan sejumlah 21 (55,3%) dan pada kelompok umur 25-36 tahun dan 49-60
tahun dengan masing-masing 9 responden (23,7%). Pada jenjang pendidikan,
responden paling banyak memiliki pendidikan terakhir SD/MI/Sederajat dan
SMA/SMK/MA/MAK/Sederajat dengan masing-masing sejumlah 15 responden
(39,5%). 35 (92,1%) responden menyatakan sering mencuci tangan setelah buang
air besar (BAB), 18 (47,4%) responden memiliki sumber air bersih sendiri dan
memeuhi syarat kesehatan, dan 21 (55,3%) responden memiliki tempat sampah
yang tidak kedap air dan tidak tertutup.

27
4.1.2 Gambaran Hasil Pemeriksaan Blastocystis hominis Menggunakan
Mikroskop dan PCR
Tabel 4.2 Persentase B. hominis dengan Teknik Pemeriksaan Mikroskopis
(N=38)
Pemeriksaan Mikroskopis N %
Positif 4 10,5
Negatif 34 89,5
Total 38 100

Sampel feses yang didapat, diberi cairan lugol dan diperiksa di


bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 10x dan 40x. Hasil
pemeriksaan dikatakan positif apabila ditemukan bentuk kista B. hominis di
bawah mikroskop cahaya. Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa hasil
pemeriksaan feses menggunakan mikroskop ditemukan kista B. hominis
pada 4 sampel (10,5%), sedangkan yang menunjukkan hasil negatif
sebanyak 34 sampel (89,5%).
Tabel 4.3 Persentase B. hominis dengan Teknik Pemeriksaan PCR (N=38)
Pemeriksaan PCR N %
Positif 7 18,4
Negatif 31 81,6
Total 38 100

Sebagian sampel feses disimpan di dalam freezer lalu


dilakukan ekstraksi DNA. DNA template dimasukkan ke tabung
PCR yang telah diisi oleh PCR mix yang berisi primer. DNA
template lalu dimasukkan ke dalam mesin PCR. Setelah itu, DNA
template dimasukkan ke agarose gel dan dilakukan elektroforesis
dengan tegangan 100 V selama 40 menit lalu dibaca menggunakan
gel doc. Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pada pemeriksaan feses
dengan PCR didapatkan adanya hasil positif B. hominis sejumlah 7
sampel (18,4%), sedangkan yang menunjukkan hasil negatif
sebanyak 31 sampel (81,6%).

28
4.1.3 Analisis Tabulasi Silang dan Uji Diagnostik Pemeriksaan Blastocystis
hominis Menggunakan Mikroskop dan PCR
Tabel 4.4 Analisis Tabulasi Silang B. hominis dengan Teknik Pemeriksaan
Mikroskopis dan PCR

Pemeriksaan Mikroskopis

Positif Negatif Total


Positif 3 4 7
Negatif 1 30 31
Pemeriksaan PCR
Total 4 34 38

Pada penelitian ini, dilakukan analisis tabulasi silang untuk


menghitung frekuensi B. hominis dengan pemeriksaan mikroskopis dan
teknik PCR secara bersamaan dengan cara menyilangkannya sehingga
makna hubungan B. hominis dengan pemeriksaan mikroskopis dan teknik
PCR dapat dipahami secara deskriptif. Tujuan dari analisis ini adalah untuk
mengidentifikasi korelasi antara B. hominis dengan pemeriksaan
mikroskopis dan teknik PCR. Berdasarkan Tabel 4.4 hasil tabulasi silang
antara pemeriksaan mikroskopis dan PCR didapatkan true positive
sebanyak 3 sampel, artinya terdapat 3 sampel yang dinyatakan positif B.
hominis dengan pemeriksaan PCR dan dinyatakan positif dengan
pemeriksaan mikroskopis. Didapatkan juga true negative sebanyak 30
sampel yang artinya terdapat 30 sampel yang dinyatakan negatif B. hominis
dengan pemeriksaan PCR dan dinyatakan negatif dengan pemeriksaan
mikroskopis.
Pada pemeriksaan ini terdapat hasil false positive sebanyak 4 sampel
artinya terdapat 4 sampel yang dideteksi positif B. hominis pada
pemeriksaan PCR dan dinyatakan negatif dengan pemeriksaan mikroskopis.
Terdapat false negative sebesar 1 sampel artinya terdapat 1 sampel yang
dideteksi negatif B. hominis pada pemeriksaan PCR dan dinyatakan positif
dengan pemeriksaan mikroskopis.

29
Tabel 4.5 Hasil Uji Diagnosis PCR untuk Mendeteksi B. hominis

Uji Diagnostik PCR


Sensitivitas 75%
Spesifisitas 88,2%
Nilai Duga Positif 42,8%
Nilai Duga Negatif 96,7%

Pada penelitian ini dilakukan uji diagnosis pemeriksaan PCR


terhadap deteksi B. hominis dengan cara penghitungan manual untuk
memperoleh nilai sensitivitas, spesifitas, nilai duga positif, dan nilai duga
negatif. Uji diagnosis ini bertujuan untuk menilai validitas dan reliabilitas
pemeriksaan PCR dalam mendeteksi B. hominis.
Pada Tabel 4.5 didapatkan nilai uji diagnosis PCR, yaitu:

a. Sensitivitas

Proporsi subyek yang positif B. hominis pada pemeriksaan PCR


dengan hasil pemeriksaan mikroskopis positif (true positive)
dibanding seluruh subyek positif pada pemeriksaan mikroskopis
(true positive + false negative).
a 3
Rumus : = = 0,75 x 100% = 75%
a+c 3+1
b. Spesifisitas
Proporsi subyek yang negatif B. hominis pada pemeriksaan PCR
dengan hasil pemeriksaan mikroskopis negatif (true negative)
dibandingkan dengan seluruh subyek negatif pada pemeriksaan
mikroskopis (true negative + false positive).
d 30
Rumus : = = 0,882 x 100% = 88,2%
b+d 4+30
c. Nilai Duga Positif
Probabilitas sampel yang dideteksi positif B. hominis pada
pemeriksaan PCR dan dinyatakan benar positif dengan
pemeriksaan mikroskopis.

30
a 3
Rumus : = = 0,428 x 100% = 42,8%
a+b 3+4
d. Nilai duga Negatif
Probabilitas sampel yang dideteksi negatif B. hominis pada
pemeriksaan PCR dan dinyatakan negatif dengan pemeriksaan
mikroskopis.
d 30
Rumus : = = 0,967 x 100% = 96,7%
c+d 1+30
4.1.4 Analisis Bivariat
Tabel 4.6 Analisis Statistik Mc-Nemar untuk Melihat Perbandingan Deteksi
B. hominis dengan Pemeriksaan Mikroskopis dan Pemeriksaan PCR

Pemeriksaan Mikroskopis

Nilai
Positif Negatif Total
P
Positif 3 4 7
0,375
Pemeriksaan Negatif 1 30 31
PCR
Total 4 34 38

Pada penelitian ini, analisis bivariat digunakan untuk melihat


perbandingan deteksi B. hominis dengan pemeriksaan mikroskopis dan
pemeriksaan PCR menggunakan Uji Mc-Nemar dikarenakan kedua data
berpasangan. Angka-angka pada tabel diperoleh dari hasil analisis tabulasi
silang seperti yang terdapat pada Tabel 4.4. Berdasarkan hasil Tabel 4.6
berdasarkan uji Mc-Nemar pada penelitian ini didapatkan nilai P-values
adalah 0,375 (P < 0,15). Hal ini dapat diintepretasikan bahwa tidak ada
perbedaan bermakna antara deteksi B. hominis dengan pemeriksaan
mikroskopis dan pemeriksaan PCR.

4.2 Pembahasan

31
Jumlah sampel yang berhasil dikumpulkan pada penelitian ini sebanyak 38
sampel, yang terdiri dari responden perempuan sejumlah 21 orang (55,3%) dan
pada kelompok umur 25-36 tahun dan 49-60 tahun dengan masing-masing 9
responden (23,7%). Jenjang pendidikan responden terbanyak berpendidikan
terakhir SD/MI/Sederajat dan SMA/SMK/MA/MAK/Sederajat dengan masing-
masing 15 responden (39,5%). Terdapat 35 responden (92,1%) yang
menyatakan sering mencuci tangan setelah BAB, 18 (47,4%) responden
memiliki sumber air bersih sendiri dan memenuhi syarat kesehatan, dan 21
(55,3%) responden memiliki tempat sampah yang tidak kedap air dan tidak
tertutup.

Penelitian ini memiliki responden sebanyak 38 orang. Pada penelitian ini


ditemukan bahwa pada pemeriksaan feses dengan mikroskop didapatkan dari
38 sampel, hasil yang menunjukkan positif lebih sedikit dibandingkan hasil
negatif. Didapatkan hasil positif B. hominis sejumlah 4 sampel (10,5%)
sedangkan hasil negatif sejumlah 34 sampel (89,5%). Hal ini sesuai dengan
penelitian Raof dan Abdul-Rahman pada 2011 di mana didapatkan jumlah
positif yang lebih sedikit daripada hasil negatif pada pemeriksaan mikroskopis
yaitu 59 hasil positif dari keseluruhan 240 sampel (24,6%). (Raof & Abdul-
Rahman, 2011) Pada pemeriksaan feses dengan PCR, ditemukan bahwa hasil
positif B. hominis sejumlah 7 sampel (18,4%) sedangkan hasil nengatif
didapatkan sejumlah 31 sampel (81,6%). Temuan ini sesuai dengan penelitian
Padukone, et al. di mana ditemukan hasil positif sejumlah 105 sampel dari
keseluruhan 279 sampel (37,6%). (Padukone, et al., 2018) Pemeriksaan
mikroskopis pada penelitian ini menunjukkan hasil positif B. hominis lebih
sedikit dibanding dengan pemeriksaan PCR. Hal ini sesuai dengan penelitian
Nofita, et al. pada tahun 2015 di RSUP. Dr. M. Djamil Padang di mana hasil
positif menggunakan PCR lebih banyak yaitu 32,8% dan pemeriksaan
mikroskopis hanya 21,3%. (Nofita, et al., 2015)
Pada hasil analisis bivariat pada penelitian ini, ditemukan bahwa terdapat 3
sampel positif terdeteksi B. hominis menggunakan PCR dan pemeriksaan
mikroskopis, 30 sampel negatif B. hominis menggunakan PCR dan pemeriksaan

32
mikroskopis, 4 sampel positif pada pemeriksaan PCR dan negatif pada
pemeriksaan mikroskopis, dan 1 sampel negatif pada pemeriksaan PCR dan
positif pada pemeriksaan mikroskopis. Didapatkannya 4 sampel positif pada
pemeriksaan PCR dan negatif pada pemeriksaan mikroskopis dapat disebabkan
karena jumlah parasit dalam sediaan terlalu sedikit ataupun karena keterbatasan
pemeriksa. Pada 1 sampel negatif pada pemeriksaan PCR dan positif pada
pemeriksaan mikroskopis dapat disebabkan karena pemeriksa salah menilai
sampel ataupun karena subtipe B. hominis yang ada pada sampel tidak sama
dengan primer yang digunakan sehingga tidak terdeteksi. Pada uji diagnostik,
didapatkan nilai sensitivitas PCR sebesar 75% dan nilai spesifisitas sebesar
88,2% yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Roberts, et al. di
Australia pada tahun 2011 di mana ditemukan nilai sensitivitas PCR senilai 94%
dan spesifisitas 100%. (Roberts, et al., 2011)
Dari hasil analisis bivariat dilakukan analisis statistik dan ditemukan tidak
ada perbedaan bermakna antara deteksi B. hominis dengan pemeriksaan
mikroskopis dan pemeriksaan PCR P-values 0,375 (P < 0,15).

33
BAB V

PERBANDINGAN PERSENTASE PEMERIKSAAN


BLASTOCYSTIS HOMINIS MENGGUNAKAN TEKNIK PCR
DAN PEMERIKSAAN LANGSUNG DAN TINJAUANNYA
MENURUT PANDANGAN ISLAM

5.1 Blastocytis hominis Menurut Pandangan Islam


Blastocystis sp. merupakan protozoa usus yang paling umum ditemukan
dalam feses manusia dan dianggap sebagai parasit dengan distribusi yang
luas di seluruh dunia. (Pramestuti & Saroh, 2017) Protozoa ini berukuran
kecil atau mikroskopis dengan rata-rata ukuran kista hanya sebesar 3-10 μm.
(Tan, 2008) Sebelum ditemukannya mikroskop, kita tidak dapat mengetahui
keberadaan B. hominis yang dapat menimbulkan diare dan gejala
gastrointestinal lainnya karena tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
Sebagaimana yang dimaksudkan dalam ayat berikut.

Artinya:

“Mahasuci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-


pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka
sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. (QS. Yasin (36):36)”

Frasa “dari apa yang tidak mereka ketahui” dan “Allah menciptakan
apa yang tidak kamu ketahui” pada dua ayat di atas mengindikasikan akan
eksistensi atau adanya bentuk-bentuk kehidupan yang belum diketahui oleh
manusia pada saat wahyu Al-Qur’an turun. Hewan-hewan yang sudah
diketahui oleh masyarakat pada masa Al-Qur'an turun ini disandingkan
dengan sesuatu yang tidak atau belum mereka ketahui, dan dijanjikan untuk

34
diketahui manusia di masa mendatang, di antaranya adalah B. hominis yang
merupakan kelompok protozoa. (Departemen Agama RI, 2015)

B. hominis adalah penyakit water-borne dan ditularkan oleh kista


melalui jalur oral-fekal. Patogenesis penyakit yang disebabkan oleh B.
hominis pada manusia masih belum jelas karena infeksi B. hominis bisa
menimbulkan gejala atau tanpa gejala. Namun demikian, The Panamerican
Health Organization mengakui bahwa B. hominis merupakan parasit usus
yang dapat menyebabkan diare dan manifestasi gastrointestinal seperti nyeri
perut, muntah dan perut kembung. (Pramestuti & Saroh, 2017) Adapun
menurut pandangan Islam, asal mulanya air itu bersih, dapat digunakan
untuk bersuci atau membersihkan segala sesuatu dari kotoran dan untuk
minum yang sangat penting artinya bagi kesehatan. Akan tetapi air bersih
itu kemudian tercemar, tidak bersih lagi seperti asal mulanya disebabkan
oleh perilaku dan perbuatan manusia. Tercemarnya air merupakan gejala
rusaknya ekosistem dan kelestarian alam, bahkan terancamnya kehidupan
manusia. Benarlah firman Allah yang mengatakan:

Artinya:

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan


manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat)
perbuatannya, agar mereka kembali (kejalan yang benar). (QS. Ar-Ruum
(30):41)”

Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa timbulnya banyaknya


berbagai penyakit yang menimpa manusia disebabkan karena air tidak
bersih, adalah peringatan Allah kepada manusia agar kembali ke jalan yang

35
benar, yakni memelihara kebersihan air agar kembali kepada fungsinya
sebagai sumber kehidupan. (Majelis Ulama Indonesia, 2016)

Penularan penyakit infeksi protozoa usus ini sangat mudah terutama


pada daerah-daerah dengan sanitasi dan higienis yang masih buruk. Maka
dari itu, bentuk pengendalian dan pencegahan yang dapat dilakukan adalah
dengan menjaga hygiene perorangan dengan cuci tangan dengan sabun
sebelum dan sesudah menggunakan toilet, menjaga kebersihan fasilitas
umum, mencegah kontaminasi feses dalam makanan dan air, mengupas dan
mencuci buah dan sayuran mentah. (Pramestuti & Saroh, 2017) Maka dari
itu untuk mencegah dari penyakit yang disebabkan oleh kurangnya
kebersihan, Islam mengajarkan kita untuk selalu menjaga kebersihan baik
itu kebersihan badan, makanan, maupun lingkungan. Sebagaimana yang
dijelaskan dalam firman Allah:

Artinya:

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang membersihkan diri


dan ia ingat nama Tuhannya lalu ia sembahyang. (QS. Al-A’laa (87):14-
15)”

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak


mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku,
dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki
dan jika kamu junub maka mandilah. (QS. Al-Maidah (5):6)”

36
Ayat-ayat di atas mengajarkan agar manusia menjaga kebersihan,
antara lain dengan mandi. Semakin sering mandi semakin baik untuk
kebersihan. Menghilangkan kotoran dari badan ibarat shalat lima waktu
dapat membersihkan dosa. (Majelis Ulama Indonesia, 2016)

Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rizki yang
baik-baik (halal dan bersih), yang Kami anugerahkan kepadamu dan
bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu
menyembah (QS. Al-Baqarah (2):172)”

Ayat tersebut menganjurkan untuk makan makanan yang baik dan


halal, yang berasal dari rizki Allah tanpa berlebih-lebihan. Ayat tersebut
juga mewajibkan kita untuk bersyukur kepada Allah Ta’ala dengan
mengakui datangnya nikmat dari-Nya dan memuji-Nya serta tidak
menggunakan nikmat itu dalam kemaksiatan.

Artinya:
“Takutlah akan dua hal yang mendatangkan laknat. Para sahabat
bertanya: “Apakah dua hal yang mendatangkan laknat itu, wahai
Rasulullah? Bersabda Rasulullah SAW: “ialah yang buang hajat/kotoran
di jalan tempat lewat manusia atau buang hajat/kotoran di tempat manusia
berteduh. (H.R. Muslim dan Abu Daud)”

37
Artinya:

“Barang siapa yang buang air hendaknya ditutup dihalangi,


tidak terbuka. (H.R. Abu Daud)”

Kedua hadist di atas melarang buang air/kotoran di tempat umum


dan terbuka karena akan mengganggu kesehatan lingkungan. (Majelis
Ulama Indonesia, 2016)

5.2 Pemeriksaan PCR Menurut Pandangan Islam


Pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) adakah proses
perbanyakan (replikasi) DNA secara enzimatis untuk mendapatkan
replikasi DNA dalam jumlah besar dan dalam waktu singkat. Teknik ini saat
ini banyak digunakan oleh dokter dan peneliti untuk mendiagnosis penyakit,
gen sekuens, dan melakukan penelitian kuantitatif dan genomik yang
canggih dengan cara yang cepat dan sangat sensitif. Salah satu aplikasi
medis yang paling penting dari metode PCR klasik adalah deteksi patogen.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi tentu saja dapat
mempermudah hidup manusia, sebagai contoh pemeriksaan PCR yang
dapat mereplikasi DNA untuk diidentifikasi yang sangat berguna dalam
mendiagnosis suatu penyakit. Sebagai mana Islam yang merupakan agama
yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dan memberikan
pedoman-pedoman pokok untuk mengembangkan kebudayaan setinggi-
tingginya, agar manusia berbahagia di dunia dan di akhirat. Islam,
sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an dan Hadist berperan sebagai
penuntun perkembangan kehidupan manusia, termasuk perkembangan sains
dan teknologi. Islam untuk mengembangkan beraneka ragam ilmu
pengetahuan mengajarkan manusia untuk melakukan nazhar
(mempraktekkan metode, mengadakan observasi, dan penelitian ilmiah)

38
terhadap segala peristiwa alam di jagad ini, juga terhadap lingkungan serta
keadaan masyarakat dan historisitas bangsa-bangsa jaman dahulu, (Alim,
1996). Sebagaimana firman Allah berikut:

Artinya:
“Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi.
Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi
peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Yunus (10):101)”

Artinya:
“Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah,
karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana
akibat orang-orang yang mendustakan. (rasul-rasul) (QS. Ali Imran
(3):137)”

Artinya:
“dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka Apakah kamu tidak
memperhatikan? (QS. Az-Zariyat (51):21)”
Ayat-ayat di atas memerintahkan kita untuk melakukan penalaran
yaitu menerapkan metode ilmiah untuk mempelajari alam semesta ini. Ayat
ini sekaligus menyatakan bahwa di alam semesta ini berlaku asas
“keterbukaan bagi penalaran”. Asas ini sangat penting bagi pengembangan
sains atau ilmu pengetahuan melalui penelitian yang ilmiah. Jika umat
manusia rajin melakukan penalaran dan penelitian terhadap berbagai
fenomena alam yang beraneka ragam di seluruh jagad raya ini, niscaya

39
mereka akan beruntung dengan diketemukannya mutiara-mutiara kebenaran
yang berupa sifat-sifat karakteristik benda-benda dan hukum-hukumnya.

Dalam Islam pada dasarnya perkembangan ilmu sains dan teknologi


tidak sekadar bertujuan ingin mengetahui substansi, sifat-sifat, dan sunnah
yang berlaku di alam semesta, serta peradaban umat manusia dari generasi
ke generasi, tetapi juga memperkuat iman dan taqwa kita kepada Allah yang
telah menciptakan segalanya. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah:

Artinya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka
peliharalah Kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imran (3):190-191)”

Ayat di atas sangat penting sekali bagi orang muslim, karena


menjadi dasar epistemologi dan ideologi yang mengarahkan sikap dan
perilaku mereka untuk bertransendensi dengan sang pencipta, yang

40
menjadikannya berbeda dengan orang yang tidak beriman. Artinya ada
dimensi spiritual di dalamnya karena dzikir dan takwanya kepada Allah.
Sehubungan dengan beberapa penjelasan di atas, islam menegaskan bahwa
alam semesta, langit dan bumi seluruhnya dibuat menjadi mudah untuk
dapat digarap dan dimanfaatkan seoptimal mungkin oleh manusia, atau
dengan kata lain dapat di eksplorasi demi kesejahteraan umat manusia.
Seperti yang di isyaratkan dalam Al-Qur’an surat Al-Jatsiyah ayat 13, yaitu:

Artinya:
“dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa
yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi kaum yang berfikir. (QS. Al-Jatsiyah (45):13)”

Ayat di atas menerangkan bahwa semakin terbuka dengan lebar


kemajuan bagi teknologi dan sains yang akan menggarap bahan-bahan
mentah untuk diubah menjadi hasil-hasil industri yang bermanfaat, lebih
menarik, dan lebih enak dipakai. Artinya ayat ini memberikan legitimasi
terhadap semua usaha eksplorasi dan eksploitasi kekayaan alam, namun
tetap tidak kehilangan nilai transendensi sebagai media untuk mengenal
Allah. (Fauzi & Chudzaifah, 2019)

Adapun teknik PCR untuk mendiagnosis protozoa usus telah


terbukti bermanfaat untuk studi epidemiologi. Banyak penelitian yang telah
membuktikan bahwa PCR lebih unggul yaitu lebih spesifik dan sensitif
dalam hal diagnosis.

Meskipun PCR adalah metode yang paling sensitif, keterbatasannya


yaitu harga yang mahal, memakan waktu, dan membutuhkan peralatan

41
khusus. Di laboratorium diagnostik klinis standar, uji mikroskopis dengan
pewarnaan permanen adalah standar emas untuk diagnosis protozoa usus.
Sebagaimana dalam Islam, kita sebagai muslim harus menimbang-nimbang
untuk memilih yang paling banyak maslahat dan menjauhi mudarat. Dalam
kitab Al-Mustasfa min ‘Ilm Al-Usul, Imam al-Ghazali berpendapat bahwa
maslahat ialah suatu pernyataan terhadap pencapaian manfaat dan menolak
mudarat. Artinya, munasabat dan maslahat terkait erat, yaitu sama-sama
untuk mencapai manfaat dan menolak mudarat. Maslahat sendiri hakikatnya
adalah memelihara tujuan syariat yang terbagi atas 5 hal: memelihara
agama, jiwa, akal, keturunan, serta harta. (Sarif & Ahmad, 2017)

Adapun lawan katanya yaitu mudarat yang artinya adalah sesuatu


yang tidak menguntungkan. Sedangakan kemudaratan adalah segala sesuatu
yang tidak mendatangkan keuntungan ataupun merugi. Seperti halnya
tertulis dalam Al-Quran bahwa kita harus mencapai manfaat dan menolak
mudarat.

Artinya:
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu. (QS. Al- Baqarah (2):185)”

Artinya:
“...Allah tidak hendak menyulitkan kamu… (QS. Al-Maidah (5):6)”

Ayat di atas memiliki kandungan keuniversalan sebuah nilai yang


bisa menjadi dalil atas setiap dimensi hukum perbutan manusia. Sebab Allah
SWT menekankan bahwa ajaran Islam yang diturunkan beserta dengan
aturan-aturanya tidaklah untuk menyulitkan manusia karena hal ini
bertentangan dengan iradah Allah SWT yang menginginkan kemudahan

42
dan kelapangan. Jadi, pada hakikatnya Allah SWT menginginkan setiap
manusia mampu mewujudkan kemahlahatan bagi dirinya di dunia dan di
akhirat, tidak ada pembebanan hukum melainkan manusia mampu
melaksanakannya. (Ikromi, 2015)

5.3 Pemeriksaan Mikroskop Menurut Pandangan Islam


Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia
akhirnya dapat mengenal makhluk baru yang belum diketahui sebelumnya,
seperti yang ditunjukkan oleh Al-Qur’an. Pasca-penemuan mikroskop,
bentuk-bentuk kehidupan baru yang terlalu kecil untuk dilihat mata
telanjang manusia dapat diidentifikasi. Manusia lantas mulai mempelajari
bentuk-bentuk kehidupan yang ditunjukan oleh AlQur’an itu.

Artinya:
“Dan orang-orang yang kafir berkata, “Hari Kiamat itu tidak akan
datang kepada kami.” Katakanlah, “Pasti datang, demi Tuhanku Yang
mengetahui yang gaib, Kiamat itu pasti akan datang kepadamu. Tidak ada
yang tersembunyi bagi-Nya sekalipun seberat zarrah baik yang di langit
maupun yang di bumi, yang lebih kecil dari itu atau yang lebih besar,
semuanya (tertulis) dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuz)” (QS. Saba’
(34):3)”

43
Artinya:

“Dan tidakkah engkau (Muhammad) berada dalam suatu urusan,


dan tidak membaca suatu ayat Al-Qur’an serta tidak pula kamu melakukan
suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu ketika kamu
melakukannya. Tidak lengah sedikit pun dari pengetahuan Tuhanmu
biarpun sebesar żarrah, baik di bumi ataupun di langit. Tidak ada sesuatu
yang lebih kecil dan yang lebih besar dari-pada itu, melainkan semua
tercatat dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz). (QS. Yunus (10): 61)”

Artinya:

“Maka Aku bersumpah demi apa yang kamu lihat, dan demi apa
yang tidak kamu lihat. (Al-Haqqah (69):38-39)”

Ayat-ayat di atas memberi manusia penjelasan tentang adanya


bentuk kehidupan hasil ciptaan Allah yang ukurannya amat kecil yang saat
ini dapat kita lihat dengan bantuan mikroskop. Dalam aplikasinya saat ini,
di laboratorium diagnostik klinis standar, uji mikroskopis dengan
pewarnaan permanen adalah standar emas untuk diagnosis protozoa usus.
Kelebihan pemeriksaan mikroskopis yaitu harga yang murah, cepat, dan
tidak memerlukan peralatan khusus. Sedangkan kekurangannya, ketepatan
diagnosis bergantung pada mata pemeriksa karena bentuk morfologi parasit

44
yang terkadang membingungkan. Sebagaimana sudah dijelaskan di atas
bahwa dalam Islam, hendaknya kita memilih yang lebih banyak manfaat
atau maslahatnya daripada mudarat, maka kita harus melihat aspek positif
dan negatif dalam memilih pemeriksaan mana yang akan digunankan untuk
mendiagnosis B. hominis.

5.4 Perbandingan Persentase Pemeriksaan Blastocystis hominis


Menggunakan Teknik PCR dan Pemeriksaan Langsung dan
Tinjauannya Menurut Pandangan Islam
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa
perbandingan pemeriksaan B. hominis menggunakan teknik PCR dan
pemeriksaan langsung atau mikroskopis sesuai dengan ajaran Islam.

Secara etimologi mashlahah adalah turunan dari kata shalaha, shad-


lam-ha yang berarti (baik) yaitu lawan dari kata buruk atau rusak. Kata
mashlahah adalah singular (mufrad) dari kata mashâlih yang merupakan
masdar dari ashlaha yang bermakna mendatangkan kemaslahatan. Sehingga
kata mashlahah juga diartikan dengan alshalâh yaitu kebaikan atau terlepas
darinya kerusakan. Ditinjau dari segi morfologinya, kata mashlahah
memiliki timbangan dan makna yang serupa dengan kata manfaat
(manfa‘ah). Kata mashlahah dan manfa‘ah bahkan telah menjadi kosa kata
bahasa Indonesia, dimana kata mashlahah menjadi maslahat yang diartikan
dengan sesuatu yang mendatangkan kebaikan (keselamatan dan
sebagainya), faedah, dan guna. Sehingga kemaslahatan berarti kegunaan,
kebaikan, manfaat, dan kepentingan. Dengan demikian, dapat dinyatakan
bahwa mashlahah adalah kebalikan dari makna mafsadah yang berarti
bahaya atau hal-hal yang merusak dan membahayakan. Mencermati definisi
yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
maslahat adalah sesuatu yang dianggap baik oleh akal karena mendatangkan
kebaikan dan menghindarkan bahaya atau kerusakan bagi manusia, yang
sejalan dengan tujuan syariat Islam. (Rusdi, 2017) Adapun lawan katanya
yaitu madharrah yang juga diserap ke bahasa Indonesia dengan bentuk kata

45
mudarat yang artinya adalah sesuatu yang tidak menguntungkan.
Sedangkan kemudaratan adalah segala sesuatu yang tidak mendatangkan
keuntungan ataupun merugi. (Ikromi, 2015)

Artinya:
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu. (QS. Al- Baqarah (2):185)”
Dapat dipahami dari ayat di atas bahwasanya Allah SWT senantiasa
menginginkan kemudahan bagi manusia untuk menjalankan berbagai aturan
yang telah ditetapkan-Nya, baik berupa perintah ataupun larangan agar
terciptanya kemaslahatan bagi umat manusia selama hidup dunia dan
akhirat nantinya. Dan Allah SWT juga tidak pernah menginginkan adanya
kesukaran bagi manusia dalam aktivitas mereka, sebab yang demikian dapat
menghalangi mereka untuk mewujudkan kemaslahatan. (Ikromi, 2015)

Artinya:

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat


kebajikan, member kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Ia member pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS. Al-Nahl (16):90)”

Pada ayat di atas Allah SWT memerintahkan manusia untuk berbuat


adil dan juga berbuat kebaikan. Keadilan dan kebaikan yang diperintahkan
Allah SWT bermuatan maslahat yang mesti diwujudkan sehingga tidak

46
menimbulkan konflik dalam kehidupan manusia. Sebagaimana Allah SWT
melarang perbuatan keji, munkar dan permusuhan karena segala bentuk dari
perbuatan ini bermuatan mafsadah ataupun keburukan. (Ikromi, 2015)

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, penuhi lah seruan Allah dan


seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang member
kehidupan kepada kamu ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah membatasi
antara manusia dan hatinya dan Sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan
dikumpulkan. (QS. al- Anfal (8):24)”

Ayat ini memerintahkan bahwa orang-orang yang beriman


semestinya memenuhi seruan Rasulullah SAW yang mengajak untuk
melakukan berbagai hal yang dapat memberikan kehidupan kepada mereka.
Tidak akan tercipta kehidupan yang sempurna kecuali dengan mewujudkan
ajakan tersebut. Dan ajakan tersebut bersumber dari Allah SWT yang
senantiasa menginginkan kebaikan bagi hamba-hamba-Nya. (Ikromi, 2015)

Kesimpulannya adalah sesungguhnya yang menjadi tujuan utama


diturunkannya ajaran Islam dalam Al-Quran adalah untuk menciptakan
kebaikan (mashlahah) bagi umat manusia berupa kebahagiaan dan juga
ketentraman serta menolak segala bentuk keburukan (mafsadah) berupa
kesengsaraan dan kebinasaan selama hidup di dunia dan juga di akhirat
nantinya. Syariat Islam yang diturunkan Allah SWT tidak sebatas teori yang
menyeru kepada kemashlahatan berupa kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat nanti. Akan tetapi, untuk terciptanya kemashlahatan tersebut Allah

47
SWT menurunkan seperangkat aturan atau yang dikenal juga dengan hukum
agar berupa perintah agar dilaksanakan dan larangan agar ditinggalkan.
Hukum ini dibebankan bagi manusia yang telah memiliki kemampuan
ataupun kapasitas untuk berbuat hukum (aqil dan balig). Atas segala
perbuatan hukum tersebut, suatu saat nanti manusia akan diminta
pertanggungjawabannya di hadapan Allah SWT. (Ikromi, 2015)

48
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil pemeriksaan mikroskopis menunjukkan angka 10,5% terinfeksi B.


hominis dan angka yang lebih tinggi sebesar 18,4% diperoleh dengan
pemeriksaan PCR
2. Hasil pemeriksaan mikroskopis dan PCR menunjukkan angka yang
berbeda, namun hasil uji Mc-Nemar menunjukkan tidak ada perbedaan
yang bermakna secara statistik
3. Menurut pandangan Islam, untuk memilih cara diagnosis yang tepat
manusia harus memilih berdasarkan yang paling banyak maslahat
daripada mudaratnya.

4.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan penulis,
yaitu:

1. Jumlah sampel tidak cukup untuk mewakili seluruh populasi karena


penelitian ini dilakukan pada saat pandemi COVID-19, diharapkan
pada penelitian selanjutnya didapatkan jumlah sampel yang lebih
banyak agar hasil penelitian lebih maksimal
2. Kemampuan peneliti untuk menilai morfologi B. hominis pada
pemeriksaan mikroskopis yang kurang, diharapkan untuk penelitian
selanjutnya peneliti lebih terlatih dalam pemeriksaan mikroskopis
3. Bagi masyarakat diharapkan selalu mencuci tangan sebelum makan
agar selalu terhindar dari penyakit dengan rute transmisi fecal-oral
seperti infeksi B. hominis maupun infeksi protozoa usus lainnya

49
DAFTAR PUSTAKA

Anuar, T. S. et al., 2013. Blastocystis infection in Malaysia: Evidence of waterborne


and human-to-human transmissions among the Proto-Malay, Negrito and
Senoi tribes of Orang Asli. Parasites & Vectors , 6(40), pp. 2-12.
Beyhan, Y. E., Yilmaz, H., Cengiz, Z. T. & Ekici, A., 2015. Clinical significance
and prevalence of Blastocystis hominis in Van, Turkey. Saudi Med Journal,
36(9), pp. 1118-1121.
CDC, 2019. Blastocystis sp.. [Online]
Available at: https://www.cdc.gov/dpdx/blastocystis/index.html
[Accessed 8 August 2020].
Coyle, C. M., Varughese, J., Weiss, L. M. & Tanowitz, H. B., 2012. Blastocystis:
To Treat or Not to Treat. CLINICAL PRACTICE , Volume 54, pp. 105-110.
Departemen Agama RI, 2015. Jasad Renik Dalam Perspektif Al-Quran dan Sains.
1 ed. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an.
Elghareeb, A. S., Younis, M. S. & Nagib, M. M., 2015. Laboratory diagnosis of
Blastocystis spp. in diarrheic patients. Tropical Parasitology, 5(1), pp. 36-
41.
Fauzi, N. & Chudzaifah, I., 2019. Pandangan dan Kontribusi Islam terhadap
Perkembangan Sains. ALFIKR: Jurnal Pendidikan Islam, 5(1), pp. 1-8.
Garibyan, L. & Avashia, N., 2013. Research Techniques Made Simple: Polymerase
Chain Reaction. J Invest Dermatol, 133(3), pp. 1-8.
Ikromi, Z., 2015. Mashlahah dalam Al-Quran. An-Nur, 4(2), pp. 227-238.
Joshi, M. & J.D, D., 2011. POLYMERASE CHAIN REACTION: METHODS,
PRINCIPLES AND APPLICATION. International Journal of Biomedical
Research, 1(5), pp. 81-97.
Kadri, K., 2019. Polymerase Chain Reaction (PCR): Principle and Applications.
[Online]
Available at: https://www.intechopen.com/books/synthetic-biology-new-
interdisciplinary-science/polymerase-chain-reaction-pcr-principle-and-
applications
[Accessed 10 8 2020].
Katsarou-Katsari, A. et al., 2008. Acute Urticaria Associated with Amoeboid Forms
of Blastocystis sp. Subtype 3. Acta Dermato-Venereologica, Volume 88, pp.
80-81.
Khasanah, A. U., 2018. Analisa Pengambilan Keputusan Dalam Perspektif Ilmiah
dan Islam. [Online]
Available at: https://industrial.uii.ac.id/analisa-pengambilan-keputusan-
dalam-perspektif-ilmiah-dan-islam/
[Accessed 19 11 2020].
Majelis Ulama Indonesia, 2016. Air, Kebersihan, Sanitasi dan Kesehatan
Lingkungan menurut Agama Islam. Jakarta: Sekolah Pascasarjana
Universitas Nasional.

50
Nofita, E., Harminarti, . N. & Rusjdi, S. R., 2015. IDENTIFIKASI
BLASTOCYSTIS HOMINIS SECARA MIKROSKOPIS DAN PCR
PADA SAMPEL FESES DI LABORATORIUM RSUP. Dr. M. DJAMIL
PADANG. MKA, 37(1), pp. 27-31.
Padukone, S. et al., 2018. Detection of Blastocystis in clinical stool specimens using
three different methods and morphological examination in Jones' medium.
Tropical Parasitology, 1(8), pp. 33-40.
Parija, S. C. & Jeremiah, S., 2013. Blastocystis: Taxonomy, biology and virulence.
Tropical Parasitology, 3(1), pp. 17-25.
Pramestuti, N. & Saroh, D., 2017. Blastocystis hominis: Protozoa Usus Potensial
Penyebab Diare. SEL Jurnal Penelitian Kesehatan, 4(1), pp. 1-12.
Raof, S. A. W. & Abdul-Rahman, N. H., 2011. Prevalence of Blastocystis hominis
and Giardia lamblia Parasites in Patients of Four Regions in East –South
Baghdad. The Iraqi J. Vet. Med., 2(35), pp. 74-84.
Roberts, T. et al., 2011. Comparison of Microscopy, Culture, and Conventional
Polymerase Chain Reaction. The American Society of Tropical Medicine
and Hygiene, 84(2), pp. 308-312.
Roberts, T., Stark, D., Harkness, J. & Ellis, J., 2014. Update on the pathogenic
potential and treatment options for Blastocystis sp. Gut Pathogens, 17(6),
pp. 2-9.
Rusdi, M. A., 2017. Maslahat Sebagai Metode Ijtihad dan Tujuan Utama Hukum
Islam. Jurnal Syari'ah dan Hukum Diktum , 15(2), pp. 151-168.
Sadaf, H. S. et al., 2013. Blastocystis hominis-Potential Diahorreal Agent: A
Review. International Research Journal of Pharmacy, 4(1), pp. 1-5.
Salvador, F. et al., 2016. Epidemiological and clinical profile of adult patients with
Blastocystis sp. infection in Barcelona, Spain. Parasites & Vectors, 9(548),
pp. 2-7.
Sarif, A. & Ahmad, R., 2017. Konsep Maslahat dan Mafsadah menurut Imam al-
Ghazali. Jurnal Tsaqafah, 13(2), pp. 353-368.
STENZEL, D. J. & BOREHAM, P. F. L., 1996. Blastocystis hominis Revisited.
CLINICAL MICROBIOLOGY REVIEWS, pp. 563-584.
Tan, K. S. W., 2008. New Insights on Classification, Identification, and Clinical
Relevance of Blastocystis spp.. CLINICAL MICROBIOLOGY REVIEWS,
pp. 639-665.
Tasić, N. et al., 2017. BLASTOCYSTIS HOMINIS: A MYSTERIOUS AND
COMMONLY DISREGARDED PARASITE. FACTA UNIVERSITATIS,
pp. 39-47.

51
BIODATA PENELITI

Nama : Widya Rachma

Nomor Induk Mahasiswa : 1102017242

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 28 Agustus 1999

Jenis Kelamin : Perempuan

Fakultas/Program Studi : Kedokteran/Kedokteran Umum

Alamat Rumah : Jl. Stasiun No. 30 Cikampek, Karawang

Nomor HP : 081212388086

Email : widyarachma19@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

2003 – 2005 : TK Pupuk Kujang Cikampek

2005 – 2011 : SD Pupuk Kujang Cikampek

2011 – 2014 : SMP Pupuk Kujang Cikampek

2014 – 2017 : SMA Darul Hikam Bandung

2017 – sekarang : Fakultas Kedokteran Universitas YARSI

52
LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Kelayakan Etik

53
Lampiran 2. Formulir Informasi Persetujuan Penelitian

FORMULIR INFORMED CONSENT

Dengan ini saya:


Nama : ____________________________________________________
Jenis Kelamin : ____________________________________________________
Umur : ____________________________________________________
Alamat : ____________________________________________________
Telp/HP : ____________________________________________________

Menyatakan bersedia mengikuti Penelitian/Survei berjudul:


Perbandingan Persentasi Pemeriksaan Blastocystis hominis menggunakan
Teknik PCR dan Pemeriksaan Langsung dan Tinjauannya Menurut
Pandangan Islam.
Dengan ketentuan apabila ada hal-hal yang tidak berkenan, maka saya berhak
mengajukan pengunduran diri dari kegiatan Penelitian/Survei ini.

___________, _______________

Peneliti Responden,

__________________ ______________________

54
Lampiran 3. Data Statistik

Data Hasil Pemeriksaan Deteksi Blastocystis hominis dengan Menggunakan


Pemeriksaan Mikroskopis dan PCR
No Nomor Tabung Pemeriksaan Pemeriksaan PCR
Mikroskopis
1 2 Negatif Negatif
2 4 Negatif Negatif
3 5 Negatif Negatif
4 6 Negatif Negatif
5 8 Negatif Negatif
6 11 Negatif Negatif
7 12 Negatif Negatif
8 13 Negatif Negatif
9 14 Negatif Positif
10 15 Positif Positif
11 16 Negatif Negatif
12 17 Negatif Negatif
13 18 Negatif Negatif
14 19 Negatif Negatif
15 20 Negatif Negatif
16 21 Negatif Negatif
17 22 Negatif Negatif
18 23 Negatif Negatif
19 24 Negatif Negatif
20 26 Negatif Negatif
21 27 Negatif Negatif
22 28 Positif Negatif
23 29 Negatif Positif
24 30 Negatif Negatif

55
25 31 Negatif Negatif
26 34 Negatif Negatif
27 37 Negatif Negatif
28 38 Positif Positif
29 39 Negatif Negatif
30 40 Negatif Negatif
31 41 Negatif Negatif
32 42 Negatif Negatif
33 43 Negatif Positif
34 44 Positif Positif
35 45 Negatif Positif
36 46 Negatif Negatif
37 47 Negatif Negatif
38 49 Negatif Negatif

Distribusi Frekuensi Pemeriksaan Feses Menggunakan Pemeriksaan


Mikroskopis untuk Mendeteksi Blastocytis hominis

Pemeriksaan Mikroskopis
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Positif 4 10.5 10.5 10.5
Negatif 34 89.5 89.5 100.0
Total 38 100.0 100.0

56
Distribusi Frekuensi Pemeriksaan Feses Menggunakan Pemeriksaan PCR
untuk Mendeteksi Blastocytis hominis

Pemeriksaan PCR
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Positif 7 18.4 18.4 18.4
Negatif 31 81.6 81.6 100.0
Total 38 100.0 100.0

Analisis Tabulasi silang Pemeriksaan Mikroskopis dan PCR untuk


Mendeteksi Blastocystis hominis

Pemeriksaan PCR * Pemeriksaan Mikroskopis


Crosstabulation
Pemeriksaan
Mikroskopis
Positif Negatif Total
Pemeriksaan PCR Positif 3 4 7
Negatif 1 30 31
Total 4 34 38

Hasil Uji Mc-Nemar Melihat Ada Tidaknya Perbedaan Bermakna antara


Deteksi Blastocystis hominis dengan Pemeriksaan Mikroskopis dan
Pemeriksaan PCR.

Chi-Square Tests
Exact Sig. (2-
Value sided)
McNemar Test 0.375a
N of Valid
38
Cases
a. Binomial distribution used.

57
Lampiran 4. Dokumentasi

58
59

Anda mungkin juga menyukai